DAN PENCAPAIAN
STANDAR PELAYANAN
Pengarah:
Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri,
Sekretaris Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, Direktur Urusan Pemerintahan Daerah I, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Direktur Urusan Pemerintahan Daerah II, Direktorat Jenderal Otonomi Daerah Tim Penyusun (Direktorat Jenderal Otonomi Daerah, Kementerian Dalam Negeri): Ir. Diah Indrajati, Nata Irawan, SH.,M.Si., Ir. Rosihan, M.Si., Sunarto, SH., M.SI,
Drs. Djuhardi, M.Si., Atik Maryatti, S.Sos., M.Si, Dra. Eny Indiriaty, Ir. Ema Budiastuti dan DR. Paudah, M.Si
Kontributor (GIZ):
Dr. Manfred Poppe, MP. Dwi Widiastuti, Wahyu Mulyana, Mukhlis Abidi Editor (GIZ):
Hartian Silawati Design:
DAN PENCAPAIAN
STANDAR PELAYANAN
ii
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL
OTONOMI DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.
Secara normatif upaya meningkatkan kesejahteraan dan demokratisasi telah diatur dalam kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang tertuang di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam koridor Undang-undang tersebut menganut sistem otonomi luas, nyata dan bertangung jawab yang mengisyaratkan Pemerintah Daerah bahwa dalam menentukan isi otonomi atau kewenangannya harus dikaitkan dengan kebutuhan riil masyarakatnya. Betapapun luasnya otonomi daerah harus mampu melahirkan pelayanan-pelayanan publik yang berkorelasi dengan kebutuhan masyarakat. Dalam koridor ini maka isi otonomi daerah diorientasikan kepada penyediaan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs) dan pemenuhan kebutuhan dengan pengembangan sektor unggulan.
Sebagai upaya untuk mendorong pemerintah daerah dalam penyediaan pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, Pemerintah telah menyusun dan menetapkan Standar Pelayanan Minimal yang merupakan standar minimum pelayanan publik yang wajib disediakan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat. Secara spesii k, terdapat beberapa hal yang hendak dicapai melalui adanya SPM ini yaitu: 1. Menjamin diperolehnya minimum layanan yang dapat diakses oleh
penghitungan biaya layanan, sehingga dapat dihitung kebutuhan agregat minimum pembiayaan daerah dengan lebih terukur.
3. Dapat dijadikan dasar dalam menentukan anggaran kinerja yang berbasis manajemen kinerja.
Saat ini Pemerintah telah menetapkan 15 SPM dan menjadikan SPM sebagai kebijakan prioritas nasional yang harus ditindaklanjuti oleh daerah melalui penerapan SPM di daerah.
Dalam rangka mendorong percepatan penerapan SPM di daerah, Kementerian Dalam Negeri telah menyampaikan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 100/1023/SJ tanggal 26 Maret 2012 tentang Percepatan Pelaksanaan Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah. Sebagai langkah konkrit untuk mendorong percepatan penerapan SPM maka dirasakan perlu untuk menyampaikan teknis Panduan pedoman penerapan dan pencapaian SPM sebagi acuan dan petunjuk teknis bagi daerah dalam menerapkan dan mencapai SPM di daerah.
Semoga Tuhan yang Maha Esa meridhoi seluruh pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa dan negara. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Direktur Jenderal Otonomi Daerah,
iv
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
DAFTAR ISI
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL OTONOMI DAERAH ii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR SINGKATAN vii
BAB 1 PENDAHULUAN 2
Latar Belakang 2
Maksud dan Tujuan 3
Ruang Lingkup Panduan 4
Sistematika Penulisan 4
BAB 2 KERANGKAREGULASI SPM 6
Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Perencanaan 8
Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Penganggaran 8
Pasal-Pasal Peraturan terkait Pelaporan SPM 9
BAB 3 PENGERTIAN DAN STATUS PENETAPAN SPM 10
Pengertian SPM 10
Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan 10
Ruang Lingkup SPM 12
Status Penyusunan dan Penetapan SPM 13
BAB 4 PANDUAN PENYUSUNAN RENCANAPENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI DAERAH
16
SPM di Daerah
5.2 Sosialisasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah 27
5.3 Pengumpulan Data dan Informasi 31
5.4 Reviu Program dan Kegiatan Penerapan SPM Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah
39
5.5 Penyusunan Proi l Pelayanan Dasar di Daerah 41
5.6 Penyusunan Program dan Kegiatan Pencapaian SPM 50
5.7 Penentuan Target dan Capaian SPM 56
5.8 5.8 Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM 60
5.9 Pelaksanaan Penerapan SPM Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah
65
5.10 Monitoring dan Evaluasi Pencapaian SPM 68
5.11 Pelaporan Penerapan SPM di Daerah 77
REFERENSI 82
LAMPIRAN 84
LAMPIRAN I PROFIL PELAYANAN DASAR DI PROVINSI 84
vi
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
Daftar Gambar
Gambar 3.1 Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan 12
Gambar 4.1 Alur Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah
19
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah
24
Gambar 5.2 Perhitungan Target Capaian SPM 57
Gambar 5.3 Hubungan Rencana Pencapaian SPM di Daerah dan Dokumen Perencanaan dan Penganggaran Penerapan
66
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Provinsi 14
Tabel 3.2 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Kabupaten/Kota
15
Tabe 5.1 Contoh Agenda Kerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah
26
Tabel 5.2 Menemukenali Jenis Pelayanan, Indikator, Dei nisi Operasional, Target dan Batas Waktu Capaian SPM
33
Tabel 5.3 Check-List Kebutuhan Data Indikator SPM 35
Tabel 5.4 Reviu Program dan Kegiatan Penerapan SPM dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah dan SKPD
40
Tabel 5.5 Kompilasi Indikator SPM 43
Tabel 5.6 Identii kasi Permasalahan Pencapaian SPM 46
Tabel 5.7 Proi l Pelayanan Dasar 49
Tabel 5.8 Identii kasi Program dan Kegiatan SPM*) 55
Tabel 5.9 Penentuan Target Capaian SPM*) 59
Tabel 5.10 Formula Perhitungan Biaya Indikator SPM 61
Tabel 5.11 Pengitungan Kebutuhan Pembiayaan Pencapaian SPM di Daerah
64
Daftar Kotak
Kotak 1. Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah (Usulan)
27
Kotak 2. Penyajian Laporan Kinerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ASB Analisis Standar Belanja
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DSF Decentralization Support Facility
EKPPD Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
GIZ Deutsche Gesellschaft fuer Internationale
Zusammenarbeit
IKK Indikator Kinerja Kunci
ILPPD Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Juknis Petunjuk Teknis
K/L Kementerian/Lembaga
KUA Kebijakan Umum Anggaran
LKPJ Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
LPND Lembaga Pemerintah Non Departemen
LPPD Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri
PP Peraturan Pemerintah
PPA Prioritas dan Plafon Anggaran
viii
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
RAPBD Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Renja SKPD Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah RKA SKPD Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah
RKP Rencana Kerja Pemerintah
RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah
SPM Standar Pelayanan Minimal
TAPD Tim Anggaran Pemerintah Daerah
2
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia secara efektif dilaksanakan sejak tahun 2000 dimaksudkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Sejalan dengan prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab, pemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Berbagai perubahan mendasar pengelolaan pemerintahan telah dilakukan termasuk penyediaan pelayanan dasar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan pemerintahan.
Sesuai dengan UU Pemerintahan Daerah, penyediaan dan pemenuhan pelayanan dasar bagi masyarakat harus memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang ditetapkan oleh Pemerintah (Kementerian/Lembaga). Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 65 tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM)sebagai acuan penyusunan dan penetapan SPM oleh Kementerian/Lembaga dan penerapannya di daerah. Hingga pertengahan 2012 telah ditetapkan 15 SPM oleh Kementerian/Lembaga.
kebijakan prioritas nasional yang perlu mendapat perhatian dan ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah.Untuk membantu percepatan penerapan SPM di daerah, maka perlu disusun sebuah buku panduan yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pemerintah daerah dalam menyusun rencana penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Maksud dan Tujuan
Buku panduan ini dimaksudkan sebagai alat bantu yang dapat memberikan tambahan pemahaman dan kapasitas pemerintah daerah dalam penyusunan rencana penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan panduan ini adalah untuk:
1. Meningkatkan pemahaman dan kemampuan dalam menyusun
database proi l pelayanan dasar daerah;
2. Meningkatkan pemahaman tentang berbagai implikasi dari penerapan SPM dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah;
4
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
4
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
4. Mendorong pemerintah daerah untuk mengimplementasikan SPM dalam perencanaan dan penganggaran daerah.
Ruang Lingkup Panduan
Buku panduan ini disusun berdasarkan substansi peraturan perundangan terkait SPM yang telah diterbitkan oleh Kementerian/Lembaga dengan tambahan penjelasan tahapan dan langkah-langkah penerapan dan pencapaian SPM berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Sesuai dengan tujuannya, panduan ini bersifat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana menyusun rencana pencapaian SPM di daerah dan menghitung kebutuhan pembiayaan pelaksanaan SPM. Penyajian panduan disusun dalam format dan sistematika pembahasan yang mudah dipahami pengguna (user-friendly), yaitu terutama SKPD di lingkup provinsi, kabupaten dan kota.
Lingkup materi yang disampaikan dalam panduan terdiri dari tahapan dan langkah-langkah penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah, termasuk didalamnya batas waktu, target capaian, rangkaian kegiatan dan penghitungan kebutuhan pendanaan.
Sistematika Penulisan
Bagian I : Pendahuluan menguraikan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan;
Bagian II : Kerangka Regulasi SPM menguraikan peraturan perundangan terkait SPM mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri;
Bagian III : Pengertian danStatus Penetapan SPM menguraikan pengertian, kedudukan SPM dalam urusan pemerintahan, ruang lingkup, dan status penyusunan dan penetapan SPM; Bagian IV : Panduan Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian
SPM di Daerah menguraikan ruang lingkup, tahapan dan alur penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah; Bagian V : Tahapan Penyusunan Rencana Penerapan dan Pencapaian
6
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
BAB 2
KERANGKAREGULASI SPM
Kerangka regulasi terkait penyusunan dan penerapan SPM diurutkan mulai dari Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri adalah sebagai berikut:
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Masyarakat
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 100.05-283 Tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Konsultasi Penyusunan Standar Pelayanan Minimal
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2013 tentang
Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2014*)
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013*)
8
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
8
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam Perencanaan
Standar pelayanan minimumdigunakan sebagai bahan masukan dalam menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP).
PP No. 20/2004 pasal 4 (2)
Pemerintah Daerah menggunakan SPM yang telah ditetapkan Pemerintah sebagai salah satu acuan untuk menyusun perencanaan dan penganggaran.
PP No. 65/2005 pasal 9 (2)
Untuk menentukan gambaran kondisi awal rencana pencapaian dan penerapan SPM, Pemerintah Daerah wajib menyusun, mengkaji dan menganalisis database proi ll pelayanan dasar.
Permendagri No. 79/2007 pasal 4 (1)
Pemerintah Daerah menuangkan Rencana Pencapaian SPM dalam RPJMD dan Renstra SKPD.
PP No. 65/2005 pasal 9(4) Permendagri No. 79/2007 pasal 1(10)
Pemerintah Daerah menuangkan target tahunan Rencana Pencapaian SPM dalam RKP dan Renja-SKPD untuk digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar.
PP No. 65/2005 pasal 9(5) Permendagri No. 79/2007 pasal 1(10)
Program, kegiatan, alokasi dana indikatif dan sumber pendanaan yang dirumuskan dalam RPJMD, RKPD, Renstra SKPD dan Renja SKPD disusun berdasarkan ... c) urusan wajib yang mengacu pada SPM sesuai dengan kondisi nyata daerah dan kebutuhan masyarakat, atau urusan pilihan yang menjadi tanggung jawab SKPD.
Permendagri No. 54/2010 pasal 11(1c)
Pencapaian sasaran program SKPD mempertimbangkan pencapaian SPM yang telah disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangan.
Permendagri No. 54/2010 pasal 88(1)
Pasal-Pasal Peraturan terkait SPM dalam
Penganggaran
Pemerintah Daerah menuangkan target tahunan Rencana Pencapaian SPM dalam KUA, PPA dan RKA-SKPD sesuai klasii kasi belanja daerah dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah.
PP No. 65/2005 pasal 9(5) Permendagri No. 79/2007 pasal 7(2)
Nota kesepakatan tentang KUA dan PPA yang disepakati bersama antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD wajib memuat target pencapaian dan penerapan SPM.
Penyusunan rencana pencapaian SPMdan anggaran kegiatan yang terkait dengan pencapaianSPM dilakukan berdasarkan analisis kemampuan dan potensi daerah dengan mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
PP No. 65/2005 pasal 10
Penyusunan anggaran belanja untuk setiap program dan kegiatan mempedomani SPM yang telah ditetapkan, Analisis Standar Belanja (ASB) dan standar satuan harga.
Penjelasan Permendagri No. 37 Tahun 2012
Pasal-Pasal Peraturan terkait Pelaporan SPM
Rencana pencapaian target tahunan SPM serta realisasinya diinformasikan kepada masyarakat sesuai peraturan perundangan.
PP No. 65/2005 pasal 11
Pemerintah Daerah menyampaikan laporan teknis tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri/Pimpinan Lembaga yang bersangkutan.
Permendagri No. 6/2007 pasal 17 (1)
Bupati/Walikota menyusun dan menyampaikan laporan umum tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
Gubernur menyusun laporan umum tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM.
Gubernur menyampaikan ringkasan laporan umum tahunan kinerja penerapan dan pencapaian SPM kepada Menteri Dalam Negeri.
Permendagri No. 6/2007 pasal 16 (1-3)
Tingkat pencapaian standar pelayanan minimal termasuk salah satu materi dalam Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
PP No. 3/2007 pasal 3(4)
Rencana pencapaian target tahunan SPM dan realisasinya merupakan bagian dari LPPD, LKPJ, ILPPD.
Permendagri No. 79/2007 pasal 16
EKPPD pada tataran pelaksana kebijakan daerah meliputi aspek penilaian: c) tingkat pencapaian SPM.
10
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
BAB 3
PENGERTIAN DAN STATUS
PENETAPAN SPM
Pengertian SPM
Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Penekanan kata “minimal” dalam istilah SPM ini mengacu pada batas minimal tingkat cakupan dan kualitas pelayanan dasar yang harus mampu dicapai oleh setiap daerah pada batas waktu yang ditentukan. Dengan kata lain, jenis pelayanan dasar di daerah dapat terlaksana minimal mencapai indikator dan tingkat nilai pada batas waktu yang ditetapkan Pemerintah. Dari sisi waktu pencapaiannya, Pemerintah Daerah harus mampu mencapai tingkat cakupan yang minimal sama atau bahkan lebih cepat dibandingkan batas waktu yang telah ditetapkan Pemerintah untuk masing-masing indikator SPM yang ditetapkan oleh Kementerian/Lembaga terkait.
Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan
pemerintahan yang dibagi bersama antar tingkatan dan/atau susunan pemerintahan terdiri dari 2 (dua) jenis urusan yaitu urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar seperti pendidikan dasar, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, dan kependudukan. Sedangkan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan terkait erat dengan potensi unggulan dan kekhasan daerahuntuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Penjelasan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah).
12
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
12
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
Gambar 3.1 Kedudukan SPM dalam Urusan Pemerintahan
Pelayanan Dasar
Posisi SPM
Urusan Wajib Urusan Pemerintahan
Standar Pelayanan
Minimal (SPM)
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar
Permendagri No.6/2007 pasal 1 (8)
Ruang Lingkup SPM
SPM disusun dan diterapkan dalam rangka penyelenggaraan urusan wajib Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Urusan wajib yang harus memenuhi SPM yang telah ditetapkan antara lain bidang:
1. Kesehatan 2. Lingkungan Hidup
3. Pemerintahan Dalam Negeri (kependudukan dan catatan sipil; dan pemerintahan umum)
4. Sosial
5. Perumahan Rakyat
9. Ketahanan Pangan 10. Ketenagakerjaan
11. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 12. Kesenian
13. Komunikasi dan Informatika 14. Perhubungan
15. Penanaman Modal
Besaran dan batas waktu pencapaian SPM ditetapkan oleh masing-masing Kementerian/Lembaga yang selanjutnya menjadi salah satu acuan bagi pemerintah daerah untuk menyusun perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan pemerintah daerah. Pemerintah daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang memuat target tahunan pencapaian SPM berdasarkan data dasar proi l pelayanan dasar yang tersedia. Selanjutnya rencana pencapaian SPM dan target tahunan menjadi dasar untuk dimasukkan ke dalam dokumen perencanaan (RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, Renja SKPD) dan dokumen penganggaran (KUA PPA dan RKA-SKPD).
Status Penyusunan dan Penetapan SPM
14 PANDU
AN PENERAP
AN D
AN PENCAP
AIAN ST
AND
AR PELA
Y
ANAN MINIMAL (SPM) DI D
AERAH
14 PANDU
AN PENERAP
AN D
AN PENCAP
AIAN ST
AND
AR PELA
Y
ANAN MINIMAL (SPM) DI D
AERAH
Tabel 3.1 Status SPM yang Ditetapkan untuk Daerah Provinsi
No Bidang Tahun
Penetapan
Juknis/ Panduan Operasional
Juknis/ Pedoman Pembiayaan
Jenis Pelayanan
Jumlah Indikator
Target Pencapaian
1 Sosial 2008 V V 4 7 2015
2 Lingkungan Hidup 2008 V V 3 3 2013
3 Perumahan Rakyat 2008 V V 2 3 2025
4 Ketenagakerjaan*) 2010 V V 5 8 2016
5 Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan**)
2010 V V 5 8 2014
6 Ketahanan Pangan 2010 V V 4 4 2015
7 Kesenian 2010 V V 2 7 2014
8 Perhubungan 2011 V V 4 17 2014
9 Penanaman Modal 2011 V Draft 7 10 2014
Total 9 8 36 67
*) Perubahan atas lampiran ditetapkan dalam Permenakertrans No. 04/2011
BAB 3
PENGER
TIAN D
AN ST
A
TUS PENET
AP
AN SPM
Operasional Pembiayaan
1 Kesehatan 2008 V V 4 18 2015
2 Sosial 2008 V V 4 7 2015
3 Lingkungan Hidup 2008 V V 4 4 2013
4 Pemerintahan Dalam Negeri*) 2008 V V 3 6 2011
5 Perumahan Rakyat 2008 V V 2 3 2025
6 Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan**)
2010 V V 5 8 2014
7 Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
2010 V V 3 9 2014
8 Pendidikan Dasar***) 2010 V V 2 27
9 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 2010 V V 8 23 2014
10 Ketenagakerjaan 2010 V V 5 8 2016
11 Komunikasi dan Informatika 2010 V Draft 2 6 2014
12 Ketahanan Pangan 2010 V V 4 7 2015
13 Kesenian 2010 V V 2 7 2014
14 Perhubungan 2011 V V 4 26 2014
15 Penanaman Modal 2011 V Draft 7 10 2014
Total 15 13 65 169
*) Penyempurnaan Permendagri No. 62/2008 ditetapkan dalam Permendagri No. 69 Tahun 2012
16
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
BAB 4
PANDUAN PENYUSUNAN
RENCANAPENERAPAN DAN
PENCAPAIAN SPM DI DAERAH
Ruang Lingkup
Berdasarkan Permendagri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal, pemerintah daerah menyusun Rencana Pencapaian SPM yaitu target pencapaian SPM di daerah mengacu pada batas waktu pencapaian SPM secara nasional dan memperhatikan kemampuan daerah. Rencana pencapaian SPM ini dituangkan dalam dokumen rencana perencanaan pembangunan daerah dan penganggaran untuk digunakan sebagai dasar perhitungan kebutuhan biaya dalam penyelenggaraan pelayanan dasar.
Kementerian/Lembaga menjadi batas waktu maksimal dari jangka waktu rencana pencapaian dalam penerapan SPM di daerah. Pemerintah daerah dapat menetapkan rencana pencapaianSPM lebih cepat dari batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala LPND sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki daerah. Rencana pencapaian SPM dalam batas waktu tertentu dijabarkan menjadi target tahunan pencapaian dan penerapan SPM. Target tahunan pencapaian dan penerapan SPM dituangkan dalam dokumen perencanaan dan penganggaran daerah.
b. Sinkronisasi rencana pencapaian SPM dalam dokumen perencanaan dan penganggaran;
Pemerintah daerah menyusun rencana pencapaian SPM yang dituangkan dalam RPJMD dan dijabarkan dalam target tahunan pencapaian SPM. Rencana pencapaian SPM menjadi salah satu faktor dalam menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran (PPA).
c. Mekanisme pembelanjaan penerapan SPM;
18
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
18
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
dan penerapan SPM. Selanjutnya, nota kesepakatan tentang KUA dan PPA menjadi dasar penyusunan RKA-SKPD dengan menggunakan pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadudan penganggaran tahunan berdasarkan tingkat prestasi kerja yang mengacu pada rencana pencapaian dan penerapan SPM.
Penyusunan RKA-SKPD program dan kegiatan yang terkait dengan pencapaian SPM mengacu pada indikator kinerja, capaian atau target kinerja, Analisis Standar Belanja (ASB), dan satuan harga. RKA-SKPD yang disahkan oleh Kepala RKA-SKPD menggambarkan progam dan kegiatan dalam rangka pencapaian dan penerapan SPM secara rinci dan jelas.
Pendanaan yang berkaitan dengan rencana pencapaian dan penerapan SPM yangmerupakan tugas dan fungsi pemerintah dibebankan pada APBN. Sedangkan pendanaan yang berkaitan dengan rencana pencapaian dan penerapan SPM yang merupakan tugas dan fungsi pemerintah daerah dibebankan pada APBD.
d. Sistem penyampaian informasi rencana dan realisasi pencapaian target tahunan SPM kepada masyarakat;
BAB 4
P
ANDU
AN PENYUSUNAN RENCANAPENERAP
AN D
AN PENCAP
AIAN SPM DI D
AERAH
Pengolahan Data dan Informasi
Peraturan Terkait SPM
Pelaporan Penerapan dan
Pencapaian SPM di Daerah Pembentukan
Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian
SPM
Sosialisasi Penerapan &
Pencapaian SPM Pengumpulan
Data dan Informasi
Penentuan Program dan
Kegiatan
Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan SPM Penyusunan
Dasar
Penentuan Target Capaian
SPM
Monitoring dan Evaluasi Penerapan SPM di Daerah
Pelaksanaan Penerapan SPM dalam Rencana Pembangunan Daerah
20
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
Tahapan penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah mengacu pada penjelasan Permendagri Negeri Nomor 79 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal. Pedoman tersebut menguraikan secara umum pentahapan dan pertimbangan penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah, namun belum secara rinci menjelaskan langkah-langkah yang perlu dilaksanakan di setiap tahap. Dalam menyusun rencana pencapaian SPM di daerah diperlukan instrumen dan alat bantu yang memudahkan pemerintah daerah. Buku panduan ini menguraikan langkah-langkah penyusunan rencana pencapaian SPM di daerah berdasarkan lingkup materi.
PERSIAPAN
PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR
Pembentukan Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM Sosialisasi
penerapan SPM di daerah
SK Tim Koordinasi Rencana Kerja
Kerja Tim Bahan Sosialisasi
Check-List Kebutuhan Data Proi l Pelayanan
Dasar
Indikasi Program dan Kegiatan Pencapaian SPM berikut Kebutuhan Pendanaan
Laporan Pencapaian SPM di Daerah Pengumpulan
Data dan Informasi ReviuProgram
dan Kegiatan Penerapan SPM dalam Dokumen Rencana Penyusunan
Proi l Pelayanan Dasar
Perumusan Program dan Kegiatan Penentuan Target
Capaian SPM Penghitungan
Kebutuhan Pembiayaan SPM
Pelaksanaan Penerapan SPM dalam Rencana Pembangunan Daerah Monitoring dan
Evaluasi Pelaporan
Pencapaian SPM di Daerah
PENYUSUNAN RENCANA PENCAPAIAN SPM
PELAKSANAAN, MONITORING DAN PELAPORAN
Dasar Pemikiran
Penerapan dan pencapaian SPM di daerah merupakan upaya mensinergikan pencapaian SPM setiap urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar yang dilaksanakan SKPD pengampu. Gubernur dan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar yang sudah ditetapkan SPM-nya oleh Kementerian/Lembaga. Penyelenggaraan pelayanan dasar sesuai SPM secara operasional dikoordinasikan dan dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab sesuai dengan urusannya masing-masing.
22
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
22
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
Pihak Yang Terlibat Dalam Penerapan dan Pencapaian SPM di
Daerah
Dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah terdapat lima (5) pihak yang terlibat, yaitu: (1) Pemerintah Pusat dalam hal ini adalah Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian/Lembaga yang menangani urusan wajib yang bersifat pelayanan dasar, (2) Pemerintah Provinsi dalam hal ini SKPD Provinsi pengampu SPM, (3) Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal ini SKPD Kabupaten/Kota pengampu SPM, (4) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi/Kabupaten/Kota, serta (5) Pihak lainnya yang membantu proses penerapan dan pencapaian SPM, misalnya lembaga swadaya masyarakat, lembaga kerjasama internasional dan lain-lain. Adapun peran dan bentuk keterlibatan masing-masing pihak adalah sebagai berikut:
Tingkatan Pihak Yang Terlibat
Peran Bentuk Keterlibatan
Tingkat
Melakukan koordinasi dan supervisi penerapan dan pencapaian SPM di daerah
Fasilitasi penerapan SPM di provinsi dan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di Provinsi
Melakukan fungsi pembinaan secara teknis penerapan dan pencapaian SPM di daerah
Melakukan fasilitasi penerapan SPM di Provinsi
Melakukan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di Provinsi Tingkat
Provinsi
SKPD pengampu SPM
Penanggung jawab penerapan dan pencapaian SPM
Fasilitasi penerapan SPM di kabupaten/ kota dan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di kabupaten/kota
Menyusun dan melaksanakan rencana penerapan dan pencapaian SPM
Melakukan fasilitasi penerapan SPM di Kabupaten/Kota
Melakukan evaluasi pelaporan pencapaian SPM di Kabupaten/ Kota
SKPD pengelola keuangan daerah
Pelaksana pembiayaan SPM di tingkat provinsi
Bappeda Provinsi
Koordinator dalam pengintegrasian SPM dalam perencanaan tingkat provinsi
Mengintegrasikan rencana penerapan SPM dalam proses perencanaan pembangunan Sekretariat
Daerah (Biro Organisasi/ Pemerintahan/ Otda)
Koordinator dalam penyusunan laporan penerapan dan pencapaian SPM tingkat provinsi
Menyiapkan laporan penerapan dan pencapaian SPM
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi
Pengawas penerapan dan pencapaian SPM di Provinsi
Memastikan penerapan SPM di daerah dan dukungan anggaran
Pelaksana penerapan SPM di daerah
Menyusun dan melaksanakan rencana penerapan dan pencapaian SPM SKPD pengelola
keuangan daerah
Pelaksana pembiayaan SPM di daerah
Menyusun rencana pembiayaan penerapan SPM
Bappeda Kabupaten/ Kota
Koordinator dalam pengintegrasian SPM dalam perencanaan
Mengintegrasikan rencana penerapan SPM dalam proses perencanaan pembangunan Sekretariat
Daerah (Bag. Organisasi/ Pemerintahan/ Otda)
Koordinator dalam penyusunan laporan penerapan dan pencapaian SPM
Menyiapkan laporan penerapan dan pencapaian SPM
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/ Kota
Pengawas penerapan dan pencapaian SPM di Kabupaten/Kota
Memastikan penerapan SPM di daerah dan dukungan anggaran
Tujuan Pembentukan Tim KoordinasiPenerapan dan
Pencapaian SPM di Daerah
24
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
24
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian
SPM di Daerah
Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah dibagi menjadi dua (2) struktur utama sebagai berikut: 1) fungsi koordinasi dan 2) fungsi teknis. Struktur koordinasi memiliki tugas untuk mengkoordinasikan penerapan dan pencapaian SPM di daerah termasuk penyusunan laporan pencapaian.
Struktur koordinasi dalam Tim sekurang-kurangnya terdiri dari unsur: 1) Sekretariat Daerah dalam hal ini Bagian Organisasi/Pemerintahan/Otonomi Daerah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang diuraikan dalam Perda mengenai SOTK, 2) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sesuai dengan tupoksinya koordinasi perencanaan pembangunan daerah, 3) SKPD Pengelola Keuangan Daerah, 4) Inspektorat.
Struktur teknis dibentuk di masing-masing SKPD pengampu SPM dan sekurang-kurangnya terdiri dari: 1) Kepala Dinas/SKPD, 2) Sub. Bagian Perencanaan/ Program, 3) Sub-Dinas terkait dalam pengampu layanan sektor yang bertanggung jawab pada indikator SPM.
Gambar 5.1 Struktur Organisasi Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah
TIM KOORDINASI PENERAPAN DAN PENCAPAIAN SPM DI
DAERAH
TIM TEKNIS SKPD
TIM TEKNIS SKPD
TIM TEKNIS SKPD
- Pendalaman SPM - Penyusunan proi l
pelayanan dasar - Penyusunan program dan
kegiatan beserta target pencapaian SPM - Kebutuhan pembiayaan
SPM
- Koordinasi kepada SKPD terkait penerapan dan pencapaian SPM
Tugas dan Tanggung Jawab
1. Mendalami jenis pelayanan, indikator, target dan batas waktu pencapaian yang telah ditetapkan secara nasional
2. Menyiapkan database proi l pelayanan dasar berdasarkan masing-masing jenis pelayanan dan indikator yang telah ditetapkan
3. Merumuskan program dan kegiatan dalam rangka pencapaian SPM sekaligus penentuan target pencapaian SPM sesuai dengan kemampuan keuangan daerah, melalui tahapan sebagai berikut:
Menyesuaikan dan mensinergikan program dan kegiatan dalam APBD sebagai bagian dari program dan kegiatan pencapaian indikator dan target SPM;
Melakukan proyeksi kemampuan pembiayaan program kegiatan yang akan dialokasikan untuk mendukung pencapaian indikator dan target SPM; dan
Merumuskan kesenjangan kemampuan keuangan daerah dalam pencapaian indikator dan target SPM dibandingkan dengan target nasional sesuai batas waktu perencanaan yang telah ditetapkan. 4. Menyusun kebutuhan pembiayaan berdasarkan target yang telah
ditetapkan secara nasional.
Untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah, SKPD pengampu SPM membentuk Tim Teknis. Susunan keanggotaan Tim Teknis SKPD terdiri dari: unit kerja di lingkungan SKPD dan lembaga/organisasi non-pemerintah yang terkait SPM pelayanan dasar.Tim Teknis SKPD memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyiapkan data dan informasi serta menyusun secara teknis proi l pelayanan dasar dan rencana penerapan dan pencapaian SPM untuk pelayanan dasar yang menjadi urusan wajib SKPD tersebut.
Tim Teknis SKPD menyusun rencana kerja dan proses yang akan dilakukan, kerangka acuan pelaksanaan kegiatan, memastikan keterlibatan pemangku kepentingan dan menjaga konsistensi dan komitmen para pihak dalam proses.
Penyusunan Rencana Kerja
26 PANDU
AN PENERAP
AN D
AN PENCAP
AIAN ST
AND
AR PELA
Y
ANAN MINIMAL (SPM) DI D
AERAH
26 PANDU
AN PENERAP
AN D
AN PENCAP
AIAN ST
AND
AR PELA
Y
ANAN MINIMAL (SPM) DI D
AERAH
Contoh agenda kerja penerapan dan pencapaian SPM di daerah adalah sebagai berikut:
Tabe 5.1 Contoh Agenda Kerja Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah
NO Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV Bulan V Bulan VI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A PERSIAPAN
Pembentukan tim, penyusunan agenda kerja Sosialisasi
B PENYUSUNAN PROFIL PELAYANAN DASAR Pendalaman indikator SPM
Pengumpulan data dan informasi Analisis kondisi pelayanan dasar
C PEMENUHAN KEBUTUHAN PENCAPAIAN SPM Penyusunan Program dan Kegiatan Penentuan Target Capaian SPM
Penghitungan Kebutuhan Pembiayaan
Kotak 1. Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM di Daerah (Usulan)
Susunan keanggotaan tim koordinasi penerapan dan pencapaian SPM sekurang-kurangnya sebagai berikut:
Penanggungjawab : Kepala Daerah
Pembina : Wakil Kepala Daerah
Ketua : Sekretariat Daerah
Sekretaris : Kepala Biro Organisasi/Pemerintahan/ Otda untuk provinsi atau Kepala Bagian Organisasi/Pemerintahan/Otda untuk Kabupaten/Kota*)
Anggota : a. Bappeda
b. Inspektorat Daerah
c. SKPD yang membidangi keuangan d. SKPD yang membidangi organisasi; e. SKPD yang membidangi SPM; dan f. SKPD terkait lainnya
*) disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi biro dan atau bagian terkait fasilitasi SPM
5.2 Sosialisasi Penerapan dan Pencapaian SPM di
Daerah
Apa itu Sosialisasi?
Sosialisasi merupakan upaya penyampaian secara interaktif substansi peraturan perundangan, termasuk petunjuk teknis dan panduan penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan antara lain melalui media tatap muka dan media elektronik. Sosialisasi melalui media tatap muka antara lain dalam bentuk dialog, lokakarya, seminar dan diskusi. Sedangkan sosialisasi melalui media elektronik antara lain melalui pemberian informasi di surat kabar, radio dan televisi, rubrik tanya jawab melalui internet dan lain sebagainya.
28
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
28
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
media publikasi, melainkan bagian dari proses pemberdayaan dan transfer pengetahuan dimana diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan pemahaman pemangku kepentingan dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Oleh karena itu, sosialisasi merupakan proses yang dilakukan secara terus menerus, dalam setiap tahapan dan kegiatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Pada dasarnya penerapan dan pencapaian SPM merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam rangka memastikan tercapainya pelayanan dasar bagi semua warga masyarakat. Isu dan permasalahan SPM seringkali dlihat sebagai agenda pembangunan yang berasal dari pusat untuk diterapkan di daerah. Padahal, indikator SPM menggambarkan tingkat capaian pelayanan dasar yang menjadi tugas dan kewajiban pemerintahan daerah, sesuai dengan hakikat keberadaan pemerintahan daerah untuk mendekatkan pelayanan publik kepada masyarakat.
Tujuan Yang Ingin Dicapai
Sosialisasibertujuan untuk memberikan pemahaman kepada pemangku kepentingan, yaitu SKPD, DPRD, dan masyarakat tentang substansi, tahapan, dan proses penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Manfaat dari pelaksanaan sosialisasi ini adalah SKPD, DPRD dan pemangku kepentingan lainnya memiliki pemahaman yang sama akan pentingnya percepatan penerapan dan pencapaian SPM di daerah serta mengetahui peran dan tanggung jawab setiap lembaga untuk mendorong penerapan SPM di daerah. Pada akhirnya, diharapkan melalui sosialisasi terjadi internalisasi penerapan indikator SPM di daerah serta terlembaganya mekanisme dalam penerapan dan pencapaian SPM beserta program dan kegiatan yang terintegrasi dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan.
Bentuk Kegiatan Sosialisasi
Sosialisasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk kegiatan dengan melibatkan pemangku kepentingan mulai dari SKPD, DPRD dan masyarakat, antara lain:
daerah untuk saling bertukar informasi terkait penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Sosialisasi melalui seminar dilakukan dengan mengundang pakar untuk membahas isu dan permasalahan penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Peserta seminar berasal dari SKPD, DPRD, pemangku kepentingan di daerah yang terlibat dalam pencapaian SPM pelayanan dasar. Seminar dilaksanakan dengan mengundang pembicara/ narasumber dari Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian/ Lembaga yang telah menetapkan SPM.
Sosialisasi melalui lokakarya dilakukan untuk membahas isu dan permasalahan terkait penerapan dan pencapaian SPM di daerah dan adanya upaya untuk mencarikan solusinya. Peserta lokakarya berasal dari SKPD pengampu SPM yang sudah ditetapkan dan lembaga atau unsur masyarakat terkait dengan penerapan SPM.
Sosialisasi melalui diskusi dilakukan untuk membahas topik tertentu antara dua orang atau lebih/kelompok sehingga meningkatkan pemahaman yang sama terhadap suatu topik, dalam hal ini, diskusi membahas topik penerapan dan pencapaian SPM di daerah agar terjadi kesamaan pandang dan pemahaman antara pemangku kepentingan di daerah.
Sosialisasi melalui pelatihan dan bimbingan teknis untuk meningkatkan pemahaman dan kapasitas aparatur pemerintahan daerah dalam perencanaan, pemrograman dan penghitungan pembiayaan penerapan SPM di daerah. Peserta pelatihan dan bimbingan teknis berasal dari SKPD pengampu SPM, Bappeda, SKPD Pengelola Keuangan Daerah serta melibatkan fasilitator pendampingan penerapan SPM di daerah.
Sosialisasi melalui media cetak (misalnya surat kabar, majalah, tabloid), media elektronik (misalnya radio, televisi, video, i lm) dan media informasi lainnya (misalnya baliho, spanduk, fl yer, dll) dilakukan untuk menyampaikan pesan secara langsung dan meningkatkan pemahaman kepada masyarakat luas terkait penerapan dan pencapaian SPM di daerah.
Siapa Yang Menjadi Sasaran Sosialisasi
Kelompok sasaran sosialisasi penerapan dan pencapaian SPM dapat dibagi dalam beberapa kategori berikut ini:
30
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
30
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
Para pemegang posisi kunci yang dianggap dapat mempengaruhi atau mendorong terjadinya peningkatan pemahaman penerapan SPM di daerah, antara lain: pejabat pemerintah tingkat kecamatan/kelurahan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dll.
Kelompok masyarakat yang peduli pada pelayanan publik terdiri dari: orang dan kelompok yang memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah penerapan dan pencapaian SPM di daerah, misalnya pemerhati masalah pembangunan, pakar, akademisi, pengusaha, kelompok/ organisasi massa dan kemasyarakatan.
Masyarakat sebagai penerima manfaat utama perlu mendapatkan informasi mengenai pelayanan-pelayanan apa saja yang menjadi haknya yang dapat diperoleh dari pemerintah daerah.
Kelompok sasaran diatas memiliki peran dan kepentingan yang berbeda dalam penerapan dan pencapaian SPM di daerah. Oleh karena itu sosialisasi pada kelompok sasaran yang berbeda harus memiliki tujuan dan perlakuan yang berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kelompok sasaran tersebut.
Siapa Pelaku Sosialisasi
Sosialisasi yang dilakukan pada tingkatan kabupaten/kota perlu diarahkan pada terbangunnya pemahaman dan kapasitas SKPD, DPRD dan masyarakat untuk melakukan kegiatan penerapan dan pencapaian SPMD di daerah secara terpadu dan berkesinambungan. Untuk itu diperlukan sebuah strategi sosialisasi yang efektif dengan penggunaan multi jalur komunikasi.
5.3 Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data dan informasi pencapaian SPM dimaksudkan untuk memastikan penghitungan pencapaian SPM di daerah didukung ketersediaan data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Proses pengumpulan data dan informasi menentukan kualitas informasi dan analisis pencapaian SPM di daerah yang akan menjadi dasar dalam penentuan target capaian SPM ke depan.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Langkah 1: Menemukenali Jenis Pelayanan, Indikator SPM, Target SPM dan Batas Waktu Yang Harus Dicapai
Pemerintah melalui Kementerian/Lembaga telah menetapkan indikator capaian SPM dan batas waktu pencapaian setiap indikator SPM yang dituangkan dalam bentuk peraturan menteri terkait. Beberapa Kementerian/Lembaga telah melengkapi peraturan SPM dengan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis untuk penerapannya di daerah.
Untuk menyusun rencana pencapaian SPM di daerah, setiap SKPD terkait perlu mendalami jenis pelayanan, indikator, target dan batas waktu pencapaian SPM. Pendalaman indikator SPM yang ditetapkan Kementerian/ Lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman SKPD tentang pengertian, dei nisi operasional dari setiap indikator dan cara perhitungan/ rumus.
32
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
32
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
Pengertian indikator kinerja SPM adalah tolok ukur prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian SPM di Kab/Kota berupa masukan, proses, hasil dan/atau manfaat pelayanan.
Dei nisi operasional indikator SPM dimaksudkan untuk menjelaskan pengertian dari indikator kinerja.
Cara perhitungan/rumus dimaksudkan untuk menyamakan cara perhitungan dalam memperoleh capaian indikator kinerja selama periode kurun waktu tertentu, dengan cara membagi pembilang dengan penyebut.
Target capaian adalah besaran yang harus dicapai sebagaimana ditentukan sampai dengan batas waktu pencapaian SPM.
BAB 5
T
AHAP
AN PENYUSUNAN RENCANA PENCAP
AIAN SPM DI D
AERAH
1 Pelayanan Dasar Kesehatan
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
95% 2015
Jumlah Bumil yang Memperoleh Pelayanan Antenatal K4 di satu wilayah
pada kurun waktu tertentu Jumlah sasaran Bumil di satu wilayah
dalam kurun waktu yang sama
= —————---——————-- X 100%
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani
Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang mendapat penanganan dei nitif sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan (polindes, puskesmas, puskesmas PONED, rumah bersalin, RSIA/RSB, RSU, RSU PONEK)
80% 2015
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan dei nitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan
di satu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
= —————---——————-- X 100%
2 Penataan Ruang Informasi Penataan Ruang
Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital
100% 2014 (kan/kota & kec)
Jumlah informasi RTRW di Kab/Kota peta analog dan peta digital Jumlah kelurahan di kab/kota
= —————---——————-- X 100%
90% 2014
(kelurahan)
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik
Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan
25% 2014
Luas RTH Publik di wilayah kota/ kabupaten
= —————---——————-- X 100%
Batas Waktu
Indikator SPM
34 PANDU
ANAN MINIMAL (SPM) DI D
AERAH
ANAN MINIMAL (SPM) DI D
AERAH
BATAS WAKTU CAPAIAN 3 Lingkungan
Hidup
Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air
Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air
100% 2013
Jumlah usaha dan atau kegiatan yang telah mentaati persy admin dan teknis Jumlah usaha dan atau kegiatan yang
diawasi
= —————---——————-- X 100%
Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak
Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan
administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara
100% 2013
Jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yg telah memenuhi persyaratan adm dan teknis pengendalian
Jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yang potensial mencemari
udara yg telah diinventarisasi
= —————---——————-- X 100%
4 Pelaksanaan program/ kegiatan bidang sosial
Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial skala Kabupaten/Kota
Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
80% 2008-2015
Jumlah PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar
Jumlah PMKS skala kab/kota
= —————---——---- X 100%
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial skala Kabupaten/Kota
Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya
60% 2008-2015
Jumlah PMKS skala kab/kota yang menerima program KUBE atau
sejenisnya Jumlah PMKS skala kab/kota
Langkah 2: Persiapan Pengumpulan Data dan Informasi
Persiapan pengumpulan data dan informasi dilaksanakan melalui penyusunan daftar data dan informasi yang dibutuhkan (check-list) untuk masing-masing indikator SPM dirinci berdasarkan jenis dan unit data serta sumber data dan informasi. Check-list data disusun dan dikembangkan berdasarkan petunjuk teknis SPM yang dikeluarkan Kementerian/Lembaga dan tambahan data-informasi yang relevan dengan indikator SPM. Berikut disampaikan contoh daftar data dan informasi yang dibutuhkan (check-list)
untuk setiap indikator SPM sebagai berikut:
Tabel 5.3 Check-List Kebutuhan Data Indikator SPM Indikator SPM/
Jenis Data
Unit Data Sumber Data
1. SPM Bidang Kesehatan Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4. Jumlah ibu hamil
yang memperoleh pelayanan antenatal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
Data ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal pada:
- Puskesmas
- Rumah Sakit
- Register Kader dan Dukun Bayi
- Pemantauan program KIA
- Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) Laporan Bulanan LB3 (KIA/KB, Gizi, P2BM)
- Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) termasuk layanan swasta
- Register kohort ibu (sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalin yang dikoleksi kader dan dukun bayi)
- Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) KIA – sistem informasi untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah
Jumlah sasaran ibu hamil dalam suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
- Dihitung melalui estimasi dengan rumus: 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama)
- Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing-masing Kab/ Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu
- Data Statistik CBR dari BPS
36
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
36
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
Indikator SPM/ Jenis Data
Unit Data Sumber Data
Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Jumlah komplikasi
kebidanan yang mendapat penanganan dei nitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
Data ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal pada:
- Puskesmas
- Rumah Sakit
- Laporan Audit Maternal dan Perinatal
- Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
- Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) termasuk layanan swasta
- Laporan Audit Maternal dan Perinatal (AMP) Jumlah ibu dengan
komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama
- Dihitung berdasarkan angka estimasi 20% dari Total Ibu Hamil disatu wilayah pada kurun waktu yang sama
- Total sasaran Ibu hamil dihitung melalui estimasi dengan rumus: 1,10 x Crude Birth Rate x Jumlah Penduduk (pada tahun yang sama)
- Angka CBR dan jumlah penduduk Kab/Kota didapat dari data BPS masing-masing Kab/ Kota/Provinsi pada kurun waktu tertentu
- Data Statistik CBR dari BPS
- Data Jumlah Penduduk dari BPS
2. SPM Bidang PU dan Penataan Ruang Informasi Penataan Ruang
Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/ kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital
- Peta analog dapat terdiri dari peta RTRW Kabupaten/Kota dan peta Rencana Rinci Tata Ruang Wilayah Kab/Kota
- Peta analog harus memuat informasi rencana struktur dan pola ruang dengan skala minimal 1:50.000 (RTRW Kab), 1: 5.000 (rencana rinci) yang dilengkapi dengan legenda peta
- Kabupaten/Kota Dalam Angka yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik Daerah per tahun
- Peta analog yang dikeluarkan Dinas/ SKPD yang membidangi penataan ruang
Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Tersedianya luasan
RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan
- Jumlah luasan RTH publik yang tersedia di akhir tahun per jumlah RTH publik yang tersedia di wilayah kota akhir tahun pencapaian SPM
Indikator SPM/ Jenis Data
Unit Data Sumber Data
3. SPM Bidang Lingkungan Hidup Pelayanan Pencegahan Pencemaran Air Prosentase jumlah
usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air
- Data semua jenis usaha dan atau kegiatan rumah sakit, rumah makan dan permukiman/ perumahan
- Identii kasi jenis usaha dan/atau kegiatan yang mencemari air
- Pemeriksaan
kelengkapan dokumen persyaratan usaha dan/ atau kegiatan
- Laporan hasil pemantauan dan inventarisasi/identii kasi lingkungan hidup kabupaten/kota
- Laporan instansi terkait bidng lingkungan di kabupaten/kota
- Sumber lain yang relevan
Pelayanan Pencegahan Pencemaran Udara dari Sumber Tidak Bergerak Prosentase jumlah
usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara
- Inventarisasi industri yang potensial mencemari udara
- Inventarisasi cerobong yang potensial mencemari udara dalam 1 (satu) industri, serta parameter dominan yang harus diukur
- Hasil pengawasan lapangan antara lain: laporan pemerintah daerah, laporan PROPER.
- Laporan instansi yang menangani bidang perindustrian dan perdagangan.
- Sumber lain yang relevan
4. SPM Bidang Sosial
Pemberian bantuan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial skala Kabupaten/Kota
Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
- Jumlah penyandang PMKS (fakir miskin, anak terlantar dll)
- Jumlah penyandang PMKS yang memperoleh bantuan sosial
- Pendataan langsung penyandang PMKS skala kabupaten/kota
- Pendataan langsung penyandang PMKS skala kabupaten/kota yang memperoleh bantuan sosial
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan sosial skala Kabupaten/Kota Persentase (%) PMKS
skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya
- Jumlah penyandang PMKS (fakir miskin, anak terlantar dll)
- Jumlah penyandang PMKS yang meneriman program KUBE dan sejenis lainnya
- Pendataan langsung penyandang PMKS skala kabupaten/kota
38
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
38
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
Langkah 3: Pengumpulan Data dan Informasi
Pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui metoda:
Pengumpulan data sekunder, dimana SKPD mengumpulkan dokumen, laporan, data statistik yang menjadi sumber data dan informasi untuk setiap indikator SPM dari masing-masing lembaga/ instansi pemilik data dan pemangku kepentingan lainnya (swasta, lembaga masyarakat, dll).
Beberapa prinsip pengumpulan data sekunder:
- Dilakukan secara menyeluruh mulai dari tingkatan paling rendah (RT/RW, Kelurahan), sampai pada tingkatan lebih tinggi (Kecamatan, Kota/Kab)
- Data dapat berasal dari berbagai sumber (Laporan Bulanan Puskesmas, Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), Pemantauan Wilayah Setempat (PWS).
Pengumpulan data primer, dalam hal data sekunder tidak tersedia maka dilakukan pengumpulan data primer oleh SKPD sesuai dengan
check-list kebutuhan data yang sudah disiapkan. Pengumpulan data primer membutuhkan waktu dan sumberdaya yang mencukupi. Pengumpulan data primer dapat dilakukan antara lain dengan cara: pencacahan, survei, interviu.
Dalam pelaksanaannya pengumpulan data seringkali dihadapkan pada tantangan sebagai berikut:
Data dan informasi yang diperoleh sangat minim karena sumberdaya untuk mengumpulkannya terbatas. Biasanya untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan detil membutuhkan survei lapangan dengan biaya yang relatif besar;
Ketiadaan data yang lengkap dan komprehensif yang seringkali menghambat proses pengumpulan;
Memanfaatkan informasi yang tersedia sebaik-baiknya, meskipun sangat kualitatif – perlu cek dan koni rmasi mengenai kebenaran data; Perlunya daftar kebutuhan data dan sumber yang ada agar tidak terjadi
5.4 Reviu Program dan Kegiatan Penerapan SPM
Dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah
Untuk membantu penyusunan proi l pelayanan dasar terlebih dahulu dilakukan reviu terhadapprogram dan kegiatan penerapan SPM dalam dokumen rencana pembangunan daerah (RPJMD dan RKPD) dan dokumen rencana SKPD (Renstra SKPD dan Renja SKPD) untuk rencana pencapaian selama 5 (lima) tahun serta Renja SKPD untuk target pencapaian tahunan. Reviu program dan kegiatan penerapan SPM dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa jauh SPM telah dan sedang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah (SKPD pengampu SPM), baik untuk rencana pencapaian selama 5 (lima) tahun dan target pencapaian tahunan.
Reviu ini mencakup:
Program dan kegiatan prioritas SKPD dalam pencapaian SPM beserta target kinerja dan lokasi program/kegiatan prioritas.
Indikator SPM yang digunakan dalam program dan kegiatan.
Reviu program dan kegiatan penerapan SPM dalam RKPD dan Renja SKPD mencakup:
Target pencapaian SPM tahunan yang akan dicapai dalam jangka waktu pelaksanaan RKPD dan Renja SKPD;
Program dan kegiatan prioritas SKPD dalam pencapaian SPM beserta target kinerja dan lokasi program/kegiatan prioritas tahun berjalan; Besaran pagu pendanaan untuk program dan kegiatan prioritas.
Langkah-langkah yang dilakukan reviu ini adalah sebagai berikut:
Tim Koordinasi menyampaikan format dan tata cara pengisian laporan penerapan SPM kepada SKPD pengampu SPM;
SKPD pengampu SPM melakukan pengisian laporan penerapan SPM; SKPD pengampu SPM menyampaikan hasil pengisian laporan
penerapan SPM kepada Tim Koordinasi;
40 PANDU
ANAN MINIMAL (SPM) DI D
AERAH
ANAN MINIMAL (SPM) DI D
AERAH
Tabel 5.4 Reviu Program dan Kegiatan Penerapan SPM dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah dan SKPD
SPM Bidang: …… SKPD:
No Indikator SPM Capaian SPM Tahun
2012
Target Capaian SPM
Penerapan SPM dalam Dokumen Rencana Pembangunan Daerah/SKPD
Nama Program dan kegiatan Tahun Nilai RJPMD RKPD Renstra
SKPD
Renja SKPD
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4
87% 2015 95% V V V V Program Peningkatan
Keselamatan Ibu Hamil dan Melahirkan 2 Cakupan Komplikasi
Kebidanan Yang Ditangani
70% 2015 80% V V Program Peningkatan
Keselamatan Ibu Hamil dan Melahirkan
Kolom 1 Diisi dengan no urut
Kolom 2 Diisi dengan namaindikator SPM
Kolom 3 Diisi dengan capaian SPM sesuai dengan rumus perhitungan SPM Kolom 4 Diisi dengan tahun pencapaian target SPM
Kolom 5 Diisi dengan nilai target capaian SPM
Kolom 6 Diisi dengan tanda cek (V) jika indikator SPM telah dimasukan dalam RPJMD Kolom 7 Diisi dengan tanda cek (V) jika indikator SPM telah dimasukan dalam Renstra SKPD Kolom 8 Diisi dengan tanda cek (V) jika indikator SPM telah dimasukan dalam RKPD Kolom 9 Diisi dengan tanda cek (V) jika indikator SPM telah dimasukan dalam Renja SKPD
5.5 Penyusunan
Profi l Pelayanan Dasar di Daerah
Apa itu Profi l Pelayanan Dasar?
Pemahaman yang akurat mengenai kondisi/status penerapan dan pencapaian SPM di daerah akan membantu penyusunan rencana pencapaian SPM yang lebih realistis dan dapat dicapai. Hal ini dimulai dengan pengumpulan dan pengolahan data dan informasi pencapaian SPM di masing-masing SKPD yang disajikan dalam bentuk proi l pelayanan dasar di daerah.
Pengertian dari proi l pelayanan dasar adalah sekumpulan data dan informasi yang dikumpulkan, distrukturkan dan diolah untuk menggambarkan kondisi pelayanan dasar di daerah sebagai bahan masukan dalam menyusun dan mengembangkan rencana pencapaian SPM ke depan. Proi l pelayanan dasar disusun melalui pengumpulan data dan informasi pencapaian SPM di masing-masing SKPD yang sudah tersedia dan/atau data dan informasi yang dihasilkan dari proses monitoring dan evaluasi penerapan SPM yang dilakukan secara reguler dan terpadu. Proi l pelayanan dasar menggambarkan kondisi pencapaian SPM di daerah melalui data dan informasi yang dikumpulkan oleh setiap SKPD pengampu SPM dan pemangku kepentingan. Proses pengumpulan data dan informasi melibatkan semua pemangku kepentingan terkait. Metoda pengumpulan data dan informasi secara partisipatif dapat dilakukan melalui penilaian cepat (rapid assessment), kelompok diskusi terbatas, survei dan lain-lain. Penyusunan proi l pelayanan dasar difokuskan kepada data dan informasi merujuk pada indikator-indikator SPM.
Tujuan Penyusunan
Proi l pelayanan dasar disusun dengan tujuan untuk:
Mengetahui gambaran umum, status, kedudukan, dan kinerja daerah dalam penerapan dan pencapaian SPM untuk penyelenggaraan pemerintahan daerah;
Mengetahui aspek-aspek apa saja yang perlu untuk segera ditangani dalam rangka pencapaian SPM di daerah;
Mengetahui faktor-faktor penentu keberhasilan/ketidak berhasilan termasuk potensi dan permasalahan penerapan SPM;
42
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
42
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
Manfaat
Proi l pelayanan dasar yang selanjutnya dapat digunakan untuk menganalisis:
Penentuan status awal yang terkini dari pencapaian SPM di Daerah. Perbandingan bila terdapat kesenjangan antara status awal dengan
target pencapaian dan batas waktu pencapaian SPM yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Perhitungan pembiayaan atas target pencapaian SPM.
Perhitungan perkiraan kemampuan keuangan dan pendekatan penyediaan pelayanan dasar yang memaksimalkan sumber daya daerah serta memproyeksikan tingkat pencapaian dan biaya pemenuhan SPM.
Siapa Yang Terlibat dalam Penyusunan Profi l Pelayanan Dasar?
Penyusunan proi l pelayanan dasar dilaksanakan oleh setiap SKPD terutama SKPD pengampu SPM dengan proses sebagai berikut:
SKPD pengampu SPM, melalui Tim Teknis yang dibentuk, menyusun proi l pelayanan dasar sesuai SPM yang menjadi urusannya dalam bentuk tabel yang disepakati bersama;
SKPD pengampu SPM menyampaikan proi l pelayanan dasar sesuai SPM yang menjadi urusannya kepada Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM;
Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM melakukan verii kasi terhadap proi l pelayanan dasar yang disampaikan SKPD pengampu SPM untuk memastikan bahwa data dan informasi yang disampaikan dapat dipertanggungjawabkan;
Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM menyampaikan hasil verii kasi proi l pelayanan dasar kepada SKPD pengampu SPM apabila memerlukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap data dan informasi yang disampaikan;
SKPD pengampu SPM melakukan perbaikan dan penyempurnaan proi l pelayanan dasar berdasarkan masukan hasil verii kasi dan menyampaikan kembali perbaikan proi l pelayanan dasar kepada Tim Koordinasi Penerapan dan Pencapaian SPM;
Apabila diperlukan dalam penyusunan proi l pelayanan dasar di setiap SKPD dan penggabungan kedalam Proi l Pelayanan Dasar Kabupaten/Kota dapat melibatkan fasilitator atau tenaga ahli yang memiliki pengetahuan dan kapasitas dalam melakukan pendampingan penyusunan proi l pelayanan dasar.
Tahapan Penyusunan Profi l Pelayanan Dasar
Langkah 1: Pengolahan data dan informasi
Pengolahan data dan informasi dimaksudkan untuk menstrukturkan data dan informasi yang diperoleh kedalam format pengolahan data, yang terdiri dari: jenis indikator SPM dan data capaian SPM. Yang perlu diperhatikan dalam kompilasi data adalah sbb:
kesesuaian data yang tersedia dengan jenis data yang dibutuhkan konsistensi sumber data yang digunakan
konsistensi tahun data (time-series)
Tabel 5.5 Kompilasi Indikator SPM
No Uraian Indikator 2010 2011 2012
1 SPM Bidang Kesehatan
a Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 90% 92% 94%
- Jumlah ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
- Jumlah sasaran ibu hamil dalam suatu wilayah pada kurun waktu tertentu
b Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 68% 69% 70%
- Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapat penanganan dei nitif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
- Jumlah ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu yang sama Dan seterusnya ...
2 SPM Bidang PU dan Penataan Ruang
a Tersedianya informasi mengenai Rencana Tata Ruang (RTR) wilayah kabupaten/kota beserta rencana rincinya melalui peta analog dan peta digital
- Jumlah informasi RTRW di kab/kota peta analog dan peta digital
44
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
44
PANDUAN PENERAPAN DAN PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) DI DAERAH
No Uraian Indikator 2010 2011 2012
b Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/kawasan perkotaan
- Luas RTH publik di wilayah kota/kawasan perkotaan
- Luas wilayah kota/kawasan perkotaan Dan seterusnya ...
3 SPM Bidang Lingkungan Hidup
a Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air
- Jumlah usaha dan atau kegiatan yang telah mentaati persyaratan administrasi dan teknis
- Jumlah usaha dan atau kegiatan yang diawasi b Prosentase jumlah usaha dan/atau kegiatan sumber
tidak bergerak yang memenuhi persyaratan administratif dan teknis pencegahan pencemaran udara
- Jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yang telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis pengendalian
- Jumlah usaha dan atau kegiatan sumber tidak bergerak yang potensial mencemari udara yang telah diinventarisasi
Dan seterusnya ... 4 SPM Bidang Sosial
a Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
- Jumlah PMKS skala kabupaten/kota yang memperoleh bantuan sosial untuk pemenuhan kebutuhan dasar
- Jumlah PMKS skala kabupaten/kota
b Persentase (%) PMKS skala kab/kota yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya
- Jumlah PMKS skala kabupaten/kota yang menerima program KUBE atau sejenisnya