BOKS
Dampak El-Nino Terhadap Produksi Pertanian
Pemanasan global yang terjadi dew asa ini mengakibatkan perubahan iklim yang cukup drastis pada beberapa tahun terakhir. Untuk w ilayah tropis, dampak yang dirasakan adalah perubahan pola cuaca ant ara musim penghujan dan musim kemarau yang salah satunya berlangsung lebih lama serta meledaknya populasi hama dan penyakit pada tanaman.
El-nino adalah penyimpangan iklim yang meng akibatkan musim kemarau berlangsung lebih lama. Berdasarkan informasi Badan M eteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BM KG) provinsi Jaw a Tengah, El-nino terjadi ketika massa uap air di perairan w ilayah Indonesia bergerak ke arah Pasifik ekuator bagian tengah/timur, sehingga curah hujan di w ilayah Indonesia berkurang. Apalagi bila didukung dengan anomali suhu di perairan w ilayah Indonesia yang lebih dingin maka tekanan Udara w ilayah Indonesia lebih kuat dari tekanan Pasifik sehingga terjadi dorongan massa uap air dari w ilayah Indonesia ke Pasifik dan Indonesia mengalami kemarau panjang. Kondisi ini tentu saja akan mempengaruhi produktivitas pert anian dan sosial ekonomi masyarakat karena semakin berkurangnya pasokan air. Berdasarkan dat a historis BM KG, terdapat 4 periode terjadinya fenomena El-nino terkuat dalam kurun w aktu 20 tahun terakhir yaitu pada tahun 1982/1983, 1986/1987, 1991/1995, dan 1997/1998. Dimana pada tahun 1997/1998 terjadi penurunan produktivitas padi yang cukup signifikan di Jaw a Tengah sebagai dampak dari El-nino (Grafik 1).
Produktivitas Padi Jawa Tengah
1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 El Nino
1997/1998
El Nino 2009
Sumber : BPS
M enurut BM KG, besarnya dampak El-Nino yang dirasakan pada tahun 1997/1998 dikarenakan anomali suhu perairan Indonesia (-0.60C) lebih dingin dari
perairan Pasifik (+2.30 C) dan tekanan Udara w ilayah Indonesia lebih kuat dari
tekanan Pasifik sehingga terjadi dorongan massa uap air dari w ilayah Indonesia ke Pasifik dan Indonesia mengalami kemarau panjang.
Untuk triw ulan III-2009, prediksi BM KG selama bulan Agustus 2009 menunjukkan bahw a El-Nino yang terjadi di Jaw a Tengah dalam skala Lemah. Untuk bulan September 2009 skala El-Nino di Jaw a Tengah yang terjadi adalah M oderate, dikarenakan terjadi penurunan suhu perairan di w ilayah Jaw a Tengah namun masih dalam bat as normal. Sedangkan untuk bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010, El-Nino terjadi dalam skala M oderat e-Kuat, namun pada bulan -bulan tersebut di w ilayah Jaw a Tengah sudah memasuki musim penghujan sehingga diperkirakan terjadi kemunduran aw al musim hujan.
Relatif tidak berpengaruhnya El-Nino pada triw ulan III-2009 dikarenakan oleh suhu perairan Indonesia khususnya Jaw a Tengah sama dengan suhu perairan Pasifik Tengah. Sehingga tekanan udara di w ilayah Jaw a Tengah, sama dengan t ekanan udara Pasifik Tengah. Oleh kar enanya tidak terjadi aliran massa uap air ke Pasifik Tengah. Selain itu terjadi juga fenomena lain yaitu Dipole M ode yang juga berperan mempengaruhi kondisi kering di w ilayah Jaw a Tengah.
Sumber : BM KG
Grafik 1.2. Suhu Perairan Indonesia dan Pasifik 1997
Sumber : BM KG
Grafik 1.3. Suhu Perairan Indonesia dan Pasifik 2009
Tengah menunjukkan bahw a kebutuhan air di w ilayah Jaw a Tengah masih dapat tercukupi. Terlihat dari persentase realisasi w aduk kecil dan besar yang mencapai lebih dari 100% (Tabel 1).
Tabel 1
Volume W aduk di Jaw a Tengah M inggu II Oktober 2009
Rencana Realisasi % Realisasi Besar 837.440 1.086.698 129,8% Kecil 25.619 31.581 123,3%
Volume ( juta m3 ) Waduk
Sumber : Dinas PSDA
Berdasarkan berbagai data dan informasi yang disampaikan, maka dapat disimpulkan bahw a secara um um El-Nino tidak berdampak signifikan di w ilayah Jaw a Tengah t erutama pada sektor pertanian. Namun sebagai langkah antisipasi, beberapa upaya telah dilakukan oleh instansi dan dinas terkait di w ilayah provinsi Jaw a Tengah yang diantaranya : (1) Sosialisasi/informasi dini mengenai kondisi cuaca, prakiraan musim kemarau tahun 2009 oleh BM KG melalui berbagai media massa. (2) Optimalisasi/pemberdayaan Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A). (3) M enerapkan pola tanam padi-padi-palaw ija (daerah irigasi), padi -palaw ija-palaw ija (daerah tadah hujan) dan penerapan budidaya padi hemat air seperti SRI dan PTT. (4) Sosialisasi Gerakan Hemat Air melalui optimalisasi irigasi saw ah sesuai kebutuhan tanaman dan perbaikan infrastruktur irigasi di tingkat usaha tani. (5) Optim alisasi pemanfaatan bendung, w aduk, embung, jaringan irigasi (jides, jitut), air irigasi permukaan, sumur pantek, dan pompa air.