• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI REWARD DALAM PENDIDIKAN. Qurrata Akyuni Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "URGENSI REWARD DALAM PENDIDIKAN. Qurrata Akyuni Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

URGENSI REWARD DALAM PENDIDIKAN Qurrata Akyuni

Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Serambi Mekkah ABSTRAK

Kajian ini membahas pentingnya penerapan reward dalam pendidikan. Reward merupakan salah satu kunci penentu berhasilnya suatu pendidikan, seorang guru dapat menggunakan berbagai macam cara agar siswa termotivasi dalam belajar. Penerapan reward yang baik dan tepat akan memberikan dampak yang signifikan bagi peningkatan prestasi belajar siswa sehari-hari. Reward dapat diberikan dalam berbagai bentuk di antaranya dalam bentuk hadiah, nilai, peringkat dan simbol-simbol, kegiatan dan gestural. Penerapan bentuk-bentuk reward tersebut dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan siswa.

Key Word : Urgensi, Reward dan pendidikan

A. Pendahuluan

Dunia pendidikan membutuhkan pendidik-pendidik yang mampu menghasilkan anak didik yang berkualitas. Guru sebagai pendidik adalah seorang yang berjasa besar terhadap masyarakat dan bangsa. Tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat dan negara sebagian besar bergantung pada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai anak dengan karakter yang beragam. Ada anak yang mudah dibina, sebagian giat belajar dan sebagian lain sangat malas belajar. Sebenarnya sifat-sifat buruk yang timbul dalam diri anak bukanlah lahir dan fitrah mereka. Sifat-sifat buruk

(3)

tersebut timbul karena kurangnya perhatian dari orang tua dan para pendidik.

Apabila berbicara masalah pendidikan, tentu akan terlihat proses interaksi antara guru dan murid. Proses itu merupakan tindakan konkret untuk mencapai tujuan dan juga untuk menilai sejauh mana tujuan itu telah dicapai.1 Interaksi antara guru dan murid merupakan komponen penting

dalam pembelajaran. Penelitian membuktikan bahwa prilaku dan prestasi murid dipengaruhi oleh guru. Guru yang berprilaku positif cenderung memiliki murid yang berprestasi tinggi dan memiliki keterampilan positif dalam menjalankan tugas. Guru yang mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan melibatkan murid dalam pembelajaran biasanya lebih menguntungkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu interaksi murid dengan guru memberi sumbangan terhadap dinamika pencapaian tujuan pembelajaran. Proses interaksi antara guru dan murid yang dapat menarik perhatian murid salah satunya dengan memberikan reward.

Reward dapat diberikan apabila terbukti seorang siswa mampu menunjukkan kelebihannya dalam bidang tertentu. Peranan reward dalam proses pembelajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini didasarkan atas berbagai pertimbangan logis, di antaranya reward ini dapat menimbulkan motivasi belajar siswa dan dapat mempengaruhi perilaku positif dalam kehidupan siswa.

B. Pembahasan

1. Pengertian Reward dalam Dunia Pendidikan

____________

1

Darwis A. Soelaiman, Pengantar Kepada Teori dan Praktek Pengajaran, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1979), hal. 69.

(4)

Reward dalam kamus Dictionary of Education bahwa “Reward pleasant satisfying experience concequent upon a certain course of behavior and mediated by an external agent or by the self acting as agent in the hope of encouraging the repetition of the behavior”2 (Reward adalah suatu perasaan yang memuaskan,

menyenangkan yang diarahkan ke arah tertentu dari tingkah laku yang diakibatkan oleh hal-hal yang berasal dari lingkungan luar atau yang dilakukan sendiri sebagai harapan terhadap dorongan dari pengulangan tingkah lakunya).

Menurut Skinner seperti dikutip oleh Syarifuddin dalam artikelnya “Teori-teori Belajar Behavioristik” mengatakan bahwa reward merupakan faktor terpenting dalam proses belajar mengajar. Skinner berpendapat dalam teori Operant Conditioning (suatu situasi belajar di mana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement langsung) apabila siswa tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap stimulus, guru tidak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya terhadap arah tujuan behavior. Yang dimaksud dengan stimulus di sini adalah positive reinforcement (penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu respon), negative reinforcement (pembatasan stimulus yang tidak menyenangkan yang jika dihentikan akan mengakibatkan probabilitas respons), primary reinforcement (stimulus pemenuhan kebutuhan-kebutuhan fisiologis) dan modifikasi tingkah laku guru (perlakuan guru terhadap siswa berdasarkan minat kesenangan mereka).3

Berdasarkan pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan reward dalam pendidikan merupakan suatu cara yang dilakukan guru agar dapat menyenangkan hati murid dengan memberikannya ganjaran atas prestasi yang diraih di lingkungan sekolah, karena perbuatan atau pekerjaannya

____________

2

W.W Charters, V. Good, Dictionary of Education (Prepared Under The Auspices Of Phi Delta Kappa), (New York Toronto London: Mc. Graw, Hill Book Compani, Inc, 1959), hal. 470.

3

Syarifuddin, Teori-teori Belajar Behavioristik, dalam http//www.data.tp.ac.id, diakses pada tanggal 20 Mei 2009.

(5)

yang telah mendapat penghargaan dari para guru maka murid dapat mengulangi kembali perbuatan yang telah dilakukan bahkan lebih baik lagi. 2. Filosofi Reward dalam Pendidikan Islam

Pendidikan Islam memandang bahwa reward dianjurkan dalam Islam, reward dalam Islam disebut targhib yaitu janji terhadap kesenangan akhirat yang disertai bujukan.4 Menerapkan targhib dengan memberikan

janji, motivasi sehingga siswa merasa senang dan berhasrat menaatinya. Di dalam Al-Qur`an banyak ayat-ayat yang bernada pujian dan memberi janji kepada orang yang beriman dan beramal shaleh dengan surga. Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi: Sesungguhnya Al Quran Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar. (QS. Al-Isra’:9).5

Dijelaskan juga dalam ayat lain bahwa kita dianjurkan untuk berbuat kebaikan yaitu dalam Al-Baqarah ayat 261 yang bunyinya: adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki. dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 261).6

Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa metode reward (ganjaran) mendidik kita untuk berbudi luhur. Diharapkan agar manusia selalu berbuat baik dalam upaya mencapai prestasi-prestasi tertentu dalam kehidupan di dunia. Ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian reward dalam konteks pendidikan dapat diberikan bagi siapa saja

____________

4

Tasnim Idris, Penerapan Metode Targhib dan Tarhib dalam Pendidikan Islam, (Darussalam, Banda Aceh: Ar-Raniry Press, 2008), hal. 19.

5Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Sygma Examedia Arkanleema, 2009), hal. 283.

(6)

yang berprestasi, dengan adanya reward itu, siswa akan lebih giat belajar karena dengan adanya reward tersebut siswa menjadi termotivasi untuk selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Oleh karena itulah penting kiranya metode reward ini diterapkan di sekolah. Manusia selalu mempunyai cita-cita, harapan, dan keinginan. Inilah yang dimanfaatkan oleh metode reward.

Dengan metode ini seseorang mengerjakan perbuatan baik atau mencapai suatu prestasi yang tertentu diberikan suatu reward yang menarik sebagai imbalan. Peranan reward dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini didasarkan atas berbagai pertimbangan logis, di antaranya reward ini dapat menimbulkan motivasi belajar siswa dan dapat mempengaruhi perilaku positif dalam kehidupan siswa.

Pahala diakui keberadaannya dalam rangka pembinaan umat, dalam prakteknya pahala ini dapat berbentuk hadiah, cendramata, bonus dan sebagai nya yang diberikan kepada orang-orang yang menunjukkan prestasi yang tinggi dalam kebaikan. Dengan demikian keberadaan reward diakui dalam Islam dan digunakan dalam rangka membina umat manusia melalui kegiatan pendidikan.7 Sebagaimana tercantum dalam Firman Allah sebagai

berikut: Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (QS. Huud: 11).8

Di dalam ayat di atas dijelaskan dalam tafsirnya orang-orang yang sabar menghadapi bencana dan musibah, rajin beramal shaleh di saat-saat mereka berada dalam kebahagiaan dan kenikmatan, Allah berjanji kepada

____________

7

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 105. 8 Ibid, hal. 222.

(7)

mereka itu akan diberi pengampunan dan pahala yang besar atas kesabaran dan amal-amal shaleh mereka.

Begitu pula seorang guru hendaknya menerapkan reward bagi siswa yang berprestasi dalam pembelajaran supaya mereka semakin terdorong untuk selalu memperhatikan materi yang disampaikan guru dan meningkatkan prestasinya.

3. Bentuk-bentuk Reward dalam Pembelajaran

Reward (ganjaran) sebagai alat pendidikan akan diberikan kepada anak-anak yang menunjukkan prestasi atau hasil pendidikan yang baik. Baik dari segi prestasi kepribadiannya (kelakuannya, kerajinannya dan sebagainya) maupun dalam prestasi belajarnya. Ganjaran tersebut harus diberikan kepada siswa yang berhasil mencapai prestasi yang diharapkan. Dalam hal ini ganjaran berfungsi sebagai pengakuan dan penghargaan terhadap usaha/kerja keras oleh siswa.

Ada bermacam-macam bentuk reward yang dapat diterapkan dalam pendidikan di antaranya ada yang berbentuk materi dan ada yang berbentuk inmateri, seperti halnya guru memberikan pujian dan penghargaan. Adapun reward dalam bentuk materi di antaranya:

Pertama, Hadiah. Menurut bahasa hadiah adalah pemberian (pemenang perlombaan, sayembara dan sebagainya).9 Hadiah merupakan

pemberian dalam bentuk penghargaan, penghormatan maupun kenang-kenangan dari seseorang kepada orang lain. Namun dalam konsep pendidikan, hadiah adalah salah satu alat pendidikan untuk mendidik anak-anak supaya anak-anak menjadi merasa senang karena perbuatan dan pekerjaannya mendapat penghargaan. Atau dengan kata lain hadiah yang dimaksud dalam reward ini adalah pemberian yang diberikan guru untuk mendorong perhatian siswa agar tetap antusias dan lebih termotivasi dalam

____________

9

Dewi Susanti, Hadiah dalam Pendidikan, dalam http//www.dewiamia17.blogspot.com, diakses pada tanggal 30 Desember 2010.

(8)

melakukan aktivitas pembelajaran atau dengan kata lain, hadiah adalah alat pendidikan preventif dan represif yang menyenangkan dan bisa menjadi pendorong atau motivator belajar bagi murid.

Hadiah sebagai alat untuk mendidik tidak boleh dianggap sebagai upah. Karena upah merupakan sesuatu yang mempunyai nilai sebagai ganti rugi dari suatu pekerjaan atau suatu jasa yang telah dilakukan oleh seseorang. Jika hadiah itu sudah berubah sifat menjadi upah, hadiah itu tidak lagi bernilai mendidik karena anak akan mau bekerja giat dan berlaku baik karena mengharapkan upah. Hadiah ini dapat berbentuk materi dan inmateri, hadiah dalam bentuk materi dapat berupa kado seperti buku atau alat-alat bantuan belajar lainnya.

Reward dapat berupa benda-benda yang menyenangkan dan berguna bagi anak-anak. Tetapi dalam hal ini guru harus lebih hati-hati dan bijaksana sebab bila dapat menggunakannya maka akan membiasakan fungsinya yang semula untuk menggairahkan belajar siswa berubah menjadi upah dalam pandangan siswa.10

Sedangkan hadiah dalam bentuk inmateri di antaranya dapat diberikan dalam bentuk pujian seperti: bagus, tepat, ya, pintar dan sebagai nya. Pujian merupakan salah satu kekuatan yang dapat digunakan setiap orang dalam hidupnya untuk menciptakan rasa hangat dan kepedulian kepada orang-orang di sekitarnya. Biasanya hadiah yang bersifat seperti ini dapat dilakukan secara spontan ketika siswa menjawab berbagai pertanyaan dari guru.11 Sebagaimana dikatakan oleh Emmer seperti dikutip Suharsimi

Arikunto bahwa pemberian pujian dapat berbentuk perhatian dan pengakuan atas keberhasilan siswa.12 Pujian mempunyai banyak tujuan

____________

10

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu Pendekatan

Teoritis Psikologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hal 195.

11Mustafa Fahmi, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Ruhama, 1989), hal. 45. 12

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 159.

(9)

dalam pengajaran di antaranya untuk memperkuat prilaku yang tepat dan memberikan umpan balik kepada siswa tentang apa yang mereka lakukan dengan benar.13 Penghargaan dalam bentuk pujian yang diperoleh siswa ini

merupakan sebagai sumber pendorong bagi perkembangan siswa selanjutnya.14

Kedua, Nilai. Nilai dalam pendidikan merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas yang diberikan karena adanya prestasi yang diraih.15 Nilai dalam reward merupakan suatu apresiasi

terhadap siswa yang dianggap perlu diberikan demi mendorong agar prestasi tersebut dapat terus dipertahankan. Nilai yang didapat siswa merupakan hasil dari penilaian yang dilakukan guru. Penilaian terbagi dalam bentuk penilaian sumatif dan penilaian formatif, penilaian sumatif merupakan penilaian yang dilakukan guru pada akhir semester atau akhir tahun. Sedangkan nilai yang dimaksud di sini adalah hasil dari penilaian formatif yaitu penilaian yang dilakukan guru selama program pembelajaran berlangsung. Reward di sini maksudnya seorang guru memberikan nilai terhadap hasil kerja siswa supaya mereka merasa dihargai dan terdorong untuk mendapatkannya lagi.

Ketiga, Peringkat dan simbol-simbol. Guru merupakan pembangkit semangat bagi siswa yang lemah. Tidak harus berupa materi reward diberikan kepada siswa dalam bentuk peringkat juga dapat diberikan kepada siswa untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi mereka, misalnya memberi peringkat terhadap hasil ulangan siswa atau bagi siswa yang telah selesai mengerjakan tugas maka boleh menuliskan namanya di papan tulis, berurutan mulai dari yang selesai pertama kali

____________

13

Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan, Teori dan Praktik, (Jakarta: Indeks, 2009), hal. 140. 14

Amin Daen Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Rahmat, 1990), hal. 190.

15

Uzey, Pengertian Nilai, dalam http//www.uzey.blogspot.com, diakses pada tanggal 20 September 2009.

(10)

sampai yang terakhir. Pada pembelajaran berikutnya, para siswa berlomba untuk mengerjakan tugas dengan baik dan cepat. Ini merupakan salah satu reward yang disenangi oleh siswa.

Sedangkan simbol-simbol merupakan bentuk reward yang diberikan oleh guru kepada siswa dengan menggunakan peringkat huruf atau angka-angka dan juga simbol-simbol lain seperti tanda bintang, centang dan benar. Dalam pemberian peringkat dengan cara yang betul dan adil merupakan reward yang paling tepat diberikan langsung dengan usaha, prestasi dan kemampuan siswa.

Keempat, Kegiatan. Kegiatan merupakan reward yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam bentuk memberikan suatu pekerjaan, tugas atau kegiatan-kegiatan lain yang merupakan dambaan siswa untuk memperoleh kesempatan untuk melakukannya. Amir Daen Indrakusuma mengatakan dalam bukunya pengantar ilmu pendidikan, bahwa reward dalam bentuk kegiatan juga bisa diberikan guru dengan pemberian kekuasaan untuk melakukan sesuatu misalnya kepada anak yang berhasil menyelesaikan suatu soal yang sulit diperintahkan mengerjakan di papan tulis untuk dicontohkan teman-temannya.16 Bisa juga bagi anak yang rajin diserahi

wewenang atau tugas untuk mengurus perpustakaan, dengan seperti itu mereka akan merasa dihargai karena diberikan kepercayaan melakukan sesuatu. Atau dengan berbagai kegiatan lainnya tergantung kebijakan dari seorang guru dalam memilihnya yang paling penting harus diperhatikan adalah reward yang diberikan haruslah bersifat edukatif.17

Kelima, Dalam Bentuk Gestural. Gestural merupakan salah satu cara berkomunikasi melalui gerakan-gerakan tubuh.18 Reward dalam bentuk

____________

16

Amin Daen Indrakusuma, Pengantar ilmu..., hal. 189. 17

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik…, hal 195. 18

Riswanto Hidayat, Komunikasi Non Verbal, dalam http//www.riswantohidayat..com, diakses pada tanggal 5 Oktober 2010.

(11)

gestural biasanya diberikan dengan mimik, gerakan wajah atau anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Misalnya mengangguk-anggukkan kepala, mengangkat alis, tersenyum, kerlingan mata, tepuk tangan, menaikkan ibu jari tanda “jempolan” sebagai tanda senang dan membenarkan sikap, prilaku atau perbuatan siswa.

Jika diperhatikan ternyata pemberian reward itu tidak mudah, kapan waktunya, kepada siapa dan bagaimana bentuknya merupakan masalah yang tidak mudah untuk menjawabnya tetapi sebagai pedoman dalam memberikan reward ada baiknya mengikuti prosedur yaitu pertama, untuk memberikan reward yang pedagogis guru perlu mengenal betul siswanya dan tahu menghargai dengan tepat. Reward yang salah dan tidak tepat dapat membawa akibat yang tidak diinginkan. Reward yang diberikan kepada seorang siswa hendaknya jangan menimbulkan rasa cemburu dan iri hati bagi siswa yang lain yang merasa pekerjaannya juga lebih baik, tetapi ia tidak mendapat reward.19

Kedua, reward hendaknya disesuaikan dengan keadaan atau sifat dari aspek yang menunjukkan keistimewaan prestasi. Cleary Brophy sebagaimana dikutip Suharsimi Arikunto bahwa pada waktu menyerahkan reward hendaknya disertai dengan penjelasan rinci tentang alasan dan sebab menerima hadiah tersebut.20 Ketiga, reward hendaknya disesuaikan dengan

kesenangan atau minat siswa. Pemberian reward disesuaikan dengan kesenangan atau minat siswa dapat berupa tas, perlengkapan alat-alat tulis atau benda-benda yang lainnya. Suprayitno mengatakan bahwa memberi reward hendaklah hemat, terlalu sering atau terus-menerus memberikan

____________

19S. Suprayitno dan Amitiya Kumara, Mengajar Anak Berdisiplin Diri di Rumah dan di

Sekolah, (Jakarta: Gramedia, 1996), hal. 29.

(12)

reward akan menghilangkan arti reward sebagai alat pendidikan.21 Keempat,

walau reward dapat dijanjikan lebih dahulu, tetapi akan lebih baik diberikan setelah siswa menunjukkan prestasi kerjanya terutama untuk reward yang diberikan kepada seluruh siswa. Sebab reward yang telah dijanjikan lebih dahulu berpotensi untuk memancing siswa untuk mengejakan tugasnya terburu-buru. Bahayanya bisa mendatangkan kesukaran tertentu bagi siswa yang kurang pandai.

Dalam proses pemberian reward yang efektif adalah ditekankan pada pelaksanaannya, sebagaimana pendapat Thomas Gordon menerangkan bahwa pertama, yang diawasi siswa harus menginginkan atau membutuhkan sesuatu yang cukup kuat untuk diajukan kepada pengawas (tampil dengan prilaku yang diharapkan). Kedua, reward yang diberikan pengawas harus dilihat siswa sebagai suatu kebutuhan yang dapat memberikan kepuasan batin baginya. Ketiga, yang diawasi harus bergantung pada pengawal untuk menyediakan reward.22

4. Cara Pemberian Reward Dalam Pembelajaran

Dalam penerapan reward ada beberapa cara yang perlu dicermati di antaranya Pertama, cara langsung. Cara langsung ini dilakukan secara spontan apabila siswa mendapat prestasi secara baik. Misalnya ketika guru mengajar dan mengajukan pertanyaan dalam kelas siswa secara spontan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan, maka guru dalam hal ini memberi reward atau penghargaan dengan berbagai bentuk bisa dalam bentuk pujian, pemberian barang, nilai dan sebagai nya. Kedua, cara tidak langsung. Cara tidak langsung ini dilakukan apabila siswa telah melakukan tugas atau ujian

____________

21

S. Suprayitno dan Amitiya Kumara, Mengajar Anak..., hal. 29. 22Ibid, hal. 30.

(13)

yang pemberian rewardnya dilakukan pada waktu yang lain tidak langsung diberikan pada satu waktu dengan hasil kerja siswa.

Kedua cara ini merupakan cara pemberian reward yang tepat karena masing-masing waktu tersebut hanya dibedakan dengan saat ketepatan seorang guru memberikan reward yang benar.

5. Urgensi Reward dalam Pendidikan

Pelaksanaan reward dalam dunia pendidikan tentu mempunyai fungsi dan tujuan dalam proses pembelajaran. Dalam mendidik anak atau subjek didik tentu mempunyai tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran, begitu pula halnya dengan reward di lingkungan sekolah tentu memiliki tujuan yang diharapkan atau yang ingin dicapai.

Hal yang lumrah bagi setiap manusia memiliki keinginan untuk dihargai orang lain. Sebagaimana dikutip oleh Arif Juang dalam artikelnya yang berjudul “Cara Memotivasi Murid” bahwa Abraham Maslow dalam bukunya yang berjudul Motivation and Personality menggolongkan kebutuhan akan penghargaan sebagai suatu kebutuhan psikologis yang harus dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan akan penghargaan menjurus pada timbulnya kepercayaan akan diri sendiri. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang cukup akan lebih mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya dan lebih produktif.23

Adanya motivasi dapat mendorong untuk belajar selanjutnya berimplikasikan pada hasil prestasi, sebaliknya tanpa adanya motivasi dapat memperlemah semangat belajar siswa. Hal ini berarti bahwa adanya korelasi metode reward dengan peningkatan motivasi belajar siswa. Sebagaimana dikutip oleh Wasty Soemanto bahwa Arden N. Frandsen

____________

23

Arif Juang Nugraha, Cara Memotivasi Murid, dalam http//www.scrib.com/doc, diakses pada tanggal 21 Juni 2010.

(14)

memaparkan dengan adanya enam faktor psikologi yang mendorong seseorang untuk belajar, antara lain Pertama, adanya sifat dan rasa ingin tahu. Kedua, adanya sifat yang kreatif. Ketiga, adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan dengan usaha baru. Keempat, adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman. Kelima, adanya keinginan mendapatkan rasa aman. Keenam, adanya ganjaran dan hukuman.24

Dalam uraian di atas, hal yang ingin dicapai selain ingin membuktikan secara kontekstual dan faktual bahwa metode reward memiliki efektivitas dan implikasi yang lebih positif dibanding metode punishment, juga tentunya akan menjadi rekomendasi bagi model pengajaran siswa di sekolah tersebut, khususnya secara persuasi dengan mengutamakan pemberian ganjaran dibanding tuntutan dan hukuman pada siswa.

Tujuan pemberian reward yang pernah digambarkan dalam Al-Qur`an mempunyai tujuan agar anak atau subjek didik terdorong untuk memperoleh prestasi yang lebih baik sehingga ia akan lebih tekun dan gigih dalam aktivitasnya.

Di sisi lain sudah menjadi naluri manusia setiap stimulus yang dapat menyenangkan akan menimbulkan respons yang sangat positif. Dari sudut psikologi reward itu dikenal dengan reinforcement25 atau penguatan.26

Menurut pendapat para ahli psikologi behavioristik “tingkah laku manusia dikendalikan oleh reward atau penguatan.27

____________

24

Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hal. 194. 25

Reinforcement merupakan kegiatan untuk memberikan dorongan, tanggapan atau hadiah bagi

siswa agar dalam mengikuti pelajaran merasa dihargai dan diperhatikan. Lihat Hamzah B. Uno,

Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 168.

26Suharsimi Arikunto, Manajemen…, hal. 166. 27

Vera Verianty, Reward Untuk Siswa, dalam http//www.veravianty.blogspot.com, diakses pada tanggal 1 Agustus 2009.

(15)

Reward merupakan pilihan yang positif sehingga menimbulkan inisiatif, energi, kompetisi dan abiliti kreatif. Reward merupakan alat pendidikan represif yang bersifat menyenangkan. Reward diberikan kepada siswa yang mempunyai prestasi-prestasi tertentu dalam pendidikan, memiliki kerajinan dan tingkah laku yang baik sehingga dapat dijadikan contoh teladan bagi kawan-kawannya.28 Tujuan pemberian reward adalah

memperlihatkan kepuasan pendidik kepada anak didik bahwa anak didik telah menjalankan sesuatu yang luhur dan dengan pemberian penghargaan itu ia akan mengajak anak didik selalu berbuat baik.29 Guru memberikan

reward semata-mata karena guru menginginkan siswa tersebut menjadi seseorang yang disiplin, ulet dan rajin.

Reward dapat mengandung nilai negatif jika pemberian reward ini terlalu sering diberikan sehingga reward akan menjadi tujuan dari belajar siswa bukan karena mendapat pengetahuan. Pemberian reward seperti ini akan mengakibatkan belajar siswa menjadi menurun. Pendapat mengenai pengaruh negatif dari reward ini dikemukakan oleh Oemar Hamalik yang mengatakan bahwa nilai-nilai negatif dari reward terdiri dari pertama, reward dapat menjadi tujuan bagi siswa padahal seharusnya sebagai alat agar siswa berbuat baik. Kedua, reward tidak diberikan kepada siswa atas dasar yang sama. Meskipun demikian reward akan mengandung nilai positif bagi siswa apabila guru dapat memberikan reward tersebut dengan mempertimbangkan kadar dan efek yang akan ditimbulkannya. Serta dapat memilih situasi dan kondisi yang paling tepat dalam memberikan reward. 30

____________

28

M. Dalyon, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal. 30.

29Soejono, Aliran Baru dalam Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Harapan, 1960), hal. 45. 30

Khoiruddin, Reward and Punishment, dalam http//www.khoiruddin.blogspot.com, diakses pada tanggal 9 September 2009.

(16)

Sedangkan pengaruh positif dari reward yaitu pertama, apabila siswa mendapatkan penghargaan maka siswa akan mengetahui norma-norma kehidupan yang baik. Kedua, reward memupuk rasa suka pada perbuatan atau norma baik dan memperbesar semangatnya berbudi luhur lebih-lebih kalau penghargaan berasal dari pendidik yang dihormati dan disayangi anak didik. Ketiga, penghargaan yang akan diterima menolong kata hati anak didik menjatuhkan pilihannya pada pilihan yang tepat pada saat siswa mengalami banyak pilihan. Keempat, penghargaan memperkuat kemauan siswa melaksanakan perbuatan luhur yang telah dipilih.

Kelima, di dalam pendidikan sosial baik di sekolah, rumah tangga maupun dalam masyarakat pemberian reward menimbulkan suasana yang menyenangkan. Keenam, reward mempertinggi prestasi perbuatan anak didik.31 Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa reward dapat

berpengaruh positif dan negatif, tetapi guru harus mampu menjadikan reward sebagai salah satu alat penggerak bagi siswa untuk lebih giat belajar dengan jalan reward harus diberikan secara tepat dan mengandung nilai positif.

Proses pendidikan merupakan aspek integratif dari proses kebudayaan, menurut John Gills seperti dikutip oleh Khoiruddin mengemukakan kebudayaan mempunyai sistem reward terhadap perbuatan-perbuatan tertentu.32 Setiap kebudayaan akan mendukung satu bentuk

perbuatan yang sesuai dengan sistem nilai dalam kebudayaan tersebut. Sistem pendidikan mengembangkan pola perbuatan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dari siswa. Sekolah sebagai institusi yang bertugas untuk membudayakan manusia sehingga dapat mengembangkan kognitif, afektif dan psikomotornya untuk memunculkan sebuah prilaku yang lebih baik di dalam kelas maka sekolah mengharapkan bentuk perbuatan tertentu dari siswa dan guru menjadi norma bagi setiap siswa dan guru.

____________

31

Soejono, Aliran Baru…, hal. 162.

(17)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa reward diharapkan dapat efektif dalam menciptakan budaya belajar. Karena sebuah pembelajaran yang baik yaitu pembelajaran yang dapat merubah siswa tidak hanya kecerdasan intelektualnya tetapi juga kecerdasan emosionalnya. Untuk itu dalam proses pembelajaran diharapkan adanya reward dalam mewujudkan suatu sistem norma sehingga akan tercipta suatu perbuatan dan budi pekerti yang pada akhirnya akan membentuk siswa menjadi manusia yang sempurna kepribadiannya.

Selain itu juga agar fungsi reward terlaksana dengan baik maka perlu diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi reward yaitu motivasi belajar dan perintah33 Pertama, Motivasi Belajar. Dalam setiap kegiatan belajar motivasi

merupakan suatu faktor yang sangat penting. Motivasi tidak hanya berlaku dalam teori daya tetapi juga dalam teori asosiasi dan teori gestalt.

Dalam psikologi jelas bahwa untuk berbuat sesuatu harus ada penggerak. Oleh karena itu guru harus memperhatikan apa yang mendorong murid-murid untuk belajar dan sampai di mana dapat dibangkitkan motivasi belajar tersebut.34 Motivasi yang lemah dapat

menimbulkan minat dan perhatian sehingga murid dengan mudah dipengaruhi oleh berbagai gangguan.35 Kedua, Perintah. Apabila guru

memberikan perintah berarti ia menghendaki supaya siswa-siswa itu berlaku baik dan patuh. Jadi tujuan dari perintah yaitu agar adanya kemajuan dalam belajar. Tetapi sering kita melihat banyaknya siswa yang tidak menuruti sepenuhnya perintah tersebut. Hal ini bisa menjatuhkan kewibawaan guru itu sendiri. Oleh karena itu perintah seharusnya didasarkan pada kemauan dan fase perkembangan siswa itu sendiri. Perintah tersebut janganlah berbentuk ancaman, perintah dengan ancaman sering dilakukan apabila guru melihat siswa tidak menunjukkan minat dan

____________

33

Soejono, Aliran Baru…, hal. 82. 34

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 34.

35

Sardiman AM, Prinsip dan Motivasi dalam Pembelajaran, (Jakarta: Bina Ilmu, 1991), hal. 123.

(18)

perhatian yang besar. Minat dan perhatian itu tidak tergantung pada pihak guru semata-mata, tapi tergantung pula pada bahan pengajaran itu sendiri. Oleh sebab Soejono mengutip apa yang dikatakan oleh Jhon Dewey yang mengatakan: “cara memberi pengajaran wajib disesuaikan dengan tingkatan perkembangan cara berpikir dan cara bekerja anak. Penentuan bahan pengajaran wajib disesuaikan dengan perhatian dan keperluan anak sebagai akibat dari instingnya”.36

Perintah dengan cara ancaman sering menimbulkan rasa takut, bahkan perasaan ini mempengaruhi anak sampai mereka menduduki sekolah lanjutan. Tetapi ada juga kita melihat anak yang mendapat perintah dengan cara ancaman ada yang mengalami kemajuan. Dalam hal ini alangkah lebih tepat jika anak belajar dari kemauan dan motivasi dari dalam dirinya sehingga hasil yang dikerjakannya dapat memuaskan dirinya sendiri tanpa ada tekanan dan paksaan dari luar.

Selain uraian di atas hal-hal yang mempengaruhi reward juga ada dua yaitu dari dalam (intern) dan dari luar (ekstern) siswa sendiri. Hal yang mempengaruhi dari dalam berhubungan dengan bakat dan kemauan siswa itu sendiri, sedangkan dari luar adalah dorongan dan pengaruh yang diberikan oleh orang lain kepadanya, sehingga ia mau berbuat apakah untuk kebaikan atau untuk kejahatan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang mempengaruhi pemberian reward adalah hal-hal yang berasal dari dalam diri siswa seperti motivasi, bakat dan minat serta yang berasal dari luar diri siswa seperti dorongan dari orang tua dan pengaruh lingkungan sekitarnya.

6. Kelebihan dan Kekurangan Pemberian Reward Dalam Pendidikan Dalam pemberian reward tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan bagi pendidikan, di antara dampak positifnya yaitu pertama, memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk

____________

(19)

melakukan perbuatan yang positif dan bersifat progresif.37 Kedua, dapat

menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh reward dari gurunya baik dalam tingkah laku ataupun semangat atau motivasinya dalam berbuat yang lebih baik lagi. Proses ini sangat besar kontribusinya dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan.

Di samping memiliki kelebihan pemberian reward juga memiliki kekurangan antara lain pertama, dapat menimbulkan dampak negatif apabila guru melakukan secara berlebihan sehingga bias mengakibatkan siswa merasa bahwa dirinya lebih tinggi dari teman-temannya. Kedua, pada umumnya pemberian reward membutuhkan alat tertentu dan membutuhkan biaya. Jadi menjadi tanggung jawab guru untuk mengupayakan pemberian reward secara efektif dan efisien terhadap siswa. C. Penutup

Pemberian Reward dalam dunia pendidikan memiliki arah dan tujuan supaya subjek didik yang menerima reward tetap mempertahankan prestasinya tanpa adanya unsur kesombongan dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan prestasinya menjadi lebih baik. Akan tetapi reward itu yang terpenting bukanlah hasil yang dicapai siswa tersebut, tetapi bertujuan untuk membentuk kata hati subjek didik dan kemauan yang lebih tinggi pada siswa. Pemberian reward kepada siswa adalah upaya yang dilakukan si pendidik agar siswa mau berusaha keras untuk mencapai hasil yang betul-betul istimewa.***

____________

37

Progresif merupakan memiliki keinginan kuat untuk selalu bergerak ke depan di berbagai lini kehidupan dan kesediaan untuk selalu mereformasi diri khususnya di bidang wawasan keilmuan ke arah yang lebih baik dari sudut pandang agama maupun sosial kemasyarakatan. Lihat Mahasiswa Unikarta, Makna sebuah Progresif, dalam http//www.sites.google.com, diakses pada tanggal 3 Agustus 2010.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1993 Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyon, M. 1997. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Agama Republik Indonesia .2009. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Sygma Examedia Arkanleema.

Djamarah Syaiful Bahri. 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi, Jakarta: Rineka Cipta.

Fahmi, Mustafa. 1989. Ilmu Pendidikan, Jakarta: Ruhama.

Hidayat, Riswanto. Komunikasi Non Verbal, dalam

http://www.riswantohidayat.wordpress.com, diakses pada tanggal 5 Oktober 2010.

Idris, Tasnim. 2008. Penerapan Metode Targhib dan Tarhib dalam Pendidikan Islam, Darussalam, Banda Aceh: Ar-Raniry Press.

Indrakusuma, Amin Daen.1990. Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Rahmat.

Murziqin, R., Tabrani ZA, & Zulfadli. (2012). Performative Strength in the Hierarchy of Power and Justice. Journal of Islamic Law and Culture, 10(2), 123–144.

Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Nugraha, Arif Juang. Cara Memotivasi Murid, dalam

http://www.scrib.com/doc, diakses pada tanggal 21 Juni 2010. S. Suprayitno dan Amitiya Kumara. 1996 Mengajar Anak Berdisiplin Diri di

Rumah dan di Sekolah, Jakarta: Gramedia.

Slavin, Robert E. 2009. Psikologi Pendidikan, Teori dan Praktik, Jakarta: Indeks. Soejono. 1960. Aliran Baru dalam Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: Harapan. Soelaiman, Darwis A. 1979. Pengantar Kepada Teori dan Praktek Pengajaran,

Semarang: IKIP Semarang Press.

(21)

Susanti, Dewi. Hadiah dalam Pendidikan, dalam http://www.dewiamia17.blogspot.com, diakses pada tanggal 30 Desember 2010.

Sutari, Iman. 1990. Metode Pendidikan Anak, Jakarta: Bina Ilmu.

Syarifuddin. Teori-teori Belajar Behavioristik, dalam http://www.data.tp.ac.id, diakses pada tanggal 20 Mei 2009.

Tabrani ZA. (2009). Ilmu Pendidikan Islam (antara Tradisional dan Modern). Kuala Lumpur: Al-Jenderami Press.

Tabrani ZA. (2011). Dynamics of Political System of Education Indonesia. International Journal of Democracy, 17(2), 99–113.

Tabrani ZA. (2012). Future Life of Islamic Education in Indonesia. International Journal of Democracy, 18(2), 271–284.

Tabrani ZA. (2013). Pengantar Metodologi Studi Islam. Banda Aceh: SCAD Independent.

Tabrani ZA. (2014). Islamic Studies dalam Pendekatan Multidisipliner (Suatu Kajian Gradual Menuju Paradigma Global). Jurnal Ilmiah Peuradeun, 2(2), 211–234.

Tabrani ZA. (2015). Persuit Epistemology of Islamic Studies (Buku 2 Arah Baru Metodologi Studi Islam). Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Uzey, Pengertian Nilai, dalam http://www.uzey.blogspot.com, diakses pada tanggal 20 September 2009.

V. Good, W.W Charters. 1959. Dictionary of Education (Prepared Under The Auspices Of Phi Delta Kappa), New York Toronto London: Mc. Graw, Hill Book Compani, Inc.

Verianty, Vera. Reward Untuk Siswa, dalam

http://www.veravianty.blogspot.com, diakses pada tanggal 1 Agustus 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut terjadi oleh karena, Gerindra jarang mengeluarkan tweet yang berisi tentang integritas partai, hal tersebut terlihat dari jumlah yang didapat, yakni

hukum asing. b) Persetujuan oleh pejabat LPEI yang berwenang termasuk pejabat khusus yang menangani Nasabah perusahaan yang dianggap mempunyai bidang usaha risiko

Diagnosis angina pektoris tidak stabil (APTS/UAP) dan infark miokard non ST elevasi (NSTEMI) ditegakkan atas dasar keluhan angina tipikal yang dapat disertai dengan

Alat-alat keselamatan dapat dibedakan atas alat-alat bantu yang digunakan dalam percobaan untuk menjaga keselamatan alat dan keselamatan kerja percobaan itu, dan alat-alat atau

susah jadi harus dilayani dengan se- nyum dan empati,” tandas Wakil Guber- nur DKI, Djarot Saiful Hidajat, didamp- ingi Wakil Walikota Jaksel, Tri Kurniadi, saat

Jawa Barat Tahun 2014, This PDF book provide nama pemenang osn kabubaten asahan thn 2014 information.. To download free bab iv-lkpj ata 2012.pdf pemerintah provinsi jawa barat you

Kita ingin membagi-bagikan dengan sesama manusia harta kita yang paling berharga: relasi kita dengan Bapa dalam Kristus.. Pertama-tama kita adalah

Kognitif dari Subjective Well-Being yang memiliki korelasi paling tinggi dengan Sense Of Humor pada Comic Stand Up Indo di Kota Bandung, dibandingkan dengan Positive Affect