• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lilik Nur Kholidah, Tutung Hadiastono, Mintarto Martosudiro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lilik Nur Kholidah, Tutung Hadiastono, Mintarto Martosudiro"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DOSIS PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP INFEKSI Soybean Mosaic Virus (SMV), PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI

HITAM (Glycine max (L.) Merr.) VARIETAS DETAM-1

Lilik Nur Kholidah, Tutung Hadiastono, Mintarto Martosudiro Jurusan Hama Dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas

Brawijaya, Jl. Veteran 65145 Malang ABSTRACT

Research on soybean plants conducted at the Laboratory and Screen House of Departement of Pest and Plant Disease, Faculty of Agriculture, Brawijaya University, Malang, on January until May 2013. The purpose of the experiment was to determine the effect of organic fertilizer for Soybean mosaic virus (SMV) infection, improving growth and yield of soybean plant variety Detam-1. The experiment used a Completely Randomized Design (CRD) with 12 treatments. The treatments were soybean plants with inoculated and uninoculated SMV without liquid organic fertilizer (control), liquid organic fertilizer with a dose of 4 liters/ha, 10 liters/ha, 16 liter/ha, 22 liters/ha, and 28 liters/ha. The results of the experiment were a liquid organic fertilizer dose of 16 liters/ha could reduce the intensity of Soybean Mosaic Virus (SMV) was 10.17%, liquid organic fertilizer 16 liters/ha could improve plant height of 8.3% - 9.3%, the number of soybean leaves of 31.27% - 34.64%, soybean dry weight of 29.97% - 32.42%, and the weight of seeds of 21.33% - 29.19%.

Keyword : liquid organic fertilizer, Soybean Mosaic Virus (SMV), soybean

ABSTRAK

Penelitian pada tanaman kedelai dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kawat Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang mulai bulan Januari – Mei 2013. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair dalam menurunkan intensitas serangan Soybean Mosaic Virus (SMV), meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai hitam varietas Detam-1. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 12 perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah tanaman kedelai inokulasi SMV dan tanpa inokulasi SMV dengan tanpa pemberian pupuk (kontrol), dan pemberian pupuk 4 liter/ha,10 liter/ha,16 liter/ha,22 liter/ha, dan 28 liter/ha. Hasil penelitian adalah dosis pupuk organik cair 16 liter/ha mampu menekan intensitas serangan Soybean Mosaic Virus (SMV) sebesar 10.17%, dosis pupuk organik cair 16 liter/ha mampu memperbaiki tinggi tanaman sebesar 8.3% - 9.3%, jumlah daun kedelai sebesar 31.27% - 34.64%, berat kering kedelai sebesar 29.97% - 32.42%, serta bobot biji tanaman sebesar 21.33% - 29.19%.

(2)

PENDAHULUAN

Kedelai merupakan salah satu tanaman sumber protein penting di Indonesia. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis tanaman kedelai diantaranya kedelai hitam. Kedelai hitam memiliki peranan penting di sektor industri, khususnya industri kecap (Purwanti, 2004). Berkembangnya industri pangan dan berbahan baku kecap tersebut mengakibatkan permintaan kedelai hitam di Indonesia meningkat (Sebayang, 2000). Namun, produksi kedelai dalam negeri mengalami penurunan.

Penurunan produksi kedelai disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah adanya penyakit penting tanaman. Penyakit penting yang menyerang tanaman kedelai adalah virus mosaik atau Soybean Mosaik Virus (Giesler, 2010). Dalam meningkatkan kesehatan tanaman terhadap serangan patogen virus, dapat dilakukan dengan pemupukan menggunakan pupuk organik cair. Berdasarkan penelitian Sutoyo (2007), pada tanaman cabai yang terserang penyakit virus daun kuning dengan pemberian pupuk organik cair menunjukkan perkembangan penyakit yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk organik cair (kontrol).

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk organik cair dalam menurunkan intensitas serangan Soybean Mosaic Virus (SMV), meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai hitam varietas Detam-1.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium dan Rumah Kawat Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang mulai bulan Januari - Mei 2013.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibag (35cm x 17cm), gembor, sekop, mortar, kain kasa steril, kapas, plastik, gelas ukur, alat tulis, penggaris, timbangan analitik, oven, sprayer dan kamera digital. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah inokulum SMV pada daun kedelai sakit yang diperoleh dari lahan tanaman kedelai milik petani, benih tanaman kedelai hitam varietas Detam-1, Chenopodium amaranticolor, Vigna unguiculata, Zinnia elegans, Gomphrena globosa, tanah steril, formalin 5%, kompos, karborundum 500 mesh, larutan buffer phospat 0,01 M pH 7, dan pupuk organik cair yang diproduksi oleh Pusat Pelayanan Agen Hayati (PPAH) Tani Makmur Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan.

Rancangan Percobaan

Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 12 perlakuan dan tiga ulangan. Sehingga diperoleh total 36 tanaman. Perlakuan yang diberikan adalah tanaman kedelai inokulasi SMV dan tanpa inokulasi SMV dengan tanpa pemberian pupuk (kontrol), dan pemberian pupuk 4 liter/ha,10 liter/ha,16 liter/ha,22 liter/ha, dan 28 liter/ha.

Persiapan Penelitian

Persiapan Inokulum

Inokulum awal SMV yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tanaman kedelai sakit yang diperoleh dari lahan tanaman kedelai milik petani di Kecamatan Purwosari, Kabupaten Pasuruan.

Pembuatan Sap Tanaman Kedelai Daun kedelai yang terserang SMV ditimbang sebanyak 5 gram dilumatkan dengan mortar kemudian ditambah buffer phospat 0,01 M pH 7 sebanyak 10 ml.

(3)

Larutan daun yang telah dicampur dengan buffer phospat disaring dengan kain kasa atau diperas dengan kapas sehingga akan diperoleh cairan perasaan (sap). Cairan perasaan dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml untuk mendapatkan suspensi inokulum. Suspensi inokulum yang sudah ada kemudian ditularkan secara mekanik pada tanaman indikator dan tanaman uji. Identifikasi Virus Menggunakan Tanaman Indikator

Identifikasi SMV pada tanaman kedelai dilakukan berdasarkan reaksi dari tanaman indikator yaitu Chenopodium amaranticolor, Gomphrena globosa, Zinnia elegans, dan Vigna unguiculata. Persiapan Media Tanam

Tanah yang akan digunakan sebagai media tanam, dilakukan sterilisasi terlebih dahulu dengan menggunakan formalin (5%). Kemudian ditutup plastik selama 7 hari dan dibolak-balik selama 3 hari sekali agar formalin merata. Setelah tanah ditutup plastik selama 7 hari, plastik dibuka dan dikering anginkan, kemudian tanah diberi kompos dengan perbandingan 1:1 dan ditutup plastik selama 2 minggu serta dibolak-balik selama 3 hari sekali. Lalu tanah diisikan pada polibag berukuran 3 kg (35cm x 17 cm).

Analisis Awal Kandungan Unsur Hara Dalam Tanah

Analisis kandungan unsur hara dalam tanah bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur hara awal sebelum diberikan perlakuan penambahan berbagai dosis pupuk organik cair. Analisis unsur hara ini dilakukan di Laboratorium Kimia, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Persiapan Benih Tanaman Uji

Benih tanaman kedelai yang digunakan dalam penelitian adalah benih

kedelai hitam varietas Detam-1 yang diperoleh dari Balitkabi (Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian) Malang. Benih-benih tersebut ditanam dalam polibag berukuran 3 kg (35cm x 17 cm) berisi media tanam yang telah disterilkan.

Pelaksanaan Penelitian

Inokulasi Virus Secara Mekanis Pada Tanaman Uji

Inokulasi dilakukan pada saat tanaman kedelai berumur 16 hari setelah tanam (HST), caranya yaitu pada permukaan daun termuda (pucuk) diberi karborundum 500 mesh dan diusapkan dengan jari tangan dengan lembut. Setelah diberi karborundum, mengusapkan cairan sari air perasan yang berisi suspensi inokulum virus pada permukaan daun termuda tersebut. Setelah inokulasi selesai daun ditetesi dengan air dari perasan kapas sampai sisa-sisa sari air perasan tercuci.

Perlakuan Pemupukan

Aplikasi pupuk pada tanaman kedelai dilakukan empat kali dalam satu musim tanam. Yaitu pada umur 15 HST dan 25 HST untuk meningkatkan pertumbuhan vegetatif, 35 HST untuk pembungaan dan pembuahan, 49 HST untuk pengisisan polong. Pemupukan dilakukan dengan cara disemprotkan pada daun. Pupuk yang diberikan adalah pupuk organik cair dengan dosis 4 l/ha, 10 l/ha, 16 l/ha, 22 l/ha dan 28 l/ha dengan inokulasi SMV dan tanpa inokulasi SMV. Aplikasi pupuk menggunakan volume semprot 600 l, sehingga diperoleh konsentrasi pupuk 4 l/ha (7 ml/l kosentrasi), 10 l/ha (17 ml/l kosentrasi), 4 l/ha (27 ml/l kosentrasi), 4 l/ha (37 ml/l kosentrasi), 4 l/ha (47 ml/l kosentrasi). Untuk menghindari pengaruh suatu perlakuan terhadap perlakuan lainnya,

(4)

maka digunakan kertas sebagai pembatas (mika) pada saat penyemprotan agar pupuk tidak terkena tanaman lainnya. Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma serta pengendalian hama dan penyakit lain. Penyiraman dilakukan setiap 2 hari sekali. Pengendalian gulma dilakukan secara mekanik dengan mencabut gulma yang tumbuh pada media tanam. Untuk pengendalian OPT dilakukan dengan menggunakan pestisida sesuai dengan jenis OPT yang menyerang.

Variabel Pengamatan

Masa Inkubasi Dan Kenampakan Gejala

Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan suatu patogen mulai dari inokulasi sampai dengan muncul gejala pada inang.

Intensitas Serangan SMV

Menurut Windhan dan Ross (1985 dalam Gultom 2009), intensitas serangan SMV pada tanaman uji dihitung dengan menggunakan rumus :

Σ (n.v) N x Z

Dengan keterangan sebagai berikut; I = Intensitas serangan (%)

N= Jumlah daun dalam tiap kategori serangan

v = Nilai atau skor dari setiap kategori serangan (0-5)

N = Jumlah daun yang diamati tiap dari kategori tertinggi (5)

Z = Nilai skala dari tiap kategori serangan

Tabel 3. Penilaian Skor Daun Tanaman Sakit Berdasarkan Gejala Mosaik Yang Disebabkan Oleh Soybean Mosaic Virus (SMV) Pada Tanaman Kedelai (Prayogo, 2012).

Skor Kategori Serangan Mosaik Pada Daun

0 Daun sehat

1 Gejala mosaik ≤ 50% dari luas daun

2 Gejala mosaik ≥ 50% dari luas daun

3 Gejala mosaik ditandai ukuran daun mengecil

4 Gejala mosaik ditandai daun mengecil dan mengkerut

5 Gejala mosaik dengan ukuran daun mengecil dan berkerut serta daun menggulung Pertumbuhan Tanaman a. Tinggi Tanaman b. Jumlah Daun c. Berat Basah d. Berat Kering Produksi Tanaman

a. Jumlah Polong Pertanaman b. Bobot Polong Pertanaman c. Jumlah Biji Perpolong d. Bobot Biji Pertanaman e. Bobot 100 Biji

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gejala Serangan SMV Pada Tanaman Indikator

Dari hasil percobaan penularan SMV secara mekanik pada tanaman indikator yaitu Chenopodium amaranticolor, Vigna unguiculata, Gomphrena globosa dan Zinnia elegans menunjukkan gejala yang bervariasi. Pada Chenopodium amaranticolor gejala SMV yang ditimbulkan adalah klorosis dan lesio lokal. Pada Vigna unguiculata (kacang tunggak) dan Gomphrena globosa x 100%

(5)

(bunga kancing) gejala SMV berupa klorosis. Pada tanaman Zinnia elegans (bunga kertas) menunjukkan gejala nekrotik lesio lokal.

Tabel 4. Gejala Serangan Soybean Mosaic Virus Pada Tanaman Indikator Tanaman

Indikator Gejala

C. amaranticolor V. unguiculata

Klorosis, lesio lokal Klorosis

G. globosa Klorosis

Z. elegans Nekrotik, lesio lokal

Masa Inkubasi Dan Gejala Serangan SMV Pada Tanaman Kedelai Varietas Detam 1

Berdasarkan hasil pengamatan masa inkubasi SMV pada tanaman kedelai hitam varietas Detam 1 menunjukkan bahwa gejala muncul rata-rata 14.67 – 18.67 hari setelah inokulasi (Tabel 5). Pada perlakuan pemberian pupuk organik cair dengan dosis 16 liter/ha menunjukkan masa inkubasi 18.67 hari setelah inokulasi (hsi). Pada tanaman yang tidak diberi pupuk organik cair (kontrol) menunjukkan masa inkubasi 14.67 hari setelah inokulasi.

Tabel 5. Rata-Rata Masa Inkubasi (hsi) SMV Pada Tanaman Kedelai Hitam Varietas Detam 1

Dosis Pupuk Rata-Rata (hsi)

0 liter/ha 14.67 4 liter/ha 14.67 10 liter/ha 15.00 16 liter/ha 18.67 22 liter/ha 16.33 28 liter/ha 17.67

Hasil pengamatan gejala Soybean Mosaic Virus (SMV) pada tanaman kedelai hitam varietas Detam 1 mula-mula menunjukkan gejala klorosis, kemudian terjadi perubahan warna hijau menjadi kekuningan dengan pola. Pada serangan

yang parah, terjadi perubahan bentuk atau deformasi yaitu daun mengecil, melilit, melengkung dan berkerut (Gambar 13).

Gambar 13. Perbandingan Daun Yang Terserang SMV dan Daun Sehat Pada Tanaman Kedelai Hitam Varietas Detam-1, (a), (b) Gejala Mosaik (c) Daun Sehat

Intensitas Serangan SMV Pada Tanaman Kedelai

Inokulasi SMV pada tanaman kedelai yang tidak diberi pupuk organik cair menunjukkan intensitas serangan sebesar 35.57%. Intensitas serangan tersebut tidak berbeda nyata dengan intensitas serangan penyakit pada tanaman kedelai yang diberi pupuk organik cair dengan dosis 4 liter/ha dan 10 liter/ha. Intensitas serangan menurun ketika dosis pupuk dinaikkan menjadi 16 liter/ha yaitu sebesar 25.40%. (Tabel 6). Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 16 liter/ha mampu menekan intensitas serangan Soybean Mosaic Virus sebesar 10.17%.

Tinggi Tanaman

Pada tanaman kedelai yang diinokulasi SMV memiliki rata-rata tinggi tanaman lebih rendah yaitu sebesar 67.33 - 74.25 cm dibandingkan dengan tanaman yang tidak diinokulasi SMV yaitu sebesar 79.00 – 86.16 cm (Tabel 7). Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 16 liter/ha mampu memperbaiki tinggi tanaman sebesar 8.3% - 9.3%.

(6)

Jumlah Daun

Pada tanaman sakit dan tanaman sehat tanpa pemberian pupuk (kontrol) memiliki rata-rata jumlah daun yang berbeda nyata dengan pemberian dosis pupuk organik cair 16 liter/ha (Tabel 8). Pemberian dosis pupuk organik cair 16 liter/ha mampu memperbaiki jumlah daun sebesar 31.27% - 34.64%.

Berat Basah Tanaman

Berdasarkan uji F pada taraf kesalahan 5% terhadap data berat basah tanaman kedelai yang diberi perlakuan dengan berbagai dosis pupuk organik cair menunjukkan tidak berbeda nyata. Pemberian berbagai dosis pupuk organik cair pada tanaman yang sakit (inokulasi SMV) maupun pada tanaman yang sehat (tanpa inokulasi SMV) memiliki berat basah yang sama yaitu berkisar antara 15.67 – 33.44 gram.

Berat Kering Tanaman

Perlakuan pemberian dosis pupuk organik cair 16 liter/ha mampu memperbaiki berat kering tanaman dibandingkan dengan tanpa adanya pemberian pupuk (kontrol). Pemberian

dosis pupuk organik cair 16 liter/ha mampu memperbaiki berat kering tanaman sebesar 29.97% - 32.42%.

Jumlah Polong Pertanaman

Berdasarkan uji F pada taraf kesalahan 5% terhadap data jumlah polong tanaman kedelai yang diberi perlakuan dengan berbagai dosis pupuk organik cair menunjukkan tidak berbeda nyata. Pemberian berbagai dosis pupuk organik cair pada tanaman yang sakit (inokulasi SMV) maupun pada tanaman yang sehat (tanpa inokulasi SMV) memiliki rata-rata jumlah polong yang sama yaitu berkisar antara 18.67 – 36.67.

Bobot Polong Pertanaman

Berdasarkan uji F pada taraf kesalahan 5% terhadap data bobot polong tanaman kedelai yang diberi perlakuan dengan berbagai dosis pupuk organik cair menunjukkan tidak berbeda nyata. Pemberian berbagai dosis pupuk organik cair pada tanaman yang sakit maupun pada tanaman yang sehat memiliki bobot polong pertanaman yang sama yaitu berkisar antara 13.85 – 27.63 gram.

Tabel 6. Rata-Rata Intensitas Serangan (%) SMV Pada Tanaman Kedelai Hitam Varietas Detam 1

Perlakuan Rata-Rata

− Tanaman kedelai tidak dipupuk dan diinokulasi SMV 35.57 c

− Tanaman kedelai dipupuk 4 l/ha dan diinokulasi SMV 33.58 c

− Tanaman kedelai dipupuk 10 l/ha dan diinokulasi SMV 34.77 c

− Tanaman kedelai dipupuk 16 l/ha dan diinokulasi SMV 25.40 b

− Tanaman kedelai dipupuk 22 l/ha dan diinokulasi SMV 30.62 bc

− Tanaman kedelai dipupuk 28 l/ha dan diinokulasi SMV 31.74 bc

− Tanaman kedelai tidak dipupuk dan tanpa diinokulasi SMV 0.00 a

− Tanaman kedelai dipupuk 4 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 0.00 a

− Tanaman kedelai dipupuk 10 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 0.00 a

− Tanaman kedelai dipupuk 16 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 0.00 a

− Tanaman kedelai dipupuk 22 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 0.00 a

− Tanaman kedelai dipupuk 28 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 0.00 a

Ket: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama dibelakangnya menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf kesalahan 5%. Data ditransformasi ke Arc Sin √x+0.5 untuk keperluan analisis statistik.

(7)

Tabel 7. Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm)

Perlakuan Rata-Rata

− Tanaman kedelai tidak dipupuk dan diinokulasi SMV 67.33 a

− Tanaman kedelai dipupuk 4 l/ha dan diinokulasi SMV 68.00 ab

− Tanaman kedelai dipupuk 10 l/ha dan diinokulasi SMV 70.00 ab

− Tanaman kedelai dipupuk 16 l/ha dan diinokulasi SMV 74.25 abc

− Tanaman kedelai dipupuk 22 l/ha dan diinokulasi SMV 71.50 ab

− Tanaman kedelai dipupuk 28 l/ha dan diinokulasi SMV 70.16 ab

− Tanaman kedelai tidak dipupuk dan tanpa diinokulasi SMV 79.00 bcd

− Tanaman kedelai dipupuk 4 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 84.00 cd

− Tanaman kedelai dipupuk 10 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 83.00 cd

− Tanaman kedelai dipupuk 16 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 86.16 d

− Tanaman kedelai dipupuk 22 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 82.67 cd

− Tanaman kedelai dipupuk 28 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 84.00 cd

Ket: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama dibelakangnya menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf kesalahan 5%.

Tabel 8. Rata-Rata Jumlah Daun

Perlakuan Rata-Rata

− Tanaman kedelai tidak dipupuk dan diinokulasi SMV 44.67 a

− Tanaman kedelai dipupuk 4 l/ha dan diinokulasi SMV 48.00 a

− Tanaman kedelai dipupuk 10 l/ha dan diinokulasi SMV 59.33 abc

− Tanaman kedelai dipupuk 16 l/ha dan diinokulasi SMV 65.00 abc

− Tanaman kedelai dipupuk 22 l/ha dan diinokulasi SMV 52.67 ab

− Tanaman kedelai dipupuk 28 l/ha dan diinokulasi SMV 59.33 abc

− Tanaman kedelai tidak dipupuk dan tanpa diinokulasi SMV 49.67 a

− Tanaman kedelai dipupuk 4 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 62.33 abc

− Tanaman kedelai dipupuk 10 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 70.33 bc

− Tanaman kedelai dipupuk 16 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 76.00 c

− Tanaman kedelai dipupuk 22 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 64.67 abc

− Tanaman kedelai dipupuk 28 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 64.33 abc

Ket: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama dibelakangnya menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf kesalahan 5%

Jumlah Biji Perpolong

Berdasarkan uji F pada taraf kesalahan 5% terhadap data jumlah biji perpolong tanaman kedelai yang diberi perlakuan dengan berbagai dosis pupuk organik cair menunjukkan tidak berbeda nyata. Pemberian berbagai dosis pupuk organik cair pada tanaman yang sakit maupun pada tanaman yang sehat memiliki rata-rata jumlah biji perpolong yang sama yaitu berkisar antara 2.03 – 2.20.

Bobot Biji Pertanaman

Perlakuan pemberian dosis pupuk organik cair 16 liter/ha mampu memperbaiki bobot biji tanaman dibandingkan dengan tanpa adanya pemberian dosis pupuk (kontrol). Pemberian dosis pupuk organik cair 16 liter/ha mampu memperbaiki bobot biji tanaman sebesar 21.33% - 29.19%.

(8)

Tabel 10. Rata-Rata Berat Kering Tanaman (gram)

Perlakuan Rata-Rata

− Tanaman kedelai tidak dipupuk dan diinokulasi SMV 3.21 a

− Tanaman kedelai dipupuk 4 l/ha dan diinokulasi SMV 3.75 ab

− Tanaman kedelai dipupuk 10 l/ha dan diinokulasi SMV 4.57 abc

− Tanaman kedelai dipupuk 16 l/ha dan diinokulasi SMV 4.75 abc

− Tanaman kedelai dipupuk 22 l/ha dan diinokulasi SMV 4.34 ab

− Tanaman kedelai dipupuk 28 l/ha dan diinokulasi SMV 4.28 ab

− Tanaman kedelai tidak dipupuk dan tanpa diinokulasi SMV 5.91 abcd

− Tanaman kedelai dipupuk 4 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 6.14 abcd

− Tanaman kedelai dipupuk 10 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 6.31 bcd

− Tanaman kedelai dipupuk 16 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 8.44 d

− Tanaman kedelai dipupuk 22 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 5.93 abcd

− Tanaman kedelai dipupuk 28 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 7.44 cd

Ket: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama dibelakangnya menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf kesalahan 5%.

Tabel 14. Rata-Rata Bobot Biji Pertanaman (gram)

Perlakuan Rata-Rata

− Tanaman kedelai tidak dipupuk dan diinokulasi SMV 9.44 a

− Tanaman kedelai dipupuk 4 l/ha dan diinokulasi SMV 10.73 a

− Tanaman kedelai dipupuk 10 l/ha dan diinokulasi SMV 11.19 a

− Tanaman kedelai dipupuk 16 l/ha dan diinokulasi SMV 12.00 ab

− Tanaman kedelai dipupuk 22 l/ha dan diinokulasi SMV 10.23 a

− Tanaman kedelai dipupuk 28 l/ha dan diinokulasi SMV 10.05 a

− Tanaman kedelai tidak dipupuk dan tanpa diinokulasi SMV 11.28 a

− Tanaman kedelai dipupuk 4 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 12.49 ab

− Tanaman kedelai dipupuk 10 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 12.45 ab

− Tanaman kedelai dipupuk 16 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 15.93 b

− Tanaman kedelai dipupuk 22 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 12.19 ab

− Tanaman kedelai dipupuk 28 l/ha dan tanpa diinokulasi SMV 15.85 b

Ket: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama dibelakangnya menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf kesalahan 5%.

Bobot 100 Biji

Pemberian berbagai dosis pupuk organik cair pada tanaman yang sakit (inokulasi SMV) maupun pada tanaman yang sehat (tanpa inokulasi SMV) memiliki rata-rata bobot 100 biji yang sama yaitu berkisar antara 26.65 – 32.21 gram.

Gambar 15. Biji Tanaman Kedelai Hitam Varietas Detam-1, (a) Inokulasi SMV (b) Tanpa Inokulasi SMV

(9)

Pembahasan Umum

Penggunaan pupuk merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi infeksi virus. Menurut Carter (1973) dalam Hadiastono (1998), berbagai kondisi lingkungan, yaitu penggunaan sistem jarak tanam dan pemupukan juga berpengaruh terhadap keberhasilan virus menginfeksi tanaman. RNA virus akan memanfaatkan asam amino, ribosom, dan RNA transfer pada sel tanaman inang untuk sintesa protein virus (Hadiastono, 1998).

Jumlah senyawa notrgen (N) pada sel inang terinfeksi virus pada umumnya berkurang. Pengurangan jumlah senyawa mencapai 30-70% dari total senyawa nitrogen. Pada tumbuhan yang dipupuk nitrogen dapat menyebabkan jumlah nitrogen pada tanaman sakit menjadi meningkat, dibandingkan bila tanaman tidak dipupuk (Hadiastono, 1998). Unsur hara N merupakan bahan penting penyusun asam amino, amida, nukleotida, nukleoprotein, serta esensial untuk pembelahan sel, pembesaran sel dan pertumbuhan (Gardner et al., 1991).

Hal yang sama juga berlaku pula untuk senyawa-senyawa yang mengandung fosfat (P), seperti asam nukleat RNA/DNA, pada daun-daun maupun pada bagian organ yang lain. Senyawa fosfat yang lain juga berkurang sebelum terjadi sintesa virus (Hadiastono, 1998). Menurut Buckman dan Brady (1992 dalam Askari 2012), posfor (P) berpengaruh terhadap pembelahan sel, pembungaan, pembuahan serta kekebalan tanaman terhadap penyakit tertentu. Sedangkan unsur K berperan memperkuat dinding sel tanaman dan terlibat dalam lignifikasi jaringan sklerenkim yang dihubungkan dengan ketahanan tanaman terhadap penyakit (Dobermann dan Fairhust, 2000).

Kesimpulan

Dosis pupuk organik cair 16 liter/ha mampu menekan intensitas serangan Soybean Mosaic Virus (SMV) sebesar 10.17% pada tanaman kedelai hitam varietas Detam-1.

Dosis pupuk organik cair 16 liter/ha mampu memperbaiki tinggi tanaman sebesar 8.3% - 9.3%, jumlah daun sebesar 31.27% - 34.64%, berat kering tanaman sebesar 29.97% - 32.42%, serta bobot biji tanaman sebesar 21.33% - 29.19%.

DAFTAR PUSTAKA

Askari, W. 2012. Pupuk Anorganik (online).

Avaliable at

http://wahyuaskari.wordpress.com/akad emik/pupuk-anorganik/. Verivied 13 Marchth 2012.

Dobermann, A. dan T. Fairhurst. 2000. Rice : Nutrient Disorders and Nutrient Management. Potash and Potash Institute/Potash and Potash Institute of Canada. Hal 191.

Gardner, F.P., R.B. Pearce And R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Diterjemahkan Oleh: Susilo, H. Dan Subiyanto. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 428 hal.

Giesler, L.G. 2010. Soybean Mosaic Virus. Extension Services, University of Nebrask.

Gultom, N. N. 2009. Pengaruh Pemberian Pupuk Kalim (KCL) Terhadap Infeksi SMV (Soybean Mosaic Virus) Pada Dua Varietas Tanaman Kedelai. Skripsi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Hadiastono, T. 1998. Virologi Tumbuhan Dasar. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. hal 25, 28-29, 42, 46-47, 85-86.

Hadiastono, T. 1998. Bioekologi Virus Penyebab Penyakit Mosaik Pada Tanaman Kedelai (Glycine Max L.Merrill). Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. hal 10, 55. Prayogo, Y. 2012. Keefektifan Cendawan

(10)

(Zare & Gams) Terhadap Bemisia Tabaci Gen. Sebagai Vektor Soybean Mosaic Virus (SMV) Pada Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi).Malang. Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2 No.1.

Purwanti, S. 2004. Kajian Suhu Ruang Simpan Terhadap Kualitas Benih Kedelai Hitam Dan Kedelai Kuning. Ilmu Pertanian Vol. 11 (1):22-31. Sebayang. 2000. Pengaruh Beberapa Metode

Pengendalian Gulma terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine Max L.). Malang.FPUB.

Sutoyo. 2007. Pengaruh Beberapa Pupuk Organik Cair Pada Produksi Cabai Merah Di Wilayah Endemik Penyakit Virus Daun Kuning. Prosiding Seminar Inovasi Teknologi Pertanian Untuk Pengembangan Agribisnis Industrial Pedesaan Di Wilayah Marjinal, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. hal 232-238.

Gambar

Tabel  3.  Penilaian  Skor  Daun  Tanaman  Sakit Berdasarkan Gejala Mosaik  Yang  Disebabkan  Oleh  Soybean  Mosaic  Virus  (SMV)  Pada  Tanaman  Kedelai  (Prayogo,  2012)
Tabel 4. Gejala Serangan Soybean Mosaic  Virus Pada Tanaman Indikator  Tanaman
Tabel 6. Rata-Rata Intensitas Serangan (%) SMV Pada Tanaman Kedelai Hitam  Varietas Detam 1
Tabel 7. Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm)
+2

Referensi

Dokumen terkait

2. Sejak HFA diadopsi pada tahun 2005, seperti tertulis dalam laporan pencapaian pelaksanaan HFA di tingkat nasional dan regional dan laporan lain di tingkat global, ada

Controlling The Cost of Bread.. yaitu pihak pemerintah dan oposisi. Hal ini digunakan untuk meraih simpatik dan dukungan dari masyarakat. Pemerintah selalu menyediakan roti

Oleh karena itu pengelolaan pendidikan dengan manajemen yang baik adalah solusi bagi perbaikan kualitas dan mutu pendidikan sehingga tujuan pendidikan dapat

Hasil perhitungan konsentrasi untuk logam zink (Zn) dalam sampel air laut yang dianalisis menggunakan alat spektrofotometer serapan atom yaitu; titik A pada jarak 5 meter adalah

 Evaluasi dan analisa terhadap vulnerability dari hasil temuan untuk menentukan tingkat resiko yang mungkin dapat terjadi..  Memberikan laporan dan rekomendasi atas temuan yang

Pada pelatihan sulam pita persiapan pengelola dalam mempersiapkan pelaksanaan pelatihan sulam pita sangatlah baik. Dibuktikan dengan hasil observasi dan wawancara

(2) Pengelolaan Arsip Inaktif bagi arsip yang memiliki jangka simpan kurang dari 10 (sepuluh) tahun dilaksanakan oleh Unit Kearsipan unit utama, pusat-pusat, dan

Sedangkan kuantitas air limbah dibutuhkan untuk mengetahui debit air limbah yang akan diolah dalam satuan L/hari, L/jam, atau L/detik, sehingga dapat dihitung berapa jumlah