• Tidak ada hasil yang ditemukan

Balance Vol. XIV No. 1 Januari 2017 ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Balance Vol. XIV No. 1 Januari 2017 ABSTRACT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(PNPM) MANDIRI DAN PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP

TINGKAT KEMISKINAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR

Hanifatul Khurriah1,Hendra Kusuma2

Program Studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Muhammadiyah Malang

Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine how much influence the national community

empowerment program independent and government spending on poverty index district/city in East

Java Province. The analysis tool used is regression with panel data, test chow, Hausman test, t-test,

f-test, and classical assumption test. The study concluded by econometric tests using Eviews known

that the national community empowerment program independent and government spending

influence on poverty. While partially independent national community empowerment program

significant and positive impact on poverty this is due to the division of PNPM Mandiri based on the

number of poor people in the district and many of the villages. Local government spending in

education, housing and public facilities and the significant negative impact on poverty. Local

government spending in the health sector has no significant effect on poverty this is because only

reduce the burden of health spending is not the poor in alleviating poverty.

Keywords

: PNPM, Local Govermance Expenditure, Poverty Index

Correspondence to

:

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh program

nasional pemberdayaan masyarakat mandiri dan pengeluaran pemerintah terhadap tingkat

kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur 2011-2014. Alat analisis yang

digunakan adalah regresi data panel dengan, uji chow, uji hausman, uji t, uji f, serta uji

asumsi klasik. Hasil penelitian menyimpulkan berdasarkan uji ekonometrik menggunakan

EVIEWS diketahui bahwa program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri dan

pengeluaran pemerintah berpengaruh terhadap kemiskinan. Sedangkan secara parsial

program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri berpengaruh signifikan dan positif

terhadap kemiskinan hal ini dikarenakan pembagian PNPM Mandiri berdasarkan pada

jumlah penduduk miskin di Kecamatan dan banyaknya desa tertinggal. Pengeluaran

pemerintah daerah di bidang pendidikan, perumahan dan fasilitas umum berpengaruh

signifikan dan negatif terhadap kemiskinan. Pengeluaran pemerintah daerah di bidang

kesehatan tidak berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan hal ini dikarenakan hanya

mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin dalam kesehatan bukan mengentaskan

dari kemiskinan.

Kata kunci

:

PNPM, Belanja Pemerintah Daerah, Tingkat Kemiskinan

(2)

PENDAHULUAN / INTRODUCTION Kebijakan otonomi daerah atau desentralisasi fiskal telah memberi peluang dan kesempatan bagi terwujudnya pemerintah yang baik dan bersih didaerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu memainkan peranannya dalam membuka peluang memajukan daerah dengan melakukan identifikasi potensi sumber-sumber pendapatannya dan mampu menetapkan belanja daerah dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat daerah. Sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat, dan pertanggung jawaban kepada masyarakat (Widjaja, 2002)

Masalah yang masih banyak dihadapi dalam pelaksanaan desentralisasi fiskal yaitu kemiskinan. Kemiskinan menjadi persoalan yang kompleks dalam pembangunan, hal ini tidak lagi hanya dilihat dari sisi ekonomi atau moneter saja, akan tetapi dilihat dari berbagai aspek terkait dengan kemiskinan tersebut. Mengingat kemiskinan merupakan masalah yang multidimensional, maka upaya penaggulangannya membutuhkan berbagai langkah dan melibatkan banyak pihak, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Swasta, maupun masyarakatnya sendiri.

Adanya desentralisasi fiskal dengan besarnya dana yang diberikan Pemerintah Pusat ke Daerah seharusnya diiringi dengan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan suatu daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satu ukurannya yaitu keberhasilan Pemerintah Daerah dalam menanggulangi kemiskinan. Peningkatan jumlah dana transfer yang diterima Pemerintah Daerah dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan pembangunan daerah diantaranyaberupa pengentasan kemiskinan melalui kebijakan alokasi belanja daerahnya.

Menurut Kementerian Keuangan Republik Indonesia, kebijakan pengeluaran pemerintah ini merupakan bagian dari

kebijakan fiskal sebagai salah satu wujud intervensi pemerintah didalam perekonomian dalam rangka mengatasi kegagalan pasar. Intervensi pemerintah, yang dikenal dengan kebijakan fiskal salah satunya dilakukan melalui kebijakan pengeluaran atau belanja pemerintah. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu instrumen penting untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Berbagai upaya dilakukan oleh baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang sama-sama berperan dalam menanggulangi masalah kemiskinan.

Upaya penanggulangan kemiskinan terus dilakukan pemerintah untuk mengeluarkan penduduk miskin dari jurang kemiskinan, seperti melalui pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, peningkatan pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat yang bertujuan untuk membuka kesempatan berpasrtisipasi masyarakat miskin dalam proses pembangunan. Keberhasilan dalam menurunkan tingkat kemiskinan disamping diperoleh melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah yang berkualitas juga dibarengi dengan program-program penanggulangan kemiskinan yang diberlakukan oleh Pemerintah Pusat.

Pemerintah pusat melalui Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) memberikan program penanggulangan kemiskinan yang terintegrasi mulai dari program penanggulangan kemsikinan berbasis bantuan sosial, program penanggulangan berbasis pemberdayaan masyarakat, serta program kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha mikro. Kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan wujud dari desentralisasi fiskal daerah mendukung perbaikan fisik maupun non fisik dengan pendekatan pemberdayaan. Kebijakan ini diharapkan adanya peningkatan taraf hidup dalam masyarakat desa, dimana semua pihak yaitu masyarakat desa juga dilibatkan.

(3)

Menurut Haughton dan khandker (2010), bahwa suatu komponen utama pemberdayaan masyarakat miskin adalah kebutuhan untuk mendesentralisasi kekuasaan, terutama melalui pendelegasian kekuasaan pada tingkat pemerintah daerah dan privatisasi sejumlah kegiatan. Melalui alokasi anggaran ini dirumuskan kembali mekanisme upaya mengurangi angka kemiskinan dengan pendekatan pemberdayaan yang memproduktifkan masyarakat dengan melibatkan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. Sehingga pengintegrasian beberapa program ke dalam kebijakan PNPM Mandiri, cakupan pembangunan diharapkan dapat memperluas hingga ke daerah terpencil.

Salah satu provinsi dengan penduduk terbesar di Pulau Jawa adalah Jawa Timur. Dalam tiga tahun terakhir, Jawa Timur menempati urutan ketiga persentase penduduk miskin di Pulau Jawa. Berdasarkan data statistik, sebagian besar persentase penduduk miskin tersebut berada di daerah pedesaan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah daerah untuk menanggulangi kemiskinan. Dalam hal ini, pembangunan daerah dibidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, maupun infrastruktur perlu mendapat prioritas utama pembangunan daerah yang dilakukan seperti beasiswa pendidikkan untuk keluarga miskin, dan jaminan kesehatan masyarakat.Pemerintah Daerah di wilayah Provinsi Jawa Timur juga menerima anggaran dari Pemerintah Pusat dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan dan telah menjalankan program tersebut yang

bertujuan untuk memberdayakan masyarakat agar terlibat aktif dalam pembangunan yaitu Program Nasional Pmeberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri.

Secara keseluruhan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah di wilayah Provinsi Jawa Timur jumlahnya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Anggaran yang besar tersebut dibelanjakan oleh Pemerintah Daerah salah satunya untuk membiayai urusan pelayanan dasar kepada masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan di daerah. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini mengambil topik Pengaruh PNPM Mandiri dan Belanja Pemerintah Daerah terhadap Kemiskinan Kabupaten di Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu 4(empat) tahun yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Rumusan masalah yaitu seberapa besar pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri dan Pengeluaran Pemerintah terhadap tingkat kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur.

Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Diduga dana PNPM Mandiri berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan

H2 : Diduga belanja kesehatan berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan

H3 : Diduga belanja pendidikan berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan

H4 : Diduga belanja perumahan dan fasilitas umum berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan.

(4)

Sumber : Data Diola

Gambar 1. Kerangka Pikir

METODE PENELITIAN / METHODS Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan mengambil obyek Kabupaten/Kota di Jawa Timur tahun 2011-2014. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK), dan PNPM Mandiri.variabel-variabel yang diteliti yaitu Anggaran PNPM Mandiri, belanja pemerintah daerah di bidang kesehatan, pendidikan, perumahan dan fasilitas umum, dan persentase kemiskinan di masing-masing Kabupaten di Jawa Timur..

Metode analisis yang digunakan yaitu pertama, analisis regresi linear data penel dengan model common effect, fix effect, dan

random effect, sedangkan pemilihan model

terbaik diantara commen effect, fix effect, dan

random effect adalah uji chow yang

menentukan antara fix effect dan common effect

dan uji hausman yang menetukan antara fix

effect dan random effect. Kedua, uji asumsi

klasik untuk melihat kelayakan data yaitu uji autokorelasi, uji heterokedastisitas, dan uji multikolinearitas. Ketiga, uji hipotesis atai uji signifikansi yaitu uji t statistik untuk mengetahui masing-masing variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, uji F statistik untuk mengetahui keseluruhan variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, dan koefsien determinasi (R-Squared).

ܻ = ܽ + ݈݋݃ ߚଵܺଵ+ ݈݋݃ߚଶܺଶ+

݈݋݃ߚଷܺଷ+ ݈݋݃ߚଷܺଷ+ ݁௜

Dimana : ܻ = tingkat Kemiskinan, X1 =

Anggaran PNPM Mandiri Perdesaan, X2 =

Belanja Kesehatan, X3 = Belanja Pendidikan,

X4 = Belanja Perumahan dan Fasilitas Umum,

ܽ = Konstanta, ߚଵ− ߚସ = Koefisien regresi.

Tabel 1. Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2011-2011

No Kabupaten 2011 2012 2013 2014

Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Belanja Pemerintah Daerah Pengeluaran Pemerintah Pusat

Kemiskinan

Desentralisasi Fiskal (Otonomi Daerah)

Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pengeluaran Pemerintah Daerah

PNPM Mandiri Perdesaan Belanja Perumahan dan

Fasilitas Umum Belanja

Pendidikan

Belanja Kesehatan

(5)

Sumber : Data

Diolah. Badan

Pusat Statistik, 2014

Jika dilihat dari Indeks Kemiskinan atau persentase penduduk miskin, persentase penduduk miskin rata-rata tahun 2011, 2012, dan 2014 mengalami penurunan. Sedangkan tahun 2013 rata-rata mengalami peningkatan, namun peningkatannya hanya 0,02% yang semula 14,86 % pada tahun 2012 menjadi 14,88 % pada tahun 2013. Dari kurun waktu empat tahun tersebut presentase penduduk

miskin terbanyak berada di empat wilayah yaitu pada tahun 2011 Kabupaten Bangkalan (26,22%), Kabupaten Sampang (30,21%), Kabupaten Sumenep (23,10%), dan Kabupaten Probolinggo (23,48%). Keempat Kabupaten tersebut persentase penduduk miskinnya tinggi dikarenakan dari beberapa Kabupaten lainnya jumlah penduduk miskinnya lebih banyak daripada jumlah penduduknya.

1 Bangkalan 26,22 24,61 24,70 23,38 2 Banyuwangi 10,47 9,93 9,97 9,29 3 Blitar 11,29 10,70 10,74 10,22 4 Bojonegoro 17,47 16,60 16,66 15,48 5 Bondowoso 16,66 15,75 15,81 14,76 6 Gresik 15,33 14,29 14,35 13,41 7 Jember 12,44 11,76 11,81 11,28 8 Jombang 12,88 12,18 12,23 10,80 9 Kediri 14,44 13,66 13,71 12,77 10 Lamongan 17,41 16,64 16,70 15,68 11 Lumajang 13,01 12,36 12,40 11,75 12 Madiun 14,37 13,65 13,70 12,04 13 Magetan 12,01 11,45 11,50 11,80 14 Malang 11,07 11,04 11,00 11,67 15 Mojokerto 11,38 10,67 10,71 10,56 16 Nganjuk 13,88 13,17 13,22 13,14 17 Pacitan 18,13 17,22 17,29 16,18 18 Pasuruan 12,26 11,53 11,58 10,86 19 Ponorogo 12,29 11,72 11,76 11,53 20 Probolinggo 23,48 22,14 22,22 20,44 21 Sampang 30,21 27,87 27,97 25,80 22 Situbondo 15,11 14,29 14,34 13,15 23 Sumenep 23,10 21,87 21,22 20,49 24 Trenggalek 14,90 14,15 14,21 13,10 25 Tuban 18,78 17,77 17,84 16,64 26 Tulungangung Rata-rata 9,90 15,73 9,37 14,86 9,40 14,88 8,75 14,01

(6)

Sumber : Data Diolah. TNP2K Kementerian Keuangan, 2011-2014

Gambar 2. Perkembangan Anggaran PNPM Mandiri Kabupaten di Jawa Timur

Besarnya alokasi anggaran PNPM Mandiriberdasarkan pada banyaknya kecamatan tiap kabupaten. Namun untuk penentuan besarnya alokasi anggaran tiap kecamatan berdasarkan banyaknya jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, dan jumlah desa tertinggal. Tahun 2011 kecuali Kabupaten Bangkalan meskipun jumlah kecamatan hanya 18 yang sama dengan Kabupaten Magetan namun alokasi anggaran lebih banyak, kemudian Kabupaten Jember,

Kabupaten Malang, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Sumenep. Tercatat pada tabel kemiskinan bahwa Kabupaten tersebut termasuk dalam kabupaten dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di Jawa Timur. Pada tahun 2012 rata-rata mengalami penurunan anggaran, kemudian tahun 2013 rata-rata mengalami peningkatan, dan tahun 2014 serentak mengalami penurunan dan ada yang tetap.

Sumber : Data Diolah. DJPK Kementerian Keuangan, 2011-2014

Gambar 3. Rata-rata jumlah besaran belanja untuk pendidikan, kesehatan, perumahan dan fasilitas umum pada Kabupaten di Jawa Timur dari tahun 2011-2014

Rata-rata belanja pemerintah daerah 26 Kabupaten sampel di Provinsi Jawa Timur, banyak dikeluarkan untuk bidang pendidikan.

Dengan melihat belanja pemerintah, porsi belanja pendidikan tertinggi dibandingkan dengan belanja kesehatan dan perumahan dan 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000 70000 2011 2012 2013 2014 0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 kesehatan 171 166 116 212 122 238 292 206 215 162 145 122 129 189 146 200 874 191 159 141 105 127 149 129 147 174 pendidikan 547 722 794 800 467 540 107 635 757 704 614 533 564 887 529 649 484 789 688 563 447 481 605 515 642 587 fasum 154 232 169 304 118 248 250 142 215 147 126 128 979 358 210 157 616 187 122 145 126 120 126 112 194 131 M il y a r R u p ia h

(7)

fasilitas umum. Hal ini telah sesuai dengan dengan putusan Mahkamah Konstitudi Nomor : 013/PUU-VI/2008, yang mensyaratkan minimal 20 persen anggaran baik APBN maupun APBD dialokasikan untuk pendidikan. Sehingga harapannya dengan belanja pendidikan yang banyak kemiskinan dapat diatasi melalui belanja tersebut. Seperti yang dikatakanBoex,dkk (2006), belanja pendidikan meruapakan investasi modal manusia.

Sedangkan antara belanja bidang kesehatan, perumahan dan fasilitas umum dari 26 Kabupaten Sampel di Jawa Timur jumlahnya fluktuatif, dimana tergantung kebijakan dari masing-masing Pemerintah Daerah dalam mengalokasikan besarannya belanja diantara belanja kesehatan, perumahan dan fasilitas umum.

Tabel 2. Hasil Estimasi Output Regresi Linier Data Panel

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 4.805183 0.407690 11.78638 0.0000 PNPM 0.034162 0.008730 3.913340 0.0002 KES -0.003545 0.002934 -1.208009 0.2309 PEN -0.032860 0.010499 -3.129721 0.0025 FASUM -0.077402 0.006708 -11.53833 0.0000 R-squared 0.995113 F-statistic 519.5829 Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber : Data Diolah dengan Eviews 9.2017

Untuk mengetahui besarnya pengaruh anggaran PNPM Mandiri dan pengeluaran Pemerintah Daerah terhadap tigkat kemiskinan menggunakan analisis data penel dengan pendektana fix effect. Model ini dipilih karena dari uji chow dan uji hausman, nilai probabilitas cross-section F (0,0000) dan nilai probabilitas cross=section random (0,0001) ,

dimana keduanya lebih kecil dari 0,05 sehingga model yang tepat untuk dianalisis adalah model fix effect. Bagaimana variabel-variabel berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan, dapat dilihat ada tabel 1. Persamaan model regresi adalah sebagai berikut:

P0 = 4,805183 + 0,034162 PNPM – 0,003545 KS – 0,032860 PN – 0,077402 IN + ei Dari hasil regresi data panel tersebut

dapat disimpulkan bahwa secara parsial anggaran PNPM Mandiri (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan, belanja pendidikan (X3), dan belanja perumahan dan fasilitas umum (X4) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, dan belanja kesehatan (X2)

α = 0,05. Sedangkan secara simultan, nilai probabilitas F sebesar 0,000000, dan tingkat kepercayaan yaitu α = 0,05 maka seluruh variabel bebas signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

Selanjutnya nilai koefisien determinasi yang digunakan untuk mengetahui keterikatan antar variabel dependen dan variabel

(8)

nilai R-square atau koefisien determinasi (adjusted R-square). Adapun nilai R-square sebesar 0,99 artimya bahwa 99% variabel tingkat kemiskinan dijelaskan oleh variabel dependen yaitu anggaran PNPM Mandiri dan pengeluaran Pemerintah Daerah. Sedangkan sisanya sebesar 0,10% variabel tingkat kemiskinan dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Pengaruh PNPM Mandiri terhadap Kemiskinan, secara teoritis anggaran PNPM Mandiri merupakan salah satu jenis pengeluaran pemerintah pusat dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan di daerah.Hasil penelitian ini menunjukkan PNPM Mandiri berpangaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini mengidentifikasikan PNPM Mandiri telah pro orang miskin atau dalam kata lain sudah banyak meberikan manfaat bagi orang miskin. PNPM Mandiri telah membuka lapangan kerja dengan melibatkan secara aktif masyarakat miskin, dan menciptakan aset untuk kelompok miskin. Hal fisik telah memperbaiki infrastruktur desa, perbaikan perumahan masyarakat miskin, penyediaan sanitasi, perbaikan jalan, dan lain-lain.

Namun, koefisien hasil penelitian menujukkan angka positif, jika anggaran PNPM Mandiri meningkat, maka kemiskinan akan meningkat. Sesuai dengan petunjuk umum PNPM Mandiri yang menyatakan bahwa pembagian PNPM Mandiri berdasarkan pada jumlah penduduk miskin di Kecamatan dan banyaknya desa tertinggal. Dengan berkurangnya masyarakat miskin, anggaran dana juga akan berkurang, jika anggaran meningkat mengidentifikasi bahwa kemiskinan jugan meningkat.

Peningkatan anggaran PNPM Mandiri dalam jangka pendek belum dapat mengurangi tingkat kemiskinan secara signifikan. Tentunya tidak sederhana itu karena penanggulangan kemiskinan bukan sekedar memberikan sesuatu kepada orang miskin. Jika anggaran

tiap tahun bertambah, yang merasakan adalah masyarakat umum, tidak lagi fokus ke masyarakat miskin. Penyebabnya dari sisi permasalahan pemanfaatan anggaran maupun dari sisi pelaksanaan kegiatan yang kurang tepat. Sasarannya pada masyarakat umum, dimana dalam usualan kegiatan pendidikan atau kesehatan harus mempertimbangkan rencana induk dari instansi pendidikan atau kesehatan di kabupaten (PTO PNPM Mandiri : 2008).

Hal yang terpenting adalah sifat dari masyarakat miskin tersebut atau pola pikirnya untuk merubah kehidupannya keluar dari kemiskinan. Pemberian dana atau bantuan dari pemerintah itu bersifat membantu, yang terpenting adalah upaya dari manusia itu sendiri untuk berjuang melawan kemiskinan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Putri,dkk (2015) di Provinsi Lampung, yang menyatan bahwa PNPM Mandiri berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.

Pengaruh Belanja Pendidikan terhadap Kemiskinan,penelitian ini menunjukkan belanja pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini telah sesuai dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 yaitu Dana Pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinanasan dialokasikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).Bidang pendidikan merupakan salah satu saluran yang tepat dalam mengurangi masalah kemiskinan.

MenurutBoex, dkk (2006) Pendidikan merupakan investasi human capital yang akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang diperlihatkan pada meningkatnya pengetahuan dan keterampilan, pada akhirnya akan memperngaruhi tingkat produktifitas. Seseorang dengan tingkatan pendidikan rendah mulai dari SD, SMP, dan SMA akan memperoleh pendapataan yang berbeda. Semakin tinggi tingkat pendidikan pendapatan cenderung tinggi. Pengeluaran

(9)

pemerintah daerah belanja pendidikan sudah tepat sasaran untuk membantu masyarakat miskin memperoleh pendidikan dasar pada akhirnya akan meningkatkan kondisi perekonomiannya.Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh wahyudi (2011), yang mengatakan bahwa belanja pendidikan signifikan dalammengurangi presentase penduduk miskin.

Pengaruh Belanja Kesehatan terhadap Kemiskinan,belanja kesehatan merupakan salah satu jenis pengeluaran pemerintah daerah untuk pelayanan dasar kepada masyarakat yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kemiskinan. Oleh karena itu, semakin tinggi jumlah belanja kesehatan semakin baik pengaruhnya pada masyarakat miskin. Hasil penelitian ini belanja kesehatan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan dengan α = 0,05. Belanja kesehatan memang telah berhasil dalam meperbaiki kondisi kesehatan masyarakat miskin, dan mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin dalam kesehatan. Namun, belanja pemerintah daerah urusan kesehatan secara statistik kurang signifikanyaitu dengan α = 0,20 atau 75 persen kemiskinan berpengaruh terhadap kemiskinan dalam menjelaskan kemiskinan.Pengaruh kesehatan tidak secara langsung ke kemiskinan. Bantuan kesehatan dari pemerintah daerah merupakan cara membantu masyarakat miskin dalam mengurangi beban pengeluaran. Kesehatan tanpa diikuti dengan penyediaan lapangan kerja tetap tidak akan membantu seseorang keluar dari kemiskinan, hanya saja mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin. Sehat saja tidak cukup untuk meningkatkan kondisi ekonomi suatu keluarga. Membaiknya kondisi kesehatan masyarakat miskin juga memerlukan program kerja pemerintah yang mendukung perluasan lapangan pekerjaan.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2013), yang mengatakan

oleh peningkatan lapangan kerja dan meningkatnya kemiskinan dapat disebabkan karena semakin tingginya angka kelahiran dari masyarakat miskin sebagai akibat meningkatnya tingkat kesehatan mereka.

Pengaruh Belanja Perumahan dan Fasilitas Umum terhadap Kemiskinan, belanja untuk perumahan dan fasilitas umum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Hal ini sesuaidengan World Bank (2006) dalam bahwa infrastruktur terbukti memiliki korelasi erat dengan kemiskinan. Selain untuk memudahkan mobilitas masyarakat dalam melaksanakan aktivitas ekonomi, infrastruktur yang memadai akan mengundang masuknya investor sehingga menciptakan peluang-peluang pergerakan perekonomian yang memberi multiplier effect bagi pengentasan kemiskinan. Penyediaan dan perbaikan fasilitas umum akanmeningkatkan akses ke layanan dasar, seperti pembangunan jalan pedesaan juga mengurangi kemiskinan pendapatan dengan meningkatkan produktivitas masyarakat miskin.

Hal ini KESIMPULAN / CONCLUSSION

Berdasarkan hasil uji, dapat dikatakan bahwa pengaruh varabel PNPM Mandiri, belanja pendidikan, belanja perumahan dan fasilitas umum signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 sampai 2014. Pengaruh PNPM Mandiri disebabkan karena telah membuka lapangan kerja dengan melibatkan secara aktif masyarakat miskin dan secara fisik telam memperbaiki infrastruktur desa seperti perumahan masyarakat miskin dan penyediaan sanitasi, pengaruh belanja pendidikan disebabkan karena belanja pendidikan merupakan investasi human capital yang mampu meningkatkan SDM, sedangkan pengaruh belanja perumahan dan fasilitas umum disebabkan karena penyediaan dan perbaikan fasilitas umum akan meningkatkan

(10)

pedesaan juga mengurangi kemiskinan pendapatan dengan meningkatkan produktivitas masyarakat miskin.

Sedangkan Belanja Kesehatan tidak ada pengaruh signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Provinsi Jawa Timur tahun

2011-2014. Hal ini dikarenakan pengaruh kesehatan tidak secara langsung ke kemiskinan, bantuan kesehatan dari pemerintah daerah merupakan cara membantu masyarakat miskin dalam mengurangi beban pengeluaran

SARAN

Bagi Pemerintah Pusat, Dana transfer atau bentuk bantuan pemerintah pusat dengan tujuan pengentasan kemiskinan harus lebih di optimalkan lagi dari sisi penyaluran (distribusi) alokasi anggaran maupun sisi regulasinya harus tepat sasaran. Karena ditinjau kembali bahwa program pemerintah pusat untuk mengentaskan kemiskinan sangat banyak dan harus di compare sehingga menjadi program unggulan yang terus berkembang. Berakhirnya Program Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan (PNPM) Mandiri pada 31 Desember 2014, bukan berarti program pengentasan kemiskinan akan berkurang karena rezim setiap kepemimpinan juga berbeda sehingga mempunyai program

yang berbeda namun tetap pada tujuan yang sama seperti PNPM diganti dengan Dana Desa yang sekarang ini lagi tahap perealisasian.

Bagi pemerintah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur agar lebih optimal dalam mengalokasikan belanja pemerintah daerah dalam mengatasi kemiskinan, dengan melihat peluang yang dibutuhkan, karena telah terbukti signifikan jika nilai belanja pemerintah untuk pelayanan dasar ditingkatkan akan menurunkan angka kemiskinan.

Bagi peneliti selanjutnya agar menambah variabel yang tingkatannya bisa diteliti pada tingkat Kecamatan, sehingga dapat dikembangkan untuk dibandingkan PNPM Mandiri dimana alokasi pada tingkat kecamatan.

DAFTAR PUSTAKA / BIBLIOGRAPHY

Haughton & Khandker. 2012. Handbook On Poverty and Inequality. World Bank,

Washington. Pedoman tentang Kemiskinan dan Ketimpangan. Terjemahan Tim Penerjemah Word Bank. 2012. Pedoman tentang Kemiskinan dan Ketimpangan. Jakarta : Salemba Empat.

Kementerian Keuangan. 2014. Dampak Belanja Pemerintah terhadap Pengangguran dan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta : Kementerian Keuangan

Khasanah &Prasetyo. 2016. “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah untuk Fungsi Kesehatan, Pendidikan, Perumahan dan Fasilitas Umum terhadap Jumlah Kemiskinan di Indonesia Tahun 2008-2013”. Economic Development Analysis Journal, Vol.5. No.1. hlm : 15-22.

Misdawati & Sari. 2013. “Analisis Dampak Pengeluaran Pemerintah di Bidang Pendidikan, Kesehatan, dan Pengeluaran Subsidi terhadap Kemiskinan di Indonesia”.

Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Publik,

Vol.4. No.2. hlm : 147-161.

Putri, dkk. 2015. “ Pengaruh PNPM dan Alokasi Anggaran Belanja Daerah untuk Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum terhadap Kemiskinan di Provinsi Lampung”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.4. No.1. hlm : 1-26.

Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Yogyakarta : UII Press Yogyakarta.

Tim Pengendali PNPM Mandiri. 2007. Pedoman Umum PNPM Mandiri 2007/2008. Jakarta : TNP2K.

Wahyudi. 2011. Pengaruh Alokasi Belanja Daerah untuk Urusan Pendidikan, Kesehatan, dan Pekerjaan Umum terhadap Penanggulangan Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2007-2009. Tesis Program MPKP. Universitas Indonesia.

(11)

Widjaja, HAW. 2007. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta ; PT Raja Garfindo

Persada.

World Bank. 2006. Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Jakarta : World Bank.

www.bps.go.id www.tnp2k.go.id

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Gambar  3.    Rata-rata  jumlah  besaran  belanja  untuk  pendidikan,  kesehatan,  perumahan  dan  fasilitas  umum pada Kabupaten di Jawa Timur dari tahun 2011-2014
Tabel 2. Hasil Estimasi Output Regresi Linier Data Panel

Referensi

Dokumen terkait

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1984 sampai dengan tahun 2014,

Data pada penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan

Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Kantor Badan Pusat Statistik (BPS) serta Bank Indonesia (BI). Untuk alat analisis data menggunakan

Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2006.. Badan Pusat Statistik

Data yang diguanakan dalam penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Metode yang digunakan adalah analisis regresi

Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), sedangkan data primer dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner dan focus group discussion (FGD). Data

METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder tahun 2016 diperoleh dari Badan Pusat Statistik BPS Provinsi NTB, Badan