I. TRAUMA VERTEBRA CERVICAL
Tujuan utama dari manajemen trauma vertebra adalah : 1. Painless stable spine (stabilitas vertebra bebas nyeri) 2. Mencegah komplikasi pada medulla spinalis
Gangguan stabilitas ada 2 macam :
1. Gangguan stabilitas permanen
Terjadi bila lesi / kerusakan lewat diskus atau jaringan lunak. Dalam hal ini mutlak diperlukan stabilisasi anterior, posterior atau kombinasi anterior dan posterir tergantung dari kerusakannya.
2. Gangguan stabilitas temporer
Terjadi bila lesi lewat komponen tulang. Tindakan stabilitas konservatif, kecuali bila ada desakan fragmen ke spinal canal yang menimbulkan spinal encroachment dengan neurologic deficit.
Kriteria untuk melihat adanya instabilitas secara radiologis :
Dislokasi facet >50%
Los of paralelism dari facet joint
Vertebrae body angles >110 pada posisi fleksi
Widening interspinous space
Pelebaran ADI ( Atlanto Dental Interval) >3,5mm pada dewasa dan >5mm pada anak-anak
Pelebaran body mass C1 terhadap corpus C2 (axis) >7mm pada foto AP
PENANGANAN CIDERA AKUT CERVICAL TANPA GANGGUAN NEUROLOGIS
1. Cervical Sprain Derajat I dan II oleh karena Whiplash Injury : Plain foto cervical AP / Lat tidak tampak kelainan
Pasang Collar brace selama 6 minggu
Ulangan dinamic foto setelah 3 – 6 minggu pasca trauma untuk melihat adanya chronic instability
2. Dislokasi Cervical Spine
Sebaiknya dilakukan emergency closed reduction dengan atau tanpa anestesi. Dianjurkan tanpa anestesi tapi cukup dengan premedikasi.
Keuntungan teknik ini adalah masih adanya kontrol otot-otot leher yang dapat mencegah over stretching dari medulla spinalis.
Reposisi dilakukan dengan pertolongan image intensifier proyeksi lateral. Bila fasilitas tidak ada, sebaiknya dikerjakan dengan gradual traction memakai crutch field dengan bandul bertahap dan kontrol x-ray proyeksi lateral.
OPERASI
Tujuan Stabilitas
Stabilitas mutlak diperlukan untuk mencegh kerusakan medulla spinalis akibat instabilitas
Pada kondisi stabil, penyembuhan jaringan lunak akan lebih baik.
Indikasi Operasi
Instability ( C1≥2)
Spinal canal enrochment >30%
Neurologic deficit (complete / incomplete)
Waktu Operasi
Dianjurkan urgent : herniasi discus dan burst fracture yang menimbulkan canal enroachment tanpa posterior ligamentum instability.
Posterior untuk : bilateral facet dislocation yang disertai putusnya posterior ligament complex.
Standar tenaga
3. Fracture of the Atlas (Jefferson’s fracture)
MOI : axial loading : menghasilkan bursiting fracture os atlas dengan
displacement fragment secara sentripetal.
Sign & symptom
Nyeri leher bagian atas atau occipital neuralgia dan torticalis
Kadang-kadang tidak dapat mempertahankan kepada dalm posisi tegak (sense of stability) kepala ditopang dengan kedua tangan
Deficit neurologis sangat jarang terjadi oleh karena terdapat disporporsi yang besar antara spinal cord dan spinal canal pad cervical bagian atas Bila terdapat kelumpuhan biasanya dalam bentuk pentaplegia yang
berakibat fatal dan penderita tidak sempat masuk rumah sakit
Diagnostik
Foto standar AP (open Mouth View) terjadi displacement body mass Foto laterl : fraktur dri arcus posterior
CT-scan
Konsultasi
Ahli rehabilitasi medis
Therapy
Konservatif dengan minerva jacket atau halo traction selama 3 bulan Operatif : bila disertai deng ruptur ligament transversum (dilakukan
stabilisasi posterior dengan posterior fusion antara occipital, vertebrae cervicl 1 dan vertebral cervical 2
Rupture ligament : transversum bisa dilihat pada foto AP terdapat lateral displacement dari body mass C1 terhadap C2 >7mm
Informed Consent
Perlu secara tertulis
Standar tenaga
Ahli Ortopedi
4. Fracture os odontoid
MOI : Kejatuhan benda berat di kepala kkl Sign & Symptoms :
Nyeri pada setiap pergerakan leher
Nyeri pada leher bagian belakang : occipital neuralgia Torticolis dan accipito cervical instability
Neurologic deficit akibat terangsangnya n. occipitalis mayor dan menimbulkan occipital neuralgia atau rasa tebal pada daerah occipital Penyulit : Pentaplegia akibat penekanan batang otak oleh odontoi
berakhir dengan kematian
Diagnostik :
Foto proyeksi AP/lat Tomografi AP/lat
Kalau perlu dikerjakan dynamic x-ray untuk memastikan ada tidaknya instability
Pada proyeksi lateral : terjadi instability bila ADI > 3,5 mm pada dewasa, ADI > 5 mm pada anak-anak.
Pada foto proyeksi open mouth menurut Anderson & Alanzo dibagi 3 tipe: Type I : fracture diujung odontoid
Type II : fracture di basis odontoid : paling sering terjadi non union Type III : fracture ditubuh C2 (body of C2)
Therapy
Konservatif : immobilisasi dengan cructh field, kemudian dilanjutkan dengan minerva jacket
Operatif : bila terdapat instability C1 & C2
Informed Consent
Perlu secara tertulis
Standar tenaga
Ahli Ortopedi
5. Traumatic Spondylolisthesis of The Axis (Hangman’s Fracture)
Definisi
Fraktur dislokasi pedikel vertebrae C2 MOI
Axial loading pada posisi extensi cervical putusnya part. interarticular VC2 putusnya anterior longitudinal ligament robeknya diskus anterior C2 & C3 serta pelebarannya part. interarticular & pergeseran ke posterior instability
Diagnostik
Foto proyeksi lateral : terdapat fraktur part inter articularis dengan subluksasi anterior dari VC1 dan body vertebrae C2 terhadap C3
Konsultasi
Ahli rehabilitasi medis
Therapy
Pada type I dan II (stabil) dapat konservatif dengan minerva jacket, four boster brace atau halo cast selama 8 – 12 minggu
Pada type III dimana terjadi dislokasi terhadap C3 dilakukan operatif dengan stabilisasi interval
Informed Consent
Perlu secara tertulis
Standar tenaga
Ahli Ortopedi
6. Lower cervicl spine injury (VC3 – 7)
MOI
Axial loading fracture kompresi Hyperflexi
Whiplash injury (extensi & diikuti flexi) Distraksi & rotasi
Type fracture
Type vertikal Type kompresi
Unilateral facet dislokasi Bilateral facet dislokasi Tear drop
“clay schoveler” fracture
Sign & symptom
Nyeri leher pasca trauma, kaku leher dan gangguan pergerakan oleh karena spasme otot-otot pada vertebral
Bila terdapat lesi spinal cord, antara lain : anterior cord syndrome
brown sequard syndrome complete transection central syndrome
Diagnostik
Foto cervical standard AP / Lat
Tidak jelas
Dynamic cervical proyeksi lateral
Terdapat instability bila :
Displacement facet joint >50% Loss of paralelisme dari facet joint Vertebrae body angle > 110
Pelebaran interspinosus
Pergeseran vertebrae body ke anterior >3,55mm
Bila tidak jelas Tomogram
Tidak jelas
CT-scan dengan atau tanpa kontras MRI
3 TD (tri dimentional tomogram)
Konsultasi
Ahli rehabilisi medis
Therapy
Stabil misal pada type kompresi konservatif dengan collar brace minerva jacket 8 – 12 mg.
Harus dievaluasi radiologis agar tidak timbul kyphosis deformity problem static & neurologis
Operatif : pada type kompresi dengan kyphosis pada dislokasi
Informed Consent
Perlu secara tertulis
Standar tenaga
Ahli Ortopedi
7. Dislokasi cervical bawah
MOI
Sering pada “whiplash” terjadi robekan komponen posterior kompleks & herniasi discus
Sign & Symptom
Nyeri leher yang menjalar ke bahu dan kedua lengan pergerakan leher terbatas oleh karena spasme otot-otot paravertebral
Kelumpuhan keempat anggota gerak oleh karena penekanan tau penyempitan spinal canal atau herniasi discus
Gangguan dapat berupa :
brown sequard misal pada unilateral facet dislokasi anterior facet syndrome
complete transection central cord syndrome
Diagnostik
Foto standar cervical AP / Lat
bila tidak tampak oleh karena auto reposisi
Dynamic lateral atau test white (traksi leher 3 – 5 kilo dan dokontrol apakah ada “pelebaran interdistal” pada foto atau image intensifier proyeksi lateral
Mielografi dikerjakan bila ada kecurigaan herniasi diskus CT-scan with / without contras
MRI
Konsultasi
Ahli rehabilisi medis Ahli jiwa
Therapy
Mutlak perlu stabilisasi setelah reposisi
Posterior stabilisasi & fusi : bila tidak ada herniasi discus
Anterior dekompresi dilanjutkan posterior fusi dan stabilisasi bila ada herniasi discus
Tidak pernah dilakukan laminectomy
Informed Consent
Perlu secara tertulis
Standar tenaga
Ahli Ortopedi
Revaliditas
Cidera cervical dengan neurologic deficit diatas segmen thoracl akan terjadi gangguan sistem sympatis harus diperhatikan sistem respirasi, pencernaan, urogenital, kulit dan masalah kejiwaan multidisipliner approach
Prognosa
Baik bila : type stabile tanpa ganggua neurologia incomplete neurology deficti pada brown sequard dan central cord syndrome
Catatan :
X-ray dynamic dikerjakan dengan image intensifier atau dengan hati-hati memflexikan leher dan dibuat foto polos lateral pada vertebra cervicalis (dilakukan oleh yang berpengalaman)
BAGAN TATALAKSANA DIAGNOSIS CIDERA KECURIGAAN FRAKTUR
VERTEBRA CERVICALIS PLAIN PHOTO VERTEBRA
CERVICALIS AP / LAT FRAKTUR (+) FRAKTUR (+) TRAKSI CRUCTH NEUROLOGIS (+) NEUROLOGIS (+) MACAM CIDERA TRAKSI CRUCTH FIELD TRAKSI GLISON HORISONTA
L COMPLEXPOST ULANGAN PLAIN PHOTO AP/LAT
POSISI KHUSUS : DYNAMIC X-RAY CURIGA CERVICAL 1 & 2 : OPEN
MOUTH VIEW FRAGMEN DALAM FORAMEN FRAKTUR (-) TOMOGRA FI FRONTAL / CT-SCAN MYELOGRAFI CT MYELOGRAFI NEUROLOGIS (+) NEUROLOGIS (+) TAA LEPAS TRAKSI GLISON
II. FRAKTUR & DISLOKASI VERTEBRATEORACOLUMBAL Batasan :
Yang dimaksud dengan cedera tulang belakang disini ialah fraktur atau fraktur dislokasi dari tulang belakang, bisa tanpa disertai gangguan pada medulla spinalis.
Klasifikasi
1. Dibagi 2 tipe :
Stabil terdiri dari : Fleksi Ekstensi Lateral bending Kompresi vertikal Tidak stabil Fraktur rotasi
Fraktur tipe “Shearing” Fleksi dislokasi
2. Menurut Frans Dennis :
Tipe kompresi
Tipe burs
Tipe seat bealt
Fraktur dislokasi 3. Menurut R. Louis
Stabil
Tidak stabil : sementara / permanen
Diagnosis
1. Pemeriksaan fisik
Didapatkan nyeri tulang punggung, memar atau deformitas penderita diminta menggerakkan kedua tungkai untuk mencari kemungkinan gangguan neurologi pada kedua ekstremitas bawah. Apakah ada kiposis, skoliosis post traumatik. Perlu diingat fraktur daerah thorakal tidak jarang disertai, fraktur costa atau tanda-tanda trauma thoraks. (Gambar 1. Sistematis pemeriksaan penderita)
Foto polos proyeksi AP / Lat kalau perlu tomografi untuk melihat jenis frakturnya. CT-scan dengan sagital rekonstruksi. MRI. (Gambar 2. Penatalaksanaan cedera tulang belakang secara skematis)
Managemen
1. Stabil terapi konservatif dengan :
Body jacket / plaster selama 8 – 12 minggu
2. Tidak stabil sementara ada 2 pilihan :
Bisa konservatif, dapat juga operatif dengan melakukan, stabilisasi interna terutama bila penderita dengan gangguan neurologis
Indikasi pembedahan : Problem instabilitas
Problem statik, bial ada kifosis 25%
Penyempitan kanalis spinalis 30%
Adanya gangguan neurologis
Pembedahan yang dikerjakan : Reposisi
Dekompresi terhadap penekanan korda spinalis
Stabilisasi dengan fiksasi internal
Konsultasi
Ahli Rehabilitasi medis
Perawatan
1. Pre-stabilisasi
Positioning : tempat tidur kasur dengan alas keras, beberapa bantal dengan bantalan pasir. (Gambar 3. Posisi tidur penderita dengan diganjal bantal
Turning setiap 2 jam (Log Roll) Dengan keuntungan
Mencegah ulkus dekubitus Meningkatkan sirkulasi darah Membantu fungsi ginjal
Mencegah statis paru-paru
Memberikan kesempatan komunikasi (Gambar 4: cara memiringkan penderita)
(Gambar 5 : cara mengangkat penderita untuk tempat tidur) Terapi latihan luas gerak sendi
Dengan tujuan mencegah kontraktur
2. Post stabilisasi
Latihan seperti sebelumnya
Hari ke 3 latihan tegak
Latihan pindah tempat
Latihan berdiri
Latihan ambulasi
Informed Consent
Perlu secara tertulis
Standar tenaga Ahli Ortopedi
(Gambar 1. Sistematis pemeriksaan penderita)
(Gambar 2. Penatalaksanaan cedera tulang belakang secara skematis) THORACOLUMBAR INJURY
AP, Lateral radiography CT-scan
Serial bed rest druing resuscitation and evaluation serial neurologic exam
Stable injuries
Isolated compression fracture of the vertebral body
Hyperesteration injury Transverse process fracture
Unstable injury
Flexion distraction
injury Flexion rotationinjury injuryBurst injuryShaft
Chance
injury distractionSpinal
Closed reduction Body chest immobilization Symptomatis treatment Open reduction internal fixation
Method plastic body jacket early rehabilitation
III. TRAUMA BAHU
1. Dislokasi sendi sternoklavikula Definisi
Terpisahnya sebagian atau seluruh bagian yang membentuk sendi sternoklavikula akibat ruda paksa sekitar sendi tersebut.
Klasifikasi
Berdasarkan arah dislokasi terhadap bidang koroner dibagi :
Dislokasi anterior : klavikula berada di anterior sternum
Dislokasi posterior : klavikula berada di posterior sternum
Prosedur diagnosa Klinis :
Anamnesa
Arah gaya dari anterior dan lateral pada bahu anterior disloaksi
Arah gaya dari anterior dada posterior dislokasi
Pemeriksaan
Nyeri dan pembengkakan daerah medial klavikula
Pada posterior dislokasi teraba cekungan pada sisi lateral
Manubrium sterni
Gejala dan tanda gangguan viscera dan vaskuler (terutama ada dislokasi posterior)
Radiologis
AP plain foto bandingkan kanan dan kiri
Foto khusus :
40 – 450 proyeksi kaudal – kranial Hobb’s view
Penanganan Emergency
Perbaikan kondisi umum dan trauma lain
Adanya gangguan viscera dan atau vasculer perlu reduksi segera (pada post dislokasi) bersama bedah thorax
Definitif
Anterior dislokasi biasanya konservatif (shoulder sling 3 minggu)
Asimptom konservatif
Simptom (+) reduksi tertutup bila gagal reduksi terbuka fiksasi dengan suture sintetis
Komplikasi
Gangguan visera / vaskuler (pada posterior dislokasi)
Fiksasi dengan pin / screw migrasi (+)
Rehabilitasi
Sling bahu 3 – 4 minggu
Paska Op :
Sling bahu 3 – 4 minggu
Isometric exercise lat. flexi dan ext. rotasi 6 minggu lat. Strenghthening
Konsultasi
Ahli rehabiltiasi medis
Bedah Thoraks
Informed consent Perlu secara tertulis
Standar tenaga Ahli Ortopedi
2. Fraktur Klavikula Definisi
Terputusnya kontiyuitas tulang klavikula akibat ruda paksa
Klasifikasi :
Setara patah tulang panjang
Sub klasifikasi untuk fraktur 1/3 distal :
Fraktur diantara lig. coracoclavicula & coraco acromial Fraktur tepat di medial perlekatan lig. coracoclavicula Fraktur pada artic. surface sendi acromiaclvicula
Prosedur diagnosa Klinis :
Penderita
Nyeri, pembengkakan dan krepitasi pada daerah clavicula
Adakah gejala dan tanda trauma penyerta (vasculer dan atau plexus brachialis, trauma thorax)
Radiologis AP radiologis
atau : 200 kaudo kranial AP view
Penanganan Emergency
Tindakan khusus (-)
Pada trauma penyerta (+) atasi
Pada open fraktur debridement
Definitif
Closed fraktur close reduction + sling / figure of eight bandage
Open reduction indikasi pada : Open fraktur
Fraktural bilateral
Ipsi lateral scapular fraktural / glenoid neck fraktur Scapulothoratic disosiasi
Flail chest Non union
Displaced fraktur 1/3 distal + ruptur coracoclavi.ligamen
Komplikasi
Injuri vasculer / nervus
Pneumothorax
Infeksi
Informed Consent Perlu secara tertulis
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Rehabilitasi
7 – 10 hari setelah figure of & perdarahan exercise meningkat, flexi dan extensi rotasi dengan bantuan
Paska bedah (ORIF)
Langsung post of nyeri (-)isometric exercise (2-3 minggu) Minggu 3 – 6 : assisted ROM & pendulum exercise
Minggu 6 – 12 : aktif exercise
3. Akromio klavikula injuri Definisi
Rudapaksa yang menyebabkan lesi pada ligamen akromioklavikula dengan atau tanpa lesi pada perletakannya pada tulang.
Klasifikasi : dasar : tingkat parah injuri penyerta pada soft tissue
Grade I : Injuri kapsul yang stabil
Grade II : Kapsul disrupsi total + lig. Coraclavicula sebagian
Grade III : Kapsul dan lig. Coraclavicula disrupsi total + klavikula displaced superior
Grade III : Dibagi menjadi :
Grade IV : Klavikula displace superior (perlekatan deltoid & trapezius terputus total)
Grade VI : Subcoracoid dislocation
Prosedur diagnosa Klinis
Edema, ekimosis, nyeri didaerah AC joint
Deformitas (+) pada injuri yang parah
Catat :
Status vasculer / sensorik / motoris Injuri thorax sekitarnya
Kondisi daerah proksimal ekstremitas sebelahnya
Radiologis
Radiologi thorax AP
Kalau perlu
Stress foto
Penanganan Emergency
Tidak diperlukan kecuali diperlukan explore injury art axillres & trauma yang parah
Definitif
Grade I & II konservatif
Grade III
Rekonstruksi : weaver – bunn proc Indikasi lain :
Grade III + ipsilateral trauma thorax / periscapsular injuri
Komplikasi
Pada Grade III degeneratif arthritis simptomatic perlu reseksi clavicula distal
Chronic instability pada Grade III perlu reseksi distal clavicula + rekonstruksi lig. Coracoclavic
Rehabilitasi
Shouler sling 3 – 4 minggu + isometric deltoid exercise
Akhir minggu 3 – 4 minggu pendular exercise
6 – 8 minggu post op : aktif ROM
Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
4. Fraktur Skapula Definisi
Hilangnya kontiyuitas dari masing-masing tulang skapula
Klasifikasi
Berdasarkan regio anatomi yang terkena corpus, collum, glenoid atau acromion
Prosedur diagnosa Klinis
Cacat trauma : kepala, thorax, abdomen, spinal, pelvis
Lokal : kontusi, edema, nyeri didaerah shoulder girdle
Cacat injuri penyerta :
AC disruption fr. Clavicula Arteri axillaris
Nervus axillaris & muskulokutaneus Flexus brachialis
Radiologis
Skapula proyeksi : AP / Lat / axillary view
Khusus : indikasi Arteriografi CT-scan EMG Penanganan Emergency
Tidak diperlukan kecuali ada lesi pembuluh darah
Definitif
Indikasi operasi (ORIF) Displaced fr. Akromion
Displaced (>2-3 mm) fr. Korpus
Fr. Collum dengan ipsilateral fr. Clavicula
Komplikasi
Loss of motion sendi scapulothoracus & glenohumeral
Injury n. suprascapulla & axillaris
Segera nyeri hilang : deltoid isometric exercise
Shoulder sling dipakai s/d wound healing
Wound healing (+) : isometric exercise + assisted ROM exercise
4 – 6 minggu post op : aktif ROM
6 – 8 minggu post op : strengthening exercise
Informed Consent Perlu secara tertulis
Standar tenaga Ahli Ortopedi
5. Glenohumeral dislokasi Definisi
Terpisahnya sebagian atau seluruh bagian yang membentuk sendi glenohumeral akibat rudapaksa
Klasifikasi
Dasar : displacement caput humeri : anterior / posterior / inferior dislokasi
Prosedur diagnose Klinis
Anterior dislokasi
Posisi menahan lengan atas adduksi (menempel pada sisi badan) Deformitas bisa nampak langsung atau teraba
ROM aktif / pasif menurun Catat status vasculer / nervus
Posterior dislokasi
Posisi lengan atas exorotasi & slight abduksi Teraba “kosong” pada regio deltoid anterior
Inferior dislokasi
Teraba caput di aksila
Daerah kosong regio deltoid
Radiologis
AP / Lat & axillary view (rutin) Post. Dislokasi perlu CT-scan Arteriografi / EMG
Penanganan Emergency
Atasi trauma prioritas (ABC)
Closed reduction dalam selaksasi & analgesia adekwat (tehnik Bigellow, stimson, Hippocrates)
Post reduksi shoulder sling + velpeau
Definitf
Indikasi open reduction
Komplikasi
Reccurent dislokasi
Posterior dislokasi sering misdiagnosed
Rehabilitasi
Segera deltoid isometric exercise
2 – 3 minggu post op : streeching exercise untuk internal & eksternal rotation
Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
IV. TRAUMA LENGAN ATAS (HUMERUS) 1. Fraktur proximal humerus
Definisi
Hilangnya kontiyuitas bagian proximal (metafisier) os humerus
Klasifikasi
Neer classification :
Dasar : displacement 4 fragmen utama yaitu tuberositas major & minor, caput & shaft humerus
Dibagi : Two part Three part Four part Prosedur diagnosa Klinis
Deformitas shoulder, kontusio, edema, nyeri
Catat status vasculer / nervus
Radiologis
AP / Lat, axillary view
Penanganan Emergency
Tidak diperlukan kec. Adanya injuri a.axillaris
Definitif
Indikasi operasi :
Fr. Collum chirurgium yang unstable (kontak (-)) antar fragmen Kontak partial (+) dengan ipsilateral trauma ext. atas
Displaced (>55 mm) fr. Three or four part pada usia muda Displaced berat (>1mm) fr. Three or four part pada usia tua
Komplikasi
Maluion tuberositas
Degeneration arthritis caput humerus
Osteonecrosis simptomatik
2 – 3 hari post trauma, bila kondisi fr. Stabil segera isometric exercise meningkat sampai latihan strengthening pada minggu VI.
Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
2. Fraktur shaft humerus Definisi
Hilangnya kontiyuitas diafisis os humerus
Klasifikasi
Fraktur diaphysis tulang panjang ditambah : Closed atau open ?
Pola fraktur ?
Tingkat komunitifnya ?
Prosedur diagnosa Klinis
Simptom fraktur diafisis tulang panjang
Catat fungsi saraf-saraf : radialis, medianus, musculocutaneus, ulnaris
Catat status vaskuler
Radiologis
AP / Lat view nampak kedua sendi
Penanganan Emergency
Reduksi immobilisasi dengan U-shape coaptation sugar-tong splint & collar & cuf
Definitif
Indikasi operasi Open fraktur
Defisit neurologis yang progressif Multiple trauma
Fr. Humerus bilateral Lesi humerus bilateral Lesi floatig elbow Konservatif gagal
Open fraktur Grade III ext. fiksasi
Komplikasi
Delayed / non union
Rehabilitasi
Splint coaptasi dipertahankan 10 hari – 2 minggu abduction pillow aktif ROM shoulder
Post op :
Shoulder sling dengan elbow flexi 90 Nyeri hilang aktif ROM
Standar tenaga
o Ahli Ortopedi o Residen Ortopedi
Kepustakaan :
1. De Palma : Fractures & dislocation of the shoulder Girdle in De Palma : The Management of Fractures & Dislocation (an atlas), Vol 1, 1970, p. 436-538.
2. De Palma : Injuries of the ligaments & capsule of the glenohumeral joint (subluxation & dislocation), in De Palma : the management of factures & dislocation (an atlas), Vol. 1, 19070, p. 560-602.
3. Charles P. Rockwood ; DP. Green : Fractures & dislocation of the shoulderin : Frctures in adults, Charles A. Rockwood & David P. Green, 1984, p.675-950.
V. TRUMA LENGAN BAWAH (ANTERBRACHII) Definisi
Yang dimaksud dengan antebrachi adalah batang (shaft) tulang radius dan ulna
Klasifikasi fraktur antebrachi :
Fraktur antebrachii, yaitu pada kedua tulang radius dan ulna
Fraktur ulna (nighstick fracture), yaitu fraktur hanya pada tulang ulna
Fraktur Montegia, yaitu fraktur ulna proksimal yang disertai dengan dislokasi sendi radioulna proksimal
Fraktur radius, yaitu fraktur hanya pada tulang radius
Fraktur Galeazi, yaitu fraktur radius distal disertai dengan dislokasi sendi radioulna distal
1. Fraktur antebrachii Diagnosa
Klinis
Didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti udem deformitas “false movement”, krepitasi dan nyeri
Radiologis
Anteropresterior dan lateral, akan didapatkan adanya diskontinuitas tulang
Prosedur tetap
Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, kemudian imobilisasi dengan gips (long arm cast). Posisi antebrachii tergantung letak fraktur, pada fraktur antebrachii 1/3 proksimal diletakkan dalam posisi supinasi, 1/3 tengah dalam posisi netral dan 1/3 distal dalam posisi pronasi. Gips supinasi gips dipertahankan 4 – 6 minggu.
Bila reposisi tertutup tidak berhasil (angulasi lebih dari 100 pada semua arah ) maka dilakukan internal fiksasi.
Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan “debridement” kemudian dilakukan tindakan seperti diatas. Sedangkan pada fraktur terbuka derajat III dilakukan eksternal fiksasi
Standar tenaga
o Ahli Ortopedi o Residen Ortopedi
2. Fraktur Ulna (nightstik fracture) Diagnosa
Klinis
Didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti udem deformitas “false movement” dan nyeri.
Radiologis
Anteroposterior dan lateral, akan didapatkan adanya diskontinuitas.
Prosedur tetap
Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, kemudian imobilisasi dengan gips (long arm cast), dengan posisi lengan netral, selama 4 – 6 minggu.
Bila reposisi tertutup gagal atau komplikasi nonunion “debridement” kemudian dilakukan tindakan seperti diatas, kecuali pada fraktur terbuka derajat III dilakukan eksternal fiksasi
Standar tenaga
o Ahli Ortopedi o Residen Ortopedi
3. Fraktur Montegia Diagnosa
Klinis
Didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti edema nyeri terutama pada tempat fraktur dan sendi radioiulner proksimal, deformitas, false movement dan krepitasi
Radiologis
Anteroposterior dan lateral, akan didapatkan adanya kontinuitas tulang
Klasifikasi
Bado 1, dislokasi kaput radius ke anterior
Bado 2, dislokasi kaput radius ke posterior
Bado 3, dislokasi radius ke lateral
Bado 4, dislokasi kaput radius disertai fraktur radius dan ulna
Prosedur Tetap
Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, serta imobilisasi dengan gips (long arm cast), dengan posisi lengan supinasi, selama 4 – 6 minggu.
Bila reposisi tertutup gagal maka dilakukan fiksasi interna, post operasi dilakukan tes pada sendi radioulner bila tidak stabil imobilisasi dengan gips pada posisi lengan supinasi selama 3 minggu dilakukan fiksasi internal.
Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan “debridement” kemudian imobilisasi, sedangkan pada derajat III dilakukan eksternal fiksasi.
Standar tenaga
o Ahli Ortopedi o Residen Ortopedi
4. Fraktur radius Diagnosa Klinis
Didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti deformitas, false movement” krepitasi dan nyeri.
Radiologis
Anteroposterior dan lateral, akan didapatkan adanya diskontinuitas tulang
Prosedur tetap
Dilakukan reposisi tertutup kemudian imobilisasi dengan lengan pronasi pada fraktur 1/3 distal, netral pada fraktur 1/3 tengah dan supinasi pada fraktur 1/3 proksinasi. Imobilisasi selama 4 – 5 minggu
Bila reposisi tertutup dilakukan fiksasi internal
Pada fraktur terbuka dilakukan “debridement” kemudian reposisi imobilisasi, sedangkan pada derajat III dilakukan eksternal fiksasi.
Standar tenaga
o Ahli Ortopedi o Residen Ortopedi
5. Fraktur Galeazi Diagnosa
Klinis
Didapatkan adanya tanda-tanda fraktur seperti edema deformitas, false movement krepitasi dan nyeri.
Radiologis
Anteroposterior dan lateral, akan didapatkan adanya diskontinuitas tulang pada tulang radius disertai dislokasi sendi radioulner
Prosedur tetap
Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, kemudian imobilisasi dengan gips (long arm cast), pada posisi supinasi, selama 4 – 6 minggu.
Bila reposisi tertutup gagal maka dilakukan fiksasi interna, post operasi dilakukan stabilitas sendi radioulner, bila tidak stabil di imobilisasi dengan gips pada posisi supinasi selama 3 minggu.
Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan “debridement” kemudian reposisi imobilisasi, sedangkan pada derajat III dilakukan fiksasi eksterna.
Perawatan
Pada reposisi tertutup segera dilakukan fisioterapi dengan kontraksi isometrik pada otot-otot lengan dan gerakan aktif pada tangan. Observasi tanda-tanda adanya kompartemen sindrom. Lengan dielevasi. Ganti gips
pada hari ke 7 – 10 dengan kontrol radiologis terlebih dahulu. Kontrol radiologis diulang pada minggu ke 4. Pada dislokasi tanpa fraktur gips dapat dibuka pada minggu ke 3.
Pada penderita dengan internal fiksasi, bila dapat dicapai fiksasi yang stabil dapat segera dilakukan fisioterapi dengan gerakan aktif setelah bebas nyeri. Evaluasi radiologi pada minggu ke 2,4,8.
Standar tenaga
o Ahli Ortopedi o Residen Ortopedi
Kepustakaan :
1. Anderson, LD : Fracture of the shaft of the radius and ulna in rockwood CA; Green, DP (eds) : Fractures in Adult, Philadelphia, JB Lippincot Company, p. 511-550, 1984.
2. Amadia, PC : Taleisnik, J : Fractures of the carpal Bones in Green, Dp, (eds) : Operative Hand Surgery, Vol 13rded.
3. Crenshaw, AH : Fractures of shoulders girdle, Arm and forearm in crenshaw, AH (eds) : Campbell’s operative Orthopaedics Vol. 2 8th ed. St Louis : Mosby Year Book, p. 989-1054, 1992.
4. Doybyns, JH, Lincshield, RL : Fractures in Adult, Philadelphia, JB. Lippincot Comp., p.411-450, 1984
5. Tile, M: Fractures of the radius and ulna in Schatzker, J: Tile M. (eds) : The rationale of operative fractures care, Berlin Heidelberg, Springer-Verlag. P.103-129, 1987. 6. Wright, PE : Wrist in Crenshaw, AH (eds) : Campbell’s operative Orthopaedics, Vol.
VI. TRAUMA PERGELANGAN TANGAN Wrist :
Merupakan regio yang meliputi tulang karpalia dan bagian metafise serta permukaan sendi tulang radius dan ulna
Klasifikasi
1. Fraktur distal radius
Fraktur Colle’s fraktur yang terletak 1 inchi dari sendi radioulner distal dengan “displaced” fragmen distal ke dorsal
Fraktur Smith’s kebalikan dari fraktur Colle’s (reverse Colle’s) denga “displaced” fragmen distal ke palmar
2. Fraktur dislokasi radiokarpal
Fraktur dislokasi tepi dorsal (Barton’s type colle’s fracture)
Fraktur dislokasi radiokarpal
Fraktur styloid radius (Chaufeur’s fracture)
Fraktur dislokasi tepi palmar (Barton’s type Smith’s fracture) 3. Dislokasi sendi radioulner
Dorsal dislokasi
Palmar dislokasi 4. Fraktur karpalia
Fraktur skafoid
Chip fraktur dorsal
Instabilitas karpal post trauma dengan atau tanpa dislokasi
Fraktur lunatum
Fraktur tulang karpalia lainnya
Standar tenaga Ahli Ortopedi
1. Fraktur radius distal Definisi
Fraktur yang terjadi pada bagian metafisi distal os radius dengan atau tanpa perluasan garis fraktur ke artikuler (permukaan sendi)
Klasifikasi
Klasifikasi AO :
Fraktur extraartikuler :
Fraktur extraartikuler ulna dengan radius intak Fraktur extraartikuler radius, simple & implikasi Fraktur extraartikuler radius, multifragmen Fraktur artikuler partial
Fraktur artikuler partial radius dengan garis fraktur sagital
Fraktur artikuler partial radius dengan dibagian sisi dorsal (Barton) Fraktur artikuler partial radius dibagian sisi volar (reserve Barton,
Goyran Smith II) Fraktur artikuler komplit
Fraktur artikuler komplit radius, artikuler simple, metafisis simple
Fraktur artikuler komplit radius, artikuler simple, metafisis multifragmen
Fraktur artikuler komplit radius, multifragmen
Diagnostik
Pemeriksaan fisik
Edema & pembengkakan di distal radius
Fraktur dengan angulasi ke dorsal single-fork deformity
Segera evaluasi fungsi neurovasculer, khususnya nervus medianus
Pemeriksaan penunjang
Foto standard AP / Lat dari seluruh lengan bawah dan tangan Foto oblik lengan bawah distal
EMG : bila lesi saraf (+)
Penanganan Emergensi
Pada anak dan orang tua lokal anesthesi (hematom blok) immobilisasi dengan gips sirkuler
Definitif
Faktor yang mempengaruhi optimalisasi Stabilisasi fraktur
Besarnya displacement Kualitas tulang
Usia & aktifitas penderita Ketersediaan peralatan Macam
Reduksi tertutup dan splint
Reduksi tertutup dan pinning perkutan Fiksasi eksterna
Reduksi terbuka dan fiksasi interna Fiksasi dan interna
Komplikasi
Hilangnya reduksi awal
Malunion
Instabilitas radio-ulnar distal
Reflex sympathetic dystrophy (RSD)
Non union (jarang)
Standar tenaga Ahli Ortopedi
2. Dislokasi radio karpal Definisi
Hilangnya hubungan / cerai sendi radius dengan baris proksimal os karpalia baik pada sebelah sisi dorsal maupun volarnya.
Klasifikasi
Type I : isolated radiocarpal joint injuries
Type II : dislokasi dengan injuri interkarpalia
Diagnostik
Pemeriksaan fisik
Penampilan mirip fraktur distal radius
Periksa apakah terdapat lesi neurovaskuler (khususnya n. medianus) Periksa juga apakah terdapat injuri pada bagian proximal lengan
Pemeriksaan penunjang
Standar foto AP / Lat antebrachii dan manus
Tomografi atau CT-scan melihat aligment karpus
Penanganan Emergensi
Reposisi harus segera dilakukan Dislokasi ke dorsal
Dislokasi ke volar imobilisasi dalam slight volar flexi
Definif
Tipe II sebagian besar dengan reduksi terbuka karpus, fixasi dengan k-wire dan ligamen repair LAC 8 minggu latihan ROM aktif setelah 3 bulan
Komplikasi
Loss of reduction
Neurovasculer : CTS, RSD Significant joint stifness
Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
3. Instabilitas karpalia Definisi
Ketidakstabilan tulang karpalia akibat lesi traumatik pada ligamen interkarpalia
Klasifikasi
Klasifikasi Green & O’brein Major carpal dislocation
Dorsal perilunate / volar lunate dislocation (paling banyak terjadi) Dorsal trans-scaphoid perilunate dislocation
Transradial styloid perilunate dislocation Scaphocapitate syndrome
Volar perilunate / dorsal dislocation Complete dislocation og the scapoid Capitate – hamate diastasis
Carpal instability, dissociative Radial carpal instabilities
Scapholunate dissection (paling sering) Dorsiflexion instability (disi) (paling sering) Ulnar capal instabilities
Triquetrolunate instability (visi) Volarflexion carpal instability) Central carpal instability
Carpal instability, non dissociative
Non dissociative instability of the proximal carpal row Mid carpal joint
Radiocarpal
Diagnostik
Pemeriksaan fisik
Pembengkakan, ekimosis, deformitas didaerah wrist dan loss of motion, pain
Kemungkinan terjadi lesi neurovasculer (n.medianus dan ulnaris)
Pemeriksaan penunjang
Plain foto AP & terutama lat dan oblique scaphoid view : evaluasi terhadap sudut-sudut penting : scapholunate, capitate-lunate & radioulnate
Tomogram & CT-scan
Kasus – kasus akut dan khronis : perlu videotaped arthograms, bone scan, arthrography
Penanganan Emergency
Segera immobilisasi dengan cukup padding dan long arm splint urgent definit
Definitif
Penanganan tergantung lama waktu berselang Instability <3 minggu akut
Instability 3 minggu – 4 bulan sub akut Instability > 4 bulan kronis
Instability akut pertahankan anatomi os karpalia
Instability krnonis & sub akut rekonstruksi ligament + fiksasi interkarpalis
Komplikasi
Loss of motion
Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
4. Injuri sendi radio-ulner distal Definisi
Cerai sendi radio-ulner distal akibat lesi traumatik pada struktur-struktur ligamen penyetabilisasi sendi tersebut.
Klasifikasi
Tidak klasifikasi baku
Bowers mengelompokkan kedalam kelompok-kelompok : Fraktur akut
Injuri sendi akut
Injuri or late-aapearing joint disruption Gangguan sendi kronis
Snapping tendon ECU Fixed rotational deformities
Diagnostik
Pemeriksaan fisik
Periksa seluruh extremitas atas (nyeri, limitas ROM dan instabilitas)
Pemeriksaan penunjang
Plain foto AP & Lat anterbrachii pada rotasinya yang normal dan view dengan center pada wrist dan elbow, oblique view untuk mengetahui apakah terdapat fraktur non displaced atau chip fraktur
Tomografi : small fractures ?, displacmenet large fragment ?
CT-scan pembanding dengan yang sehat
Arthrography : ruptur TFCC ?
Penanganan Emergensi :
Ulna displaced ke dorsal splint anterbrachii posisi supinasi
Ulna displaced ke volar splint anterbrachii posisi pronasi
Definitif
Coba dengan konservatif (cast) dalam 6 minggu
Bila sendi tetap tak stabil dengan konservatif operatif
Operatif :
Fraktur styloid TBW (Tension Band Wiring) Rekonstruksi ligament
Post op : cast long arm (LAC) 6 minggu dalam mid rotasi Lat ROM & strengthening esercise dan split s/d 3 bulan.
Komplikasi
Post traumatic arthritis
Ulnar neuritis dan kompresi kronis n.ulnaris
Adheis tendon dan stifnes
Standar tenaga Ahli Ortopedi
5. Fraktur Skapoid Definisi
Fraktur yang terjadi pada os scaphoid yang dapat disertai dengan fraktur radius distal dan dislokasi transchapoid perilunate
Klasifikasi
Klasifikasi Russe
Fraktur horinzontal (900) terhadap axis longus radius)
Fraktur transvers (dalam bidang aixs scaphoid)
Fraktur vertikal (sejajar dengan axis longus radius) paling tidak stabil
Klasifikasi lain : displaced atau non displaced (translasi > 1mm dan
Diagnostik
Pemeriksaan fisik
Pembengkakan, berkurangnya ROM wrist, nyeri pada snuf box, berkurangnya kekuatan genggam.
Pemeriksaan penunjang
Plain foto AP / Lat dengan posisi wrist netral dan deviasi ke ulna, oblique view dengan wrist pronasi
Bila foto awal : fraktur tidak ada, tapi klinis suspek fraktur thumb spica cast 2 minggu foto ulang
Bila dalam foto ulangan : fraktur tetap tidak ada tapi klinis suspek fraktur bone scan
Tomogram sesuai bidang axis scaphoid sering menolong
Penanganan Emergensi
Long arm thumb spica cast
Definitif
Non displaced fraktur thumb spica cast 6 minggu dengan posisi wrist netral flexi dan deviasi ke radial ringan + thumb posisi fungsional.
Displaced >1 mm + dislokasi perilunate operatif + bone graft
Fraktur dengan sudut radiolunate >150 dan fraktur dengan sudut scapholunate >600 operasi + bone graft.
Post op : thumb spica cast klinisi cast bisa dilepas dan latihan sendi.
Komplikasi Non union Malunion Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
VII. TRAUMA REGIO MANUS
Distal dari metacarpal (ossa carpalis masuk regio wrist)
Fungsi terpenting adalah gerakan ibu jari terhadap jari telunjuk / jari tengah (50%)
1. Fraktur
Penanganan Fraktur Secara umum :
Stabil gips atau bidai (MP angulasi lebih dari 600, tidak melebihi distal palmar crease tidak stabil ORIF (pinning, plating)
Komplikasi : rotasi (patokan arah jari kedua sampai empat adalah os
scaphoid)
Intraatikuler debridement + k.wire
Bila luka kotor dilakukan delayed primary closure ( 3-5 hari). Tertutup bebat dengan compression dressing, fiksasi jari sebelah, fore slab / back posisi jari MP 60 – 900 dengan IP joint ekstensi
Secara khusus
Fraktur basis metacarpal I (Bennet’s fracture)
Merupakan fraktur dislokasi intraatikuler, tidak stabil perlu reduksi anatomis, lebih disukai pinning (terbuka atau tertutup) penanganan yang sama pada fraktur basis metacarpal V.
Fraktur shaft metacarpal
Disebabkan gaya torsi, umumnya stabil karena periosteum dan soft tissue sekitarnya, bila stabil reduksi tertutup (komplikasi : rotasi), tidak stabil percutan k.wire atua platting small fragmen.
Fraktur neck metacarpal
Gerakan AP metacarpal jari 1 dan 2 minimal perlu reduksi near anatomic jari 3 (200) jari 5 (30 – 500). Reduksi tertutup dengan general anesthesi + relaksan (dipertahankan 2 minggu) bila tidak stabil ORIF (k.wire).
Fraktur head metacarpal
Merupakan fraktur intraartikuler, sering rotasi perlu reduksi anatomis.
Fraktur basis phalang proksimal fleksi sendi MP 900 selama 2 minggu bila gagal reduksi tertutup ORIF
Fraktur volar-sendi interphalang (IP) = Wilson’s fracture
Bila fragmen lebih 150 permukaan sendi open pinning, pullet out wire looped. Kurang dari 150 reduksi tertutup, flexi phalang 45 – 500 (selama 4 minggu)
Fraktur avulsi phalang distal pada insersi tendon ekstensor (baseball fracture) Fragmen kecil hiperekstensi sendi 6 – 8 minggu
Terapi yang sama untuk “mallet Fingger” (ruptur tendon ekstensor proksimal dari insersi) bidai distal phlang posisi hiperekstensi(sendi PIP bebas). Bila fragmen lebih dari 300 permukaan sendi ORIF dengan k.wire atau pulled out wire
Boutonniere = button hole
Ruptur sentral slip traumatik dari ekspansi ekstensor dekat sendi PIP ( persisten flexion deformity).
Terapi perbaikan tendon, immobilisasi dengan k.wire sendi PIP posisi ekstensi penuh selama 3 minggu dilanjutkan fisioterapi fleksi aktif.
Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
2. Ruptur dan dislokasi ligamen
Ligamen kolateral dapat ruptur dengan atau tanpa dislokasi
Cara reduksi :
Dislokasi sendi MP perlu terbuka (vollar app) karena head MC interposisi dengan soft tissue palmar sendi
Dislokasi dorsal sendi PIP reduksi tertutup dengan atau anestesi lokal
Terapi post reduksi pressure dressing (bila edema), bidai sendi MP 900 fleksi sendi IP ekstensi sampai bengkak dan nyeri hilang dilanjutkan fisioterapi 10 hari kemudian.
Game keeper’s thumb
Ruptur ligamen kolateral ulna disertai subluksasi kerah radier (fungsi pinch lemah)
Terapi : ruptur inkomplit scaphoid cast 6 – 8 minggu ruptur komplit tidak stabil, open repair + gips 8 minggu.
Standar tenaga
3. Laserasi tendon ekstensor Terapi : repair sekunder Standar tenaga
Ahli Ortopedi
Residen Ortopedi
4. Ruptur tendon flexor Dibagi menjadi 3 zone : Zona 1 ( zona hijau)
Pertengahan phalang media distal sampai finger tip
Zona 2 (zona merah)
Distal palmar crease sampai pertengahan phalang media proksimal
Zona 3 (zona kuning)
Proksimal dari palmar crease distal
Terapi
Zona 1 ruptur diperbaiki primer
> 1 cm, stump distal dieksisi – proksimal dijahit ke periosteal flap dengan bannel pullout wire
< 1 cm, terapi sebagai zona 2
Zona 2 perlu keterampilan tinggi (hand surgeon)
Unutk pemula hanya jahit diikuti delayed repair ruptur tendon ibu jari sebaiknya dikerjakan primer
Zona 3 diperbaiki primer, namun perlu keterampilan tinggi untuk hasil yang baik
Standar tenaga Ahli Ortopedi
5. Terapi definitif finger tip
Golden period dapat diperpanjang menajdi 10 –12 jam bila luka bersih dan diberi AB
Skin loss << hanya hebat
Skin loss >> split thickness antebrachii atau hipothenar
Bila kuku intak full thickness skin graft akan memberi bantalan diatas tulang
Tulang terkena potong sedikit tulang sampai bersih dengan knabel + tutup primer
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Residen Ortopedi
6. Tenosynovitis non infeksi Tipe akut
Terjadi dalam beberapa jam dengan nyeri hebat saat menggerakkan tendon yang bersangkutan disertai hangat dan warna kemerahan
Tipe kronik
Tampak sebagai fenomena tringger dari tendon fleksor, didapatkan disproporsi tendon sheath dan isinya. Keluhan nyeri dan kaku pada jari, sekali difleksikan tidak dapat atau sulit mengektensikan sendi DIP, sering teraba nodul diproksimal tendon sheath
Predileksi :
Diistirahatkan dengan immobilisasi + NSAID Injeksi steroid pada tendon sheath
Insisi tendon sheath mengurangi fenomena tringger
Standar tenaga
Ahli Ortopedi
7. Gigitan manusia
Merupakan trauma yang serius
Komplikasi trauma tangan
Biasanya iatrogenik dan dapat dihindrai
Immobilisasi yang pendek dan segera diikuti latihan aktif dimungkinkan bila vaskularisasi tangan baik, ukuran tulang kecil, vaskularisasi cancellous cukup banyak
8. Compartemen syndrome manus Dasar : iskemia otot saraf
Gejala utama adalah :
Nyeri yang menetap, progresif dan tidak hilang dengan imobilisasi, nyeri saat streching otot pasif merupakan tanda klinis yang dapat dipercaya Parestesi atau berkurangnya sensasi merupakan tanda penting kedua Kelemahan otot yang progressif (paralise) merupakan tanda yang sangat
penting
Terakhir, palpasi daerah compartemen akan terasa tegang dan nyeri
Cara menilai ;
Compartemen tangan instrinsik :
Passive abduksi dan adduksi jari akan meningkatkan nyeri (posisi sendi MP ekstensi dan fleksi sendi PIP)
Compartemen ibu jari adduktor :
Menarik ibu jari ke arah abduksi palmar, streching otot-otot adduktor Otot-otot thenar :
Radial abduksi ibu jari Otot-otot hipothenar :
Ekstensi dan abduksi jari kelingking
Terapi : satu-satunya cara adalah dekompresi
Immediate fasciotomy merupakan cara terbaik untuk penyembuhan yang lebih baik (kalau bisa hindari nervus cutaneus dan vena besar, skin flap untuk menutup nervus medianus, release n.medianus pada carpal tunnel dan canal guyon, insisi pada wrist harus dihindari)
9. Replantasi Terminologi
Replantasi : penyembuhan kembali bagian yang teramputasi secara komplit
Revaskuler : rekonstruksi bagian amputasi yang tidak putus seluruhnya
Indikasi lain : setiap bagian dari anak kecil, wrist atau anterbrachii, elbow dan humerus, digit distal dari insersi tendon fleksor superfisialis sampai 4 mm kulit dorsal nail plare harus utuh.
Kontra indikasi : crush injury, multipel level amputasi, disertai penyakit dan kelainan mental, longed warm ischemic time
Warm ischemic time : < 6 jam utuk amputasi proksimal corpus, > 12 jam untuk phalang.
Cold ischemic tim : > 12 jam untuk amputasi proksimal, prognosa jelek
Penanganan & preservasi :
Stump dilakukan bebat tekan
Puntung (amputat) dimasukkan dalam plastik yang kedap air Amputat dalam plastik dimasukkan dalam termos terisi air + es
Operasi teknik replantasi phalang dan manus : Identifikasi vasa dan nervus
Debridement
Shorthening dan fixir tulang Repair tendon extensor Repair tendon flexor Anastomose arteri Repair nervus Anastomose vena Penutupan luka Standar tenaga Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
VIII. TRAUMA PANGGUL 1. Fraktur pelvic ring
Batasan
Pelvic girdle dibentuk oleh 2 tulang innominate (os coxae) yang berartikulasi dibagian anterior yang disebut symphisis pubis dan dibagian posterior dengan os sacrum (sacro illiac joint). Pelvic ring dibentuk oleh dua arcus yang penting dalam menahan weight bearing forces yaitu femoro sacral arch dan ischial arch
Klasifikasi
Menurut Marvin Tile disruption of pelvic ring dibagi :
Stable
Unstable
Miscellaneous : Complex :
Associcated acetabular disruptions
Bilateral sacroiiliac dislocation with intact anterior arch Menurut Marvin Tile symphisialisis dibagi 3 grade
Symphisis open < 2,5 cm
Symphisis open >25, cm
Symphisis open 2,5 cm with peroneal wound
Diagnosis Klinis
Plain
Plevic AP
Inlet & outlet view
Internal & external oblique view
CT-scan
Prosedur Tetap
Indikasi pemasangan external fiksasi pelvic
Stabel pelvic fracture dengan severe pelvic hemorrhage
Stabel pelvic fracture yang memerlukan early mobilization
Poly trauma
Unstabel pelvic (vertical share injuries) Indikasi pemasangan C-clamp
Unstabel pelvic (vertical shear injuries) / rupture posterior sacro illiac lig. Indikasi pemasangan internal fiksasi
Rupture post sacro illiac lig. 1-2 hari setelah pemasangan C-clamp dan keadaan stabil
Symphisialisis Gr. II & III
Komplikasi Awal Loss of reduction Sepsis Thrombo phlebitis Lanjut
Leg. Length discrepansy
Low back pain
Pelvic oblique
Lumbo sacral plexus palsy
Sacro illiac arthritis
Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
MANAGEMENT FRACTURE PELVIC
FRACTURE OF PELVIC RING (808) Clinical Evaluation Urologi Abdominal & thoracic Neurologic Resuscitation Radiographic evaluation AP
Inlet & outlet view Internal & eksternal view
A
B
Minor fracture patterns
Avulsion Fr.
Isolated single break in the ring
Illiac wing fractures Straddle fractures
Major pelvis fracture (Malgaine Pattern) Stable Injuries Unstable Injuries Symphisis treatment Polytrauma Significant hemorrhage Need for early mobilizaion
Reduction of Hemipelvic Stabilization External Pelvic Traction Internal fixation
C
D
E
F
Continued hemorrhagic > 15-10 unit of blood Intravenous fluids and blood transfusion
UNSTABLE PELVIC FRACTURE
General resuscitation Measures
Minimize of the patient
A
Monitor vital sign, CVP urine output, hematokrit Physical sign Suggestive of major Vesel injuries Hemorrhage subsides stable vital sign
> 4- 6 unit of blood within 12 – 24 hour Emergency application of pelvic external fixator or pneumatic throuser Continued hemorrhagic >10 – 12 unit of blood with
in first 24 – 36 hours
Arteriography
Multiple bleed site
Selective transcatheter arterial embolization MANAGEMENT HEMORRHAGIC SHOCK PADA UNSTABLE PELVIC
FRACTURE
Surgical exploration
Laparostomy Vessel repair
B
Major vessel injuries
C
E
F
G
1. Fraktur pelvic wing
Tidak mempengaruhi stabilitas pelvic
Terapi konservatif, kecuali pada : Open fracture
Multiple fracture dengan terapi operatif
2. Fracture acetabulum
Biomekanik : Fraktur yang disebabkan gerakan caput femur ke pelvic misal pada dashboard injury
Evaluasi cedera
Caput femur
Patella, posterior cruciatum ligament
Fracture pelvic dan acetabulum Posisi caput femur sangat penting :
Fleksi : fraktur posterior wall dan atau dislokasi post hip
External rotasi : fraktur anterior wall
Internal rotasi : fraktur posterior wall
Abduksi : Fraktur inferior medial wall
Abduksi : Fraktur superolateral
Klasifikasi (Letourei)
Tipe posterior dengan / tanpa dislokasi posterior Fraktur posterior collum
Tampak pada allar dan obturator view ORIF plating
Fraktur posterior wall
Fraktur permukaan sendi posterior Jika fragmen besar – ORIF plating
Fraktur posterior wall dan posterior collumn ORIF plating
Posterior wall dengan fraktur transverse Sering : 20% kasus
ORIF plating
Identifikasi cedera posterior, n.ischiadicus dan avascular necrosis
Fraktur collumn anterior Melalui rumus pubis superior
Prognose baik karena buka weight bearing Jika sampai Dome superior, harus ORIF Fraktur anterior wall : jarang
Fraktur anterior collumn, anterior wall dan fraktur transverse
Tipe transverse dengan atau tanpa dislokasi central Fraktur transverse
Membelah kedua collumn
Displacement dapat ringan sampai komplit dislokasi central caput femur ke pelvis
Tipe fraktur
Bersama fraktur transverse, biasanya membelah acetabulum secara vertikal
Komponen vertikal dapat ke anterior / posterior ke foramen obturator Trauma yang lebih kuat dibanding transverse
Komponen T sangat bermakna karena reduksi 1 collum tak akan mereduksi yang lain seperti pada tipe transverse
Fraktur transverse dan acetabular wall Fraktur double collum
“Floating” acetabulum tidak melekat dengan rangka tubuh Fraktur membelah kedua collum diatas level acetabulum Spur sight sangat karakteristik
X-ray
Pelvis – AP
Alar dan obturator view
CT-scan :
Bila terdapat :
Fraktur dinding acetabulum Fragmen dalam sendi
Mengetahui derajat komunitif
Indikasi operasi Inkongruitas sendi
Fraktur Dome superior
Instabilitas Hip
Lesi n. ischiadicus post reposisi
Disertai fraktur femur ipsilateral
Politrauma
Kontraindikasi
Keadaan umum tidak stabil
Komunitif fraktur
Non operatif
Fraktur undisplaced dan stable
Standar tenaga Ahli Ortopedi
3. Fracture collum femur
Klasifikasi : yang sering dipakai adalah, berdasarkan : Lokasi anatomi fraktur
Intrakapsular : Subcapital type Transcervical type Extrakapsular
Basecervical type
Sudut fraktur (Pauwel)
Tipe 1 adalah 30° dari horisontal (stabil)
Tipe II adalah fraktur 50° dari horisontal (tidak stabil)
Tipe III adalah fraktur 70° dari horisontal (sangat tidak stabil)
Displacement fragmen fraktur :
Garden I : adalah fraktur inkomplit atau impacted Garden II : adalah fraktur komplit tanpa displacement
Garden III : Adalah fraktur komplit dengan partial displacement Garden IV : Adalah fraktur komplit dengan total displacement
Standar diagnosis Pemeriksaan fisik
Tidak memberikan deformitas yang jelas
Perkusi pada trokhanter major, nyeri
X-ray
Rutin dengan AP & lateral view
Bila tak jelas diulang 10 – 14 hari
Tomogram atau bone scan
Terapi Garden I
Internal fiksasi dengan multiple pins atau screwing
Garden II
Internal fiksasi dengan pinning / screwing
Garden III dan IV (displaced) Non operatif
Traksi dilanjutkan sepica cast
Pinning perkutan dengan lokal anesthesi
Closed reduction dan spica cast dalam abduksi Operatif
Dilakukan operasi urgent namun penderita setatusnya seoptimal mungkin
Pada anak muda OMPG atau (osteomuscular pedicle graft) Pada orang tua hemiarthroplasty dengan Austin Moore Prothesis (AMP) atau bipolar prosthesis
Rehabilitasi
Muda : non weight bearing 8 – 12 minggu
Tua : full weight bearing
Komplikasi
Tomboembolic disease : sebagai penyebab utama kematian post operatif. Insiden venous thrombosis adalah 40% mungkin memerlukan terapi pencegahan dengan heparin, detuan, aspirin atua anti koagulan yang lain infeksi :
Infeksi dapat lebih kuat dengan adanya deep sepsis, terapi antibiotika preoperatif selama signifikan menurunkan insidens
Non union
Sekarang terjadi hanya kurang dari 5% Jika caput femur viabel, maka :
Bila collum femur adekuat osteotomi + bonegraft (Diton’s ostectomy)
Bila collum femur tak adekuat brachettatau colona procedure Jika caput femur non viabel arhtroplasty
Aseptic necuosin – insiden sangat bervariasi
Menurut massie, bila operasi dilakukan dalam 12 jam trauma, insiden adalah 25%. Bila ditunda 13 – 24 jam insiden naik menajdi 30%. Antara 24 – 48 jam insiden 40% dan menjadi 100% setelah 1 minggu. Terapu alternatif antara lain simptomatis, osteotomi, bone grafting, endoprosthesis dan total hip arthroplasty
Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
4. Fraktur intertrochanter Definisi
Adalah fraktur yang terjadi dalam sepanjang garis antara trochanter major dan minor
Klasifikasi
Menurut Boyd dan Grivin (berdasarkan mudahnya dalam memperoleh dan mempertahankan reduksi)
Tipe I : fraktur disepanjang grais intertrochanter non displaced Tipe II : Fraktur komunitif dengan multiple fraktur pada korteks
Tipe III : Pada dasarnya fraktur subtrochanter dengan paling sedikit satu fraktur lewat proksimal dan ke distal / di trochanter minor
Tipe IV : fraktur trochanter dan shaft proksimal dengan paling sedikit dua bidang
Standar diagnosis Pemeriksaan klinis Shortening
Deformitas eksterna rotasi
Nyeri
Radiologis
AP view dalam internal rotasi
Lateral view
Terapi
Non operatif
Dianjurkan bila tidak dapat distabilisasi dengan adekuat dengan open reduction
Cara yang sering adalah skeletal traksi, untuk mempertahankan aligment dan menghindari varus, shortening dan eksternal rotasi. Setelah 6 – 8 minggu, pasang hemispica dan lepas hemispica seletah 10 – 12 minggu kemudian partial weight bearing.
Operatif
Adalah merupakan terapi pilihan untuk tercapainya stabilitas dan mobilisasi dini.
Stabilisasi ditentukan oleh : Kualitas tulang
Geometri fragmen Reduksi
Design implant
Penempatan implant
Macam-macam pilihan operasi antara lain
Non displaced
Nail plate (dynamic hip screw, ewett)
Intramedullary nail (ender nail, zicket)
Displaced
Nail plate, setelah direduksi
Osteotomy (Dimon & Hunghston, Samiento Valgus osteotomy)
Hemiarthroplasty pada orang tua, penderita debil
Standar tenaga Ahli Ortopedi
Residen Ortopedi
Rehabilitasi
Full weight bearing segera (pada penderita tua), kecuali pada type IV dan usia muda
Komplikasi
Mortalitas : angka mortalitas 10% dirumah sakit menurut Sherk, mortalitas adalah 52% pada penderita operasi dan 55% pada penderita non operasi
Infeksi : insiden infeksi luka post operasi 1,7 – 16,9% faktor-faktor yang mempengaruhi adalah :
Penderita tua Operasi lama
Dekat perineus
Varus deformity : relatif sering terjadi menyebabkan, nyeri, lemah, shortening
Rotational deformity
Penetrasi nail : terjadi pada sepertiga dari kegagaln terapi, hanya 1,3% yang memerlukan pengambilan nail
Non union : jarang terjadi dan insiden kurang dari 2%
Aseptic necrosis – jarang, insiden 0,8%
Fraktur Subtrochanter Definisi
Fraktur yang terjadi diantara trochanter minor sampai 5 cm ke distal
Klasifikasi : menurut Sceinshmeir
TipeI : non displaced (displacement <2 mm)
Tipe II : two-part fractures
TipeIIA : Fracture transversal
Tipe IIB : Fraktur spiral, trochanter minor di fragment proksimal
Tipe IIC : Fraktur spiranl trochanter minor difragmen distal
TipeIII : Three-part fractures
Tipe IIIA : Fraktur spiral, trochanter minor merupakan fragmen sendiri
Tipe IIIB : Fraktur spiral, fragmen ketiga adalah butterfly
Tipe IV : Fraktur komunitif dengan empat atau lebih fragmen
Tipe V : Fraktur subtrochanter-intertrochanter
Standar diagnosis Pemeriksaan klinis Shortening
Deformitas eksternal rotasi
Nyeri
Terapi
Non operatif
Dilakukan pada fraktur yang sangat komunitif, dimana internal fiksasi stabil tak dapat dicapai.
Traksi dan hemispica atau cast brace
Sering berakibat deformitas varus dan rotasi
Operatif
Pilihan terapi asalkan dapat dicapai osteosintesis yang stabil Macam implant :
Fixed – angle nail plate (jewett type) Angled blade plate (ABP)
DHS
Standar tenaga
Ahli Ortopedi Residen Ortopedi
Rehabilitasi
Mobilisasi segera dengan kruk 1 hari post op
Type A dan B : PWB 10 – 15 kg segera
Type C : PWB setelah 8 – 10 minggu atau setelah adanya bridging callus disisi medial
Komplikasi
Yang sering adalah Non union Mal union