• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan Babi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendahuluan Babi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Babi merupakan salah satu jenis ternak / hewan yang ada di dunia, termasuk juga di Indonesia. Ternak babi merupakan salah satu komoditas peternakan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak babi dan atau produk olahannya cukup potensial sebagai komoditas ekspor nasional. Pasar komoditas ini masih terbuka lebar ke berbagai negara seperti Singapura. Indonesia mampu mengekspor sedikitnya 70% kebutuhan daging babi di Singapura.

Ternak babi yang menjadi unggulan di eropa dan amerika merupakan ternak yang ekosistem aslinya yaitu pada daerah sub-ropis, yaitu daerah dengan suhu dan kelembapan yang rendah. Indonesia merupakan negara dengan kondisi suhu dan kelembapan yang tinggi. Ternak babi yang bibitnya diimpor ke Indonesia membutuhkan waktu adaptasi pada awalnya, agar dapat menghasilkan produktivitas yang optimal.

Tata cara pengaturan pemeliharaan babi dimulai dari cara pemeliharaan bibit tempat berproduksi atau kandang cara pemberian pakan, cara perkawinan dan cara pencegahan penyakit serta tata laksana pemeliharaan. Pemilihan bibit perlu ditekankan pada syarat-syarat secara umum maupun ketentuan yang dibuat oleh pemerintah dan kesepakatan teknis. Bibit yang kurang jelas asal usulnya dapat memberikan hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan karena itu ternak yang dipilih untuk digunakan sebagai bibit harus didasarkan pada sifat-sifat produksi yag tinggi guna memperoleh produksi yang maksimal.

Ternak babi di Indonesia sudah lama dikenal masyarakat. Hasil produksi peternakan babi dapat memberikan keuntungan yang optimal untuk pemiliknya. Terdapat beberapa hal yang di butuhkan, agar pemeliharaan dan budidaya babi mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Maka dari itu praktikum manajemen ternak babi perlu dilakukan.

1.2. Tujuan

a. Mengetahui tata laksana (manejemen) ternak babi di peternakan. 1.3. Materi dan Cara Kerja

1.3.1 Materi

Praktikum Pengamatan Peternakan Babi a. Peternak Babi

(2)

c. Metline d. Alat Tulis 1.3.2 Cara Kerja

Praktikum Pengamatan Peternakan Babi :

a. Pencarian data dilakukan hanya dengan wawancara/tanya jawab dengan peternak.

b. Pengukuran dilakukan berkaitan dengan ukuran kadang c. Hasil wawancara dicatat.

(3)

2.1 Hasil

A. IDENTITAS PETERNAK (RESPONDEN)

1. Nama peternak : Bapak Yoyong umur : 50 Tahun 2. Alamat peternakan : Desa Kalikidang, Kecamatan Sokaraja 3. Jumlah keluarga : 5 orang, anak 3 orang

4. Pendidikan : Perguruan Tinggi 5. Pekerjaan : Wirausaha

6. Jumlah anggota keluarga yang terlibat beternak : 2 orang

7. Jenis usaha peternak : Kombinasi pembibitan dan penggemukan 8. Populasi ternak babi yang dipelihara :

Jenis/ bangsa babi

Klasifikasi ternak Jumlah (ekor)

Kematian (%)

Sebab kematian

Durok Boar / Pejantan 4

Landrace Babi bunting 49 1 Tertindih

Landrace Babi beranak / Menyusui 14 1 Landrace Babi umur 1-2 bulan (Starter) 113

Landrace Babi umur > 2-5 bulan (Grower) 95 Landrace Babi dewasa (Finisher) 108 Landrace Babi induk kering (sedang tidak

mengasuh anak)

3

B. MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT TERNAK BABI

1. Asal bibit atau bakalan yang dipelihara peternak pada awal mulanya : Landrace (Australia) dan Durok (Amerika)

2. Alasan peternak memilih bibit / bakalan tersebut : Jenisnya unggul dan produksi tinggi

3. Dalam pengadaan bibit sebagai pengganti induk/pejantan peternak menyeleksi sendiri, menyeleksi sendiri, dikawinkan dengan metode kawin silang.

Syarat-syarat apa saja yang umunya digunakan peternak dalam menyeleksi ternaknya untuk digunakan sebagai calon bibit: tidak cacat

4. Pada umur berapa bibit (dikembangbiakan) yang dibeli oleh peternak 10-14 bulan bakalan (digemukkan) 1,5 tahun.

C. MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN 1. Bahan pakan yang digunakan :

Jenis Bahan Pakan Kuantum (Kg) Harga per Kg (Rp) Biaya Pakan (Rp) Bekatul 755 2.500 1.937.000 Tepung Jagung 275 3.500 1.312.000

(4)

Susu/Mineral 50 7.000 350.000

B51 200 7.500 1.500.000

Total : 5.980.000

2. Jumlah pakan, bentuk pakan dan cara pemberian pakan yang diberikan tiap hari: N

o.

Klasifikasi Ternak Kuantum pakan (Kg/ekor/hari) Bentuk pakan (basah/kering) Cara penyajian (tempat pakan/ditumpahkan)

1. Boar/ pejantan 3 Kering tempat pakan

2. Induk Bunting 3 Kering tempat pakan

3. Induk Beranak/menyusui 4 Kering tempat pakan 4. Babi Starter 0,5 - 0,6 Kering tempat pakan

5. Babi Grower 1 Kering tempat pakan

6. Finisher 2 Kering tempat pakan

7. Induk Kering 4 Kering tempat pakan

D. MANAJEMEN PERKAWINAN

1. Sistem perkawinan yang dilaksanakan secara alami

2. Umur babi pertama kali dikawinkan: Babi jantan : 14 bulan Babi betina : 10-11 bulan

3. Apa alasan peternak mengawinkan ternaknya pada umur-umur tersebut: Untuk babi jantan, alasannya: sudah dewasa tubuh dan dewasa kelamin Untuk babi betina, alasannya: sudah dewasa tubuh dan dewasa kelamin 4. Pada saat birahi yang kedua babi betina dikawinkan

5. Alasan peternak mengawinkan pada saat birahi itu, karena biasanya langsung jadi (bunting)

6. Babi induk dikawinkan, setelah anaknya disapih: 45 hari dan 1 minggu setelah menyapih

7. Selama proses perkawinan, babi jantan dibiarkan kumpul dengan babi betina selama: 1 hari. Alasannya: Babi jantan bisa kawin beberapa kali, dan hasilnya sudah pasti jadi (bunting)

8. Apa tanda-tanda babi betina mau kawin/ birahi: a. Vulva merah

b. Vulva membengkak c. Bau anyir

d. Vulva keluar lendir e. Diam ketika dinaiki

9. Pada pagi hari peternak umumnya mengawinkan babinya setelah diketahui ternak birahi:

10.Perlakuan khusus sebelum dikawinkan: tidak ada Alasan: pakan sudah cukup

11. Perlakuan tambahan yang diberikan selama induk bunting: sesuai pakan yang diberikan

(5)

13.Tanda-tanda induk akan melahirkan: ambing turun, perut membesar pada bagian bawah, dan agresif

14.Performan babi induk beranak / menyusui: Induk Kelahiran ke-Litter size (ekor) Anak janta n (ekor) Anak betin a (ekor) Anak mati (ekor ) Persentas e kematian (%) Berat lahir (kg) Berat sapih (kg) 1 1 7 3-5 1 1 0,5 - 1 7- 10 2 3 3 12 6 6 1 0,6 11 4 4 14 2 2 1 0,6 11 5 5 14 7 7 1 0,6 11 6 6 14 7 7 1 0,6 11 Total Rata an

15.Cara mengatasi orphan pig (anak babi kehilangan induk mati/induk tidak mau menyusui anaknya), cara mengatasinya: dititipkan ke induk yang lain.

16.Umur induk dikawinkan kembali setelah anak disapih: 7 hari atau 1 minggu setelah anaknya disapih.

17.Kasus kematian utama anak babi selama diasuh induk:

Kasus kematian Jumlah (ekor) Persentase (%)

Litter size 12-13 76.4

Mati lahir 1 5.9

Mati ditindih induk 1 1

Mati dimakan induk -

-Mencret / diare JARANG

-Kedinginan

Mati sesak nafas / Anemia 1 5.8

Jumlah 17

D. MANAJEMEN PEMELIHARAAN FASE STARTER

1. Perlakuan-perlakuan peternak terhadap anak babi pada fase starter: Jenis perlakuan Dilaksanakannya apa

tidak (Ya/Tidak)

Umur dilakukan

Potong tali pusar Ya Sehari

Identifikasi Ya Sehari

Pencegahan anemia Ya Hari kedua

Potong taring Ya Hari kedua

Potong ekor Ya Hari kedua

Kastrasi/Ovariektomi Ya 3 minggu

(6)

2. Apabila kastrasi dilakukan oleh tukang kastrasi, berapa biaya kastrasi perekornya : Rp. 10.000 / ekor

E. MANAJEMEN PEMELIHARAAN FASE GROWER 1. Umur disapih: 1,5 bulan

Alasan: Agar produksi induk 2 kali melahirkan dalam satu tahun. 2. Cara menyapih anak babi: induk/anak dipisahkan

Alasan induk yang dipindahkan, alasannya : berdasarkan umur, agar besarnya sama, dan makanantidak rebutan.

Alasan anak yang dipisahkan, alasannya : berdasarkan umur, agar besarnya sama, dan makanantidak rebutan.

3. Pengelompokkan ternak berdasarkan umur

Alasan: Agar besarnya sama, pakan tidak berebut

4. Perlakan khusus: dipacu dengan pakan agar masa pertumbuhannya tinggi. F. MANAJEMEN PEMELIHARAAN FASE FINISHER / PENGGEMUKAN 1. Tidak ada perlakuan khusus pada fase ini.

2. Ternak dijual pada umur: 6 bulan; Bobot: 90 - 100 kg

3. Harga jual per kg bobot badan: Rp 35.000 dan haga perekor Rp 3.500.000 4. Sistem penjualan ternak: Langganan / pembeli datang sendiri.

G. MANAJEMEN PEMELIHARAAN 1. Sistem kandang: terbuka

2. Bangunan kandang: permanen

3. Bahan bangunan kandang: batu bata, semen, besi 4. Atapkandang terbuat dari: asbes

Alasan: lebih awet, tahan lama dan lebih dingin 5. Lantai kandang terbuat dari: plaster semen

6. Ukuran bangunan kandang: panjang 5,5 m, lebar: 3,2 m, tinggi: 2,7 m 7. Kemiringan atap kandang: 45°

8. Ukuran tempat pakan/minum: panjang 412 cm; lebar 23 cm; tinggii, 12 cm.

9. Ukuran gudang penyimpanan pakan: panjang 15 m; lebar 9 m; tinggi 6, luas 810 m2.

10.Gambar sketsa kandang dan ukurannya G. MANAJEMEN PENCEGAHAN PENYAKIT 1. Tindakan pencegahan penyakit: divaksin

2. Penyakit yang sering menyerang dan cara megatasinya

Penyakit : anemia Cara mengatasi: intrater-200 Penyakit : asma Cara mengatasi: roxin

Penyakit : diare Cara mengatasi: betamox LA 3. Cara mengatasi ternak yang mati: diambil warga untuk pakan lele.

(7)

II.2 Pembahasan A. Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit dalam usaha ternak potong babi, bila ditinjau dari sudut tujuan pemeliharaan dapat dibedakan menjadi 2 golongan :

1. Pemilihan Bibit Bakalan (Jantan dan Betina) untuk tujuan memproduksi anak. 2. Pemilihan bibit babi bakalan untuk tujuan digemukan kemudian dipotong.

Memilih babi dara atau pejantan muda paling sedikit harus sebai keduanya (Induk/ pejantan) atau lebih superior dalam hal produk, kualitas dan performance yang potensial yang dapat diteruskan keturunannya di kelak kemudian hari. Menurut pak Yoyong selaku pemilik peternakan babi, sifat yang baik bagi calon babi dara yang akan dipilih menjadi induk antara lain:

1. Berasal dari tetua yang berkualitas genetic baik.

2. Berbadan sehat, mata bersih dan bersinar, geraknya lincah, serta berat badannya sesuai dengan standar berat badan masing – masing bangsa.

3. Mempunyai minimal 6 pasang putting susu yang simetris dan mampu menghasilkan air susu yang cukup untuk anak-anaknya.

4. Memiliki kaki yang kokoh dan lurus. 5. Mempunyai sifat keibuan.

6. Mempunyai sifat performance seperti laju pertumbuhan dan FCR.

Sifat yang baik bagi calon babi dara yang akan dipilih menjadi babi pejantan antara lain:

1. Berasal dari tetua yang berkualitas genetic baik.

2. Berbadan sehat, mata bersih dan bersinar, geraknya lincah, serta berat badannya sesuai dengan standar berat badan masing – masing bangsa.

3. Memiliki kaki yang kokoh dan lurus.

4. Mempunyai sifat kejantananya terlihat nyata dan agresif.

5. Mempunyai sifat performance seperti laju pertumbuhan dan FCR (Setyaningrum, 2003).

B. Manajemen Pakan

Pakan babi bila ditinjau dari segi pakan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu pakan berbentuk pellet dan tepung, sedangkan bila ditinjau dari segi hubungannya dengan pencampuran air dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pakan bentuk basah dan pakan bentuk kering.

Cara pemberian pakan pada ternak babi ada lima cara yaitu : 1. Full feeding ( self feeding)

(8)

cara pemberian pakan dimana babi memperoleh pakan secara prasmanan. Cara pemberian pakan seperti ini biasanya dilakukan pada babi masih kecil sampai umur 4 bulan.

2. Limited feeding ( hand feeding)

cara pemberian pakan yang dihidangkan secukupnya pada jam-jam tertentu misalnya pagi hari jam 09.00-10.00 WIB dan sore hari antara jam 14.00-15.00 WIB. Cara pemberian pakan ini dilakukan pada ternak babi berumur >4 bulan 3. Creep feeding

cara pemberian pakan yang dilakukan pada anak babi yang masih dalam asuhan induk. Pemberian pakan ini diberikan pada anak babi sejak umur 3 minggu 4. Skip a day feeding

cara pemberian pakan pada babi induk bunting dengan interval waktu 72 jam. Setelah dipuasakan selama 72 jam kemudian diberi pakan dengan cara self feeding selama 1,5-2 jam.

5. Flushing

cara pemberian pakan pada babi betina yang akan dikawinkan 2-3 minggu menjelang perkawinan dan 1 minggu setelah perkawinan. Pakan yang diberikan harus mengandung energy dan protein tinggi (Setyaningrum, 2003).

Pemberian pakan pada peternakan yang kami kunjungi, pakan ditempatkan pada tempat pakan. Pakan yang diberikan dalam bentuk kering dan merupakan campuran dari bekatul, tepung jagung, konsentrat babi(B51) dan susu atau mineral. Metode pemberian pakan bergantung pada umur babi. Babi umur 1 minggu anak babi diberi creep feeds. Creep feeding adalah cara pemberian makanan pada anak babi terpisah dari makanan induknya. Creep feeds hendaknya diberikan dalam bentuk kering dan anak babi lebih suka dalam bentuk pellet atau butir – butiran ( Nugroho, 1990 ).

C. Manajemen Perkawinan

Babi termasuk hewan yang subur untuk dipelihara kemudian dijual, karena jumlah perkelahiran (litter size) lebih dari satu (polytocous) dan jarak perkelahiran pendek. Seekor induk dalam satu tahun dapat menghasilkan dua kali melahirkan dan 20 ekor anak sama dengan 1800 kg daging setiap tahun.

(9)

Peristiwa Interval Rata-rata

Umur saat pubertas (bln) Lama Birasi (estrus) (hari) Panjang Siklus birashi (hari) Waktu ovulasi (jam stlah birahi) Saat yang baik untuk kawin Lama Kebuntingan (hari)

4 – 7 1 – 5 18 – 24 12 – 48 estrus hr kedua 111 – 115 6 2 – 3 21 24 – 36 114 ( 3 bln, 3 mg, 3 hr)

Pubertas atau birahi pada babi dara 4 – 7 bulan dengan rata-rata bobot badan 70-110 kg akan tetapi tidak dikawinkan sebelum umur 8 bulan atau pada periode estrus/birahi yang ketiga hal ini berguna untuk produksi anak yang lebih banyak dan lama hidup induk lebih panjang. Agar diperoleh anak yang lebih banyak maka induk dikawinkan pada 12 – 24 jam setelah tanda estrus/birahi. Estrus atau birahi pada induk babi adalah karena aktifitas dari hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium, kejadian ini terjadi selama 3 – 4 hari dengan perubahan tingkah laku seperti suka mengganggu pejantan, kegelisahan meningkat, menaiki betina lainnya dan nafsumakan menurun serta mengeluarkan suara yang khas, kalau ditekan atau diduduki punggungnya diam saja, vulva yang membengkak dan memerah serta lendir keruh dan mengental muncul, bila tanda tanda ini terlihat berarti bebi betinna tersebut siap kawin. Dalam praktek dengan dua kali perkawinan yaitu 12 dan 24 jam setelah tanda estrus dimulai supaya ovum banyak dibuahi dan jumlah anak (litter size tinggi).

Cara yang dilakukan pak Yoyong untuk meningkatkan jumlah anak induk perlu dengan flushing yaitu konsumsi induk ditingkatkan selama 7 – 14 hari sebelum dikawinkan untuk meningkatkan jumlah anak perkelahiran bila pakan selama fase pertumbuhan dibatasi.Perkawinan yang paling umum adalah perkawinan kelompok (lot Mating) cara ini adalah menempatkan satu atau beberapa ekor jantan kedalam kandang beberapa ekor betina yang sedang birahi, cara ini

(10)

mengurangi tenaga kerja yang diperlukan. Hand mating memasukkan seekor betina dan seekor jantan setelah kawin kemudian jantan dipisahkan kembali ini untuk memudahkan pengontrolan ibu dan bapak anak yang lahir kondisi kandang kawin ini harus tenang dan tidak licin. Sedangkan jantan lebih lama 5 – 8 bulan dengan bobot badan 75 – 110 kg akan tetapi dikawinkan pada umur 12 bulan. Sebelum digunakan sebagai pejantan perlu di tes dulu dengan mengawinkan dengan 2 – 3 dara yang akan dipotong bila setelah 4 – 5 mg kebuntingan dipotong maka didapat 8 – 10 embrio maka jantan tersebut subur/fertil. Jantan yang berumur setahun dapat dikawinkan dengan induk 7 – 8 tiap minggunya, sedangkan pejantan dewasa 12 induk/minggu. (Sinaga, 2009).

D. Manajemen Pemeliharaan a. Fase Starter

Manajemen pemeliharaan babi fase starter di farm babi Sokaraja yaitu dengan perlakuan-perlakuan sebagai berikut; 1. Memotong tali pusar yang dilakukan setelah lahir 2. Pencegahan anemia yang dilakukan 2 hari setelah lahir 3. Melakukan pemotongan taring dan pemotongan ekor yang dilakukan pada umur 1 hari setelah dilahirkan. Pemotongan taring dilakukan dengan tujuan agar menghindari sifat kanibalisme 4. Melakukan kastrasi/vasektomi yaitu pada umur 25 hari 5. Melakukan vaksinasi pada umur 10 hari. Vaksin yang diberikan biasanya adalah vaksin kolera.

b. Fase Grower

Babi grower merupakan babi pada fase pertumbuhan yang telah melewati masa starter. Menurut Sihombing (2006) bobot babi periode grower antara 20-50 kg. Pertambahan bobot badan babi periode grower sangat cepat. Kebutuhan zat makanan babi periode grower yaitu energi metabolis 3265 kkal, protein kasar 18% dan rataan konsumsi ransum 1855 g/e/h (NRC, 1998). 13 Anak babi disapih pada umur 1 bulan, berdasar keterangan petugas hal ini dilakukan agar induk dapat segera dikawinkan lagi. Penyapihan dilakukan dengan memisahkan induk dengan anaknnya dengan cara induknya yang dipisahkan dari anaknya karena lebih cepat dan lebih mudah. Pada fase grower, ternak babi dikelompokkan berdasarkan umur/jenis kelamin agar mempermudah rekording.

(11)

c. Fase Finisher/Penggemukan

Babi periode finisher dicirikan dengan berat hidup 60-90 kg. Babi yang sudah mencapai bobot 90 kg sudah dapat dipotong Menurut NRC (1998), kebutuhan zat makanan babi periode finisher dengan bobot badan 50-80 kg adalah energi metabolis 3265 kkal, protein kasar 15,5%, dan konsumsi ransum 2575 g/e/h.Perlakuan babi finisher di farm yang diperhatikan adalah kandang, pakan, dan perawatan yaitu babi dimandikan. Peternak menjual ternak pada umur 6 bulan dengan bobot rata-rata 91 kg. Peternak menjual ternaknya berdasarkan bobot badan babi dengan harga per kilogram bobot badan 24.000 rupiah. Berdasarkan taksiran harga per ekornya maka 1 ekor babi dihargai sebesar 2.184.000 rupiah. Sistem penjualan babi dilakukan secara langsung yaitu pembeli datang langsung ke peternakan babi.

E. Manajemen Perkandangan

Kandang mempunyai peranan penting dalam peternakan babi komersial, sebab kondisi kandang ikut menentukan hasil yang dapat dicapai. Pada pemeliharaan babi secara extensif, kandang dianggap tidak penting, sekedar dibuat tanpa diperhitungkan fungsi kandang yang efektif dan menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan babi yang diternakan. Kandang babi harus dibuat berdasarkan rancangan yang masak yang disesuaikan dengan fungsi dan segi-segi biologis babi, serta pengaruhnya pada segi profesional peternakan.

Ada dua jenis kandang untuk peternakan babi :

1. Jenis kandang tunggal : Kandang yang terdiri satu baris memanjang yang dipetak-petak.

2. Jenis kandang ganda : Kandang yang terdiri dari dua baris yang letaknya saling berhadapan atau mempunyai jalan ditengah untuk dapat memberikan pelayanan dan perawatan terhadap ternak babi.

Syarat-syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang babi : a. Kandang dibangun dengan model terbuka dibagian atas dinding kandang,

supaya mendapat cukup sinar matahari dan pertukaran udara yang cukup baik. Bagian bawah kandang kalau memungkinkan dapat dibuat tembok setinggi 1 meter.

(12)

b. Lantai kandang sebaiknya dibuat dari dasar yang kuat dan kalau memungkinkan dapat dibuat lantai semen, tetapi usahakan jangan terlalu licin serta sedikit miring.

c. Disamping kandang dibuat saluran air, yang berfungsi membuang kotoran sewaktu membersihkan kandang. Lebar maupun dalam saluran kurang lebih 25 cm dan agak miring, kemudian letak pembuangan kotoran agak jauh dari kandang.

a. Atap dapat dibuat dari seng tetapi sebaiknya terbuat dari bahan yang tidak menyerap panas misalnya daun sagu atau daun alang-alang.

b. Luas kandang

- Kandang beranak dengan ukuran 2,5 meter panjang dan lebar 1,5 meter - Kandang untuk ekor pejantan berukuran 3 x 2 meter.

- Kandang untuk babi berumur 3 bulan - 1 tahun dengan ukuran panjang 1 meter dan lebar 1 meter untuk tiap ekor

Kandang dari peternakan yang kami kunjungi sudah sangat rapuh, kayu atap sudah usang dan harus diperbaiki. Lantai kandang terbuat dari semen atau lantai postal. Atapnya terbuat dari genteng dan kayu.

F. Manajemen Pencegahan Penyakit

Berdasarkan hasil praktikum, pencegahan penyakit yang dilakukan anatara lain sanitasi kandang dan ternak, pemberian obat cacing, pemberian vaksin dan pemberian obat sesuia dengan penyakitnya. Menurut Sihombing (1997) pencegahan penyakit harus dilakukan dari awal yaitu mulai dari induk bunting, induk kering, induk laktasi, anak baru lahir, lepas sapih dan seterusnya, dengan melaksanakan manajemen yang baik akan besar sumbangannya untuk mengurangi terjadinya penyakit di peternakan babi.Sanitasi dapat dilakukan dengan cara mendesinfeksi. Mendesinfeksi adalah membinasakan kuman-kuman, namun tidak satupun desinfektan yang ampuh pada ber bagai keadaan. Bahan yang dapat digunakan adalah kaustik soda, soda pencuci, kapur, alkohol, gas formaldehida, iodin, bahan-bahan golongan phenol, uap panas dan panas kering. Menurut Baliarti et al (1999), mengatakan bahwa prisip pencegahan penyakit adalah tidak mengobati atau bertindak setelah penyakit itu timbul, tetapi bagaimana usaha-usaha preventif yang dilakukan agar penyakit tidak terjadi pada usaha peternakan dan dengan adanya memandikan babi akan dapat menjaga kebersihan babi juga dapat juga membantu penurunaan suhu pada babi karena

(13)

babi tidak mempunyai kelenjar keringat. Kotoran babi tidak boleh ditumpuk dekat dengan kandang karena tumpukan itu akan menggundang lalat.

Berdasarkan hasil praktikum penyakit yang sering muncul adalah penyakit saluran pernapasan, cacingan, diare, gangguan pernapasan, abses, mastitis da scabies. Ciri-ciri penyakit saluran pernapasan adalah kurus dan nafsu makan yang kurang. Penyakit cacingan memiliki ciri-ciri yaitu bintik-bintik pada punggung, menggosok-gosokan badan pada tembok obat yang biasa digunakan untuk mengobati penyakit ini adalah bendazol, albendazol dan fermirazol. Penyakit diare ciri-ciri fesesnya cair, obat yang digunakan adalah corflox yang di injeksikan pada pantat. Ciri-ciri penyakit gangguan pernapasan yaitu batuk, perut kembang kempis, dan napas tidak teratur. Ciri penyakit abses adalah terdapat luka-luka pada tubuh dan lama kelamaan luka tersebut akan berkerak dan bernanah. Mastitis ciri-cirinya ambing membengkak tetapi tidak mengeluarkan susu. Menurut Sihombing (1997), penyakit Mencret penyebabnya adalah E.Coli, Salmonella, anemia, avitaminosis. Gejalanya adalah mencret dengan cairan lendir, berat badan turun cepat, suhu tubuh tinggi, nafsu makan turun. Pencegahan dengan sanitasi kandang yang baik dan pemberian pakan yang sesuai.

G. Manajemen Pemasaran

Metode pemasaran merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan dimana metod pemasaran merupakan suatu cara mencapai tujuan dari sebuah perusahaan. Metode adalah serangkaian rancangan besar yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai tujuannya. Sehingga dalam menjalankan usaha kecil khususnya diperlukan adanya pengembangan melalui strategi pemasarannya (Prasetya, 2012).

(14)

a. Kondisi peternakan babi di Sokaraja masih kurang memenuhi tata pelaksanaan pemeliharaan babi yang baik.

b. Tiap periode pemeliharaan sudah disediakan kandang khusus / sudah ada kandang pemisahan.

c. Namun, manajemen penanganan limbah harus lebih dperhatikan, baik dari segi daya tampung dan pemanfaatan limbah tersebut.

(15)

Baliarti, Endang., Ngadiono, P., Purwanto Basuki., Panjono. 1999. Ilmu Manajemen Ternak Potong. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Sinaga, M.2009. Ilmu Peternakan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Nugroho, E dan Whendrato, I. 1990. Beternak Babi. Semarang. Eka Offset.

Prasetya, H. (2012). Semakin Hoki Dengan Beternak Babi. Pustaka Baru Press. Yogyakarta

Setyaningrum, Agustinah, Yohanes Soebagyo, dan Made Sedana Yoga. 2003. Manajemen Ternak potong. Fakultas Peternakan Unsoed : Purwokerto.

Sihombing. 1997. Ilmu Ternak Babi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Williamson dan Payne,1993. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berkemungkinan kerana, ciri karakteristik diri seperti kecekapan kendiri umum dan optimistik dinilai sebagai berhubungan dengan kebahagiaan namun tidak menyumbang secara

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan mulai dilaporkan pada tahun 2005 dan setiap penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan tahunnya cenderung meningkat.. Pada

Untuk itu panitia akan mengundang rekanan melalui media elektronik (e-mail) dan/atau secara tertulis, dan apabila dalam batas waktu yang ditetapkan rekanan

Dana pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan oleh suatu lembaga untuk  menghasilkan suatu manfaat pensiun, yaitu suatu pembayaran berkala yang dibayarkan

maupun literatur kefarm eratur kefarmasian, menganalis asian, menganalisis rencan is rencana kebutuhan a kebutuhan obat, obat, melaksanakan melaksanakan pekerjaan

Lampiran Surat

pengembangan mikroenkapsulasi minyak ikan kaya akan asam lemak omega-3 untuk fortifikasi pada produk sup krim instan dengan bahan dasar daging kepiting menjadi sangat penting untuk

 Dry eye eye syndrome syndrome (sindroma mata kering) adalah penyakit multifaktorial (sindroma mata kering) adalah penyakit multifaktorial dengan gejala berkurangnya