LOW BACK PAIN LOW BACK PAIN
(NYERI PUNGGUNG BAWAH) (NYERI PUNGGUNG BAWAH)
BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A
A.. DDEEFFIINNIISSII Lo
Low w BacBack k PaiPain n (LB(LBP) adalP) adalah nyerah nyeri i yayang dirang dirasaksakan pada deran pada derahah punggung bawah dimana sumber nyeri tersebut bisa berasal dari otot, punggung bawah dimana sumber nyeri tersebut bisa berasal dari otot, punggung, saraf, atau struktur lain pada regio punggung. Sumber nyeri punggung, saraf, atau struktur lain pada regio punggung. Sumber nyeri juga
juga bisa bisa berasal berasal dari dari area area lain lain seperti seperti pikiran pikiran (psikologis), (psikologis), harnia, harnia, atauatau masalah pada testis / ovarium.
masalah pada testis / ovarium.
B. TANDA DAN GEJALA B. TANDA DAN GEJALA
Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut
Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun kronismaupun kronis (lebih dari 2
(lebih dari 2 bulan tanpa perbaikan) dan kelemahan.bulan tanpa perbaikan) dan kelemahan. Karakteristik LBP diantaranya :
Karakteristik LBP diantaranya : - Nyeri
- Nyeri punggung paraspinalpunggung paraspinal
- Nyeri diperhebat oleh pembebanan punggung - Nyeri diperhebat oleh pembebanan punggung - Nyeri alih ke regio gluteus atau paha
- Nyeri alih ke regio gluteus atau paha - Nyeri hilang bila istirahat
- Nyeri hilang bila istirahat
C. ETIOLOGI C. ETIOLOGI
Se
Sebagbagian ian besbesar ar nyenyeri ri punpungguggung ng babawah wah tidatidak k dapdapat at ditditententukaukann penyebabnya secara jelas.
penyebabnya secara jelas.
Beberapa penyebab LBP: Beberapa penyebab LBP: 1.
1. KeseKeseleo otoleo otot (must (muscle scle strain)train)/ otot / otot yang yang tertatertarik.rik. 2
2.. SpSpaassme me oototot.t. 3.
3. OsOsteteoaoartrtrirititis.s. 4
4.. SScciaiattiiccaa.. 5.
6.
6. HeHernrnia baia bantntalalanan.. 7.
7. FiFibrbromomyayalglgiaia.. 8.
8. Luka pada usus 12 jari.Luka pada usus 12 jari. 9.
9. LaLaininnynya a : : ininfefeksksi i kakandndunung g kekemihmih, , enendodomemetrtrioiosisis s (j(jarariningagann endometrium dari kandungan /uterus yang berada diluar uterus), endometrium dari kandungan /uterus yang berada diluar uterus), kanker ovarium (indung telur), kista ovarium, testis yang terputar kanker ovarium (indung telur), kista ovarium, testis yang terputar dan sebagainya.
dan sebagainya.
D. PATOFISIOLOGI D. PATOFISIOLOGI
Ko
Konsnstrtrukuksi si pupungnggugung ng yayang ng ununik ik mememumungngkikinknkan an flflekeksisibibilitlitasas se
semenmentartara a disdisisi isi lailain n tettetap ap dapdapat at memmembeberikarikan n perperlinlindundungan gan makmaksimasimall terhadap sumsum tulang belakang. Discus invertebralis akan mengalami terhadap sumsum tulang belakang. Discus invertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua.
perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Sehingga degenerasi discus iniSehingga degenerasi discus ini merupakan penyebab nyeri punggung utama.
merupakan penyebab nyeri punggung utama.
Patofisiologi dikalisifikasikan berdasarkan beberapa penyebab LBP: Patofisiologi dikalisifikasikan berdasarkan beberapa penyebab LBP: 1.
1. KeKeseseleo leo ototot ot (m(mususclcle e ststrarainin)/ )/ ototot ot yayang ng tetertartarikrik. . OtOtot ot yayangng tertarik/teregang termasuk tendon dan ligamen atau sendi yang tertarik/teregang termasuk tendon dan ligamen atau sendi yang meradang dapat menyebabkan sakit punggung
meradang dapat menyebabkan sakit punggung 2.
2. SpasSpasme ototme otot. Otot ya. Otot yang berkng berkontraontraksi (spaksi (spasm) mersm) merupakupakan akiban akibatat adanya kerusakan. Spasme ini sebenarnya dimaksudkan untuk adanya kerusakan. Spasme ini sebenarnya dimaksudkan untuk me
mengngisistirtirahahatatkakan n babagigian an yayang ng sasakikit t sesehihingngga ga memencncegegahah kerusakan lebih lanjut
kerusakan lebih lanjut 3.
3. OsteoOsteoartritiartritis. Adalas. Adalah proseh proses penuas penuaan senan sendi biasdi biasanya paanya pada usiada usia di atas 60 tahun. Terjadi kerusakan tulang rawan yang melapisi di atas 60 tahun. Terjadi kerusakan tulang rawan yang melapisi permukaan dalam sendi ruas tulang belakang.
permukaan dalam sendi ruas tulang belakang. 4.
4. ScSciaiatiticaca. . NyNyereri i kakarerena na teterjrjepepititnynya a sasararaf f atatau au memeraradadangng,, d
diirraassaakkaan n ddi i bbaaggiiaan n ppuunngggguunngg, , ddaappaat t mmeennjjaallaar r kkee bokong/bagian belakang tungkai
bokong/bagian belakang tungkai 5.
5. Osteoporosis. Sekitar satu dari tiga wanita usia lebih dari 50Osteoporosis. Sekitar satu dari tiga wanita usia lebih dari 50 ta
tahuhun n memerarasasakakan n sasakikit t pupungnggugung ng kakarerena na adada a ruruas as tutulalangng bela
kecil di ruas tulang belakang, atau rapuh tergencet (compression fracture).
6. Hernia bantalan. Suatu sobekan atau tekanan pada bantalan dapat menyebabkan bantalan menggembung atau pecah sehingga menekan saraf.
7. Fibromyalgia. Sakit punggung karena kekakuan otot dan tendon.
Ginjal. Sakit punggung juga dapat disebabkan gangguan dari organ dalam misalnya ginjal, antara lain pada penyakit infeksi baik akut maupun kronis, batu ginjal, bendungan pada ginjal dan sebagainya. Melalui pemeriksaan urin rutin di laboratorium biasanya diperoleh informasi penting tentang gangguan ginjal. 8. Luka pada usus 12 jari yang terletak di bagian belakang, tidak
jarang dirasakan sebagai nyeri yang menembus ke tulang belakang.
9. Sakit punggung dapat juga berasal dari organ dalam panggul (pelvis) misalnya: infeksi kandung kemih, endometriosis (jaringan endometrium dari kandungan /uterus yang berada diluar uterus), kanker ovarium (indung telur), kista ovarium, testis yang terputar dan sebagainya.
E. FAKTOR RESIKO
Seseorang yang berada pada risiko sakit punggung bila: Bekerja pada konstruksi, atau pekerjaan yang memerlukan mengangkat barang berat, banyak membungkuk atau berputar atau vibrasi seluruh tubuh seperti pada pemakaian alat tumbuk /pemadat batu. Selain itu, postur tubuh yang jelek, Sedang hamil, Umur lebih dari 30 tahun, Perokok tanpa berolah raga atau kelebihan berat badan, Punya sakit sendi atau osteoporosis, Punya ambang batas nyeri yang rendah, Sering merasa stress dan atau depresi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain: 1. Pemeriksaan Rontgen tulang belakang,
2. pemeriksaan EMG (Electro Myography), bila saraf terlibat, untuk memeriksa konduksi saraf,
3. menemukan iritasi pada saraf.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
5. CT Scan (Computed Tomography) untuk memeriksa keadaan bantalan, keadaan saraf, otot, ligamen, tulang rawan, tendon, dan sebagainya.
6. Lain-lain: pemeriksaan densitas tulang untuk osteoporosis, bone scan untuk tumor-tumor.
G. MANAGEMENT TERAPI
1. Menghindari aktifitas yang mencetuskan nyeri 2. Meredakan nyeri (Pemberian analgetik)
3. Istirahat
4. Memperbaiki mobilitas fisik (Latihan gerak) 5. Pendidikan tentang mekanika tubuh yang tepat
BAB II
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN LOW BACK PAIN
A. MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL
1. Nyeri akut
Definisi ; sensori tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul dari kerusakan jarinagan, baik secara aktual atau potensial atau merupakan kerusakan ( assosiasi studi nyeri internasional ) yang terjadi secara tiba-tiba dengan waktu yang lama dengan intensitas ringan sampai berat dan dapat diantisipasi atau diprediksi dan lamanya kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik
Laporan secara verbal atau nonverbal. Fakta dari observasi
Posisi antalgic untuk menghindari nyeri Gerakan melindungi
Tingkah aku berhati-hati Muka topeng
Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, gerakan sulit
atau kacau, menyeringai)
Berfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit (gangguan persepsi waktu, proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang lain atau lingkungan)
Tingkah laku distraksi, contoh: jalan-jalan, mencari orang lain
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang.
Respon autonom (seperti diaforesis, perubahan tekanan
darah, perubahan pernapasan, denyut nadi, dan dilatasi pupil)
Perubahan autonom dalam tonus otot (bisa dalam rentang
dari lemah sampai kaku)
Perilaku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, napas panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang brhubungan :
Perencanaan
outcome Rencana tindakan
Nyeri klien berkurang, dengan kriteria:
Pain Control (Kontrol Nyeri) 1. Mengenali faktor penyebab 2. Mengenali lamanya (onset sakit) 3. Menggunakan metode pencegahan
4. Menggunakan metode non-analgetik untuk mengurangi nyeri
5. Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan 6. Mencari bantuan tenaga kesehatan
7. Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan 8. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia 9. Mengenali gejala-gejala nyeri
10. Mengingat pengalaman nyeri sebelumnya 11. Melaporkan nyeri sudah terkontrol
Skala:
1: Tidak pernah 2: Jarang
Pain Management (Manajemen Nyeri)
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Kaji budaya yang mempengaruhi respon nyeri 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektivan kontrol nyeri masa lampau 7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
3: Kadang-kadang 4: Sering
5: Selalu
Pain Level (Tingkat Nyeri) 1. Melaporkan adanya nyeri
2. Luas bagian tubuh yang terpengaruh 3. Frekuensi nyeri
4. Panjangnya episode nyeri 5. Pernyataan nyeri
6. Ekspresi nyeri pada wajah 7. Posisi tubuh protektif 8. Kurangnya istirahat 9. Ketegangan otot
10. Perubahan pada frekuensi pernapasan 11. Perubahan frekuensi nadi
12. Perubahan tekanan darah
(farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal) 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri 14. Evaluasi keefektivan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri jika tidak berhasil
17. Kaji penerimaan psien tentang manajemen nyeri
Analgetic administration (Pemberian Analgetik)
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
3: Kadang-kadang 4: Sering
5: Selalu
Pain Level (Tingkat Nyeri) 1. Melaporkan adanya nyeri
2. Luas bagian tubuh yang terpengaruh 3. Frekuensi nyeri
4. Panjangnya episode nyeri 5. Pernyataan nyeri
6. Ekspresi nyeri pada wajah 7. Posisi tubuh protektif 8. Kurangnya istirahat 9. Ketegangan otot
10. Perubahan pada frekuensi pernapasan 11. Perubahan frekuensi nadi
12. Perubahan tekanan darah
(farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal) 11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi 13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri 14. Evaluasi keefektivan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri jika tidak berhasil
17. Kaji penerimaan psien tentang manajemen nyeri
Analgetic administration (Pemberian Analgetik)
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
13. Perubahan ukuran pupil 14. Keringat berlebih
15. Kehilangan selera makan Skala: 1: Berat 2: Agak Berat 3: Sedang 4: Ringan 5: Tidak ada
Pain: Disruptive Effect (Nyeri: Efek yang Mengganggu)
1. Gangguan hubungan interpersonal 2. Putus asa
3. Gangguan suasana hati (mood) 4. Tidak sabar
5. Gangguan tidur
6. Kerusakan mobilitas fisik 7. Kurang perawatan diri
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur
8. ukur tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
13. Perubahan ukuran pupil 14. Keringat berlebih
15. Kehilangan selera makan Skala: 1: Berat 2: Agak Berat 3: Sedang 4: Ringan 5: Tidak ada
Pain: Disruptive Effect (Nyeri: Efek yang Mengganggu)
1. Gangguan hubungan interpersonal 2. Putus asa
3. Gangguan suasana hati (mood) 4. Tidak sabar
5. Gangguan tidur
6. Kerusakan mobilitas fisik 7. Kurang perawatan diri
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur
8. ukur tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)
8. Nafsu makan berkurang 9. Kesulitan makan 10. Gangguan eliminasi Skala: 1: Berat 2: Agak Berat 3: Sedang 4: Ringan
8. Nafsu makan berkurang 9. Kesulitan makan 10. Gangguan eliminasi Skala: 1: Berat 2: Agak Berat 3: Sedang 4: Ringan
2. Kerusakan mobilitas fisik
Definisi : Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian tubuh atau lebih ekstremitas
Batasan karakteristik:
Postur tubuh yang tidak stabil selama melakukan kegiatan
rutin harian
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan
motorik kasar
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan
motorik halus
Tidak ada koordinasi atau pergerakan yang tersentak-sentak Keterbatasan ROM
Kesulitan berbalik (belok)
2. Kerusakan mobilitas fisik
Definisi : Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian tubuh atau lebih ekstremitas
Batasan karakteristik:
Postur tubuh yang tidak stabil selama melakukan kegiatan
rutin harian
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan
motorik kasar
Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan
motorik halus
Tidak ada koordinasi atau pergerakan yang tersentak-sentak Keterbatasan ROM
Kesulitan berbalik (belok)
Perubahan gaya berjalan (misal penurunan kecepatan
berjalan, kesulitan memulai jalan, langkah sempit, kaki diseret, goyangan yang berlebihan pada posisi lateral)
Penurunan waktu reaksi
Bergerak menyebabkan napas menjadi pendek
Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan
perhatian terhadap aktivitas lain, perilaku mengontrol, fokus terhadap anggapan ketidakmampuan/aktivitas sebelum sakit
Pergerakan yang lambat
Bergerak menyebabkan tremor
Faktor yang berhubungan ;
Tidak nyaman / nyeri
Kerusakan muskulosskletal dan neuromuskuler Penurunan kekuatan otot
Kekakuan sendi atau kontraktur Kurangnya dukungan fisik dan sosial
Perencanaan
outcome Rencanatindakan
klien dapat mencapai tingkat mobilitas yang diharapkan, dengan kriteria:
Mobility Level (Tingkat Mobilitas) 1. Keseimbangan tubuh 2. Posisi tubuh 3. Gerakan otot 4. Gerakan sendi 5. Kemampuan berpindah Skala: 1: ketergantungan total 2: bantuan alat dan orang 3: bantuan orang
4: mandiri dengan bantuan alat 5: mandiri
Joint Movement: Active (Pergerakan Sendi: Aktif) 1. Janggut
Bed rest-care (Perawatan Tirah Baring)
1. Tempatkan pasien pada tempat tidur terapeutik yang sesuai
2. Posisikan pasien pada body alignment (garis lurus tubuh) yang sesuai
3. Hindarkan penggunaan linen yang bertekstur kasar 4. Jaga agar tempat tidur tetap bersih, kering, dan rapi 5. Pasang pengganjal pada kaki pasien
6. Pasang side rail (pembatas tempat tidur)
7. Tempatkan remote pengatur tempat tidur agar bisa terjangkau
8. Tempatkan bel dalam jangkauan klien
9. Tempatkan meja kecil dalam jangkauan klien 10. Ubah posisi klien setidaknya setiap 2 jam 11. Observasi kondisi kulit
12. Lakukan ROM pasif
13. Bantu klien menjaga kebersihan tubuh 14. Bantu pemenuhan ADL
2. Leher 3. Jari kanan 4. Jari kiri 5. Jempol kanan 6. Jempol kiri 7. Pergelangan kanan 8. Pergelangan kiri 9. Siku kanan 10. Siku kiri 11. Pundak kanan 12. Pundak kiri
13. Pergelangan kaki kanan 14. Pergelangan kaki kiri 15. Lutut kanan
16. Lutut kiri 17. Paha kanan 18. Paha kiri Skala:
1: Tidak ada gerakan 2: Gerakan terbatas
15. Kaji adanya konstipasi, fungsi perkemihan, dan status/ kondisi paru
Exercise Therapy: Joint Mobility (Terapi Aktivitas: Mobilitas Sendi)
1. Kaji keterbatasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi tubuh
2. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam merencanakan program
3. Kaji tingkat motivasi psaien untuk mempertahankan atau meningkatkan pergerakan sendi
4. Jelaskan pada pasien/keluarga tujuan dan rencana latihan persendian
5. Kaji lokasi dan sumber nyeri selama aktivitas 6. Berikan tindakan pegontrol nyeri sebelum memulai kegiatan
7. Beri pasien pakaian yang tidak ketat
8. Lindungi pasien dari trauma selama aktivitas
9. Bantu pasien memposisikan tubuh yang optimal untuk latihan persendian
2. Leher 3. Jari kanan 4. Jari kiri 5. Jempol kanan 6. Jempol kiri 7. Pergelangan kanan 8. Pergelangan kiri 9. Siku kanan 10. Siku kiri 11. Pundak kanan 12. Pundak kiri
13. Pergelangan kaki kanan 14. Pergelangan kaki kiri 15. Lutut kanan
16. Lutut kiri 17. Paha kanan 18. Paha kiri Skala:
1: Tidak ada gerakan 2: Gerakan terbatas
15. Kaji adanya konstipasi, fungsi perkemihan, dan status/ kondisi paru
Exercise Therapy: Joint Mobility (Terapi Aktivitas: Mobilitas Sendi)
1. Kaji keterbatasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi tubuh
2. Kolaborasi dengan fisioterapis dalam merencanakan program
3. Kaji tingkat motivasi psaien untuk mempertahankan atau meningkatkan pergerakan sendi
4. Jelaskan pada pasien/keluarga tujuan dan rencana latihan persendian
5. Kaji lokasi dan sumber nyeri selama aktivitas 6. Berikan tindakan pegontrol nyeri sebelum memulai kegiatan
7. Beri pasien pakaian yang tidak ketat
8. Lindungi pasien dari trauma selama aktivitas
9. Bantu pasien memposisikan tubuh yang optimal untuk latihan persendian
3: Pergerakan sedang 4: Pergerakan agak penuh 5: Pergerakan penuh
10. Motivasi latihan ROM sesuai jadwal
11. Ajarkan pada pasien dan keluarga cara melakukan ROM sendiri
12. Bantu pasien untuk melakukan pergerakan sendiri secara teratur dalam batas kemampuannya
13. Motivasi untuk duduk di tempat tidur, di samping tempat tidur atau di kursi jika pasien mampu
14. Motivasi ambulasi jika perlu 15. Kaji pencapaian tujuan
16. Berikan reinforcement (penguatan) positif pada klien
3: Pergerakan sedang 4: Pergerakan agak penuh 5: Pergerakan penuh
10. Motivasi latihan ROM sesuai jadwal
11. Ajarkan pada pasien dan keluarga cara melakukan ROM sendiri
12. Bantu pasien untuk melakukan pergerakan sendiri secara teratur dalam batas kemampuannya
13. Motivasi untuk duduk di tempat tidur, di samping tempat tidur atau di kursi jika pasien mampu
14. Motivasi ambulasi jika perlu 15. Kaji pencapaian tujuan
16. Berikan reinforcement (penguatan) positif pada klien
3. Resiko infeksi
Definisi : resiko munculnya organisme patogen Faktor yang berhubungan :
• Penyakit kronis • Imunosupresi • Tindakan invasif
• Tidak adekuat pertahanan tubuh sekunder ( Hb, WBC, penekanan
respon inflamasi
• Peningkatan paparan lingkungan patogen • Malnutrisi
• Tidak adekuat pertahanan tubuh primer • Kerusakan jaringan
3. Resiko infeksi
Definisi : resiko munculnya organisme patogen Faktor yang berhubungan :
• Penyakit kronis • Imunosupresi • Tindakan invasif
• Tidak adekuat pertahanan tubuh sekunder ( Hb, WBC, penekanan
respon inflamasi
• Peningkatan paparan lingkungan patogen • Malnutrisi
• Tidak adekuat pertahanan tubuh primer • Kerusakan jaringan
Perencanaan
outcome Rencanatindakan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 jam pasien dapat memperoleh :
1. Pengetahuan kontrol infeksi dengan indikator :
Menerangkan cara-cara penyebaran
infeksi
Menerangakan faktor yang
berkonstribusi terhadap penyebaran infeksi
Menjelaskan tanda dan gejala
Menjelaskan aktivitas yang dapat
meningkatkan resistensi terhadap infeksi
2. Status nutrisi bagus dengan indikator : Asupan nutrisi, asupan makanan dan cairan, energi,
masa tubuh, berat badan
1. Kontrol Infeksi
Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Pertahakan teknik isolasi Batasi pengunjung
Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan
saat berkunjung
Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan Gunakan APD saat tindakan
Pertahankan lingkungan aseptik selama
pemasangan alat
Tingkatkan intake nutrisi
Beri terapi antibiotik bila perlu 2. Proteksi terhadap infeksi
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit, WBC
Monitor kerentanan terhadap infeksi Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap penyakit menular
Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
Anjurkan masukan nutrisi yang cukup
4. Kurang pengetahuan
Definisi : kurangnya atau tidak adanya informasi kognitif yang spesifik Faktor yang berhubungan :
Keterbatasan kognitif
Interprestasi terhadap informasi yang salah Kurangnya keinginan untuk mencari informasi Tidak mengetahui sumber informasi
Batasan karakteristik :
Perilaku tidak sesuai
Ketidakakuratan mengikuti instruksi Memverbalisasi adanya masalah
4. Kurang pengetahuan
Definisi : kurangnya atau tidak adanya informasi kognitif yang spesifik Faktor yang berhubungan :
Keterbatasan kognitif
Interprestasi terhadap informasi yang salah Kurangnya keinginan untuk mencari informasi Tidak mengetahui sumber informasi
Batasan karakteristik :
Perilaku tidak sesuai
Ketidakakuratan mengikuti instruksi Memverbalisasi adanya masalah
Perencanaan
outcome Rencanatindakan
NOC : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama… x24 jam pasien memperoleh :Knoledge : Desease Process, helth behaviour, Infection control
Dengan kriteria hasil :
Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan.
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
prosedur yang dijelaskan dengan benar
Pasien dan keluarga menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan tim kesehatan
NIC :
1. Teacing desease process
Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan anotomi fisiologinya
Ganbarkan tanda dan gejala yang biasa
muncul dengan cara yang tepat
Gambarkan proses penyakit dengan cara
yang tepat
Identifikasi kemungkinan penyebab
dengan cara yang tepat
Sediakan informasi pada pasien tentang
kodisi dengan cara yang tepat
Hindari harapan kosong
Sediakan bagi keluarga informasi
kemajuan kondisi pasien
Diskusikan pilihan terapi dan penanganan Dukung pasien untuk mengekplorasi atau
mendapatkan secodn opinion dengan cara yang tepat atau diindikaikan
Eksplorasi sumber atau deukungan
Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala dengan cara yang tepat
2. Pembelajaran proaedur perawatan
Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur
perawatan
Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien
tentang prosedur yang dilakukan
Instruksikan klien berpartisipasi selama prosedur
perawatan
Sediakan bagi keluarga informasi
kemajuan kondisi pasien
Diskusikan pilihan terapi dan penanganan Dukung pasien untuk mengekplorasi atau
mendapatkan secodn opinion dengan cara yang tepat atau diindikaikan
Eksplorasi sumber atau deukungan
Instruksikan pasien mengenai tanda dan
gejala dengan cara yang tepat
2. Pembelajaran proaedur perawatan
Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur
perawatan
Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien
tentang prosedur yang dilakukan
Instruksikan klien berpartisipasi selama prosedur
perawatan
Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan etelah prosedur
perawatan
6. Defisit perawatan diri
Definisi ; gangguan kemampuan melakukan aktivitas kebersihan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Batasan Karakteristik:
Ketidakmampuan untuk mandi
Ketidakmampuan untuk berpakaian Ketidakmampuan untuk makan
Ketidakmampuan untuk toileting
Faktor yang berhubungan :
Penurunan atau kurangnya motivasi Hambatan lingkungan
Gangguan neuromuskuler Nyeri
6. Defisit perawatan diri
Definisi ; gangguan kemampuan melakukan aktivitas kebersihan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Batasan Karakteristik:
Ketidakmampuan untuk mandi
Ketidakmampuan untuk berpakaian Ketidakmampuan untuk makan
Ketidakmampuan untuk toileting
Faktor yang berhubungan :
Penurunan atau kurangnya motivasi Hambatan lingkungan
Gangguan neuromuskuler Nyeri
Perencanaan
Outcome Rencanatindakan
Self-care: Activities of Daily Living (Perawatan Diri: Aktivitas Dasar Sehari-hari)
1. Makan 2. Berpakaian 3. Toileting 4. Mandi 5. Berhias 6. Higiene 7. Kebersihan mulut Skala: 1: ketergantungan total 2: bantuan alat dan orang 3: bantuan orang
4: mandiri dengan bantuan alat 5: mandiri
Self care-assistance (Bantuan Perawatan Diri): mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting
1. Kaji kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
2. Kaji kebutuhan klien akan alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting, dan makan
3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan perawatan diri
4. Motivasi klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki
5. Motivasi untuk melaksanakan secara mandiri, tapi beri bantuan jika klien tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk meningkatkan
kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu melakukannya
7. Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan 8. Pertimbangkan usia klien jika meningkatkan
pelaksanaan aktivitas sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
1. Back Care, the UK charity for healthier backs. Date accessed: February, 18 2005. Available at : http://www.backcare.org.uk/
2. Back pain-low. ADAM Editorial. Update Date: 9/14/2003. Date accessed: February, 18 2005. Available at :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003108.htm
3. Brunner dan Suddarth’s. 1997. Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 8. Vol.3. EGC. Jakarta.
4. Exercise beats back pain. BBC News, 30 Jul 1999. Date accessed: February, 18 2005. Available at :
http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/407153.stm
5. Low back pain. Medinfo article. Date accessed: February, 18 2005. Available at : http://www.medinfo.co.uk/
6. Low back pain. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Date accessed: February, 18 2005. Available at : http://orthoinfo.aao
DAFTAR PUSTAKA
1. Back Care, the UK charity for healthier backs. Date accessed: February, 18 2005. Available at : http://www.backcare.org.uk/
2. Back pain-low. ADAM Editorial. Update Date: 9/14/2003. Date
accessed: February, 18 2005. Available at :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003108.htm
3. Brunner dan Suddarth’s. 1997. Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 8. Vol.3. EGC. Jakarta.
4. Exercise beats back pain. BBC News, 30 Jul 1999. Date accessed: February, 18 2005. Available at :
http://news.bbc.co.uk/2/hi/health/407153.stm
5. Low back pain. Medinfo article. Date accessed: February, 18 2005. Available at : http://www.medinfo.co.uk/
6. Low back pain. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Date accessed: February, 18 2005. Available at : http://orthoinfo.aao
7. McCloskey, J.C, Bulechek, G.M , 1996, Nursing Intervention Classification (NIC) Mosby, St Louis
8. Nanda, 2001, Nursing Diagnosis : Definitions and Classification 2001-2002, Philadelphia
9. Sjamsuhidrajat R dan Jong Wd. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC, Jakarta
10. The Royal College of General Practitioners Guidelines on the Management of Acute Back Pain. 1999. Date accessed: February, 18 2005. Available at :