• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang menimbulkan perubahan perilaku. Jadi perubahan perilaku adalah hasil

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yang menimbulkan perubahan perilaku. Jadi perubahan perilaku adalah hasil"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar dalam arti luas adalah semua persentuhan pribadi dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan perilaku. Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar. Artinya, seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak dilakukan sebelumnya. Belajar adalah aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan.

Belajar menimbulkan perubahan perilaku dan pembelajaran adalah usaha mengadakan perubahan perilaku dengan mengusahakan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Perubahan dalam kepribadian ditunjukkan oleh adanaya perubahan perilaku akibat belajar.

Menurut Thorndike ( dalam Uno, 2012:11) bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus ( yang mungkin berupa pikiran, perasaan, atau gerakan) Jelasnya menurut Thorndike perubahan tingkah laku dapat terwujud sesuatu yang kongkrit (dapat diamati), atau yang nonkongkrit (tidak bisa diamati).

Menurut Gagne (dalam Sungkono dkk 2009: 1-4) bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.

Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afekrif dan fsikomotorik. (Subino,dalam Purwanto, 2008:43). Menurut teori JB Watson bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi. Dan yang terpenting dalam teori ini adalah latihan dan pengulangan. Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Menurut Skinner belajar adalah suatu perubahan yang menekankan pada ganjaran (penguatan reinforcement). Menurut Bruner menjadi lebih bermakna apabila dikembangkan melalui eksplorasi penemuan.

(2)

disebabkan karena hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain, dan setiap individu menampilkan prilaku belajar yang berbeda.Perbedaan penampilan disebabkan karena setiap individu mempunyai karakteristik individualnya yang khas, seperti minat intelegensi, perhatian bakat dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai cara yang khas untuk mengusahakan proses belajar dengan kemampuan yang berbeda dalam aspek kognitif, afektif dan fsikomotorik. Begitu pula individu yang sama mempunyai kemampuan yang berbeda dalam belajar aspek kognitif, afektif, dan fsikomotorik.

Dari teori belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses untuk membuat perubahan dalam diri seseorang dengan cara berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitig, afektif dan fsikomotor. Pada teori belajar perilaku , proses belajar cukup dilakukan dengan mengikatkan antara stimulus dan respon secara berulang, sedang pada teori kognitif, proses belajar membutuhkan pengertian dan pemahaman. Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya.Artinya,belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain hanya perantara dan penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik. Dari devinisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang ada di dalam diri seseorang setelah ia mengalami pembelajaran yakni dari sesuatu yang tidak ia ketahui menjadi diketahui. Dari perubahan tersebut seseorang bisa memperbaiki pola hidupnya dari yang tidak baik menjadi lebih baik.

2.1.2 Hakekat Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (poduct) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya infut secara fungsional. Hasil produksi adalah suatu perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan menjadi

(3)

barang. Hal yang sama berlaku untuk memberikan batasan bagi istilah hasil panen, hasil penjualan, hasil pembangunan, termasuk hasil belajar. Dalam siklus infut proses, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan infut akibat perubahan oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar, setelah mengalami belajar seseorang dapat berubah perilakunya disbanding sebelumnya. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar.

Menurut Winkel, (dalam Purwanto,2008:44) Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan Bloom, Simpson dan Harrow yang mencakup aspek kognitif, afektif dan fsikomotorik.

Proses pengajaran merupakan sebuah aktivitas sadar untuk membuat siswa belajar. Proses sadar mengandung aplikasi bahwa pengajaran merupakan sebuah proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan pengajaran. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar yang potensial yang akan akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya. Oleh karenanya, tes hasil belajar sebagai alat untuk mengukur apa yang di siswa dalam proses belajar mengajar sesuai dengan intruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku. Zainul dan Nasution,(dalam purwanto, 2008:45) karena tujuan pengajaran adalah kemampuan yang diharapkan yang dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya (Sudjana,1996 :2). Hasil belajar yang diukur untuk mereflesikan tujuan pengajaran (Gronlund, 1985:20). Tujuan pengajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan diukur. Oleh karenanya ,

(4)

menurut Arikunto dalam merumuskan tujuan intruksional harus diusahakan agar tampak bahwa setelah tercapainya tujuan itu terjadi adanya perubahan pada diri anak yang meliputi kemampuan intelektual, sikap/minat maupun ketrampilan (Arkunto,dalam Purwanto, 2008:46).

Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemberian tekanan penguasaan materi akibat perubahan dalam diri siswa setelah belajar diberikan oleh Soedijarto yang mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. (Soedijarto, 1993 dalam purwanto, 2008:46).

Dengan memperhatikan berbagai teori diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Hasil itu dapat berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

2.1.3 Pengertian Bermain Peran

Menurut Gilstrap dan Martin (dalam Gunarti,2005:10-9) Bermain Peran adalah memerankan karakter/tingkah laku dalam pengulangan kejadian yang diulang kembali, kejadian masa depan, kejadian masa kini yang penting, atau situasi imajinatif. Anak-anak pemeran mencoba untuk menjadi orang lain dengan memahami peran untuk menghayati tokoh yang diperankan sesuai dengan karakter dan motivasi yang dibentuk pada tokoh yang telah ditentukan

Bermain peran adalah berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu seperti menghidupkan kembali suasana historis misalnya mengungkapkan kembali perjuangan para pahlawan

(5)

kemerdekaan, atau mengungkapkan keadaan yang akan datang, misalnya saja keadaan yang kemungkinan dihadapi karena semakin besarnya jumlah penduduk, atau menggambarkan keadaan imaginer yang dapat terjadi dimana dan kapan saja. Melalui itu siswa “ memasuki diri “ orang lain/individu lain dan dengan prilaku seperti orang yang diperankannya, siswa akan memperoleh pengetahuan tentang orang dan motivasinya yang menandai perilakunya. (Wahab, 2009:109)

Bermain Peran adalah kegiatan pembelajaran yang menekankan pada kemampuan penampilan peserta didik untuk memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata. Dengan bermain peran ini diharapkan para peserta didik memperoleh pengalaman yang diperankan oleh pihak-pihak lain.(dalam Sudjana, 2005:134)

Bermain Peran adalah suatu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinatif, daya ekspresi, dan penghayatan ini dilakukan dengan memerankan seseorang dari sejarah, dunia pengetahuan, dunia pengetahuan, dan lain - lain, atau peran lainnya dari dunia hewan atau tumbuhan. Kegiatan memerankan seseorang atau sesuatu akan membuat siswa mudah memahami dan seringkali menghayati hal-hal yang dipelajarinya. (Dalam Aqib, 2006:96).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Bermain Peran adalah merupakan suatu aktivitas anak yang alamiah karena sesuai dengan cara berpikir anak usia dini,yaitu berpikir simbolik.

2.1.4 Tujuan Metode Bermain Peran

Dalam ( Gunarti, 2008:10.11) Tujuan dari penggunaan metode Bermain Peran adalah sebagai berikut :

a. Anak dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan

b. Memperoleh wawasan (insight) tentang sikap-sikap, nilai-nilai, dan persepsinya.

(6)

dihadapi.

d. Mengembangkan kreativitas dengan membuat jalan cerita atas insiatif anak. e. Melatih daya tangkap

f. Melatih daya konsentrasi g. Melatih membuat kesimpulan. h. Membantu pengembangan kognitif

i. Menciptakan suasana yang menyenangkan

2.1.5 Langkah-langkah Metode Bermain Peran pada Pembelajaran IPS Agar proses pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode

bermain peran tidak mengalami kaku,maka perlu adanya langkah-langkah yang harus kita pahami terlebih dahulu ( Dahlan:1984) adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi masalah dengan cara memotivasi para peserta didik, 2. Memilih tema

3. Menyusun skenario pembelajaran 4. Pemeranan

5. Tahapan diskusi dan evaluasi

6. Melakukan pemeranan ulang,melakukan diskusi dan evaluasi tahap 2 7. Membagi pengalaman dan menarik generalisasi

Adi Nugroho, Siswandi.2010.Metode Bermain Peran. (http://nazwadzulfa’s.blogspot.Com/2010/Metode-peran.html) diakses tanggal 8 Maret 2013

2.1.6 Kelebihan dan Kelemahan Metode Bermain Peran

Dalam ( Gunarti, 2005:10.17) disamping manfaat dan tujuan bermain peran terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan bermain peran, sebagai berikut :

a. Kelebihan Metode bermain Peran

1. Melibatkan anak secara aktif dalam pembelajaran yang dibangunya sendiri 2. Anak memperoleh umpan balik yang cepat / segera

3. Memungkinkan siswa mempraktikan keterampilan berkomunikasi 4. Sangat menarik minat dan antusiasme anak

5. Membuat guru dapat mengajar pada ruang lingkup yang luas dalam mengoptimalkan kemampuan banyak anak pada waktu yang bersamaan 6. Mendukung anak untuk berfikir kritis dan analistis

7. Menciptakan percobaan situasi kehidupan dengan model lingkungan yang nyata

b. Kelemahan Metode bermain peran

1. Jika siswa tidak dipersiapkan dengan baik ada kemungkinan tidak akan melakukan secara sunguh-sungguh.

(7)

2. Bermain peran mungkin tidak akan berjalan dengan baik jika suasana kelas tidak mendukung

3. Bermain peran tidak selamanya menuju pada arah yang diharapkan Seseorang yang memainkannya.

4. Siswa sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran secara baik 5. Bermain memakan waktu yang lama

6. Untuk berjalan baiknya sebuah bermain peran, diperlukan kelompok yang sensitive, imajinatif, terbuka, saling mengenal sehingga dapat bekerja sama dengan baik.

2.1 Kajian Penelitian yang Relevan

Wantiana Kenes ( 2012) dalam penelitiannya yang berjudul “ Penerapan Model Bermain Peran untuk Meningkatkan Hasil belajar IPS pada siswa kelas III SDN Kedaung 02 Kabupaten Blitar”. Pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar pada siklus I yakni 66,67 % dan pada siklus II menunjukkan 96,66% .Hal ini menunjukkan bahwa dengan penerapan metode Bermain Peran dapat meningkatkan hasil belajar.

Khoerunnisa Eva ( 2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Hasil belajar pada pelajaran IPS dengan menggunakan Metode Bermain Peran pada siswa kelas V SDN Tanjungsari I Kec.Cangkuang Kab.Bandung”. Pada penelitian tersebut ternyata dengan menggunakan Metode Bermain Peran dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan pembelajaran sebelum diadakan PTK. Dengan menggunakan metode Bermain Peran ada peningkatan yang baik sekali yaitu nilai rata-rata siswa pada siklus I 53,84% dan pada siklus II 65,38 dan pada siklus III 88,46%.

2.3 Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “jika dalam pembelajaran digunakan Metode Bermain Peran,maka hasil belajar siswa pada

(8)

pelajaran IPS materi Jual Beli di kelas III SDN 5 Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango akan meningkat”.

2.4Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini adalah 80% dari jumlah siswa yang dikenai tindakan memiliki nilai 70 ke atas, maka pembelajaran dapat dikatakan tuntas.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa ditemukan klasifikasi jenis warung kopi yang ada di kota Makassar, disini pe- neliti mengklasifikasi warung kopi

Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal (BPPTPM) terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2012 Tanggal 05 Maret

Metode MPS adalah metode dengan format berupa tabel yang menunjukkan berbagai informasi dalam proses produksi seperti peramalan, tingkat permintaan konsumen,

Untuk beberapa petani responden memiliki luas lahan yang produktif dan besar diikuti kegiatan pemeliharaan yang cukup intensif serta kepemilikan terhadap asset lain berupa

Putusan perkara yang menarik masyarakat yang dapat diakses secara online dalam waktu 1 hari setelah diputusan 3 Terwujudnya pelayanan akses peradilan bagi Persentase

Perlawanan publick transcript dilakukan dengan cara membuat video balasan: parodi, puisi balasan, lagu, tanggapan dan komentar dalam bentuk hyperlink.. Kata kunci:

Dari hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy 0,000 (ρ < 0,05), nilai median pengetahuan sebelum perlakuan sebesar 2.0 dan setelah diberi perlakuan nilai

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengaruh hubungan sosial antar siswa dengan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV SD Negeri Gajahan