• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Promax

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Akhir Promax"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia modern tidak bisa dilepaskan dari sesuatu yang namanya migas. Migas adalah kependekan dari minyak bumi dan gas. Mulai dari sarana transportasi, pabrikan industri, pengolahan makanan dan lain-lain, semua membutuhkan migas. Mungkin manusia zaman sekarang sudah tidak bisa dilepaskan dari migas tersebut, bahkan sudah bisa dikatakan ketergantungan migas.

Migas merupakan salah satu sumber daya alam yang tidak terbarukan yang diperoleh dari dalam bumi. Migas dulunya merupakan sisa-sasa jasad makhluk hidup, hewan maupun tumbuhan, yang karena proses geologi akan menjadi minyak bumi maupun gas. Untuk mendapatkan migas, manusia sekarang harus membor sampai menyentuh cap rock, dimana migas tersebut terjebak. Untuk mengetahui letak batuan yang mengadung migas tersebut, manusia harus bisa memetakan bawah permukaan tanah.

Dalam memetakan permukaan tanah digunakan berbagai macam metode geologi maupun geofisika. Salah satu metode yang jadi unggulan dalam memetakan bawah permukaan tanah adalah metode seismik. Metode seismik merupakan salah satu metode yang sangat penting dan banyak dipakai di dalam teknik geofisika. Hal ini disebabkan metode seismik mempunyai ketepatan serta resolusi yang tinggi di dalam memodelkan struktur geologi di bawah permukaan bumi. Dalam menentukan struktur geologi, metode seismik dikategorikan ke dalam dua bagian yang besar yaitu seismik bias dangkal (head wave or refrected seismic) dan seismik refleksi (reflected seismic). Seismik refraksi efektif digunakan untuk penentuan struktur geologi yang dangkal sedang seismik refleksi untuk struktur geologi yang dalam.

Eksplorasi seismik merupakan kegiatan yang meliputi tiga tahapan, yaitu pengambilan data (data aquisition), pengolahan data (data processing) dan interpretasi data seismik (data interpretation). Pada tahap akuisisi akan sangat berpengaruh terhadap kualitas data yang didapatkan. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa parameter-parameter lapangan sehingga dalam pelaksanaannya akan diperoleh informasi target sedetail mungkin dengan noise yang serendah mungkin (S/N ratio tinggi). Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data seismik untuk menghasilkan penampang seismik dengan S/N ratio yang tinggi tanpa mengubah kenampakan - kenampakan refleksi dengan kata lain meredam noise dan memperkuat sinyal (Sismanto,1996). Tahapan akhir adalah menginterpretasikan penampang seismik dari hasil pengolahan data untuk memperkirakan keberadaan ada tidaknya hidrokarbon yang dikaitkan dengan kenampakan geologi yang ada. Dan hasil akhir dari interpretasi adalah lokalisasi daerah-daerah prospek hidrokarbon dan proposal titik pemboran baik untuk eksplorasi maupun sumur-sumur development.

Pengolahan data seismik bertujuan untuk mendapatkan gambaran struktur geologi bawah permukaan yang mendekati struktur yang sebenarnya. Hal ini dapat dicapai apabila rasio antara sinyal seismik dengan sinyal gangguan (S/N ratio) cukup

(2)

tinggi. Karena proses pengolahan data akan mempengaruhi seseorang interpreter dalam melakukan interpretasi, maka diperlukan proses pengolahan datayang baik, tepat dan akurat. Kesalahan sedikit dalam processing akan menyebabkan seorang interpreter menginterpretasikan yang salah juga. Data yang terekam selama proses akuisisi biasanya disimpan dalam bentuk XPS (informasi nomor record, Shot Point, dan active channel), SEG (koordinat trace), SPS (informasi data mengenai uphole, waktu tembak, dan SP), RPS (informasi nomor trace dan koordinat), OBS (data seperti laporan), dan RAW (informasi mengenai kegiatan Labo). Data-data tersebut diolah sedemikaan rupa sehingga mendapatkan model bawah tanah yang mencerminkan keadaan bawah tanah sesungguhnya. Pengoalahan data seismik tersebut menggunakan software pengolahan data seismik seperti Promax, Paradigm, dll. Pada praktikum ini menggunakan progam Promax untuk mengolah data seismik. B. Tujuan

1. Memperkenalkan pemprosesan data seismik.

2. Mampu mengetahui tahapan-tahapan dalam pemprosesan data seismik.

3. Mampu mengetahui hasil akhir dari pemprosesan data seismik, sebelum diintepretasi.

(3)

BAB II DASAR TEORI Dasar Teori

Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengobservasi objek bawah permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat pemantulan gelombang elastic yang dihasilkan sumber seismik. Sumber gelombang seismik antara lain dapat berupa dinamit, dan vibroseis untuk survey yang dilakukan didarat dan airgun untuk survey yang dilakukan di laut. Gelombang seismik yang dihasilkan kemudian direkam menggunakan geophone (untuk survey darat) dan hydrophone (untuk survey laut).

Komponen dari gelombang seismik yang direkam oleh geophone berupa waktu tiba gelombang seismik tersebut. Berdasar dari waktu tersebut, didapatkan nilai kecepatan dari rambat gelombang seismik tersebut dalam lapisan batuan. Jika gelombang seismik menemui perbatasan antar 2 lapisan yang memiliki perbedaan massa jenis, maka akan terjadi 2 fenomena yaitu refleksi dan refraksi. Refleksi terjadi jika gelombang seismik dipantulkan oleh perlapisan batuan, sedangkan refraksi jika gelombang seismik dibiaskan saat melewati perlapisan batuan. Metode seismik refleksi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu seismik dangkal (shallow seismic reflection) dan seismik dalam. Seismik dangkal biasanya digunakan dalam eksplorasi batubara ataupun mencari batas lapisan lapuk permukaan, sedangkan seismik dalam digunakan untuk eksplorasi hidrokarbon.

Gambar 1-Ilustrasi mengenai pergerakan gelombang seismik refleksi dibawah permukaan bumi.

Waktu tempuh gelombang seismik 1 lapisan: t=2 h1

v1

Waktu tempuh gelombang seismik 2 lapisan: t=2 h1

v1

2(h1−h2) v2

Kualitas data seismik yang didapatkan sangat bergantung pada kesesuaian beberapa parameter lapangan yang digunakan dengan kondisi geologi dan kondisi permukaan daerah

(4)

survey. Beberapa parameter lapangan yang harus ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi lapangan sebagai berikut:

 Jumlah dan susunan geophone

 Interval sampling

 Jumlah bahan peledak dan kedalaman lubang bor

 Jarak antar titik tembak

 Geometri penembakan

 Filter

Dalam praktiknya kita memerlukan langkah-langkah untuk menentukan parameter-parameter lapangan dalam survey seismik tersebut, antara lain:

a Jumlah dan Susunan Geophone (array geophone)

Tujuan dari penentuan array geophone ini adalah untuk mendapatkan bentuk susunan geophone yang dapat berfungsi meredam noise (ground roll) secara optimal sehingga signal to noise ratio-nya (S/N ratio) tinggi. Untuk menaikkan (S/N ratio) ground roll harus diredam dengan cara menebarkan geophone

b Sampling rate

Penentuan besar kecilnya sampling rate bergantung pada frekuensi maksimum sinyal yang ingin direkam pada daerah survei tersebut. Tetapi pada kenyataannya, besarnya sampling rate dalam perekaman sangat bergantung pada kemampuan instrumentasi perekaman yang digunakan, dan biasanya sudah ditentukan oleh pabrik pembuat instrumen tersebut. Penentuan sampling rate ini akan memberikan batas frekuensi tertinggi yang terekam akibat adanya aliasing.

c Jumlah Bahan Peledak dan kedalaman lubang bor

Tujuan test ini adalah untuk menentukan kedalaman pemboran dan jumlah dinamit yang paling optimum, artinya dapat memberikan hasil perekaman seperti yang diharapkan tetapi juga dengan biaya yang ekonomis.

d Jarak antar titik tembak

Untuk melakukan pemilihan jarak terdekat dan terjauh ini, kita kaitkan dengan target dari survei. Untuk memilih jarak terdekat biasanya digunakan acuan target terdangkal, sedangkan untuk jarak terjauh kita gunakan acuan target terdalam. e Geometri penembakan

Informasi struktur geologi dan data geofisika yang ada di daerah penyelidikan sangat diperlukan untuk menentukan geometri penembakan. Pemilihan cara penembakan, tergantung pada kedalaman zona prospek dan kompleksitas struktur bawah permukaan. Pemilihan geometri penembakan berguna untuk memfokuskan energi seismik sehingga efektifitas sumber menjadi lebih optimal.

f Filter

Penentuan filter low-cut dan high-cut ini kita lakukan pada instrumen yang kita gunakan. Pemilihan high cut filter dapat ditentukan atas dasar sampling rate yang digunakan karena sampling rate menentukan besarnya frekuensi aliasing. Pemilihan besarnya low cut filter ditujukan untuk meredam noise berfrekuensi lebih rendah dari frekuensi geophone yang digunakan apabila noise tersebut terlalu menenggelamkan sinyal.

(5)

Dalam prosesing data seismik refleksi, terdapat beberapa langkah-langkah yang harus digunakan untuk mempercantik data akhir yang ingin didapatkan (gambar 2), langkah-langkah tersebut adalah geometry load, denoising, true amplitude recovery, surface consistent amplitude scaling, deconvolution, velocity analysis, maxpower, enhancement, dan migration. Setiap langkah-langkah tersebut memiliki perannya masing-masing, kegunaan tiap-tiap langkah tersebut akan dijelaskan dibawah ini.

(6)

BAB III PEMBAHASAN INPUT DATA

Data yang telah diakuisisi di lapangan selanjutnya akan diproses lalu diinterpretasi. Data seismik yang bertipe SEG-Y ini akan diproses setelah datanya diinput. Untuk memproses data, pada Promax ditambahkan area kerja tempat data diakuisisi. Klik MB1 pada area tersebut kemudian akan tampil window LINE yang merupakan lintasan tempat data diakuisi. Pada window LINE tersebut akan ditambahkan flow yang merupakan alur kerja atau alur pemrosesan data. Flow pertama yang diinput adalah flow 01. INPUT DATA yang berisikan parameter-parameter yang harus disesuaikan agar data SEG-Y dapat di-input dengan benar. SEG-Y Input dan Disk Data Output merupakan subflow yang ditambahkan pada flow tersebut. Subflow Disk Data Output akan menghasilkan dataset yang disimpan, dan kemudian akan dipanggil oleh proses selanjutnya. Dataset ini apabila ditampilkan melalui flow XX. VIEW yang berisi subflow Disk Data Input dan Trace Display akan menampilkan tampilan sebagai berikut.

Tampilan tersebut merupakan tampilan kasar yang belum diproses, dan masih banyak noise yang ditampilkan pada tampilan tersebut, sehingga harus diproses lebih lanjut melalui alur kerja berikut.

GEOMETRI

Data yang direkam di lapangan mempunyai informasi geometri. Untuk memberikan informasi-informasi geometri pada setiap hasil rekaman data lapangan maka harus dilakukan proses geometri. Proses ini membuat semua data yang terekam dari lapangan mempunyai informasi lapangan sesuai dengan infromasi observer report. Informasi mengenai geometri

(7)

akan menjadi suatu identitas (header) dari trace seismik yang terekam. Selain itu juga akan menjadi suatu atribut yang sangat penting dalam pengolahan data seismik tersebut.

Sebelumnya harus dibuat dulu flow 02.GEOMETRI. Parameter geometri yang dibutuhkan dalam proses geometri ini hanya 2D Land Geometry Spreadsheet. Jika parameter tersebut sudah ada dalam flow 02.GEOMETRI, maka klik perintah Execute sampai muncul window Promax 2D Land Geometry Assignment.

Klik setiap menu-menu yang ada dalam 2D Land Geometry (Setup, Receivers, Sources, Patterns, Bin, Trace QC), masukkan informasi data seismik sesuai dengan data yang ada di lapangan. Dan definisikan parameter-parameter geometri ke dalam database.

Setup

Menu untuk memasukkan parameter-parameter lapangan ke dalam database, mulai dari Minimal receiver Station Interval sampai Last Live Station Number. Menu ini akan membuka jendela Geometry Setup Dialog untuk menspesifikasikan konfigurasi global dan informasi operasional yang digunakan dalam aplikasi.

Receivers

Menu ini menampilkan SRF Ordered Parameter File (OPF) Spreadsheet untuk memasukkan mengimport atau mengedit informasi mngenai receiver.

1. Station

Tabel ini diisi dengan nomor station di lapangan yang berasosiasi dengan lokasi receiver pada survey.

2. X, Y

Tabel ini berisikan nilai koordinat X dan Y dari lokasi station receiver. 3. Elev

Tabel ini diiisi harga elevasi (ketinggian) receiver. 4. Static

Tabel ini berisikan harga koreksi statik dari setiap receiver relatif terhadap perhitu-ngan yang melibatkan datum yang telah dispesifikasikan.

Sources

Menu ini menampilkan SIN Ordered Parameter File (OPF) Spreadsheet untuk memasukkan, mengimport, atau mengedit informasi mengenai sources.

1. Sources

Tabel ini diisi dengan nomor source, berdasarkan source ke-n (n = 1, 2, 3,...). 2. Station

Tabel ini diisi dengan nomor station di lapangan yang berasosiasi dengan lokasi source pada survey.

(8)

3. X, Y

Tabel X dan Y berisikan nilai koordinat X dan Y dari lokasi station source. 4. Z

Berisi elevasi dari sources. 5. FFID

Tabel ini diisi dengan Field File ID (FFID), yaitu nomor file – tape untuk setiap penembakan yang direkam.

6. Hole depth

Tabel ini diisi dengan parameter kedalaman lubang tembak untuk masing-masing source. 7. Pattern

Tabel ini diisi dengan Pattern, yaitu pendefinisian sampel geometri penembakan dari sistem source-receiver sesuai dengan kesamaan pola (pattern) setiap sekuen geometri penembakan tersebut yang membentuk satu kesatuan suatu lintasan survey seismik di lapangan.

8. Num Chan

Tabel ini diisi dengan pendefinisian jumlah channel yang dihidupkan/diaktifkan untuk setiap penembakan. Tabel ini dapat dikosongkan agar seluruh channel yang tersedia dapat digunakan.

9. Shot fold*

Tabel ini diisi dengan pendefinisian jumlah fold yang terhitung dari setiap penembakan. Umumnya shot fold sama dengan jumlah channel yang hidup pada setiap penembakan. Tanda ”*” menyatakan bahwa parameter ini akan terisi secara otomatis setelah dilakukan binning pada seluruh informasi geometri, dengan demikian untuk sementara tabel shot fold dapat dibiarkan kosong terlebih dahulu.

10. 1st live station

Tabel ini diisi dengan nomor station receiver yang berasosiasi dengan 1st live channel. 11. 1st live channel

Tabel ini diisi dengan nomor channel terkecil yang dihidupkan/diaktifkan pada saat perekaman, yang berasosiasi dengan 1st live station.

12. Static

Tabel ini diisi dengan harga koreksi statik dari setiap source, relatif terhadap perhitungan yang melibatkan datum yang telah dispesifikasikan.

(9)

Pattern

Menu ini menampilkan PAT Ordered Parameter File (OPF) Spreadsheet untuk memasukkan, mengimport, atau mengedit informasi mengenai pola (pattern) source-receiver untuk setiap penembakan. Pada dasarnya masukan untuk menu ini merupakan sampel bagi ProMAX untuk melakukan “pencacahan” dalam pendefinisian sekuen geometri penembakan sesuai dengan kesamaan polanya hingga membentuk satu-kesatuan lintasan survey seismik. Maka dari itu, tidak menutup kemungkinan pola yang terjadi dapat lebih dari satu, jika dalam satu-kesatuan lintasan juga memiliki lebih dari satu pola geometri penembakan.

Binning

Menu ini akan membuka jendela Land 2D Binning. Menu ini memungkinkan kita untuk: menghitung koordinat-koordinat CDP, memasukkan dan melakukan bin terhadap parameter-parameter binning untuk midpoints dan offset, menghasilkan display QC dari data yang telah di-bin, dan untuk mengakhiri input dan edit database.

1. Assign midpoints by

Parameter ini harus dapat dijalankan terlebih dahulu agar data dapat di-bin. 2. Binning

Parameter ini membutuhkan input berupa metode yang digunakan midpoint binning dan pendefinisian parameter-parameter offset .

3. Finalize database

Parameter ini dijalankan untuk mengakhiri proses binning geometry. Beberapa parameter geometri akan dimasukkan secara otomatis.

Di dalam Binnig Sequence ini yang pertama dilakukan adalah memproses “Assign midpoint by: Matching pattern number using pattern station shift” dan kemudian klik “Ok” untuk melanjutkan proses. Tunggu hingga proses sukses dijalankan dan kemudian melangkah pada tahap selanjunya. Langkah selanjutnya adalah memproses “Binning” dan kemudian “Ok”. Untuk proses yang terakhir adalah memproses “Finalize Database” dan kemudian klik “Ok”. Setelah semua proses sukses dijalankan kemudian tutup jendela 2D Line Binning dengan klik “Cancel”.

Trace QC

Geometri yang selanjutnya diproses adalah “TraceQC”. Untuk mengetahui bentuk geometrinya klik view => view all => XY Graph. Setelah itu pilih CDP, Offset dan Chanel dengan mengklik dengan MB1 mouse. Setelah itu akan muncul secara otomatis tampilan seperti dibawah ini.

(10)

Dari gambar yang dihasilkan diatas, terdapat gap atau space kosong dari atas hingga bawah. Gap tersebut terjadi karena beberapa hal dalam mendesain geometri survey lapangan. Misalnya Gap yang terjadi diatas diakibatkan karena sepanjang jalur survey terdapat bangunan, sehingga akan mengakibatkan Gap pada geometri yang dihasilkan.

Setelah geometri survey diketahui, selanjutnya akan dilakukan proses Lookup. Caranya dapat dilakukan dengan klik File => Lookup Indeking. Kemudian pilih SIN, CDP, OFB, CHM, SRF. ILN dan XLN tidak dipilih karena merupakan bagian dari data 3D bukan 2D. kemudian klik “Ok”.

Setelah selesai lookup, kemudian langsung klik cancel pada jendela Lookup dan keluar dari jendela Editing Flow. Kemudian pada jendela FLOW tambahkan file “03. GEOMLOAD”. Kemudian kita masukkan proses kedalamnya dengan mencari prosesnya dalam “ProMAX 2D Procces”. Proses yang dimasukkan adalah Disk Data Input, Inline Geom Header Load dan Disk Data Output. Kemudian diatur parameter-parameter untuk setiap flow-nya. Data ouput dibuat berupa 02.GEOMLOAD.

Setelah selesai melakukan pengaturan pada parameter, selanjutnya tinggal diexecute. Tunggu sampai selesai (finished). Setelah data selesai diproses, berikutnya adalah membuat trace data display. Kembali ke jendela flow, dan pilih flow XX.VIEW, yaitu flow yang telah dibuat sebelumnya. Setelah jendela baru terbuka, data input yang dimasukkan adalah disk data input dan trace display.

Langkah berikutnya adalah meng-edit item menu di setiap input. Klik MB2 untuk menampilkan pilihan editing menu. Terdapat 4 perubahan yang bisa dilakukan di poin ini. bagian yang akan dirubah adalah select dataset, trace read option, primary trace, dan sort order list for dataset. Select dataset diinput filename data 02.DATAGEOM. trace read option dipilih menu sort, berikutnya dipilih FFID (Field File ID Number) dan terakhir isi ‘*:*/’ pada sort order.

(11)

Dari datageom akan dihasilkan gambar seperti tampilan diatas. Header pada tracedisplay ada 2 macam yaitu FFID dan CHAN. FFID ditunjukkan oleh angka diatas, yaitu 3317. CHAN adalah ID penunjuk geophone yang menerima sinyal dari source. Tanda bendera menunjukkan source yang memamcarkan sinyal dan telah terkoreksi.

Dapat dilihat perbedaannya, jika dibandingkan dengan trace display yang masukkannya berupa data input (gambar di bawah ini)

(12)

Setelah dilakukan proses geomload, selanjutnya adalah proses denoising. Proses ini dilakukan untuk menghilangkan ‘ground roll’. Gambar di bawah ini merupakan gambar sebelum dilakukan proses denoising.

Dari gambar tersebut dapat diketahui masih terdapat ground roll yakni pada bagian tengah gambar. Terdapat proses untuk menghilangkan ground roll tersebut, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(13)

Kemudian yang kedua dilakukan picking terhadap ground roll. Dapat dilihat pada gambar di atas, yakni dilakukan picking-an dua kali pada ground roll. Hal ini di lakukan untuk menghilangkan ground roll itu sendiri.

Gambar di atas merupakan hasil dari proses denoising. Pada gambar tersebut ground roll sudah mulai berkurang walaupun masih ada beberapa ground roll yang tersisa. Hal ini kemungkinan dikarenakan picking-an yang dilakukan kurang sempurna.

(14)

Setelah noise pada data tersebut dihilangkan, proses selanjutnya adalah TAR

Pada proses denoise itu sendiri bertujuan untuk menghilangkan noise pada data seismik yang telah didapat. Noise pada data kali ini salah satunya adalah ‘ground roll’ yang merupakan sinyal yang didapat oleh geophone secara langsung tanpa melalui proses terpantulkan/refleksi. Proses untuk menghilangkan ground roll pada data tersebut adalah dengan melakukan pickingan terhadap ground roll yang akan dihilangkan. Caranya seperti pada langkah-langkah di atas, yakni dilakukan pickingan pada top mute, kemudian baru dilakukan pickingan terhadap ground roll itu sendiri.

TAR merupakan singkatan dari True Amplitude Recovery, proses ini bertujuan untuk menampilkan atau memunculkan amplitudo yang hilang atau belum muncul pada saat dilakukan proses Denoising. Karena pada TAR ini akan digunakan pada proses selanjutnya yaitu scamp.

SCAMP DAN DECON

Dilakukan proses picking, klik MB1 picking pilih “Pick Miscellaneous Time Gate”, diberi nama “scamp” klik apply lalu pilih AOFFSET. Dilakukan picking seperti pada gambar di atas. Setelah selesai, klik MB1 pada file, lalu pilih save picks. Pada kotak diaolog pick, dapat di-remove sebelum keluar. Proses berikutnya adalah menambahkan flow “07.SCAMP”, Proses selanjutnya yaitu menjalankan SCAMP. Pada proses ini, Disk Data Input yang diambil diisi dengan DATATAR. Sedangkan untuk keluarannya berupa DATASCAMP yang diisikan pada Disk Data Output.

(15)

Pada isi Disk Data Input memilih dataset yaitu DATATAR, prosesnya yaitu dengan cara klik MB2 pada Disk Data Input kemudian klik select data dan diisi dengn DATATAR. Selanjutnya klik Trace Read Option.

Kemudian pada perintah Bandpass Filter diklik MB. Pada bagian ini yang perlu diubah hanya Ormsby Filter Frequency Values sedangkan yang lain sama. Pada Type of Filter digunakan Single Filter, dan Tipe of Filter Spesification adalah Ornmby Bandpass. Fase yang digunakan adalah Zero, dengan domain untuk filter aplikasinya adalah Frequency. Percent zero padding untuk FFT’s adalah 25, dan Ormsby Filter Frequency Values adalah 5-10, dan 90-120.

Pada pengolahan data seismik, band pass filter lebih umum digunakan untuk meneruskan frekuensi yang dikehendaki oleh gelombang seismik dan membuang frekuensi yang tidak dikehendaki, biasanya adalah gelombang seismik terkontaminasi noise frekuensi rendah (seperti ground roll) dan noise frekuensi tinggi (ambient noise).

Selanjutnya pada proses Surface consistent amps tidak ada bagian yang perlu diubah.

Pada proses berikutnya yaitu disk data input, dataset dipilih DATATAR, pilih Get All pada Trace read option. Pilih No pada parameter-parameter lainnya seperti read data from other lines/surveys? Sedangkan pada propagate input file history pilih Yes. Serta pada read the data multiple times, process trace headers only dan override input data’s sample interval ketiganya pilih No.

Pada bandpass filter yang perlu diubah adalah Frequency values pada ormsby filter diisi 8-12.5-40-50 sedangkan untuk parameter yang lain tidak ada perubahan.

Kemudian pada proses Surface consistent amps kedua, mode of operation dipilih compute only.

Pada isi Disk Data Input memilih dataset yaitu DATATAR, prosesnya yaitu dengan cara klik MB2 pada Disk Data Input kemudian klik select data dan diisi dengn DATATAR. Selanjutnya klik Trace Read Option.

Pada Surface Consistent Amps, pada option Mode Operation diubah menjadi Apply Only, untuk option lain tidak ada yang diubah.

Pada Surface Wave Noise Attenuation untuk Velocity diset menjadi 1500, trace spacingnya 15.

Pada Spike & Noise Burst Edit, untuk option editting spike diaktifkan, untuk option Frequency of noise bursts relative to data dipilih higher sedangkan untuk parameter yang lain tidak dilakukan perubahan.

Berikutnya pada parameter Spike and Noise Burst Edi, hampir sama dengan Spike and noise burst edit diatasnya, namun pada bagian frequency of noise burst relative to data dipilih LOWER sedangkan untuk parameter yang lain tidak dilakukan perubahan.

(16)

Pada Disk Data Output, untuk data output dibuat dataset baru bernama DATASCAMP, Setelah terisi data seperti pada tampilan diatas, klik execute untuk menjalankan program. Setelah perintah datanoise telah di execute, untuk mengecek data seismik hasil SCAMP digunakan perintah XX.VIEW. Pada langkah ini berisi perintah Disk Data Input dengan mengambil dataset DATASCAMP yang telah diexecute pada langkah sebelumnya. Selanjutnya untuk melihat data seismik digunakan perintah Trace Display. Hasil dari proses execute dari proses SCAMP seperti tampilan di bawah ini.

Gambar diatas adalah gambar penampang seismik yang telah mengalami reduce noise, ditandai oleh hilangnya noise pada bagian atas event seismik dan pada ground roll. Berikutnya, setelah melalui proses SCAMP, data akan menjadi lebih baik, seperti pada gambar diatas. SCAMP adalah nilai pengoreksi untuk estimasi data, maksudnya yaitu melalui proses scamp maka data yang dianggap sebagai noise akan dihilangkan serta data yang kurang bagus karena adanya noise tersebut menjadi lebih jelas. Jika dibanding data TAR, pada data SCAMP data gelombang lebih tegas karena dilakukan koreksi amplitudo terutama data yang dekat permukaan dan pada bagian first break-nya menjadi lebih seragam, data yang dihasilkan menjadi lebih konsisten. Selain itu ground roll yang tampak jelas sekarang terlihat agak hilang.

Dilakukan proses picking, klik MB1 picking pilih “Pick Miscellaneous Time Gate”, diberi nama “decon2” klik apply lalu pilih AOFFSET. Dilakukan picking seperti pada gambar di

(17)

atas. Setelah selesai, klik MB1 pada file, lalu pilih save picks. Pada kotak diaolog pick, dapat di-remove sebelum keluar.

Proses berikutnya adalah menambahkan flow “08.DECON”, kemudian pilih proses disk data input, band pass filter, surface consistent decon, dan disk data output . Pada Disk Data Input Klik MB2 sehingga akan muncul banyak option kemudian pada select data dimasukan datascamp yang sudah jadi sebelumnya, pada option select primary dijadikan FFID, kemudian bagian select secondary dijadikan CHAN, dan sort other dibuat *:*/ sedangkan pada bagian lain tidak ada perubahan

Pada bagian Bandpass Filter diklik MB2 kemudian akan muncul banyak option, pada bagian ini yang diubah bagian frekuensinya yaitu 5-10-90-120

Pada Surface Consistent Decon diklik MB2 kemudian akan muncul banyak option kembali, bagian yang diubah yaitu chose version dijadikan Disk Version (large dataset) dan untuk bagian apply a bandpass filter dijadikan yes kemudian diisi nilai frekuensi dengan 5-10-90-120. Untuk select time gate parameter diisi dengan hasil picking yang sudah kita lakukan dengan menggunakan datascamp yaitu berupa picking dengan nama “decon2”

Proses berikutnya adalah disk data output. Nama file keluaran diisi DATADECON. Parameter lainnya diisi sesuai ketentuan. Kemudian flow “decon” dieksekusi. Setelah perintah datanoise telah di execute, untuk mengecek data seismik hasil DECONVOLUSI digunakan perintah XX.VIEW. Pada langkah ini berisi perintah Disk Data Input dengan mengambil dataset DATADECON yang telah diexecute pada langkah sebelumnya.

(18)

Selanjutnya untuk melihat data seismik digunakan perintah Trace Display. Hasil dari proses execute dari proses DECONVOLUSI seperti tampilan di bawah ini.

Pembahasan hasil execute decon

Secara teori dekonvolusi merupakan proses membalikkan konvolusi. Dalam ilmu seismologi data seismik yang diperoleh dari hasil perekaman merupakan proses konvolusi dari wavelet dari koefisien refleksi (RC). Sehingga dekonvolusi berfungsi untuk meningkatkan resolusi vertikal (temporal) dan meminimalisir efek multiple. Dekonvolusi digunakan untuk mengatenuasi gelombang multiple, multitrace sensing dan memprediksi noise berupa gelombang multiple. Setelah dilakukan dekonvolusi grafik terihat lebih halus dan menerus, tampilan wavelet setelah proses dekonvolusi menjadi semakin jelas, resolusi secara vertikal ebih jelas dan gangguan atau noise terlihat menghilang. Grafik terlihat lebih jelas dibandingkan dengan grafik pada proses scamp.

VELAN DAN MAXPOWER

Pada flow Velan ini terdapat 2 subflow. Pada subflow pertama masukkan parameter 2D Supergather formation, Automatic Gain Control, Velocity Analisis Precompute, Disk Data Output. Pada subflow kedua masukkan parameter Disk data input dan Velocity analisis. Pada subflow pertama parameter 2D Supergather formation berfungsi untuk memudahkan pembentukan CDP supergathers masukan untuk Analisis Velocity atau untuk tujuan kualitas kontrol. Pada parameter ini praktikan menginput datadecon dan memasukkan CDP increment sebesar 50. Parameter selanjutnya adalah automatic gain control yang berfungsi

(19)

untuk menaikkan trace sample sebagai fungsi dari sample amplitude dalam waktu AGC window. Parameter lainnya adalah Velocity Analisis Precompute yang berfungsi untuk mempersiapkan data untuk input ke Velocity Analisis dengan menghitung nilai kemiripan, susunan jejak CDP untuk menciptakan supergathers, dan menciptakan susunan fungsi kecepatan (VFS) yang telah ditetapkan CDP, inline, dan crossline lokasi. Selanjutnya proses ini disimpan dalam file datavelan.

Pada subflow kedua ini praktikan memasukkan data input datavelan yang sudah di execute. Pada data input ini primary headernya adalah supergather bin number. Kemudian parameter selanjutnya adalah velocity analysis yang merupakan alat interaktif yang digunakan untuk menafsirkan susunan (atau NMO) kecepatan pada 2D dan 3D prestack seismik dataset. Kemudian muncul gambar seperti dibawah ini. Pada window velocity analysis praktikan mengepick kecepatan dimana pada semblance yang berwarna merah, pada amplitude yang besar dan pada waktu yang semakin lama yang semakin cepat kecepatannya. Sehingga koreksi NMO nya lurus.

Setelah semua CDP di pick maka bisa dilihat hasil pickingan pada flow XX.VELVIEW. pada xx.velview ini terdapat parameter velocity viewer/point editor yang berfungsi memeriksa sebuah besar kecepatan 2D, mengidentifikasi titik kontrol kecepatan, menganalisis interpolasi antara titik kontrol, dan mengedit titik kontrol. Alat ini juga memungkinkan menghaluskan besar kecepatan dan mengkonversi susun kecepatan untuk kecepatan interval.. Pada xx.velview ini bisa mengubah pickingan sebelumnya agar semakin smooth pickingannya.

(20)

Subflow pertama terdapat parameter disk data input untuk memasukkan data yang ingin diproses. Data yang dimasukkan adalah dataecon. Kemudian adalah bandpass filter yaitu filter untuk menentukkan frekuensi berapa saja yang akan masuk sebagai data. Kemudian automatic gain control untuk memperbesar amplitude. Normal moveout correction yang berfungsi untuk koreksi NMO dari variasi besar kecepatan. Kemudian disimpan kedalam disk data output pada file datamax. Setelah di execute maka langkah selanjutnya adalah pindah ke flow xx.stack.

Pada flow xx.stack masukkan datamax tadi. Flow xx.stack ini berfungsi untuk menyatukan setiap CDP. kemudian simpan kedalam file xx.stackdatamax. kemudian setelah di execute maka pindah ke flow xx.view.

Pada flow xx.view ini pilih data masukkannya berupa xx.stackdatamax yang sudah di execute tadi. Kemudian setelah muncul windownya maka langkah selanjutnya adalah membuat horizon. Pilih garis kemenerusan sebagai horizon. Kemudian berinama static dan save. Kemudian pindah lagi kedalam flow maxpower.

Subflow kedua pada maxpower terdapat parameter 2D/3D Max. Power Autostatics* yang berfungsi untuk menghitung sumber dan penerima statika residual dengan memaksimalkan kekuatan susunan CDP. Ini Versi menggunakan 1/3 memori dan dua kali lebih cepat dari sebelumnya, dengan korelasi noise dan korelasi rendah penolakan lipatan. Kemudian pada parameter ini masukkan picking horizon (static) dan execute.

Subflow ketiga terdapat parameter disk data input untuk memasukkan file yang ingin diproses yaitu datadecon. Kemudian bandpass filter berfungsi untuk menentukkan frekuensi

(21)

berapa saja yang akan masuk dan diolah. Pada hal ini memasukkan bandpass filter sebesar 5-10-90-120. Parameter selanjutnya apply residual statics yang berfungsi untuk memindahkan basis data sisa static yang masuk kedalam trace header. Kemudian normal moveout correction yang berfungsi untuk koreksi NMO dari variasi besar kecepatan. Dan langkah selanjutnya simpan proses ini pada parameter disk data output dan beri nama filenya berupa residualstatic.

ENHANCEMENT DAN MIGRASI

Pada dasarnya Proses Enhancement dan Migrasi merupakan tahapan proses Poststack, yaitu tahapan yang dilakukan setelah proses stacking.

ENHANCEMENT

• Enhancement merupakan salah satu penggunaan metode untuk mempertajam resolusi seismic baik secara vertical maupun resolusi secara horizontal,semakin tinggi resolusi seismic maka penampang seismic yang dihasilkan memiliki kenampakan yang lebih tajam terutama efek pada dua lapisan yang berdekatan. Dengan diperolehnya data seismik beresolusi tinggi, maka memungkinkan bagi kita untuk melakukan interpretasi lebih detail seperti menginterpretasi sekuen dari data seismik yang dapat berupa onlap, download, dan sebagainya serta membuat interpretasi struktur kita lebih mudah dan presisi.

• Tujuan : menonjolkan data seismic agar bisa sinyal seismic menjadi lebih jelas dan noise yang berada didalam sinyal seismic tersebut dapat dikurangi.

(22)

• Proses yang dilakukan pada tahapan Enhancement Antara lain :

Pada proses Enhancement ini terdapat 5 langkah utama,yaitu Input, F-X Decon, Dynamic S/N Filtering, BLEND, dan output.

a. Input

Disk Data Input merupakan proses yang digunakan untuk menginput data. Data yang diinput dalamproses ini adalah datamax yang telah dilakukan penguatan sinyal seismic dan telah di-stack.

b. Dynamic S/N Filtering

Dinamis S / N Penyaringan hanya berlaku pada amplitudo konvolusi penyaring untuk setiap trace berdasarkan sinyal untuk rasio kebisingan. Oleh karena itu, tidak seperti FX Decon, ada sedikit pencampuran atau smearing lateral data. Pada proses penyaringan digunakan tipe filter Bandpass filter. Band pass filter merupakan proses filter yang meloloskan sinyal pada range frekuensi diatas frekuensi batas bawah (fL) dan dibawah frekuesni batas atas (fH). Tipe Bandpass filter yang digunakan dalam proses ini adalah Ormsby bandpass . tipe bandpassini menggunaka empat sudut frequen-badan-(f1, f2, f3, f4) sehingga bentuknya berupa trapezium, dan karakterisasi fase pada tipe bandpass ini adalah nol.

c. FX Decon adalah alat yang dirancang untuk meredam noise acak (random) pada stack. Proses ini mengubah data dari waktu dan jarak ke frekuensi dan jarak. Setiap sampel dalam data ditransformasikan memiliki kedua komponen real dan imajiner. Kejadian dengan dip yang sama muncul sebagai sinusoid yang kompleks bersama sepotong frekuensi tertentu. Sehingga, sinyal dapat diprediksi. FX dekonvolusi menggunakan prediksi filter kompleks untuk memprediksi sinyal satu jejak ke depan, seluruh slice frekuensi. Selisih antara gelombang diprediksi dan gelombang yang sebenarnya dianggap kebisingan dan dihapus d. BLEND

BLEND adalah alat yang berguna untuk menghaluskan efek suatu proses dengan menambah atau mengurangi rasio yang dipilih input data ke data yang diolah. Pada tahapan Enhancement, proses BLEND yang dipakai adalah Coherent Noise Attenuation, digunakan untuk menghilngkan noise koheren.

e. Time Variant Scalling

Time variant scalling digunakan untuk menguatkan sinyal f. Ouput

Disk Data Output digunakan untuk membuat file keluaran dari proses yang telah dilakukan.

(23)

 Hasil :

MIGRATION

 Migrasi merupakan suatu step processing dalam pengolahan data seismik yang bertujuan untuk memetakan event – event seismik pada posisi yang sebenarnya (W.M Telford,sheriff dan Gefdar.1995) yang berarti memindahkan titik refleksi dari titik perekaman ke titik reflector sesungguhnya. Kesalahan posisi ini di akibatkan oleh adanya smearing effect yang di hasilkan dari reflector miring atau difraksi sesar dan struktur geologi lainnya seperti antiklin dan siklin.

 Tujuan dari migrasi ini adalah untuk membuat penampang stack sehingga terlihat seperti keadaan struktur geologinya dalam domain kedalaman di sepanjang lintasan seismik.

 Proses dalam tahapan migrasi

Pada tahap Migrasi ini, terdapat 4 proses utama,yaitu Input, Automatic Gain Control, Memory Stolt F-K Migration, Output.

a. Input

Proses input dilakukan melalui Disk Data Input. Data yang diinput adalah data yang telah distack, diresidual , dan dienhancement.

b. Automatic Gain Control adalah proses untuk menaikkan frekuensi sinyal. Ketika gelombang yang berada didekat sumber, maka semua frekuensinya ada.

(24)

Sedangkan untuk gelombang yang berada jauh dari sumber, maka yang ada hanya frekuensi rendahnya saja. Untuk itu perludilakukan Gain pada frekuensinya.

c. Memory Stolt F-K Migration merupakan proses dimana tabel hasil picking analisis kecepatan dimasukkan.

d. Output

Disk Data Output digunakan untuk membuat file keluaran dari proses yang telah dilakukan.

 Hasil Migrasi :

PEMBAHASAN Hasil residual statik

(25)

Hasil setelah dilakukan Enhancement

(26)

Dari gambar di atas dapat kita peroleh beberapa perbedaan dari hasil residual static dengan hasil setelah diproses enhancement. Penampang seismik setelah diproses enhancement akan terlihat jelas dibanding sebelum. Hal ini jelas mengindikasikan bahwa proses enhancement sangat efektif untuk menaikkan resolusi data, memperjelas data, dan bahkan mereduksi sinyal yang tidak diperlukan (noise).

Setelah proses Enhancement adalah proses Migrasi. Pada proses migrasi ini data akan data akan dikoreksi untuk memindahkan posisi reflektor yang terlihat pada rekaman data seismik menjadi posisi yang sebenarnya sesuai dengan posisi dibawah permukaan.

Gambar

Gambar 1-Ilustrasi mengenai pergerakan gelombang seismik refleksi dibawah permukaan bumi.
Gambar 2-Diagram alir mengenai langkah-langkah dalam memproses data seismik refleksi.
Gambar di atas merupakan hasil dari proses denoising. Pada gambar tersebut ground roll sudah   mulai   berkurang   walaupun   masih   ada   beberapa   ground   roll   yang   tersisa
Gambar   diatas   adalah   gambar   penampang   seismik   yang   telah   mengalami   reduce   noise, ditandai   oleh   hilangnya   noise   pada   bagian   atas   event   seismik   dan   pada   ground   roll.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran dengan media Hutan Kota Sungailiat efektif untuk meningkatkan keterampilan menulis teks eksposisi pada siswa kelas VIII D di

Penerapan model pembelajaran think pair share dapat lebih efektif dengan memanfaatkan media pembelajaran. Media pembelajaran dapat mempermudah penyampaian materi, merangsang

Begitu pula dengan perusahaan yang menjadi objek penulisan skripsi ini yaitu PT Capella Patria Utama Cabang Palembang, dapat diketahui bahwa perusahaan ini merupakan salah satu

KI 4 4 Melaksanakan Melaksanakan tugas sp tugas spesifik, esifik, dengan dengan menggunakan menggunakan alat, alat, informasi, informasi, dan dan prosedur

Menimbang, bahwa atas jawaban Termohon tersebut Pemohon menyampaikan replik secara lisan yang pada pokoknya tetap pada permohonan Pemohon, karena Termohon cemburu

Langkah-langkah untuk menemukan kembali arsip yang telah disimpan adalah sebagai berikut (1) t eliti arsip yang diminta atau yang akan dicari dan ditemukan kodenya; (2) isi

Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka Peraturan Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 33 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Lembaga zakat yang muncul akhir-akhir ini memang merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi para muzakki. Hal ini dikarenakan para muzakki dapat menyalurkan zakatnya