• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

7 2.1 Kode Etik

2.1.1 Pengertian Etika

Pengertian etika, dalam bahasa latin “ethica”, yang berarti falsafah moral. Etika merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang budaya, susila, serta agama (Martandi dan Suranta, 2006).

Sedangkan menurut Bertens (2004) etika adalah kumpulan asas atau nilai moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sehingga dapat diartikan bahwa etika merupakan:

 Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

 Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

 Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

2.1.2 Pengertian Kode Etik

Kode etik professional disusun sebagai hasil dari hubungan yang khusus antara anggota profesi dan klien mereka. Praktisi profesional tidak menjauhi orang-orang yang mereka layani. Prinsip bisnis “hati-hatilah kepada pembeli” tidak berlaku ketika para profesional memberi jasa kepada orang awam. Klien harus memercayai para profesional berdasarkan perilaku yang etis. Kepercayaan

(2)

ini akan meningkat bila para professional diminta untuk bersumpah melayani publik dengan jujur, rajin dan untuk bertindak berdasarkan aturan ketat dan perilaku yang etis. Kepercayaan juga akan meningkat jika organisasi yang membutuhkan jasa profesional yakin bahwa para profesional yang melanggar kode etik mereka akan dikenakan sanksi oleh rekannya. Jadi, pada setiap profesi apapun, kode etik yang ditetapkan oleh lembaga professional akan menambah nilai bagi profesi tersebut (Sawyer, 2005).

Dan dalam kode etik Ikatan Akuntan Indonesia, kode etik professional didefinisikan sebagai berikut:

“Pedoman bagi para anggota Ikatan Akuntan Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif”.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Kode Etik Profesional adalah pernyataan-pernyataan yang berorientasi pada pedoman yang digunakan sebagai haluan perilaku dalam melaksanakan tanggung jawab profesionalnya.

2.1.3 Tujuan dan Penetapan Kode Etik

Kode etik dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku individu agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh seseorang dari anggota profesi tertentu dapat menyebabkan berkurangnya rasa kepercayaan masyarakat terhadap suatu profesi secara keseluruhan.

Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal adalah kesediaan menerima tanggung jawab terhadap kepentingan pihak-pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab ini secara efektif, auditor internal perlu

(3)

memelihara standar perilaku yang tinggi. Oleh karenanya, Konsorsium Organisasi Profesi Auditor Internal dengan ini menetapkan Kode Etik bagi para auditor internal (Tugiman, 2008).

Kode etik ini memuat standar perilaku sebagai pedoman bagi seluruh auditor internal. Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dasar dalam menjalankan praktik audit internal. Para auditor internal wajib menjalankan tanggung jawab profesinya dengan bijaksana, penuh martabat, dan kehormatan. Dalam menerapkan kode etik ini auditor internal harus memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pelanggaran terhadap standar perilaku yang ditetapkan dalam kode etik ini dapat mengakibatkan dicabutnya keanggotaan auditor internal dari organisasi profesinya (Tugiman, 2008).

Semua auditor internal dibatasi oleh kode etik, dan pelanggaran atasnya akan dikenakan sanksi pencabutan keanggotaan dan gelar CIA. Kode etik berperan penting bagi auditor internal, karena merupakan pernyataan alasan utama adanya profesi auditor internal. Manajemen harus yakin bisa memercayai auditor internalnya secara implisit. Manajemen mesti merasa aman bahwa jika auditor internal melaporkan sesuatu, maka pastilah sesuatu yang benar, absah, dan objektif. Benar-benar dilakukan tanpa bias (Sawyer, 2005).

2.1.4 Pentingnya Kode Etik Profesi

Setiap profesi yang memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral yang mengatur tentang perilaku professional (Agoes, 2004). Kode etik penting dan

(4)

tepat untuk profesi audit internal, berisi assurance yang objektif tentang risiko, kontrol, dan tata kelola. Kode etik IIA telah melebihi definisi audit internal dengan menyertakan dua komponen penting:

1. Prinsip-prinsip yang relevan dengan profesi dan praktik audit internal. 2. Aturan perilaku (Rules of Conduct), yang menggambarkan norma perilaku

yang diharapkan dari auditor internal. Aturan-aturan ini merupakan bantuan untuk menginterpretasikan prinsip-prinsip menjadi aplikasi praktis dan ditujukan untuk mengarahkan perilaku etis dari auditor internal.

Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lainnya, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya (Murtanto dan Marini, 2003). Kode etik harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat dan merupakan alat kepercayaan bagi masyarakat luas. Dengan demikian dapat disimpulkan setiap professional wajib mentaati etika profesinya terkait dengan pelayanan yang diberikan apabila menyangkut kepentingan masyarakat luas.

Adapun beberapa alasan mengapa kode etik profesi perlu dibuat, beberapa alsan tersebut adalah (Ludigdo, 2007):

 Kode etik merupakan suatu cara untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga individu-individu dapat berperilaku secara etis.

 Kontrol etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu mengarahkan perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam setiap keputusan bisnisnya.

(5)

 Perusahaan memerlukan kode etik untuk menentukan status bisnis sebagai sebuah profesi, dimana kode etik merupakan salah satu penandanya.

 Kode etik dapat juga dipandang sebagai upaya menginstitusionalisasikan moral dan nilai-nilai pendiri perusahaan, sehingga kode etik tersebut menjadi bagian dari budaya perusahaan dan membantu sosialisasi individu baru dalam memasuki budaya tersebut.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kode etik profesional penting karena memberikan informasi yang secara eksplisit mengatur suatu kriteria umum untuk suatu profesi, memberi pengetahuan kepada seseorang tentang apa yang diharapkan profesinya, dan merupakan pernyataan umum prinsip-prinsip sehingga kode etik profesional sangat mempengaruhi reputasi suatu profesi dan kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut.

2.1.5 Prinsip-prinsip dan Aturan Kode Etik Auditor Internal

Sawyer (2005) menjelaskan prinsip-prinsip dan aturan etika sebagai berikut:

1. Kompetensi

Auditor internal menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang dibutuhkan dalam kinerja audit internal. Auditor internal harus secara terus menerus meningkatkan keahlian dan efetivitas serta kualitas jasa mereka.

(6)

2. Integritas

Integritas auditor internal membentuk kepercayaan sehingga memberi dasar untuk mengandalkan penilaian mereka.

3. Objektivitas

Auditor internal menunjukan objektivitas profesional tertinggi dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi tentang aktivitas atau proses yang sedang diuji. Auditor internal membuat penilaian yang seimbang atas semua kondisi yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan mereka atau pihak lain dalam membuat penilaian.

4. Kerahasiaan

Auditor internal menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang mereka terima dan tidak mengungkapkan informasi tanpa wewenang yang tepat kecuali ada kewajiban hukum atau profesional untuk melakukannya. 5. Independensi

Auditor internal harus memiliki sikap tidak memihak agar dapat bersifat objektif selama menjalankan tugasnya.

6. Kehati-hatian

Auditor internal harus bersikap hati-hati dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam rangkaian tugas mereka. Untuk itu, auditor internal perlu memahami secara seksama kondisi pengendalian manajemen atau pengawasan yang melekat dari instansi yang akan diaudit.

(7)

Selain itu menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004), standar perilaku yang harus dimiliki oleh auditor internal adalah:

1. Auditor internal harus menunjukkan kejujuran, objektivitas, dan kesungguhan dalam melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya.

2. Auditor internal harus menunjukkan loyalitas terhadap organisasinya atau terhadap pihak yang dilayani. Namun demikian, auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menyimpang atau melanggar hukum.

3. Auditor internal tidak boleh secara sadar terlibat dalam tindakan atau kegiatan yang dapat mendiskreditkan profesi audit internal atau mendiskreditkan organisasinya.

4. Auditor internal harus menahan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan konflik dengan kepentingan organisasinya, atau kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan prasangka, yang meragukan kemampuannya untuk dapat melaksanakan tugas dan memenuhi tanggung jawab profesinya secara objektif.

5. Auditor internal tidak boleh menerima imbalan dalam bentuk apapun dari karyawan, klien, pelanggan, pemasok, ataupun mitra bisnis organisasinya, sehingga dapat mempengaruhi pertimbangan profesionalnya.

6. Auditor internal hanya melakukan jasa-jasa yang dapat diselesaikan dengan menggunakan kompetensi profesional yang dimilikinya.

(8)

7. Auditor internal harus mengusahakan berbagai upaya agar senantiasa memenuhi Standar Profesi Audit Internal.

8. Auditor internal harus bersikap hati-hati dan bijaksana dalam menggunakan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugasnya. Auditor internal tidak boleh menggunakan informasi rahasia (i) untuk mendapatkan keuntungan pribadi, (ii) secara melanggar hukum, atau (iii) yang dapat menimbulkan kerugian terhadap organisasinya.

9. Dalam melaporkan hasil pekerjaannya, auditor internal harus mengungkapkan semua fakta penting yang diketahuinya, yaitu fakta-fakta yang jika tidak diungkap dapat (i) mendistorsi kinerja kegiatan yang direview, atau (ii) menutupi adanya praktik-praktik yang melanggar hukum.

10. Auditor internal harus senantiasa meningkatkan keahlian serta efektivitas dan kualitas pelaksanaan tugtasnya. Auditor internal wajib mengikuti pendidikan profesional berkelanjutan.

2.1.6 Kode Etik Auditor Internal Indonesia

Kode etik profesional berkembang karena adanya hubungan khusus yang sangat erat antara para praktisi profesional dan kliennya. Prinsip bisnis yang mengatakan bahwa tanggung jawab atas kualitas barang yang dibeli ada di tangan konsumen, tidak berlaku saat profesional menjual jasanya kepada masyarakat. Klien harus memiliki kepercayaan bahwa profesional bertindak secara etis. Kepercayaan klien akan meningkat jika profesional diharuskan untuk bersumpah

(9)

dalam melayani masyarakat secara jujur dan bertanggung jawab, serta diatur oleh kode etik profesi yang sangat ketat. Kepercayaan akan semakin besar jika pemakai jasa profesional dapat dipercaya bahwa profesional yang melanggar kode etik akan mendapatkan sanksi-sanksi dari rekan seprofesinya atau bahkan dicabut haknya sebagi internal auditor.

Kode etik The Institute of Internal Auditors (IIA) adalah pedoman bertingkah laku yang dikeluarkan oleh organisasi profesi internal audit internasional, dalam hal ini adalah IIA. Kode etik tersebut tidak dapat diberlakukan bagi setiap orang, bahkan tidak pula ditujukan bagi semua pemeriksa internal. Kode etik tersebut disusun secara khusus sebagai pedoman bagi anggota IIA. Ketentuan-ketentuan dalam kode etik ini meliputi prinsip-prinsip dasar yang ada dalam berbagai bidang praktik audit internal. Para anggota PAII adalah mereka yang bertugas sebagai auditor internal dan atau mereka yang berkualifikasi Qualified Internal Auditor (QIA) harus menyadari bahwa pertimbangan-pertimbangan pribadi diperlukan dalam penerapan prinsip-prinsip ini. Para anggota bertanggung jawab untuk mempunyai perilaku yang baik sehingga nama baik dan integritas tidak dipertanyakan. Dalam hal adanya kemampuan teknis, anggota harus berusaha sekerasnya untuk dapat mengembangkan kemampuannya dalam menerapkan standar audit internal untuk kepentingan perusahaan, organisasi, dan masyarakat.

(10)

2.2 Profesionalisme

2.2.1 Pengertian Profesionalisme

Menurut pengertian umum, seseorang dikatakan profesional jika memenuhi tiga kriteria, yaitu mempunyai keahlian untuk melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, melaksanakan suatu tugas atau profesi dengan menetapkan standard baku di bidang profesi yang bersangkutan dan menjalankan tugas profesinya dengan mematuhi Etika Profesi yang telah ditetapkan. Profesi dan profesionalisme dapat dibedakan secara konseptual. Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme adalah suatu atribut individual yang penting tanpa melihat suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak (Herawati dan Susanto, 2009). Sedangkan menurut Arens, Elder dan Beasley (2006), pengertian profesionalisme yaitu:

“Professional means a responsibility for conduct that extends beyond satisfying individual responsibilities and beyond the requirements of our societ’s laws and regulations”.

Maksud dari pengertian tersebut adalah bahwa profesionalisme merupakan tanggung jawab berperilaku yang lebih dari sekedar tanggung jawab yang dibebankan padanya dan lebih sekedar memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat. Sebagai seorang professional, auditor internal mengakui tanggung jawab terhadap klien dan rekan seprofesi termasuk untuk berperilaku, sekalipun ini berarti pengorbanan pribadi. Seseorang auditor dapat dikatakan professional apabila telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah

(11)

ditetapkan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), antara lain (Wahyudi dan Aida, 2006):

1. Prinsip-prinsip yang telah ditetapkan IAI yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminologi filosofi. 2. Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan

sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan.

3. Interpretasi perarturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus memahaminya.

4. Ketetapan etika seperti seperti seorang akuntan public wajib untuk tetap harus memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya.

2.2.2 Internal Auditor yang Profesional

Internal audit adalah suatu profesi yang membutuhkan profesionalisme dalam menjalankan tugasnya. Setiap anggota internal auditor harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhkan tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Auditor yang professional memiliki pengetahuan dan kemahiran professional yang diperoleh baik melalui pendidikan maupun melalui pengalaman dalam bidang operasional dan senantiasa bekerja berdasarkan suatu sikap mental dan kode etik yang telah ditetapkan. Untuk mengetahui apakah seorang auditor internal telah profesional dalam melaksanakan tugasnya, maka perlu adanya evaluasi kerja. Evaluasi kerja auditor internal dapat dilakukan

(12)

dengan melihat sudah terpenuhikah kriteria-kriteria profesionalisme auditor internal.

Kriteria profesionalisme auditor internal menurut Sawyer (2005), Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Internal Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah (FKSPI BUMN/BUMD), dan Yayasan Pendidikan Internal Audior (YPIA), dan Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA) yaitu:

1. Pelayanan kepada publik (Service to the public)

Auditor internal memberikan jasa untuk meningkatkan penggunaan sumber daya secara efisien dan efektif. Kode etik profesi ini mensyaratkan anggota IIA menghindari terlibat dalam kegiatan ilegal. Auditor ini juga melayani publik melalui hubungan kerja mereka dengan komite audit, dewan direksi, dan badan pengelolaan lainnya.

2. Pelayanan khusus berjangka panjang (Long Specialized Training)

Auditor internal yang professional yaitu orang-orang yang menunjukan keahlian, lulus tes, dan mendapat sertifikat. Dapat disimpulkan bahwa auditor internal yang professional harus mengikuti pelatihan profesi dalam jangka panjang agar dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan yang dibutuhkan dan selalu up to date terhadap perkembangan audit internal untuk mengarah semakin meningkatnya perekonomian di era globalisasi ini serta untuk melaksanakan tanggung jawabnya sebagai seorang auditor internal yang kompeten.

(13)

3. Taat pada kode etik (Subscription to a Code of Ethic)

Anggota IIA harus menaati kode etik IIA. Sebagai suatu profesi, ciri utama auditor internal adalah kesediaan menerima tanggung jawab terhadap kepentingan pihak-pihak yang dilayani. Agar dapat mengemban tanggung jawab yang efektif, auditor internal perlu memelihara standar perilaku yang tinggi.

Kode etik bagi para auditor internal memuat standar perilaku sebagai pedoman tingkah laku yang dikehendaki dari anggota profesi secara individual. Standar perilaku tersebut membentuk prinsip-prinsip dalam menjalankan praktik audit internal. Para auditor internal wajib menjalankan tanggung jawab profesinya dengan bijaksana, penuh martabat dan kehormatan.

4. Menjadi anggota asosiasi dan menghadiri pertemuan-pertemuan (Membership in an association and attendance at meeting)

The Institute of Internal Auditors (IIA) merupakan sebuah asosiasi profesi auditor internal tingkat internasional yang sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. IIA merupakan wadah bagi para auditor internal yang mengembangkan bidang ilmu audit internal para anggotanya mampu bertanggung jawab dan kompeten dalam menjalankan tugasnya, menjunjung tinggi standar, pedoman praktik auditor internal dan etika supaya anggotanya professional dalam bidangnya.

Di Indonesia telah terdapat beberapa organisasi profesi seperti yang dikutip oleh Tugiman (2004) yaitu: “Auditor internal di Indonesia telah

(14)

terdapat berbagai nama dan sebutan organisasinya yang muncul sekitar dua-tiga dasawarsa yang lalu, antara lain: (1) The Institute of Internal Auditors (IIA) Indonesia Chapter, (2) Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Internal Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah (FKSPI BUMN/BUMD), (3) Yayasan Pendidikan Internal Audior (YPIA), (4) Dewan Sertifikasi Qualified Internal Auditor (DS-QIA), (5) Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII)”.

5. Jurnal publikasi yang bertujuan untuk meningkatkan keahlian praktik (Publication of journal aimed at upgrading practice)

Ikatan Auditor Internal - Institute of Internal Auditors (IIA) mempublikasikan jurnal teknis, yang bernama Internal Auditor, serta buku teknis, jurnal penelitian, penyajian secara audiovisual, dan bahan-bahan instruksional lainnya. Kontribusi pengisian jurnal publikasi adalah dengan menyerahkan kepada praktisi akademisi, serta para ahli lainnya. Di Indonesia, majalah Satuan Pengawasan Internal (SPI) pertama kali terbit pada tahun 1988 dan majalah Auditor Internal (YPIA, DS-QIA, IIA-Indonesia Chapter, FKSPI BUMN/BUMD, dan PAII) terbit pertama kali pada tahun 2002.

6. Menguji para pengetahuan para kandidat auditor bersertifikat (Examination to test entrans knowledge)

IIA memulai program sertifikasi di tahun 1974. Kandidat harus lulus pada ujian yang diselenggarakan selama dua hari berturut-turut dengan subjek yang mempunyai range yang luas. Kandidat yang lulus berhak

(15)

mendapatkan gelar Certified Internal Auditor (CIA). Materi ujian sertifikasi audit internal dari IIA terbagi atas empat level, yaitu:

a. Part I, Internal Audit Process (Proses Internal Audit)

Materi pendidikan dan ujiannya yaitu tentang profesionalisme, standar, dan kode etik audit internal, dasar auditing, internal auditing, internal audit (Control System) dan teknik audit internal, manajemen audit, fraud auditing.

b. Part II, Internal Auditing Skills (Keterampilan Audit Internal)

Materi pendidikan dan ujiannya yaitu tentang pemecahan masalah dan evaluasi bukti audit, audit sampling, dokumentasi, teknik laporan, komunikasi dan psikologi audit, manajemen audit internal, matematika.

c. Part III, Management Control Information Technology (Manajemen Kontrol dan Teknologi)

Materi pendidikan dan ujiannya yaitu tentang sistem informasi manajemen, audit sistem informasi, akuntansi manajemen, manajemen stratejik.

d. Part IV, The Audit Environment (Lingkungan Audit)

Materi pendidikan dan ujiannya yaitu tentang akuntansi keuangan, kebijakan pemerintah, perpajakan, pasar modal, manajemen pemasaran, ekonomi makro dan mikro, kebijakan pengawasan pemerintah.

(16)

7. Lisensi oleh negara atau sertifikasi oleh dewan (License by the state or certification by a board)

Profesi auditor internal tidak dibatasi oleh izin. Siapapun yang dapat meyakinkan pemberi kerja mengenai kemampuannya di bidang audit internal bisa direkrut, dan di beberapa organisasi tidak adanya sertifikasi tidak terlalu menjadi masalah. Siapapun yang bekerja sebagai audit internal dapat menandatangani laporan audit internal dan menyerahkan opini audit internal. Beberapa organisasi audit internal mengharuskan semua anggota memiliki sertifikat atau bekerja untuk memperoleh sertifikat. Dalam setiap pengawasan, auditor internal haruslah melaksanakan tugasnya dengan memperhatikan keahlian dan kecermatan professional. Salah satu upaya untuk meningkatkan kompetensinya yaitu dengan pengembangan profesi yang berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004) menyatakan bahwa: “Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya melalui pengembangan professional yang berkelanjutan”.

2.2.3 Standar Profesi Audit Internal (Standard for Professional Practice) Dewasa ini peran auditor internal semakin diandalkan dalam mengembangkan dan menjaga efektivitas system pengendalian internal, pengelolaan risiko, dan corporate governance. Agar dapat mengembangkan kepercayaan yang semakin besar dan menjalankan peran dengan baik, auditor

(17)

internal memerlukan Standar Profesi Audit Internal. Standar Profesi Audit Internal menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004) terdiri dari:

A. Standar Atribut

1. Tujuan, Kewenangan, dan Tanggungjawab

Tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan dari pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.

2. Independensi dan Objektivitas

Fungsi audit internal harus independen, dan auditor internal harus objektif dalam melaksanakan pekerjaannya.

a. Independensi Organisasi

Fungsi audit internal harus ditempatkan pada posisi yang memungkinkan, fungsi tersebut memenuhi tanggung jawabnya. Independensi akan meningkat jika fungsi audit internal memiliki akses komunikasi yang memadai terhadap Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi.

b. Objektivitas Auditor Internal

Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak memihak dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan kepentingan (conflict of interest).

(18)

Jika prinsip independensi dan objektivitas ridak dapat dicapai baik secara fakta maupun dalam kesan, hal ini harus diungkapkan kepada pihak yang berwewenang.

3. Keahlian dan Kecermatan Profesional

Penugasan harus dilaksanakan dengan memperjatikan keahlian dan kecermatan professional.

a. Keahlian

Auditor internal harus memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab perorangan.

b. Kecermatan Profesional

Auditor internal harus menerapkan kecermatan dan keterampilan yang layaknya dilakukan oleh seorang auditor internal yang pruden dan kompeten.

c. Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan (PPL)

Auditor internal harus meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kompetensinya melalui Pengembangan Profesional yang Berkelanjutan.

4. Program Jaminan dan Peningkatan Kualitas Fungsi Audit Internal Program ini harus dirancang untuk membantu fungsi audit internal dalam menambah nilai dan meningkatkan operasi perusahaan serta memberikan jaminan bahwa fungsi audit internal telah sesuai dengan Standar dan Kode Etik Audit Internal.

(19)

B. Standar Kinerja

1. Pengelolaan Fungsi Audit Internal

Penanggung jawab fungsi audit internal harus mengelola fungsi audit internal seara efektif dan efisien untuk memastikan bahwa kegiatan fungsi tersebut memberikan nilai tambah bagi organisasi.

2. Lingkup Penugasan

Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.

a. Pengelolaan risiko

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko dan system pengendalian intern.

b. Pengendalian

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendaian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan.

(20)

c. Proses Governance

Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan proses governance.

3. Perencanaan Penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup, sasaran, waktu dan alokasi sumber daya.

4. Pelaksanaan Penugasan

Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan penugasan.

5. Komunikasi Hasil Penugasan

Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasannya secara tepat waktu.

6. Pemantauan Tindak Lanjut

Penanggung jawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah dikomunikasikan kepada manajemen.

7. Resolusi Penerimaan Risiko oleh Manajemen

Apabila manajemen senior telah memutuskan untuk menanggung risiko residual yang sebenarnya tidak tepat diterima oleh organisasi, penanggung jawab fungsi audit internal harus mendiskusikan masalah ini dengan manajemen senior.

(21)

C. Standar Implementasi

Hanya berlaku untuk satu penugasan tertentu. Standar implementasi yang akan diterbitkan di masa mendatang adalah standar implementasi untuk kegiatan Assurance (A), standar implementsi untuk kegiatan Consulting (C), standar implementasi kegiatan implementasi (I), dan standar implementasi Control Self Assesment (CSA).

2.3 Audit Internal

2.3.1 Pengertian Audit Internal

The Institute of Internal Auditors (IIA), mendefinisikan audit internal yang dikutip oleh Elder, Beasley and Arens (2010) sebagai berikut:

“Internal Auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operation. It helps an organization to accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes”.

Definisi audit internal yang dikemukakan oleh IIA di atas mengandung arti bahwa auditor ditantang untuk berbuat lebih banyak lagi dengan biaya yang semurah-murahnya dan lebih menampakkan nilai tambah organisasi itu sendiri.

Sedangkan menurut Tugiman (2006,a), internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

(22)

Kemudian menurut Agoes (2004), internal audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dari ketentuan dari profesi yang berlaku.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa audit internal tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal, tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan tanggung jawab. Definisi tersebut juga memadukan persyaratan-persyaratan signifikan yang ada di standar dan menangkap lingkup yang luas dari auditor internal modern yang lebih menekankan pada penambahan nilai dan semua yang berkaitan dengan risiko, tata kelola dan kontrol.

2.3.2 Tujuan Audit Internal

Menurut Tugiman (2006,a) tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu, pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.

Menurut Agoes (2004), tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran

(23)

dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut:

a. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

b. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.

d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.

e. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen.

f. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

2.3.3 Ruang Lingkup Audit Internal

Menurut Guy (2002), ruang lingkup audit internal meliputi:

a. Menelaah reliabilitas dan integritas informasi keuangan dan operasi, serta perangkat yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, serta melaporkan informasi itu.

(24)

b. Menelaah sistem yang ditetapkan untuk memastikan ketaatan terhadap kebijakan, perencanaan, prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap operasi dan laporan serta menentukan apakah organisai telah mematuhinya.

c. Menelaah perangkat perlindungan aset dan secara tepat memverifikasi keberadaan aset tersebut.

d. Menilai keekonomisan dan efisiensi sumber daya yang dipergunakan. e. Menelaah informasi atau program untuk memastikan apakah hasilnya

konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, serta apakah operasi atau program itu telah dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

Ruang lingkup penugasan fungsi audit internal yang terdapat dalam Standar Profesi Audit Internal yang dikeluarkan oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004) yaitu:

“Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh”.

Maksud dari pernyataan tersebut ialah audit internal membentuk organisasi dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan memberikan kontribusi tehadap peningkatan pengelolaan risiko dan sistem pengendalian intern. Berdasarkan hasil penelitian risiko tersebut, fungsi audit internal mengevaluasi kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal yang mencakup governance, kegiatan operasi dan sistem informasi organisasi.

(25)

2.3.4 Profesi Audit Internal

Dari teori-teori dan konsep-konsep audit yang telah diungkapkan sebelumnya, memberikan bukti bahwa keberadaan atau alasan diadakan audit dalam organisasi adalah bahwa audit ditujukan untuk memperbaiki kinerja. Kegiatan audit internal menguji dan menilai efektivitas dan kecukupan sistem pengendalian internal yang ada dalam organisasi. Tanpa fungsi audit internal, dewan direksi dan atau pimpinan unit tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja organisasi. Pertimbangan yang mendasari definisi terbaru tersebut, diungkapkan oleh Tugiman (2006,b) adalah sebagai berikut:

1. Gambaran tentang profesi audit internal secara lebih baik akan diperoleh dari seberapa baik jasa/pelayanan yang diberikannya, bila dibandingkan dengan siapa yang melaksanakannya atau apa saja yang dapat diberikan. 2. Agar tetap bertahan, profesi audit internal harus dapat dianggap sebagai

pemberi nilai tambah bagi organisasi.

3. Auditor internal perlu mengadopsi semua sudut pandang dari seluruh rantai nilai (value chain).

4. Struktur konseptual audit internal harus dapat menjangkau hal-hal diluar berbagai proses yang dilakukannya, untuk mencerminkan auditor internal sebagai pendorong terjadinya jasa organisasional.

5. Standar dan pedoman profesi yang lainnya harus tidak sekedar menjadi pedoman bagi anggota profesi, namun juga harus dapat mensimbolisasikan kualitas/keahlian khas auditor internal kepada pasar.

(26)

2.3.5 Peranan Audit Internal

Saat ini fungsi internal audit sangatlah penting dalam partisipasinya memajukan perusahaan. Fungsi sebagai pengawasan akan menjadikan perusahaan memiliki daya saing. Tidak hanya terbatas sebagai pengawas belaka. Keberadaan Internal Audit bahkan bisa menghindari fraud karena berbagai sebab. Hal ini tentu berimplikasi positif terhadap positioning perusahaan dalam kancah persaingan di era global seperti sekarang. Begitu strategisnya peran dan kedudukan Internal Audit dari kacamata perusahaan, Beberapa hal yang harus dimiliki Internal Audit adalah assurance, kompetensi, standarisasi dan kode etik. Disamping itu, Internal Audit juga mempunyai peran strategis terutama terhadap fungsi utamanya, yakni bertanggung jawab dan memastikan efektifitas mitigasi risiko, pengendalian internal dan proses tata kelola perusahaan (corporate governance process). Internal Audit tidak lagi hanya berfungsi sebagai pengawas saja, namun lebih kepada mengidentifikasi risiko dan kontrol di setiap proses bisnis, dan memberikan rekomendasi atau solusi berdasarkan observasinya (risks based audit).

Dapat dikatakan arah internal auditor saat ini bukan lagi sebagai watchdog tetapi sebagai konsultan yang dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi perusahaan. Dengan demikian peranan internal auditor sangat diperlukan guna mencapai tujuan perusahaan meraih keuntungan. Dengan melakukan peranannya dalam mendorong pelaksanaan manajemen resiko, pengawasan, dan proses tata kelola yang baik (GCG). Peran utama internal audit dalam perusahaan adalah sebagai mata dan telinga top manajemen dalam meyakini seluruh

(27)

pengendalian internal telah dilakukan untuk menunjang kebenaran analisis dan pelaporan keuangan, demikian juga meyakinkan adanya kerangka berpikir atas pengendalian internal, pengendalian internal telah terstandarisasi di seluruh perusahaan, serta melaksanakan pelatihan dan kepedulian atas kebijakan dan prosedur yang mengikutinya.

Lebih lanjut peranan internal audit juga dapat dilihat dari fungsi insight, oversight dan forsight. Fungsi insight adalah pelaksanaan pengawasan operasional ke dalam organisasi, yaitu auditor internal mengawasi pelaksanaan efisiensi, efektivitas dan ekonomis organisasi perusahaan. Fungsi oversight adalah fungsi pengawasan atas keseluruhan proses kegiatan organisasi, termasuk kekuatan dan kelemahan. Sedangkan forsight diartikan auditor internal harus mempunyai pandangan ke depan, memberikan prediksi sekaligus langkah antisipasi bagi kemajuan organisasi.

2.4 Auditor Internal

2.4.1 Pengertian Auditor Internal

Mulyadi (2002), mengemukakan bahwa:

“Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan milik negara maupun swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Umumnya pemakai jasa auditor intern adalah Dewan Komisaris atau Direktur Utama perusahaan”.

(28)

Selain itu, menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal yang telah menetapkan Standar Profesi Auditor Internal (2004), yang menyatakan bahwa:

“Audit internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan risiko, pengendalian, dan proses governance”.

Dengan demikian audit internal adalah proses yang dipengaruhi oleh semua anggota organisasi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi keuangan, kualitas laporan keuangan dan dipatuhimya hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4.2 Fungsi Auditor Internal

Pengertian fungsi auditor internal menurut Sawyer (2005) yaitu:

“The internal audit activity should evaluate and contribute to the improvement of risk management, control, and governance process using a systematic an disciplined approach”.

Dengan demikian fungsi auditor internal adalah melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan governance, dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur dan menyeluruh.

Untuk dapat melaksanakan audit internal yang yang memadai, para auditor internal sebaiknya berpedoman kepada norma-norma praktik profesional audit

(29)

internal. Adapun norma praktik profesional audit internal menurut Tugiman (2006,b), adalah sebagai berikut:

1. Independensi

Audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang diauditnya. 2. Kemampuan professional

Audit internal harus mencerminkan keahlian dan ketelitian profesional. 3. Lingkup Pekerjaan

Lingkup pekerjaan auditor internal harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.

4. Pelaksanaan Kegiatan Audit

Kegiatan audit harus meliputi perencanaan audit, pengujian, serta pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindaklanjuti (follow up).

5. Manajemen bagian Audit Internal

Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat. 2.4.3 Kualifikasi Auditor Internal

Seorang auditor internal harus memiliki kualifikasi sebagai berikut: 1. Independensi Auditor Internal

Suatu kemandirian yang dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka, yang sangat diperlukan atau penting bagi pemeriksaan sebagaimana mestinya.

(30)

2. Kompetensi Auditor Internal

Karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar yang memiliki hubungan kasual atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior di tempat kerja atau pada situasi tertentu.

2.5 Pengaruh Penerapan Kode Etik Profesi terhadap Profesionalisme Auditor Internal

Sawyer (2005) mengemukakan bahwa:

“Kode etik berperan penting bagi auditor internal karena merupakan pernyataan alasan utama adanya profesi audit internal. Manajemen harus yakni bisa memercayai auditor internalnya secara implisit. Kepercayaan juga akan meningkat jika manajemen yang membutuhkan jasa professional auditor internal yakin bahwa auditor internal yang melanggar kode etik, mereka akan dikenakan sanksi”.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka terdapat hubungan antara kode etik dengan profesionalisme auditor internal. Jika kode etik diterapkan dengan baik oleh auditor internal secara individual dapat meningkatkan profesionalisme seorang auditor internal. Berdasarkan hubungan inilah maka penulis akan mendasarkan penelitian dan melakukan perhitungan yang nantinya akan diketahui besarnya pengaruh dan kekuatan hubungan antara kode etik dan profesionalisme auditor internal.

(31)

2.6 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalah dalam penelitian ini dipaparkan dalam Tabel 2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian

1 Michael K. Shaub (1993)

“The effect of Auditors Ethical Orientation on Commitment and Ethical Sensitivity”

 Mengidentifikasikan bahwa orientasi etika dari para auditor dipengaruhi oleh tingkat komitmen pada profesi.  Ada korelasi positif antara

komitmen profesional dengan sensitivitas etika.

2 Kalbers & Fogarty (1996)

“Ethical Development, Professional Commitment, and Rule Observance Attitude”

 Menunjukan tidak adanya perbedaan dalam

perkembangan etika pada auditor baik yang bekerja pada kantor akuntan publik maupun yang bekerja pada perusahaan industri.

3 Kalbers & Fogarty (2000)

“An Empirical Evaluation of the Interpersonal and Organizational Correlates of Professionalism in Internal Auditing”

 Hasil penelitian menunjukkan kesia-siaan pernyataan bahwa tidak membahas rincian dimensi yang ditunjukkan oleh analisis.

4 Ratu Arinta (2007)

“Hubungan Antara Penerapan Aturan Etika dengan Peningkatan Profesionalisme Auditor Internal”

 Terdapat hubungan positif antara penerapan aturan etika dengan peningkatan profesionalisme internal auditor. 5 Arien H dan Yulius K. S (2009) “Pengaruh Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan, dan Etika Profesi terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Akuntan Publik

 Adanya pengaruh signifikan dan positif dari

profesionalisme, pengetahuan mendeteksi kekeliruan, dan etika profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas akuntan publik dalam proses pemeriksaan laporan keuangan.

6 M. Alvin

Prayandha (2010)

“Pengaruh Penerapan Kode Etik Terhadap

Profesionalisme Auditor Internal”

 Adanya pengaruh yang signifikan dari penerapan kode etik terhadap profesionalisme auditor internal.

(32)

Tabel 2.1 (Lanjutan)

7 Putri H. A (2011)

“Pengaruh Aturan Etika dan Independensi terhadap Kepuasan Kerja Internal Auditor, Dengan Profesionalisme sebagai Variabel intervening.

 Menunjukan adanya pengaruh positif dari aturan etika dan independensi terhadap

kepuasan kerja internal auditor, dengan profesionalsme sebagai variabel intervening.

8 Dilla Restu A (2012)

“Pengaruh Penerapan Kode Etik Profesi terhadap Profesionalisme Auditor Internal

 Adanya pengaruh yang positif dari penerapan kode etik terhadap profesionalisme auditor internal.

2.7 Kerangka Pemikiran

Menurut Institute of Internal Auditor (2002),

“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve ab organization’s operations. It helps an organization accomplish its objective by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance process”.

Adapun pengertian lain menurut Sawyer (2003),

“internal auditing is an independent appraisal function established within an organization to examine and evaluate its activities as a service to organization”.

Fungsi audit intern seringkali dilakukan oleh auditor intern, salah satu pertimbangannya adalah mengingat auditor intern lebih mengenal dan menguasai situasi dan kondisi dari perusahaan tersebut dibandingkan dilakukan oleh auditor eksternal. (Arens dan Loebbecke, 2003). Adapun pengertian auditor internal menurut Mulyadi (2002) adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan yang

(33)

tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Fungsi audit internal tidak akan berjalan dengan baik apabila seorang auditor internal yang merupakan pemeran utama dalam menjalankan fungsi-fungsi audit internal tidak memperhatikan dan mengabaikan aspek-aspek keprilakuan. Dalam hal ini Accounting Behaviour memegang peranan penting untuk menentukan berjalan atau tidaknya fungsi-fungsi audit internal. Akuntansi keprilakuan adalah subdisiplin ilmu akuntansi yang melibatkan aspek-aspek keprilakuan manusia terkait dengan proses pengambilan keputusan ekonomi (Lubis, 2010). Aspek-aspek yang mempengaruhi kinerja internal auditor diantaranya adalah kode etik dan profesionalisme auditor itu sendiri.

Auditor internal adalah profesi yang diikat oleh kode etik, yang merupakan seperangkat prinsip-prinsip moral yang mengatur tentang perilaku professional. Secara umum bagi kehidupan profesi, kode etik profesi adalah meningkatkan norma tertulis yang mengatur perilaku anggota profesi (akuntan, dokter, arsitek, dll) dan menetapkan prinsip-prinsip yang mendasar yang harus dipatuhi agar pelaksanaan kinerja profesionalnya dapat mencapai tujuan penugasan, kode etik terdiri dari prinsip-prinsip etika profesi yang merupakan landasan perilaku etika professional (Alvin 2010).

(34)

Etika dalam bahasa latin “Ethica” berarti falsafah moral. Yang merupakan pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang budaya, sosial, serta agama. Sedangkan menurut Keraf (1997), etika secara harfiah berasal dari kata Yunani “Ethos” (jamaknya: ta etha) yang artinya persis dengan moralitas, yaitu adat kebiasaan baik, adat kebiasaan yang baik ini menjadi sistem nilai yang berfungsi sebagai pedoman dan tolak ukur tingkah laku yang baik dan buruk. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa etika merupakan teori tentang tingkah laku, perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan oleh akal (Alvin, 2010).

Jadi etika professional disarankan kepada nilai-nilai sosial yang lebih tinggi dan akan ditujukan kepada pembuktian untuk keuntungan kelompok profesional yang bersangkutan. Akuntan sebagai anggota masyarakat diikat oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, sebagai penganut agama maka diikat oleh ajaran yang diyakininya, demikian pula sebagai profesi maka dilihat oleh kode etik, jadi aturan-aturan etika ini mengikat para anggotanya pada suatu bentuk disiplin untuk mengerjakan dan berbakti pada nilai-nilai yang diakuinya lebih tinggi.

Perilaku yang beretika dalam organisasi adalah melaksanakan tindakan secara fair sesuai hukum konstitusional dan peraturan pemerintah yang dapat diaplikasikan. Etika adalah hal-hal yang berkaitan dengan masalah benar dan salah. Etika profesi merupakan etika khusus yang menyangkut dimensi sosial Etika profesi khusus berlaku dalam kelompok profesi yang bersangkutan, yang mana dalam penelitian ini adalah akuntan. Perilaku etis juga sering disebut

(35)

sebaga komponen dari kepemimpinan, yang mana pengembangan etika adalah hal penting bagi kesuksesan individu sebagai pemimpin suatu organisasi (Nugrahaningsih, 2005).

Kemampuan untuk dapat mengidentifikasi perilaku etis dan tidak etis sangat berguna dalam semua profesi termasuk auditor. Apabila seorang auditor melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis, maka hal tersebut akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap profesi auditor itu. Seorang yang memiliki profesi sebagai akuntan memerlukan etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan suatu profesi dengan profesi lain, yang berfungsi untuk mengatur tingkah laku para anggotanya. Tuntutan seorang auditor yang profesional yaitu selalu memiliki komitmen moral yang tinggi. Perilaku profesional yang tinggi pada setia profesi adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas jasa yang diberikan profesi, terlepas dari yang dilakukan secara perorangan (Nugrahaningsih, 2005).

Adanya kasus-kasus sebagai penyimpangan nilai-nilai etika menuntut auditor internal untuk lebih professional. Ada banyak jenis kecurangan dan juga sebutan kecurangan, kecurangan sering disebut sebagai korupsi, penggelapan, pencurian dll. Karena kecurangan ini auditor internal harus teliti dalam pemeriksaannya dan mempunyai pengalaman, daya analisis yang tinggi, dan insting yang kuat sehingga beberapa risiko bisa ditanggapi lebih cepat dan dapat meminimalisirkan kecurangan. Selain itu auditor internal dituntut mampu berkomunikasi dengan baik agar terjalin suasana yang harmonis dengan pihak

(36)

manajemen dan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan perusahaan (Alvin 2010).

Menurut Tugiman (2006,b), audit internal merupakan suatu profesi, yaitu: “Audit internal merupakan suatu profesi yang memiliki peranan tertentu yang menunjang tinggi standar mutu pekerjaan dan mentaati kode etik. Untuk menjadi auditor internal yang professional, seseorang harus memahami kumpulan pengetahuan yang berlaku umum dalam bidang audit internal yang dipandang penting sehingga ia dapat melaksanakan kegiatan dalam area yang cukup luas dengan hasil kerja yang memuaskan. Audit internal sebagai suatu profesi seharusnya bertindak sesuai Standar Profesi Audit Internal”.

Profesi merupakan jenis pekerjaan yang memenuhi beberapa kriteria, sedangkan profesionalisme merupakan suatu atribut individual yang penting tanpa melihat apakah suatu pekerjaan merupakan suatu profesi atau tidak. Secara umum profesional auditor internal mengakui tanggung jawabnya terhadap perusahaan (Asikin, 2005). Profesionalisme adalah sifat-sifat (kemampuan, kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya terdapat pada atau dilakukan oleh seorang professional (www.wikipedia.com). Profesionalisme merupakan tanggung jawab berperilaku yang lebih dari sekedar memenuhi undang-undang dan peraturan masyarakat, sebagai seorang professional, auditor internal harus mengakui tanggung jawab terhadap klien dan rekan seprofesi untuk berperilaku, sekalipun berarti pengorbanan pribadi.

Para auditor internal harus memenuhi standar professional dalam melakukan audit serta mampu bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu standar profesi harus memiliki pengetahuaan dalam pelaksanaan pemeriksaan. Kepatuhan pada standar profesi akan membantu auditor internal untuk mempertanggung jawabkan audit yang dilaksanakan dengan lebih efektif.

(37)

Auditor internal yang professional dalam arti memiliki kemampuan berfikir secara konsep, penuh dedikasi, mampu bekerja sama dan mempunyai daya inovasi yang tinggi serta selalu berpedoman pada etika profesi yang dewasa ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efektivitas fungsi audit internal pada suatu perusahaan atau organisasi (Alvin, 2010). Bagan kerangka pemikiran dapat dilihat seperti yang tercantum dalam gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

Penerapan kode etik (Sawyer, 2005): 1. Kompetensi 2. Integritas 3. Objektivitas 4. Independensi 5. Kehati-hatian 6. Kerahasiaan

Kriteria profesionalisme auditor internal (Sawyer, 2005):

1. Pelayanan terhadap masyarakat 2. Pelatihan jangka panjang 3. Taat pada kode etik

4. Anggota dari organisasi profesi 5. Jurnal publikasi

6. Pengembangan profesi berkelanjutan 7. Ujian sertifikasi

1. Banyak terjadinya praktik korupsi yang merupakan salah satu bentuk penyimpangan nilai-nilai etika.

2. Akibat dari buruknya audit internal dan kurang baik pada system pengawasan 3. Auditor internal sebagai suatu profesi diikat oleh kode etik yang menjadi

pedoman untuk berperilaku sesuai dengan standar yang berlaku dan agar melaksanakan tanggung jawabnya secara professional.

(38)

2.8 Hipotesis

Menurut Sekaran (2009), hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logika diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang diterapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian.

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka hipotesa yang disajikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho = Tidak terdapat pengaruh antara penerapan kode etik profesi terhadap profesionalisme auditor internal.

Ha = Terdapat pengaruh antara penerapan kode etik profesi terhadap profesionalisme auditor internal.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan percobaan adalah membuktikan bahwa reaksi brominasi aseton dapat mirip dengan reaksi enzimatis dan menentukan tetapan κ dengan menggunakan beberapa persamaan..

Dari latar belakang dan permasalahan yang ada , maka alasan dalam menganalisis Perkembangan dan Kinerja Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Pesawaran selama tahun 2008

Pada saat staf bagian atau departemen yang meminta barang datang untuk mengambil barang permintaannya, oleh staf bagian gudang dilakukan lagi pengecekan ulang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan mengatur tentang asas dan tujuan dari penyelengaran penerbangan, kedaulatan atas wilayah udara,

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Gracilaria verrucosa pada tikus putih (Rattus norvegicus) per oral dengan dosis berbeda (0; 2,5; 3,5; dan

Hal tersebut selaras dengan ketentuan Pasal 71 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang menyatakan

Penciptaan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu tahun 2014 sebesar 5,49 persen dari sisi pengeluaran terlihatn bahwa komponen pengeluaran konsumsi rumahtangga

besar dari Bigo Live, karena semakin tertarik penonton dengan tayangannya akan.. semakin banyakmpula gift yang didapatkan dan nantinya akan