• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum KPP Pratama Surakarta. 1. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum KPP Pratama Surakarta. 1. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum KPP Pratama Surakarta

1. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta KPP Pratama Surakarta sudah ada sejak lama dengan berbagai nama dan istilah. Sebelum tahun 1966, KPP Pratama Surakarta berstatus sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta dibawah wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Yogyakarta. Tahun 1966 karena semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak (WP) dan jumlah penerimaan pajak, KDL Tk. I Surakarta ditingkatkan menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi diantara KDL Tk. I Klaten dan pada akhir tahun 1966 KIK Surakarta berganti istilah menjadi KIK Surakarta A.

Tanggal 1 April 1989 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor: 276/KMK.01/1989, KPP Surakarta dipecah menjadi:

a. Kantor Pelayanan Pajak Surakarta Tipe B dengan wilayah kerja meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Surakarta.

b. Kantor Pelayanan Pajak Klaten dengan wilayah kerja meliputi Kota Administrasi Klaten, Kota Boyolali, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri.

(2)

commit to user

c. Unit Pemeriksa dan Penyidikan Pajak (UPP) Surakarta Tipe B, dengan wilayah kerja se-eks-Karesidenan Surakarta (wilayah kerja Kantor Inspeksi Pajak Surakarta).

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994, wilayah kerja KPP Surakarta meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten serta Kantor Penyuluhan Pajak (Kapenpa) Sragen yang berkedudukan di Sragen.

Pembentukan KPP Pratama, merupakan bagian dari program reformasi birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak tahun 2002 yang ditandai dengan terbentuknya Kanwil dan KPP WP Besar. Pembentukan KPP Pratama lanjutan dilandasi oleh terbitnya SE-19/PJ/2007 tanggal 13 April 2007 pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP).

Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan DJP, KPP Surakarta telah berubah menjadi KPP Pratama Surakarta. KPP Pratama Surakarta dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Kep-141/PJ/2007 yang ditetapkan pada tanggal 3 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah (Kanwil) DJP Jawa Tengah II dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kanwil DJP Jawa Tengah I, Kanwil DJP Jawa Tengah II, Kanwil DJP Daerah Istimewa Yogyakarta. KPP Pratama Surakarta mulai beroperasi tanggal 30 Oktober 2007 dan sampai saat ini wilayah KPP Pratama Surakarta sudah meliputi 5 (lima) kecamatan, yaitu Laweyan, Jebres, Serengan, Pasar Kliwon, dan Banjarsari.

(3)

commit to user

Pembentukan KPP Pratama diseluruh Indonesia berlangsung dalam periode tahun 2007-2008. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur organisasi, proses bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana, serta manajemen sumber daya manusia. Perbaikan dalam struktur DJP terefleksi pada karakter kantor modern antara lain adanya Account Representative untuk pelayanan kepada WP, penerapan Kode Etik Pegawai yang diawasi oleh Komite Kode Etik Pegawai, dan sistem penggajian yang lebih baik.

KPP Pratama merupakan penggabungan 3 (tiga) jenis unit kantor yang berbeda, yakni Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), dan Karikpa (Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak) dengan masing-masing seksi ke dalam seksi-seksi yang baru sebagai berikut:

a. Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)

Berdasarkan wilayah di kota Surakarta, maka seksi waskon di KPP Pratama Surakarta ini dibagi menjadi 4 (empat), dengan pembagian wilayah sebagai berikut Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan, Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres, Waskon III untuk wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon, dan Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari.

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) c. Seksi Pelayanan

d. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan e. Seksi Pemeriksaan

f. Seksi Penagihan g. Sub Bagian Umum

(4)

commit to user 2. Lokasi KPP Pratama Surakarta

KPP Pratama Surakarta berlokasi di Jalan Kyai Haji Agus Salim No. 1 Surakarta 57417, Telepon (0271) 717522/718400/720821, Faksimili (0271) 728436, Homepage DJP : www.pajak.go.id.

Gambar 3.1

Peta Wilayah Kerja KPP Pratama Surakarta Sumber : Sie Pelayanan KPP Pratama Surakarta

3. Fasilitas KPP Pratama Surakarta KPP Pratama Surakarta dilengkapi dengan:

a. Aula yang terletak berdekatan dengan taman berseri KPP Pratama Surakarta.

b. Poliklinik yang dibuka setiap Senin dan Kamis, yang dilayani oleh 1(satu) orang dokter.

(5)

commit to user

c. Lapangan tenis outdoor di halaman belakang kantor.

d. Ruang rapat khusus yang digunakan untuk pertemuan-pertemuan khusus.

e. Koperasi Pegawai Negeri.

f. Mushola yang terletak di belakang kantor sebagai sarana tempat beribadah bagi para pegawai yang beragama Islam.

Gambar 3.2

Bangunan KPP Pratama Surakarta Sumber: Sie Pelayanan KPP Pratama Surakarta

4. Peran KPP Pratama Surakarta

KPP Pratama Surakarta, berperan untuk mengamankan dan meningkatkan penerimaan negara dari pajak serta non pajak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai upaya mengurangi ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri guna membiayai tugas pemerintah dan pembangunan. Selain

(6)

commit to user

itu, KPP Pratama juga berperan ikut serta dalam pembangunan dunia usaha dan industri dalam negeri dengan jalan memberikan fasilitas kebijakan fiskal.

5. Tugas Pokok, Fungsi, Visi dan Misi KPP Pratama Surakarta: a. Tugas pokok KPP Pratama Surakarta

Tugas pokok dari KPP Pratama Surakarta yaitu melaksanakan pelayanan, pengawasan administratif, dan pemeriksaan sederhana terhadap WP dalam bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Fungsi KPP Pratama Surakarta

Beberapa fungsi yang dijalankan oleh KPP Pratama Surakarta diantaranya melakukan pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensifikasi WP; Melakukan penelitian dan penatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat pemberitahuan masa, serta berkas WP; Melakukan pengawasan pembayaran masa PPh, PPN dan PPnBM dan Pajak Tidak Langsung Lainnya; Melakukan penatausahaan piutang pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian keberatan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi PPh, PPN dan PPnBM dan Pajak Tidak Langsung Lainnya; Melakukan pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan; Menerbitkan Surat Ketetapan Pajak; Melakukan pembetulan Surat Ketetapan Pajak; Menghitung pengurangan sanksi pajak; Melakukan penyuluhan dan konsultasi perpajakan; serta Pelaksanaan administrasi KPP Pratama Surakarta.

(7)

commit to user c. Visi dan Misi KPP Pratama Surakarta

1) Visi

KPP Pratama Surakarta selalu mengacu pada visi DJP dalam menjalankan tugas-tugasnya yaitu “Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi”.

2) Misi

Misi KPP Pratama Surakarta yaitu “Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”

3) Nilai

a) Integritas

“Menjalankan tugas dan pekerjaan dengan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral, yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten, dan adil”.

b) Profesionalisme

“Memiliki kompetensi dibidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan, serta norma-norma profesi, etika, dan sosial”.

c) Inovasi

“Memiliki pemikiran yang bersifat terobosan dan/atau alternatif pemecahan masalah yang kreatif, dengan memperhatikan aturan dan norma yang berlaku”.

(8)

commit to user d) Teamwork

“Memiliki kemampuan untuk bekerjasama dengan orang/pihak lain, serta membangun network untuk menunjang tugas dan pekerjaan”.

6. Struktur Organisasi

Struktur organisasi digunakan untuk menunjukkan adanya pembagian kerja dan menunjukkan bagaimana fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Struktur ini juga dapat digunakan untuk menunjukkan spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan.

Gambar 3.3

Struktur Organisasi KPP Pratama Surakarta Sumber: KPP Pratama Surakarta

KEPALA KANTOR

SUB BAGIAN UMUM

SESKI PEMERIKSAA N SEKSI EKSTENSIFIK ASI SEKSI PDI SEKSI WASKON I,II,III,IV SEKSI PENAGIHA N SEKSI PEAYANAN AR PENILAI PBB PELAKSANA KELOMPOK FUNGSIONAL

(9)

commit to user 7. Deskripsi Jabatan

Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-14/PJ/2008 tentang Standar Prosedur Operasi (SPO) DJP, beberapa fungsi dan tugas pokok dari seksi di KPP Pratama adalah sebagai berikut:

1. Seksi Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)

Seksi waskon secara umum memberikan pelayanan kepada WP yang berupa bimbingan atau penyuluhan. Selain itu, ada tugas pengawasan yang berupa kepatuhan pembayaran dan pelaporan, juga melakukan penggalian potensi berdasar hasil pengawasan dan bimbingan.

2. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum berfungsi melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi WP, serta melakukan kerjasama perpajakan.

4. Seksi PDI

Seksi PDI berfungsi melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT, dan e-filling serta penyiapan laporan kerja.

(10)

commit to user 5. Seksi Ekstensifikasi

Seksi Ekstensifikasi merupakan peralihan dari Seksi Pendataan dan Penilaian pada KPPBB serta menindaklanjuti data yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) untuk dihimbau agar segera memiliki NPWP.

6. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan berfungsi melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pelaksana Pajak (SP3), serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

7. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

B. Pembahasan masalah

Semakin maraknya celah dalam sistem administrasi PPN dan maraknya kasus faktur pajak fiktif yang merugikan negara triliunan rupiah yang beredar di masyarakat, membuat pemerintah mencari cara yang efektif untuk menanggulanginya. Kejadian ini terjadi karena tingkat pelayanan yang kurang baik dalam menjawab dan menyikapi tingkat kebutuhan para Wajib Pajak. Berbagai cara yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah yang ada. Dalam mengatasi masalah tersebut, pemerintah melakukan langkah awal pencegahan yaitu dengan diadakannya kegiatan registrasi ulang untuk wajib pajak

(11)

commit to user

dan penomoran baru pada faktur pajak. Salah satu cara yang ditempuh ini dengan mengubah otorisasi pemberian nomor pada dokumen yang bernama faktur pajak. Faktur pajak adalah dokumen yang digunakan dalam administrasi PPN. Dahulu pengusaha dengan leluasa menomori faktur pajak, maka hal tersebut tidak diperbolehkan lagi. Nomor faktur pajak akan diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan sistem penjatahan. Perubahan signifikan lainnya adalah pengusaha tidak perlu lagi menggunakan nomor faktur pajak dengan penomoran secara urut atau acak.

E-nofa (elektronik nomor faktur) adalah sistem penomoran faktur pajak yang dilakukakn secara elektronik. Sistem ini diterbitkan oleh pemerintah berdasarkan PER-24/PJ/2012 dan SE-52/PJ/2012 yang isinya mengubah ketentuan pemberian penomoran faktur pajak.

Salah satu fungsi E-Nofa adalah mempermudah pengawasan Ditjen Pajak terhadap faktur-faktur pajak fiktif yang marak beredar di masyarakat. Dengan adanya E-Nofa ini, akan meminimalisir peredaran faktur pajak fiktif. Banyaknya peredaran faktur pajak fiktif ini dapat berdampak mengurangi pemasukan terhadap negara, karena pajak merupakan masukan terbesar ke negara dalam sarana pembangunan.

1. Ketentuan terbaru dari sistem pelayanan E-nofa.

Untuk meminimalisir penyalahgunaan dalam penggunaan nomor faktur pajak yang terjadi dimasyarakat, membuat pemerintah semakin giat menggalangkan cara-cara untuk mengatasi masalah yang terjadi. Pada tahun 2012, Pemerintah menerbitkan peraturan dan ketentuan yang berisi mengatur mengenai faktur pajak

(12)

commit to user

yaitu PER – 24/PJ/2012 dan SE – 52/PJ/2012. Inti perubahan yang mendasar dalam ketentuan ini adalah :

a. Penomoran faktur pajak yang sebelumnya tidak diperlukan kode aktivasi tetapi dengan ketentuan yang baru wajib pajak diminta untuk mengajukan permohonan kode aktivasi. PKP yang dapat diberikan kode aktivasi adalah PKP yang sudah dilakukan registrasi ulang PKP. Kode aktivasi akan dikirim melalui surat via pos dan password akan dikirim via e-mail ke PKP, oleh karena itu dilakukannya perubahan update alamat apabila alamat PKP di administrasi kantor pajak tidak sesuai dengan kondisi sebenarnya. Kode aktivasi diperlukan untuk setiap kali permintaan jatah nomor seri faktur pajak, kode aktivasi ini harus disimpan PKP dan tidak boleh diberitahukan ke pihak lain karena merupakan tanggungjawab PKP apabila ada penyalahgunaan. Kehilangan kode aktivasi maka wajib pajak harus mengajukan permintaan kembali kode aktivasi dengan melampirkan surat keterangan kehilangan dari kepolisian.

b. Kode & nomor seri faktur pajak tetap terdiri dari 16 (enam belas) digit hanya saja pada ketentuan sebelumnya (PER-13/PJ/2010 dan PER-65/PJ/2010) terdiri dari 6 (digit) digit kode Faktur Pajak dan 10 (sepuluh) digit nomor seri Faktur Pajak sedangkan di ketentuan PER-24/PJ/2012 ini terdiri dari 3 (tiga) digit kode Faktur Pajak dan 13 (tiga belas) digit nomor seri Faktur Pajak.

(13)

commit to user

Untuk itu 3 (tiga) digit yang sebelumnya kode cabang dimasukan sebagai nomor seri faktur pajak sehingga kode cabang tidak ada lagi.

c. Permintaan penomoran untuk nomor seri faktur pajak yang 13 (tiga belas) digit, diajukan Wajib Pajak sebelum masa pajak tersebut dimulai yang diperuntukkan untuk jangka waktu kebutuhan 3 (tiga) bulan ke depan. Syarat permintaan nomor, PKP yang bersangkutan sudah melaporkan SPT Masa PPN 3 (tiga) masa sebelumnya karena pelaporan SPT Masa PPN 3 bulan terakhir inilah yang menjadi dasar pemberian jatah nomor seri kepada PKP.

d. Untuk PKP yang melakukan pelaporan PPN secara pemusatan sementara kantor cabangnya belum online maka nomor seri faktur pajak diberikan oleh kantor pusatnya, untuk itu tidak ada lagi kode cabang pada nomor seri faktur pajak yang baru.

e. Penomoran faktur pajak tidak harus berurut, untuk itulah diwajibkan kepada PKP untuk memberitahukan nomor-nomor faktur pajak yang tidak digunakan pada SPT Masa PPN masa Desember tahun yang bersangkutan.

f. Kode transaksi WAPU 02 atau 03 tidak digunakan apabila dilakukan mekanisme pemungutan PPN secara normal (untuk transaksi yang nilainya tidak melebihi Rp 10juta) atau untuk transaksi yang PPN tidak dipungut (07)/ dibebaskan (08).

(14)

commit to user

g. Faktur Pajak pengganti tetap menggunakan nomor seri faktur pajak termasuk 2 (dua) digit tahun pembuatan faktur pajak (dalam hal faktur pajak pengganti diterbitkan sudah berbeda tahun) yang diganti hanya kode status yang diubah dari 0 menjadi 1 dan tanggal faktur pajak disesuaikan kapan faktur pajak pengganti diterbitkan.

h. Penjelasan tambahan tentang penggunaan kurs pada Faktur Pajak Valas dalam penerbitan faktur pajak pengganti dan penjelasan tambahan tentang faktur pajak pengganti ke-2, ke-3, dan seterusnya.

i. Tidak ada istilah lagi faktur pajak cacat yang ada adalah faktur pajak tidak lengkap.

j. Istilah pejabat/kuasa diganti dengan pejabat/pegawai dan tidak diatur lagi mengenai penunjukan kuasa penandatangan faktur pajak sehingga apabila pejabat/pegawai yang ditunjuk menandatangai faktur pajak berhalangan maka wajib pajak tidak dapat menujuk kuasa wajib pajak untuk menandatangani faktur pajak.

k. Faktur Pajak yang nomor urutnya dimulai lagi dari 00000001 dipertengahan tahun (karena habis sebelum akhir tahun), kode cabang, dan pejabat/kuasa penandatangan faktur pajak tidak atau terlambat diberitahunkan ke KPP serta Faktur Pajak yang kode cabangnya keliru dapat dikreditkan oleh pembeli atau pengguna

(15)

commit to user

jasa, sedangkan pada ketentuan ini faktur pajak tidak dapat dikreditkan oleh pembeli BKP atau pemakai JKP.

l. Atas faktur pajak yang double diketentuan yang baru ini maka atas kedua faktur pajak tersebut tidak dapat dikreditkan sebagai faktur pajak masukan.

m. Untuk pemberitahuan pejabat atau perubahan pejabat penandatangan faktur pajak oleh PKP ke KPP terdaftar menyaratkan adanya dilampirkan fotokopi identitas yang masih berlaku yang telah dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang.

Beberapa poin perbedaan yang terjadi pada PER-13/PJ/2010 sttd PER-65/PJ/2010 dengan PER-24/PJ/2012 adalah sebagai berikut :

a. Dalam hal otorisasi pemberian nomor seri faktur, nomor urut faktur pajak ditentukan sendiri oleh PKP secara berurutan sedangkan pada peraturan terbaru ini nomor seri faktur pajak diberikan oleh DJP dengan mekanisme yang ditentukan oleh PER-24.

b. Pada peraturan lama, tidak ada syarat khusus baik PKP atau non PKP untuk dapat membuat nomor sendiri dalam pengisian faktur pajak sedangkan pada PER-24 nomor seri faktur pajak diberikan kepada PKP yang telah diregistrasi ulang oleh KPP dan PKP baru yang telah diverifikasi dalam rangka pengukuhan PKP dengan syarat sesuai ketentuan.

(16)

commit to user

c. Tidak ada penegasan mengenai syarat keterangan dalam mengisi faktur pajak seperti alamat, jenis barang atau jasa serta pelampiran fotokopi identitas diri dalam penujukan penandatanganan faktur pajak. Pada peraturan baru terdapat penegasan keterangan mengenai alamat, jenis barang/jasa harus diisi, dan melampirkan fotokopi identitas dalam penunjukan penandatanganan faktur pajak yang diberitahukan ke kantor pajak.

d. Penggunaan kode transaksi (02 dan 03) pada peraturan lama menimbulkan multitafsir untuk transaksi yang harus dipungut oleh pemungut dengan mekanisme normal sedangkan pada peraturan sekarang dipertegasnya peruntukan kode transaksi, yaitu kode 02 (bendahara pemerintah) dan 03 (BUMN dam KKS Migas) digunakan untuk penyerahan yang PPNnya dipungut oleh pemungut PPN.

e. Terdapat istilah “faktur pajak cacat” pada peraturan terdahulu dan diganti dengan istilah “faktur pajak tidak lengkap” pada PER-24/PJ/2012.

Dikeluarkanya peraturan tersebut dapat menekan beberapa hal dalam pemungutan dan penomoran faktur pajak atas sistem pelayanan pajak E-Nofa. Berikut beberapa fungsi dari sistem pelayanan E-Nofa yaitu :

a. Mengurangi tindakan kecurangan Wajib Pajak dalam melaporkan faktur pajak, seperti adanya faktur ganda/fiktif.

(17)

commit to user

b. Untuk pegawai pajak dalam pencocokan nomor akan lebih mudah dan cepat diidentifikasi terhadap identitas Wajib Pajak karena data diolah dengan sistem.

c. Mengatasi ketidakvalidan data Wajib Pajak terhadap data sesungguhnya, seperti ketidak cocokan alamat, barang/jasa.

Pembuatan E-Nofa ini terdiri dari dua direktorat yaitu Direktorat Transformasi Teknologi Komunikasi dan Informasi (TTKI) dan satu lagi di Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan (TIP). Untuk pengembangan aplikasi E-Nofa dilakukan oleh programer di Direktorat TTKI sedangkan untuk operasional E-Nofa dikerjakan di bagian Direktorat TIP.

Pada sistem ini terdapat beragam kemudahan dan layanan yang mengedepankan kenyamanan Wajib Pajak untuk membayar pajak. Sistem ini dapat memudahkan dalam mencocokkan data. Data yang dihasilkan juga lebih valid daripada penomoran faktur pajak manual sebelumnya. Dalam proses pembuatannya memang tidak dipungkiri ada beberapa kendala yang harus dihadapi TTKI. Namun kendala tersebut tidak menjadi suatu kendala yang tidak bisa diatasi. Pelayanan ini dikeluarkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak untuk menjawab tuntutan zaman komputerisasi dan teknologi informasi.

2. Jumlah penggunaan E-Nofa di KPP Pratama Surakarta

Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta telah merekap data tahunan mengenai jumlah PKP badan dan jumlah PKP yang telah diregistrasi ulang pada tahun 2014 (Januari-Februari) di wilayah Surakarta. Data tersebut akan disajikan sebagai berikut :

(18)

commit to user Tabel 3.1

Daftar jumlah PKP wilayah Surakarta

Tahun Jumlah PKP

2013 8.439

Januari-Februari 2014 765

Sumber : Pengolahan data sekunder KPP Pratama Surakarta

Sedangkan jumlah data PKP yang telah diregistrasi ulang untuk pengajuan nomor faktur pajak melalui sistem E-Nofa mempunyai jumlah berbeda dengan keseluruhan data PKP. Jumlah penerbitan nomor faktur yang telah direkapitulasi oleh KPP Surakarta dalam masa periode Maret 2013 sampai Februari 2014 akan disajikan dengan tabel sebagai berikut :

Tabel 3.2

Hasil rekapitulasi penerbitan E-Nofa di KPP Pratama Surakarta

No. Bulan Tahun Jumlah

PKP Presentase 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2013 2014 2014 198 332 229 215 284 148 177 187 201 285 579 186 6% 10% 7% 7% 9% 5% 6% 6% 6% 9% 18% 6% Jumlah 3179 100% Sumber : Pengolahan data sekunder KPP Pratama Surakarta

(19)

commit to user

Dari data di atas dapat dilihat jumlah penerbitan E-nofa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta selama periode 1 tahun yang di mulai bulan Maret 2013 sampai dengan Februari 2014. Pada bulan pertama setelah peraturan ditetapkan untuk permintaan E-nofa dari PKP untuk daerah Surakarta dan sekitarnya adalah sebesar 198 dengan presentase 6%. Bulan berikutnya April 2013, permintaan nomor faktur bertambah menjadi 332 dengan presentase sebesar 10%, kenaikan ini dapat dikatakan cukup baik mengingat tahun pertama semenjak ditetapkan PER – 24/PJ/2012. Untuk bulan-bulan berikutnya menurut data yang diperoleh, jumlah PKP yang menerbitkan Faktur pajak melalui E-nofa tidak mengalami kenaikan yang terlalu signifikan. Bulan terkahir dari periode 1 tahun yaitu bulan Februari tahun 2014 mempunyai data rekapitulasi E-nofa di KPP Pratama Surakarta sebesar 186 dengan presentase 6%. Presentase ini di dapat dengan perhitungan :

Rumus :

Pada awal tahun yaitu bulan Maret tahun 2013

Sedangkan untuk akhir tahun yaitu bulan Februari 2014

Keseluruhan dari data diatas terdapat jumlah tertinggi yaitu pada bulan Januari 2014 dengan pengajuan nomor faktur sebesar 579 dan presentase 18%. Jumlah tersebut dikarenakan pada bulan januari merupakan buka buku tahun dimana PKP

(20)

commit to user

mulai meminta nomor-nomor faktur baru untuk tahun berjalan. Nomor faktur yang telah diminta pada bulan tahun sebelumnya tidak dapat digunakan kembali dan PKP wajib mengembalikan ke kantor pajak untuk ditukarkan dengan nomor faktur yang baru tahun sekarang.

Ketentutan dan data yang telah dipaparkan diatas menunjukan berjalannya kegiatan penomoran faktur di KPP Surakarta. Sistem terbaru E-Nofa menambah poin positif terhadap peningkatan fasilitas dalam pelayanan Wajib Pajak di Kantor Pajak Pratama Surakarta. Saat ini sistem-sistem yang dikeluarkan DJP adalah sistem aplikasi yang berbasis jaringan, karena hal ini ditujukan untuk mencapai suatu sasaran yaitu kenyamanan, keamanan, efektif, dan efisien bagi pengguna maupun pegawai pajak itu sendiri. Diperlukan waktu bagi masyarakat dalam perubahan ini karena sistem yang terdahulu digunakan secara manual dan diubah menjadi sistem elektrik/jaringan. Dilihat dari data dan informasi atas penerapan E-Nofa yang diperoleh dari KPP Surakarta telah berjalan dengan baik pada bulan Maret 2013 sampai Februari 2014. Masyarakat sebagian telah merespon dengan baik adanya fasilitas ini salah satunya dengan kepatuhan saat pelaporan PPN dengan E-Nofa di KPP Surakarta. Jumlah yang ada bisa dikatakan relatif banyak mengingat sistem ini baru diberlakukan.

(21)

commit to user

3. Permasalahan dan pemecahan atas diberlakukannya sistem terbaru pelayanan E-Nofa

a. Masalah yang timbul dari penerapan sistem pelayanan E-Nofa. Keberadaan sistem baru E-Nofa pasti tidak lepas dari berbagai polemik masalah atau hambatan yang terjadi di masyarakat saat pelaksanaannya. Keadaan tersebut membuat pihak Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta melakukan evaluasi terhadap permasalahan yang ada. Adapun beberapa masalah yang dihadapi pihak kantor pajak terutama pada sie Pelayanan yaitu sebagai berikut:

1) Banyaknya Wajib Pajak yang kurang paham dalam pengoperasian sistem layanan E-Nofa.

Direktorat Jendaral Pajak (DJP) terus melakukan pembenahan terhadap peningkatan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat agar mempermudah dan mempercepat dalam pelaksanaan pelaporan salah satunya pada E-Nofa. Rendahnya kemampuan Wajib Pajak terutama pengusaha kena pajak (PKP) dalam menyesuaikan diri dengan teknologi yang diterapkan DJP menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan penomoran faktur yang secara elektronik. Faktor lain yang terjadi adalah kurangnya antusias masyarakat terhadap fasilitas-fasilitas baru yang diberikan Dirjen pajak. Kebanyakan dari mereka bersikap acuh terhadap hal baru sehingga masyarakat kurang mengerti ketika dihadapkan pada layanan elektronik ini. Masalah yang ada menjadikan pembenahan tersendiri untuk kantor pajak setempat.

(22)

commit to user

2) Sering terjadinya kelalaian PKP terhadap password saat melakukan login sistem E-Nofa.

Kelalaian password menjadi salah satu masalah yang di hadapi oleh PKP dalam melakukan login sistem E-Nofa. Masalah ini dikarenakan kelalaian dalam mengingat password yang diberikan oleh kantor pajak yang dikirim melalui e-mail ke PKP. Pihak PKP selalu mengeluh dan menyalahkan pihak kantor pajak saat tidak bisa login. Pokok masalah ini terjadi ketika seringnya PKP menganggap remeh dalam pengisian alamat e-mail, seperti mencatumkan alamat e-mail bukan milik pribadi untuk mengajukan permintaan nomor faktur. Pada saat tidak bisa mengakses atau login, PKP kesulitan melakukan pengecekan kembali password yang telah dikirim melalui e-mail karena e-mail yang diberikan bukan milik pribadi.

3) Masih ada beberapa pegawai pajak yang belum bisa mengoperasikan sistem pelayanan E-nofa.

Pada saat dunia perpajakan gencar membenahi sistem pelayanan yang ada, berbagai masalah juga timbul dari sisi sumber daya manusia (SDM) salah satunya dari pegawai pajak. Kemajuan teknologi membuat manusia dituntut untuk berkembang. Dalam kenyataanya, sebagian pegawai pajak belum bisa mengoperasikan sistem pelayanan terbaru E-Nofa yang berbasis jaringan dan komputerisasi. Pegawai pajak merasa kaku dalam mengoperasikan sistem baru ini. Mereka merasa lebih nyaman menggunakan manual dari pada secara elektronik. Sebagian besar faktor usia pegawai yang mempengaruhi pemahaman atas teknologi baru yang dikeluarkan Dirjen Pajak.

(23)

commit to user

4) Proses E-nofa sangat bergantung pada sistem dan koneksi jaringan internet.

Proses penomoran faktur pajak melalui E-Nofa sangat bergantung kepada jaringan. Penomoran ini dilakukakn PKP dengan mengisi form yang telah disediakan untuk meminta kode aktivasi dan dari pihak KPP meminta dan mengirim kode tersebut melalui jaringan internet. Dalam permintaan, pengiriman dan login sangat bergantung kepada jaringan, apabila jaringan sedang down atau mengalami gangguan maka penomoran melalui E-Nofa tersebut gagal atau tidak dapat terkirim. Bisa saja PKP merasa sudah melakukan penomoran faktur pajak melalui E-Nofa tetapi kenyataannya tidak terkirim. Beberapa kejadian ini yang membuat PKP khawatir apabila server down atau mengalami gangguan pada saat menggunakan aplikasi E-Nofa ini.

b. Alternatif pemecahan masalah dari penggunaan E-Nofa

Beberapa masalah yang dihadapi dalam penggunaan E-Nofa di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta, maka adapun alternatif pemecahan untuk mengatasi permasalahan yang ada diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Perlunya diadakan sosialisasi bertahap bagi Wajib Pajak terutama pengusaha kena pajak (PKP).

Untuk menjelaskan cara pengoperasian sistem terbaru ini (E-Nofa) perlu dilakukan dengan penyuluhan atau sosialisasi bagi Wajib Pajak. Dalam sosialisasi tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan petunjuk penggunaan dari sistem. Kadang perlunya proses bertahap dalam sosialisasi tersebut, karena terdapat beberapa individu yang sulit untuk bisa menerima penjelasan dari sistem, dimana

(24)

commit to user

sistem ini didukung dengan aplikasi modern. Sosialisasi ini juga harus dilakukan pada setiap tempat, hal ini bertujuan agar masyarakat yang berkepentingan atau tidak berkepentingan, tidak kaget ketika mengoperasikan bahkan mendengar sistem-sistem baru yang dikeluarkan DJP.

2) Mencatat password yang diterima melalui e-mail pribadi Menanamkan budaya mencatat akan hal baru pada masyarakat sangat sulit dan akibatnya sering terjadi kelalaian. PKP dalam melakukan aktivasi atau login E-Nofa harus tahu dan hafal password akunnya. Untuk menjaga agar tidak lalai saat login, PKP sebaiknya mencatat password dalam buku catatan atau ditulis pada benda yang selalu diingat. Membuat alamat e-mail pribadi sangat penting dilakukan PKP dalam pengajuan nomor faktur ini, karena apabila memakai e-mail bukan milik pribadi dapat disalahgunakan oleh pihak lain. E-mail pribadi juga dapat menjaga kerahasiaan data, kode, dan password itu sendiri. Terutama saat terjadi kelalaian password login E-Nofa, PKP dapat langsung membuka e-mail tanpa harus mengulang pengajuan nomor dari awal.

3) Pelatihan atau diklat bagi pegawai pajak.

Kurang kompetennya beberapa pegawai pajak dalam melakukan pelayanan bagi masyarakat merupakan masalah pokok yang harus diatasi oleh kantor pajak. Dalam menjalankan aplikasi E-Nofa, pegawai dituntut mampu mengoperasikan sistem dengan baik karena kenyataannya di lapangan beberapa pegawai yang ‘gagap teknologi’. Langkah awal yang ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan diadakanya pelatihan atau diklat sebelum pegawai ditempatkan pada layanan E-Nofa. Tidak sembarang pegawai yang dapat

(25)

commit to user

mengikuti pelatihan atau diklat tersebut, hanya pegawai yang dipilih oleh kantor pajak untuk mewakili pelatihan.

4) Meningkatkan kualitas koneksi jaringan

Sistem operasi aplikasi E-Nofa sangat bergantung kepada koneksi jaringan yang sangat baik, karena dalam hal ini koneksi jaringan juga akan menghubungkan antara Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama ke Kantor Pusat dalam pengambilan nomor. Untuk mengatasi permasalahan yang tersebut seperti sistem down yang mengakibatkan data PKP tidak terkirim atau mungkin gagal, Kantor Pajak dan Direktorat Jenderal Pajak harus segera membenahi dan meningkatkan mutu pelayanan dengan cara melakukan perbaikan sistem atau meng-upgrade sistem yang sudah ada agar menjadi lebih baik lagi untuk meningkatkan pelayanan wajib pajak.

C. Temuan

Dari penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis dalam laporan Tugas Akhir ini, dapat ditemukan adanya kelebihan dan kekurangan dalam sistem baru E-Nofa di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta. Adapun pembahasannya sebagai berikut:

1. Kelebihan

a. Penggunaan sistem pelayanaan E-Nofa yang baru diberlakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Hal ini secara umum dibuktikan dengan kepatuhan dan jumlah

(26)

commit to user

permintaan nomor faktur dalam tiap bulan selama satu tahun sudah mempunyai jumlah PKP yang relatif banyak.

b. Mengefektifkan dan mengefisienkan bagi pengguna E-Nofa dalam melakukan penomoran faktur pajak. Melihat dari kesibukan pengusaha kena pajak (PKP), sistem ini membantu menghemat waktu dan biaya dalam penomoran faktur pajak kerena dilakukan secara online.

c. Mengurangi tingkat kecurangan dalam penomoran faktur pajak seperti menerbitkan faktur ganda, faktur pajak fiktif, namun untuk sekarang kemungkinan itu terjadi sangatlah sulit karena penomoran langsung dilakukan oleh pusat dan keamanan terjamin.

2. Kelemahan

a. Masih adanya masyarakat yang kurang tahu terhadap sistem baru penomoran faktur ini membuat pihak kantor pajak sulit memberikan penjelasan secara lisan.

b. Terdapat beberapa pegawai yang kurang kompeten dalam mengoperasikan sistem layanan E-Nofa menjadikan pelayanan atas pengajuan nomor faktur terganggu.

c. Koneksi jaringan yang tidak tentu atau server yang sedang down membuat pengguna E-Nofa menjadi terganggu saat melakukan registrasi secara online.

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen atau Syarat-Syarat pendaftaran Wajib Pajak untuk memperoleh NPWP adalah dengan mengisi formulir pendaftaran yang diminta di Kantor Pelayanan Pajak atau

KPP Pratama Lubuk Pakam sebelumnya adalah Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Lubuk Pakam yang berada dibawah organisasi Kanwil Sumut II.Sejak dileburnya ketiga jenis

Solusi dalam mengatasi permasalahan sistem e-billing di KPP Pratama Surakarta yaitu sosialisasi dan edukasi penting diberikan kepada wajib pajak karena bertujuan agar

Mengingat KPP Pratama merupakan penggabungan dari KPP, KPPBB, dan Karikpa maka kepala Kantor KPP Pratama mempunyai Tugas Mengkoordinasi Pelaksanaan penyuluhan, pelayanan

Sistem pendaftaran wajib pajak secara online atau biasa disebut e-Registration adalah sistem aplikasi sebagai bagian dari sistem informasi perpajakan di lingkungan kantor

KPP Pratama mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dibidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak 25 Penjualan atas Barang

Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan , pelayanan, pengawasan Wajib Pajak dibidang pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai

Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah II dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak