dikirim 01 Maret 2020, direvisi 07 Maret 2020, diterima untuk publikasi 15 Maret 2020
Perancangan Sistem Nutrisi Otomatis pada Tanaman
Hidroponik dengan Mikrokontroler NodeMCU berbasis
IoT
Rifai Mashudi, Mochammad Adjie Ma’ruf & Triyan Wahyu Santoso
Raboratory Sukabumi email: rifaimashudi@gmail.com
Abstrak. Sistem otomatis untuk tanaman Hidroponik sistem alir dengan
NodeMCU sebagai otak dari alat, Alat yang telah dibuat akan bekerja ketika NodeMCU mendapatkan koneksi WiFi untuk menerima dan mengolah data. Sensor TDS (Total Dissolved Solid) berfungsi mendeteksi nilai kandungan padatan terlarut dalam bentuk ppm (part per milion) dan sensor ultrasonik mendeteksi ketinggian cairan nutrisi berbentuk indikator high dan low. Kemudian sensor akan mengirimkan data ke NodeMCU, setelah diolah data akan dikirimkan ke server aplikasi Blynk. Pada aplikasi Blynk kita bisa memantau nilai kandungan nutrisi dan level cairan nutrisi melalui smartphone. Ketika katup sensor TDS membaca kandungan nutrisi berada dibawah 560 ppm katup selenoid akan terbuka setelah kandungan nutrisi sudah melebihi nilai 840 ppm akan menutup kembali. Selain inputan berupa sensor yang mengubah kondisi katup selenoid, kita juga bisa mengoperasikan katup selenoid melalui antarmuka aplikasi Blynk. Perancangan sistem nutrisi otomatis ini berdasarkan pada kebutuhan nilai nutrisi tanaman selada. Kebutuhan nutrisi tanaman selada adalah 560 ppm sampai dengan 840 ppm. Dengan menerapkan sistem ini, diharapkan membantu para petani dalam memantau kondisi tanaman hidroponik.
Kata Kunci: NodeMCU, ppm, Blynk, katup selenoid, hidroponik, ultrasonik, TDS. 1 Pendahuluan
Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan ketersediaan lahan pertanian semakin sempit karena digunakan untuk perumahan dan perluasan perkotaan Hal ini mempersulit pencapaian peningkatan produksi sayuran karena keterbatasan lahan pertanian. Salah satu cara untuk menghasilkan produk sayuran yang berkualitas tinggi secara kontinyu dengan kuantitas yang tinggi pertanamannya adalah budidaya dengan sistem hidroponik [1].
Sistem hidroponik merupakan suatu cara untuk memperoleh hasil produksi pertanian dengan menerapkan metode penanaman tanpa menggunakan media berupa tanah, tetapi menggunakan air untuk menampung nutrisinya [2]. Beberapa keuntungan dari hidroponik adalah
pemanfaatan lahan yang lebih efisien, periode tanam yang lebih singkat, serta kuantitas dan kualitas hasil yang didapatkan yang lebih tinggi dan bersih.
Perkembangan teknologi hidroponik memberikan tantangan besar bagi para petani. Salah satu teknik hidroponik adalah NFT (Nutrient Film
Technique). Sistem NFT mengalirkan nutrisi pada area akar- akar
tanaman. Nutrisi tersebut sangat penting untuk perkembangan hidroponik [3]. Keuntungan dari system NFT ini adalah lahan tanam yang tidak mudah rusak, mudah dibersihkan, dan dapat dikonfigurasikan dengan model penyiraman yang tidak mengambil kembali kelebihan larutan hara maupun model penyiraman yang mensirkulasikan kembali kelebihan larutan hara.
Berdasarkan pemantauan dan pengumpulan informasi dari petani hidroponik NFT serta menilik beberapa referensi seperti buku, jurnal, ataupun e-proceeding, sistem hidroponik ini memerlukan perhatian khusus pada faktor keseimbangan nutrisi dan level air yang harus tetap mengaliri akar-akar tanaman. Oleh karena itu, pemantauan pada kondisi nutrisi dan level air sangat dibutuhkan agar hasil produksi dari sistem hidroponik lebih berkualitas. Proses kontrol untuk memantau kondisi nutrisi dan level air pada saat ini masih mengandalkan tenaga manusia. Keadaan seperti ini membuang banyak waktu bagi para petani karena diperlukan setiap waktu untuk mengawasi nutrisi dan sistem irigasi. Misalnya dalam mengontrol kondisi nutrisi para petani diharuskan sekali pengontrolan dalam tiap harinya [3]. Oleh karena itu petani bisa menggunakan teknologi IoT yang bisa memantau kondisi hidroponik meskipun berada jauh dari tempat bercocok tanam. Teknologi IoT sendiri adalah sebagai sebuah kemampuan untuk menghubungkan objek-objek cerdas dan memungkinkannya untuk berinteraksi dengan objek lain, lingkungan maupun dengan peralatan komputasi cerdas lainnya melalui jaringan internet [4].
Selain pemantauan hidroponik yang membutuhkan pemantauan setiap waktu, juga sangat membosankan apabila kita harus berada di tempat kita bercocok tanam setiap harinya. Menanggapi permasalahan ini kita membutuhkan sistem yang dapat memudahkan petani untuk mengontrol hidroponik tersebut. Dengan alat yang tersusun dari mikrokontroler
NodeMCU, sensor TDS(Total Disolved Solid), sensor ultrasonik yang
dengan baik maka kita bisa melihat kondisi pertanian kita meskipun kita berada jauh dari lahan tersebut.
Oleh karena itu dibuatkan sebuah alat untuk pemantauan kondisi nutrisi dan level air untuk sistem hidroponik NFT berbasis IoT (Internet
of Things) dan hasil pantauan bisa dilihat melalui aplikasi Blynk. Dengan
alat ini petani bisa melihat kondisi hidroponik meskipun pada jarak yang jauh dan pada saat kita tidak berada di tempat budidaya hidroponik. 2 Penelitian Terkait
Tabel 1. Penelitian Terkait
No. Peneliti Judul Penelitian Bahasan Penelitian Penerbit
1. Padma Nyoman Crisnapati, dkk. [3] Hommons: Hydroponic management and monitoring system for an IOT based NFT farm using web technology
Sebuah prototype untuk mengontrol hidroponik dengan metode NFT menggunakan
mikrokontroler ESP8266 dan Rapsberry yang disajikan untuk
mengakomodasi server. Dan solar cell sebagai sumber energi power supply.
IEEE Ex plore 2. Tommy Dwi Putranto dan Bayu Fatchur Rohman. [5]
Rancang bangun sistem otomasi pemberian nutrisi dan
pencahayaan untuk tahap penyemaian benih selada pada perkebunan Surabaya hidroponik
Pembuatan sistem otomasi untuk pengendalian kepekatan nutrisi dan intensitas cahaya pada proses pembibitan hidroponik menggunakan mikrokontroler Arduino Uno dengan Sensor EC(Electrical Conductivity), RTC(Real Time Clock), dan modul SIM 900.
Institut Teknologi Sepuluh Nopember 3. Lintang Arini, dkk. [7] Pengontrol sirkulasi air untuk hidroponik berbasis IOT
Perancangan prototype metode penyiraman pada hidroponik berdasarkan jenisnya yaitu NFT, DFT dan berdasarkan tingkat
kelembaban tanah dengan menggunakan mikrokontroler ESP8266 dan sensor DHT22 dan sensor soil moisture.
Universitas Telkom 4. Yuga Hadfridar Putra, Sistem Pemantauan dan Pengendalian Nutrisi, Suhu, dan
Perancangan sistem pemantauan dan pengendalian hidroponik Jurnal Coding, Sistem
Dedi Triyanto, Suhardi. [20]
Tinggi Air pada Pertanian Hidroponik Berbasis Website
menggunakan sensor DS18B20, sensor ultrasonik, dan sensor TDS yang diolah menggunakan
mikrokontroler NodeMCU.
Komputer Untan
No. Peneliti Judul Penelitian Bahasan Penelitian Penerbit 5. Asri
Astari Dewi, dkk. [21]
Perancangan sistem nutrisi otomatis pada tanaman hidroponik dengan mikrokontroler Arduino Uno berbasis Android
Alat monitoring dengan sensor TDS dan sensor level air menggunakan limit switch dan hasilnya
ditampilkan pada LCD 16x2
Universitas Nusa Putra
3 Tinjauan Pustaka 3.1 Hidroponik
Hidroponik tersusun dari 2 kata bahasa Yunani yaitu kata hydro yang berarti air dan ponos yang berarti kerja atau daya, oleh karena itu secara harfiah hidroponik dapat diartikan menjadi memberdayakan air. Jadi hidroponik merupakan suatu cara budidaya tanaman dengan menggunakan media air. Hidroponik juga disebut berkebun tanpa tanah [5].
Prinsip budidaya tanaman secara hidroponik adalah memberikan/ menyediakan nutrisi yang diperlukan tanaman dalam bentuk larutan dengan cara disiramkan, diteteskan, dialirkan atau disemprotkan pada media tumbuh tanaman”. Tanaman yang bisa ditanam di media tanam hidroponik adalah golongan tanaman hortikultura, meliputi: tanaman sayur, tanaman buah, tanaman hias, pertamanan, dan tanaman obat-obatan. Pada hakekatnya berlaku untuk semua jenis tanaman baik tahunan, biennial, maupun annual [6].
Hidroponik sendiri dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu sistem aktif dan sistem pasif. Hidroponik sistem aktif yaitu diamana larutan air beserta nutrisi dibuat bergerak dan bersirkulasi dengan menggunakan pompa air. Contohnya adalah DFT (Deep Flow Technique), NFT (Nutrient Film Technique), dan Aeroponik. Sedangkan hidroponik sistem pasif yaitu larutan kaya nutrisi diserap oleh medium dan diteruskan ke akar tanaman, tanpa tersirkulasi.
3.2 Sistem Nutrient Film Technique (NFT)
NFT merupakan model budidaya hidroponik dengan meletakkan akar tanaman pada lapisan air yang dangkal. Air tersebut tersirkulasi dan mengandung nutrisi sesuai kebutuhan tanaman. Perakaran bisa berkembang di dalam larutan nutrisi. Karena di sekeliling perakaran terdapat selapis nutrisi, maka sistem ini dikenal dengan nama nutrient film
technique [8]
.
Dilihat dari cara pengairannya hidroponik NFT (Nutrient Film
Technique) termasuk dalam kelompok hidroponik sistem tertutup. Dalam
sistem tertutup ini larutan nutrisi bersirkulasi secara terus menerus selama 24 jam atau diatur dalam waktu tertentu dengan menggunakan pengatur waktu (timer). Menurut Copper (1972), NFT adalah sebuah sistem yang menggunakan “film” larutan nutrisi. Film atau lapisan tipis tersebut berupa larutan nutrisi setebal 1-3 mm, dipompa dan dialirkan melwati akar tanaman secara terus menerus dengan kecepatan aliran sekitar 1-2 liter per menit. Kemudian disirkulasi dan digunakan ulang selama beberapa minggu sesuai kebutuhan tanaman. Sebagian akar tanaman tumbuh di atas permukaan larutan nutrisi dan sebagian lagi terendam di dalamnya.
3.3 Teknologi IoT (Internet of Things)
Saat ini perkembangan teknologi internet telah memunculkan teknologi Internet of Thing. Internet of Thing menyediakan layanan canggih yang bisa menghubungkan dengan objek (Thing) baik fisik maupun virtual berdasarkan teknologi pertukaran informasi serta teknologi komunikasi.
IoT (Internet of Thing) dapat mengkoneksikan suatu peralatan dengan Internet untuk menjalankan berbagai fungsi. Perangkat IoT dapat diterapkan menggunakan embedded system (sistem tertanam), karena lebih hemat daya. Kekuatan IoT cocok sekali di implementasikan pada bidang pertanian karena karakteristik bidang pertanian, yang berpotensi sekali disentuh oleh IoT [9].
3.4 NodeMCU
NodeMCU pada dasarnya adalah pengembangan dari ESP8266
dengan firmware bersifat Open source dalam beberapa baris bahasa Lua. Pada NodeMCU dilengkapi dengan micro usb port yang berfungsi untuk pemrogaman maupun power supply. Selain itu juga pada NodeMCU di lengkapi dengan tombol tekan yaitu tombol reset dan flash. NodeMCU menggunakan bahasa pemorgamanan Lua yang merupakan package dari ESP8266. Bahasa Lua memiliki logika dan susunan pemrogaman yang sama dengan bahasa C hanya berbeda syntaxnya. Jika menggunakan bahasa Lua maka dapat menggunakan tool Lua loader maupun Lua uploader [7].
ESP8266 merupakan chip WiFi yang memiliki protokol TCP/IP yang lengkap. NodeMCU dapat diperumpamakan sebagai arduino-nya ESP8266. Program ESP8266 sedikit merepotkan karena diperlukan beberapa teknik wiring serta tambahan modul USB to serial untuk mengunduh program. Namun NodeMCU telah menjadikan ESP8266 ke dalam sebuah board yang sederhana dengan berbagai fitur. Beberapa fitur dari NodeMCU adalah Open source, interaktif, telah diprogram, biaya rendah, sederhana, dan sudah dilengkapi dengan chip WiFi.
3.5 Sensor TDS
TDS atau Total Dissolved Solid merupakan sensor yang digunakan untuk mengukur kepadatan terlarut dalam air. Dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur kepadatan terlarut dalam air yang ada pada tangki nutrisi. Air pada tangka akan mempunyai nilai PPM (Parts Per
million) ketika di tambah dengan nutrisi hidroponik yaitu cairan AB Mix.
Lalu sensor TDS akan memberikan sinyal kepada pin NodeMCU lalu memberikan display pada aplikasi Blynk tentang kandungan nutrisi yang ada pada tangki dalam satuan PPM [8].
3.6 Sensor Ultrasonik
Cara kerja sensor ultrasonik berdasarkan gelombang suara. Pada awal kerja gelombang suara dipancarkan oleh suatu bagian pengirim yang disebut Trigger, setelah gelombang suara dikirim dan terpantul oleh benda atau objek yang kita ukur, gelombang suara tersebut diterima atau ditangkap oleh suatu bagian yang disebut Echo. Dengan prinsip kerja
tersebut, kita bisa menghitung jarak suatu objek dengan cara menghitung waktu yang diperlukan mulai dari gelombang suara dikirim sampai diterima kembali [10]. Lamanya waktu ini sebanding dengan dua kali jarak sensor dengan obyek, sehingga didapat jarak sensor dengan obyek yang bisa ditentukan dengan persamaan:
T adalah waktu tempuh mulai dari gelombang suara dipancarkan sampai diterima kembali. Modul sensor ini tersusun dari sebuah chip pembangkit sinyal 40KHz.
3.7 Relay
Relay tersusun atas lilitan- lilitan yang bisa menjadikan saklar relai
membuka atau menutup. Relai merupakan suatu perangkat elektronika yang bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik. Kendali ON/OFF Relay ini bergantung pada nilai output sensor yang diproses terlebih dahulu pada mikrokontroller NodeMCU, kemudian akan memberikan perintah kerja pada relai ini [10].
3.8 Selenoid Valve
Perintah buka tutup solenoid valve berasal mikrokontroller melalui Relay kapan harus ON atau OFF. Solenoid valve berfungsi sebagai pintu aliran air. Solenoid valve mempunyai kumparan sebagai penggeraknya yang berfungsi untuk menggerakan plunger yang dapat digerakan oleh arus AC maupun DC. Sedangkan prinsip kerja dari solenoid valve adalah saat koil dari katup ini mendapat tegangan listrik maka koil tersebut membentuk medan listrik yang akan menggerakkan plunger yang berada di dalamnya [11].
3.9 Blynk
Blynk adalah aplikasi untuk iOS dan OS Android untuk mengontrol
Arduino, NodeMCU, Raspberry Pi dan sejenisnya melalui Internet. Aplikasi ini dapat digunakan untuk mengendalikan perangkat hardware,
menampilkan data sensor, menyimpan data, visualisasi, dan lain-lain. Aplikasi Blynk memiliki 3 komponen utama yaitu aplikasi, server, dan
libraries. Blynk server berfungsi untuk menangani semua komunikasi
diantara smartphone dan hardware. Widget yang tersedia pada Blynk diantaranya adalah button, value display, history graph, twitter, dan
e-mail. Blynk tidak terikat dengan beberapa jenis mikrokontroler namun
harus didukung hardware yang dipilih. NodeMCU dikontrol dengan internet melalui WiFi, chip ESP8266, Blynk akan dibuat online dan siap untuk Internet of Things [12].
4 Rancang Bangun Alat 4.1 Perancangan Hardware
Dalam perancangan hardware terdiri dari dua rancangan utama, yaitu perancangan sistem hidroponik plant dan sistem nutrisi otomatis yang selanjutnya akan dibahas sebagai berikut:
Gambar 1. Perancanga Hardware
Perancangan sistem otomatis dimulai dengan menghubungkan masukan berupa modul sensor- sensor dengan mikrokontroler Node MCU lalu dihubungkan kembali dengan keluaran yang berupa Relay yang sudah terintegrasi dengan solenoid valve. Dengan adanya power supply yang mendukung kerja sistem ini.
Gambar 2. Konfigurasi pin NodeMCU
4.3 Perancangan Program dengan Software Arduino IDE
Dalam merancang program sistem otomasi nutrisi hidroponik penelitian ini menggunakan software Arduino IDE sementara guna merancang antarmuka perangkat akan menggunakan aplikasi Blynk.
Software yang sering digunakan untuk pemograman sekaligus meng-upload program pada mikrokontroler, karena selain untuk arduino, software ini bisa digunakan pada papan mikrokontroler lain semisal
modul ESP8266. Software ini dapat berjalan di semua operating system seperti Windows, Mac, ataupun Linux. Perangkat lunak ini bisa diunduh dengan mudah di website resmi arduino. Software Arduino IDE bersifat
open-source yaitu sebuah perangkat sistem pengembangannya tidak
dikoordinasi oleh sebuah individu/ lembaga pusat dan selalu mendapatkan pembaruan dari suatu komunitas sehingga penggunaan
perangkat ini menggunakan bahasa C. Setelah sketch selesai dibuat dan tidak kesalahan maka disimpan dengan ekstensi .ino..
4.4 Perancangan Antarmuka dengan Aplikasi Blynk
Tersedia berbagai jenis widget pada aplikasi Blynk, dengan drag
and drop kita sudah bisa membuat antarmuka dari berbagai jenis modul
mikrokontroler. Blynk tidak terikat modul apapun dan dengan aplikasi ini kita bisa mengontrol apapun dari jarak jauh dimanapun serta kapanpun. Tujuan dari dibentuknya antarmuka dengan aplikasi Blynk ini adalah agar kita bisa memantau kondisi hidroponik.
Gambar 3. Antarmuka Kontrol pada Aplikasi Blynk
Pada tampilan antarmuka tersebut terdapat 1 Value Widget, dan 4
LED Widget, dimana fungsi dari widget- widget tersebut adalah:
Tabel 2. Fungsi dan Widget
Widget Fungsi
Value Display Berfungsi sebagai representasi nilai tds dalam satuan ppm. Nilai tersebut dihasilkan dari pembacaan sensor TDS lalu dihitung dengan persamaan yang diperoleh dari kalibrasi sensor.
LED Low Widget Sebagai penunjuk atau indikator jika level air dibawah batas bawah yang telah ditentukan.
atas yang sudah ditentukan.
LED Solenoid 1 Sebagai penunjuk atau indikator bahwa solenoid valve no.1 sudah terbuka(open).
LED Solenoid 2 Sebagai penunjuk atau indikator bahwa solenoid valve no.2 sudah terbuka(open).
5 Analisa dan Pengujian Alat 5.1 Cara Kerja Alat
Alat yang telah dibuat akan bekerja ketika Node MCU mendapatkan koneksi WiFi, setelah itu Node MCU sudah siap menerima dan mengolah data. Data berasal dari sensor TDS dan sensor ultrasonik. Dimana fungsi dari sensor TDS akan mendeteksi nilai kandungan padatan terlarut dalam bentuk ppm dan sensor ultrasonik akan mendeteksi ketinggian cairan nutrisi berbentuk indikator high dan low. Lalu sensor akan mengirimkan data ke Node MCU, setelah diolah data akan dikirimkan ke server Aplikasi Blynk. Pada aplikasi Blynk kita bisa memantau nilai kandungan nutrisi dan level cairan nutrisi dimanapun dan kapanpun. Ketika katup sensor TDS membaca kandungan nutrisi berada dibawah 560 ppm katup selenoid akan terbuka, setelah kandungan nutrisi melebihi nilai 840 ppm akan menutup kembali. Selain inputan berupa sensor yang mengubah kondisi katup selenoid, kita juga bisa mengoperasikan katup selenoid melalui antarmuka aplikasi Blynk.
5.2 Pengujian Sensor TDS
Tujuan dari pengujian sensor adalah untuk mengetahui berapa besar nilai kesalahan antara nilai pembacaan dari sensor dengan nilai yang didapat dari TDS meter. Nilai yang berasal dari sensor akan ditampilkan di Serial Monitor pada software Arduino IDE ditunjukkan pada gambar 4.1. Sedangkan nilai yang berasal dari TDS meter akan ditampilkan langsung pada alat tersebut.
Pada tabel 3 merupakan pengujian sensor TDS dan TDS meter dengan menambahkan garam lodium secara berkala, kemudian diukur oleh sensor TDS dan TDS meter sehingga didapatkan nilai presentase kesalahan.
Tabel 3. Data Hasil Pengujian Sensor TDS
No. Air (ml) Garam Iodium (gram)
Sensor TDS TDS meter %Error
1. 100 10 259 272 4.77
2. 100 25 449 420 6.90
3. 100 50 530 522 1.53
4. 100 75 701 703 0.28
5. 100 150 846 826 2.42
Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada tabel 4.1 maka didapatkan nilai persentase kesalahan rata- rata adalah sebesar 3.18 %. 5.3 Pengujian Sensor Ultrasonik
Pengujian pada sensor ultrasonik bertujuan juga untuk mengetahui mengetahui nilai presentase kesalahan pengukuran sensor dengan alat ukur standar. Pada pengujian ini digunakan penggaris sebagai alat ukur ketinggian larutan nutrisi. Yang ditunjukkan pada gambar 4.4.Sedangkan untuk hasil pengukuran dari sensor ultrasonik akan ditampilkan pada
Serial Monitor fitur dari software Arduino IDE.
Pada tabel 4 merupakan pengujian sensor Ultrasonik dan Penggaris dengan menambahkan air secara berkala, kemudian diukur oleh sensor Ultrasonik dan Penggaris sehingga didapatkan nilai presentase kesalahan.
Tabel 4. Hasil Pengujian Sensor Ultrasonik No. Pengukuran dengan
penggaris (cm) Pengukuran dengan sensor (cm) Selisih %Error 1. 3 3.2 0.2 0.44 2. 5 5.13 0.13 0.03 3. 7 7.00 0 0.00 4. 10 10.19 0.19 0.02 5. 15 15.11 0.11 0.01 6. 20 20.08 0.08 0.00 7. 25 25.19 0.19 0.01
Berdasarkan pengujian yang dilakukan pada tabel 4.2 maka didapatkan nilai persentase kesalahan rata- rata adalah sebesar 0.018 %.
Beberapa kesimpulan yang penulis dapatkan selama melakukan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Alat ini menerapkan sistem kontrol hidroponik otomatis dan bekerja dengan normal
2. Alat akan bekerja dan bisa dipantau secara mobile ketika terhubung dengan jaringan WiFi
3. Nilai yang ditampilkan pada aplikasi Blynk adalah kondisi level larutan berupa indikator high dan low. Sedangkan untuk keluaran sensor TDS berupa nilai tds dalam satuan ppm
4. Sensor TDS membaca kandungan nutrisi berada dibawah 560 ppm katup selenoid akan terbuka setelah kandungan nutrisi sudah melebihi nilai 840 ppm akan menutup kembali
5. Sensor Ultrasonik membaca level air bak penampungan jika Low katup selenoid akan terbuka dan ketika sudah High katup selenoid akan menutup kembali
Referensi
[1] Rosliani, R., Sumarni, N. 2005. Budidaya tanaman sayuran dengan
sistem hidroponik.Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran
[2] Helmy, Aji Rahmawati, dkk. 2018. Pemantauan dan Pengendalian
Kepekatan Larutan Nutrisi Hidroponik Berbasis Jaringan Sensor Nirkabel, JNTETI, Vol. 7, No. 4: 391-396
[3] Padma, Crisnapati, dan I Nyoman K.W. dkk, 2017. “Hommons:
Hydroponic Management and Monitoring System for an IOT based NFT Farm Using Web Technology”, Badung, Bali, Indonesia, IEEE: 1-6
[4] Dewi, Ernita, 2015. Internet of Things – Keamanan dan Privasi. Seminar Nasional dan Expo Teknik Elektro: 85-89
[5] Dwi, Tommy P, dan Bayu Fatchur R. 2016. Rancang Bangun Sistem
Otomasi Pemberian Nutrisi dan Pencahayaan untuk Tahap Penyemaian Benih Selada Pada Perkebunan Surabaya Hidroponik, Jurnal Elektro
ITS: 1-4
[6] Sutiyoso Y. 2004. Hidroponik Ala Yos. Jakarta:Penebar Swadaya
[7] Arini, Lintang. 2018. Pengontrol Sirkulasi Air untuk Hidroponik Berbasis
IOT. Jurnal Universitas Telkom
[8] Eridani, Dania, Olivia W, dkk., 2017. Designing and Implementing the
Arduino- based Nutrition Feeding Automation System of a Prototype Scaled Nutrient Film Technique (NFT) Hydroponics using Total
Dissolved Solids (TDS) Sensor. Int. Conf. on Information Tech.,
Computer, and Electrical Engineering (ICITACEE): 170-175
[9] Komaludin, Deden, 2018. Penerapan Teknologi Internet Of Thing (Iot)
pada Bisnis Budidaya. Prosiding: 682-690
[10] Kadir, Abdul, 2015. Buku Pintar Pemrograman Arduino. Penerbit Mediakom,Yogyakarta
[11] Irwansyah, Muhammad, dan Didi Istad. 2013. Pompa Air Aquarium
Menggunakan Solar Panel. Jurnal Integrasi, Vol. 5, No. 1:85-90
[12] Abdulaziz, Mohammed et al., 2015. Architecture of an IoT-based System
for Football Supervision (IoT Football). IEEE: 1-6
[13] Anum, Nor Z.Md, et al., 2017. The Development of Smart Flood
Monitoring System using Ultrasonic sensor with Blynk Applications.
IEEE International Conference on Smart Instrumentation, Measurement and Applications (ICSIMA): 1-6.
[14] Cahyono, B. 2003. Teknik Dan Strategi Budidaya Sawi Hijau. Yayasan Pustaka Nusantara. Yokyakarta.
[15] Indariani S. 2003. Hidup Sehat Dengan Produk Hortikultura Nusantara. Ditjen Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. DEPTAN. Jakarta.
[16] Jiang, Juyuan, and Lijing Li, 2011. The Research On The New Boiler
Water Level Automatic Control System. IEEE: 1807-1809.
[17] Noviandari, Lina, 2015. Dampak Internet of Things bagi Berbagai
Industri Global (INFOGRAFIS) di
https://id.techinasia.com/dampak-internet-of-things- bagi-berbagai-industri-global
[18] Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Yogyakarta : Kanisius. [19] Ruengittinun, Somchoke, et al, 2017. Applied Internet of Thing for Smart
Hydroponic Farming Ecosystem (HFE). International Conference on Ubi-
media Computing and Workshops (Ubi-Media): 1-4.
[20] Hadfridar, Yuga P, dan Dedi Triyanto, dkk. 2018. Sistem Pemantauan
dan Pengendalian Nutrisi, Suhu, dan Tinggi Air pada Pertanian Hidroponik Berbasis Website. Jurnal Komputer dan Aplikasi Untan.
[21] Astari, Asri Dewi, dkk. 2018. Perancangan Sistem Nutrisi Otomatis pada
Tanaman Hidroponik dengan Mikrokontroler Arduino Uno Berbasis Android. Universitas Nusa Putra.