JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020
21 MENINGKATKAN MUTU BELAJAR SESUAI DENGAN MINAT ANAK DIDIKDAN PEMECAHAN MASALAH Oleh:
Putu Ersa Rahayu Dewi,M.Pd. Dosen STAHN Mpu Kuturan Singaraja
Email: [email protected]
Ni Wayan Juli Artiningsih,M.Sn. Dosen STAHN Mpu Kuturan Singaraja Email: [email protected]
ABSTRACT
Students need to be given additional explanations in relationships related to the learning process, the process of personality formation and the process of character building, additional explanations are needed of course so that the main goals of education can be well organized, realizing that education has developed very far and has given birth to adequate methods and theories. but there is no humanism in student output at this time, it is necessary to instill character through increasing educational standards. Character education clearly aims to educate character, reason, mind and other psychological aspects. However, in accordance with human nature itself, as a unity between body and spirit, character education to improve the quality of students should be carried out from an early age with more main learning, namely teaching problem-solving approaches, and the interests of children who will become students later are appropriate. used as the main reference in the educational process and the learning process, because this process brings humans to progress, at the highest level of civilization as has happened and is experienced by contemporary society.
Keywords: Students, Character, Quality, Problem Solving, Interest.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kehidupan manusia, bahkan juga mahluk lain seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan jelas tidak dapat di bicarakan, atau dipahami secara terpisah, makna yang terkandung dalam kehidupan terdapat proses antar hubungan dan unsur-unsurnya dalam entitas secara keseluruhan, sebagai makna totalitas. Manusia cenderung hidup dengan mudah, bahkan sebaliknya menggunakannya kearah yang bersifat negative, sebab pada umumnya perbuatan yang negative tentu lebih mudah untuk dilakukan dan memiliki kesederhanaan pola pikir dari manusia tersebut. pentingnya manusia untuk memiliki pendidikan agar dapat memahami segala tingkah laku yang menjamin hidup dirinya dan orang lain disekitarnya menjadi baik bahkan lebih baik, namun secara kontekstual mutu jika dipadankan dengan kehidupan saat ini maka minat dari manusia yang akan menjadi peserta didik nantinya patut dijadikan acuan utama dalam proses pendidikannya. Meskipun dalam kegiatan pembelajaran pasti selalu di jumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi dasar dan penguasaan materi pembelajaran yang telah ditentukan. Secara garis besar kesulitan dimaksud disini adalah dapat berupa kurangnya pengetahuan prasyarat, kesulitan memahami materi pembelajaran, maupun kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan.
PINTU:Pusat Penjaminan Mutu
P ISSN 2746-7074 Volume 1 No 1, April 2020JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020
22 Masa anak menempuh pendidikan merupakan masa yang memegang peranan penting dalam rangka menanamkan sikap, tata tertib, sopan santun, bahkan juga prilaku beragama dan menuntut ilmu, tapi hakikat penanaman itu sendiri harus menjadi lebih berarti menjadi matang dalam kaitannya dengan penguasaan ilmu pengetahuan yang juga diperoleh melalui contoh-contoh pemecahan masalah melalui kasus-kasus dan bukan penanaman bahan teori ajar semata. Kasus maupun masalah dalam dunia pendidikan yang sifatnya formal, non romal dan informal terdapat dimana-mana, tidak dicari pun masalah-masalah tersebut akan datang dengan sendirinya kepada manusia atau peserta didik (Gunawijaya, 2020). Kemudian yang ditimpa masalah akan merasa hidupnya sulit sehingga ia harus mencari dan menemukan jalan keluar dari masalahnya tersebut, terkadang orang bisa dengan mudah dan cepat menyelesaikan masalah yang datang menghadang. Tapi tidak sedikit pula yang kalah dan gagal memecahkannya hingga hidupnya hancur berantakan. Inilah hal penting yang hendak dilaksanakan di pemberian mutu dalam peningkatan output siswa dengan lebih sering memberikan simulasi masalah sebagai bahan pengalaman hidup manusia (Ardiyasa, 2020) II. PEMBAHASAN2.1 Pengertian Pemecahan Masalah
Apa yang Dimaksud dengan Pemecahan Masalah? Masalah adalah hal yang tidak dapat kita hindari, karena kehidupan memang selalu menawarkan problematika baru yang perlu kita hadapi dan selesaikan. Dikarenakan masalah hadir untuk diselesaikan, maka munculah istilah yang dinamakan pemecahan masalah atau problem solving. Pemecahan masalah adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan cara mendefinisikan masalah, menentukan penyebab utama dari suatu permasalahan, mencari sebuah solusi dan alternatif untuk pemecahan masalah, dan mengimplementasikan solusi tersebut sampai masalah benar-benar dapat terselesaikan. Pemecahan masalah adalah suatu pemikiran yang terarah secara langsung untuk menemukan suatu solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah yang spesifik. Manusia normal pada umumnya menemukan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga secara nalar akan membuat suatu cara untuk menanggapi, memilih, menguji respons yang di dapat untuk memecahkan suatu masalah (Suadnyana, 2020). Tentunya, ada begitu banyak contoh pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya ketika sudah bekerja dan memiliki permasalahan dengan rekan kerja, maka perlu mencari tahu langkah-langkah pemecahan masalah apa yang seharusnya dan sebaiknya untuk diimplementasikan dalam permasalahan, tanpa menimbulkan masalah baru (Ardiyasa, 2020)
Langkah-langkah pemecahan masalah yang tepat akan memberikan pula tahapan pemecahan masalah apa yang perlu diambil terlebih dahulu. Ketika membiarkan sebuah permasalahan berlanjut secara berlarut-larut, ini menandakan bahwa secara individu manusia tersebut tidak memiliki keberanian untuk memecahkan masalah dengan baik dan tepat. Dan tentunya, tindakan seperti ini hanya akan menyusahkan kehidupannya di masa depan. Maka keterampilan untuk memecahkan masalah sangat perlu dimiliki semua orang (Somawati, et al., 2020)
Adapun beberapa langkah-langkah dalam pemecahan masalah yaitu sebagai berikut. Langkah 1: Identifikasi Masalah
Sebelum penyelesaian masalah atau langkah untuk memperbaikinya, sudah sepantasnya untuk mengenal, mengetahui, mempelajari, serta mengidentifikasi masalah
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020
23 tersebut. Karena dalam langkah pertama ini adalah cikal bakal penyelesaian yang baik akan tercapai. Langkah ini merupakan cara agar mengetahui sumber-sumber penyebab masalah. Salah satu pendekatan untuk menghadapi masalah baru yang akan muncul, bila mana adalah masalah yang tak terduga. Langkah 2: Mendiagnosa/Pengolahan Masalah
Langkah selanjutnya adalah langkah pengolahan masalah, atau mendiagnosa masalah. Dalam langkah ini ada hal yang harus dilakukan yakni menemukan cara yang paling baik untuk menghadapi masalah tersebut. Faktor apapun dapat mempengaruhi masalah ini, maka jangan lupa untuk memiliki rencana cadangan yang banyak. Karena dalam hal ini banyak sekali teman-teman atau orang-orang yang memiliki tujuan yangt baik, lalu sebab mendapatkan masalah yang besar dan rencana tidak sesuai keinginannya mereka frustasi. Hal yang paling sering terjadi adalah kegilaan. Maka dari itu membuat rencana cadangan bukanlah hal yang salah, bukan pula berlebihan, dan bukan pula takut gagal. Melainkan salah satu langkah pencegahan bila terjadi kemunculan masalah yang baru (Untara & Somawati, 2020)
Langkah 3: Solusi
Karena sudah adanya solusi, maka langkah ini adalah langkah perbaikan masalah. Pendapat dari argumen yang telah dibuat, rencana yang telah dijalankan, serta harapan yang selalu mengharap kepastian. Pada langkah ini, hendaknya menerapkan solusi yang sudah terpilih untuk memecahkan permasalahan yang ada. Akan tetapi, bukan berarti menerapkan solusi telah menandakan bahwa permasalahan dapat selesai begitu saja. Perlu ada tindak lanjut atau follow up yang dilakukan oleh orang-orang yang terlibat agar dapat meninjau bersama, apakah permasalahan yang ada sudah benar-benar terselesaikan atau belum.
2.2 Pentingnya Pemecahan Masalah Bagi Peserta Didik.
Manfaat Pemecahan Masalah Bagi Para Siswa, sebagai contoh pada mata pelajaran matematika, pemecahan masalah dapat berupa soal tidak rutin atau soal cerita, yaitu soal untuk prosedur yang benar diperlukan pemikiran yang lebih mendalam, oleh hal tersebut, pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis dan sistematis. Hal serupa dikemukakan oleh Muhsetyo, dkk (2007: 126) dalam bukunya yang menyatakan bahwa, “Manfaat dari pengalaman memecahkan masalah, antara lain adalah peserta didik menjadi:
1. Kreatif dalam berfikir
2. Kritis dalam menganalisa data, fakta dan informasi 3. Mandiri dalam bertindak dan bekerja.
Selain hal-hal tersebut dengan pemecahan masalah akan menumbuhkan sikap kreatif siswa dalam pembelajaran matematika, sehingga suasana pembelajaran akan lebih meningkatkan kemampuan siswa. Seperti apa yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1984: 238) bahwa, “Dalam pembelajaran matematika salah satu kegiatan yang dapat memupuk dan mengembangkan sikap kreatif adalah pemecahan masalah”. Dalam pemecahan masalah, siswa dituntut memiliki kemampuan menciptakan gagasan-gagasan atau cara-cara baru berkenaan dengan permasalahan yang dihadapinya (Darmawan I. P., 2019). Oleh karena itu, siswa
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020
24 memiliki kesempatan yang sangat terbuka untuk mengembangkan serta meningkatkan kemampuan berpikir melalui penyelesaian masalah-masalah yang bervariasi.Secara umum tujuan penggunaan metode problem solving (pemecahan masalah) adalah sebagai berikut:
1. Mencari jalan keluar dalam menghadapi masalah-masalah secara rasional. 2. Memecahkan masalah secara individual maupun secara bersama-sama.
3. Mencari cara pemecahan masalah untuk meningkatkan kepercayaan pada diri sendiri. 4. Untuk pembenaran pengajaran matematika.
5. Untuk menarik minat siswa akan nilai matematika, dengan isi yang berkaitan dengan masalah kehidupan nyata.
6. Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau prosedur khusus dalam matematika dengan menyediakan kegunaan kontekstualnya (dalam kehidupan nyata).
7. Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah suasana belajar rutin.
8. Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan secara langsung (mungkin ini peran yang paling banyak dilakukan selama ini).
9. Memberi kemampuan dan kecakapan praktis kepada siswa sehingga tak takut menghadapi hidup yang penuh problem serta mempunyai rasa optimisme yang tinggi. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan metode problem solving (pemecahan masalah) antara lain:
a. Mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah-masalah serta mengambil keputusan secara obyektif dan rasional.
b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis dan analitis.
c. Mengembangkan sikap toleransi terhadap orang lain serta sikap hati-hati dalam mengemukakan pendapat.
d. Memberikan pengalaman proses dalam menarik kesimpulan bagi siswa.
2.3 Apakah yang lebih utama, belajar melalui pemecahan masalah atau pemberian bahan pelajaran
Metafora “generasi muda harapan bangsa” sering di dengar dalam kehidupan sehari-hari, namun dalam pencapaiannya masih menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat secara umum dan tentunya siswa itu sendiri, memang jika dilihat dalam kesetaraan kedudukan menunjukan hal yang sangat penting yang sedang di pikulnya, dan untuk mewujudkan hal tersebut maka pemberian bekal yang tepat akan memudahkan siswa untuk mewujudka hal tersebut tanpa mangsangsikan hal-hal lain yang memiliki unsur yang penting juga dalam membangun output yang baik (Hartaka & Suadnyana, 2020).
Jika di tanya kembali tentang belajar melalui pemecahan masalah dan pemberian bahan ajar, tentu keduanya memiliki nilai yang sama namun dalam kondisi yang berbeda, jika yang di tekankan unutk penjaminan mutu seoran siswa teruamanya terakit nilai karakter tentu yang lebih utama yaitu Pembelajaran yang mengajarkan pendekatan pemecahan masalah kepada
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020
25 siswa karena dalam proses pembelajaran memungkinkan menghubungkan pengajaran dengan kehidupan sehari-hari dan dapat merangsang kemampuan intelektual dan daya pikir anak serta melatih dan membiasakan mereka dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya yaitu pada pelajaran matematika. Seperti yang diungkapkan Gagne (Suyanto 1996: 25) bahwa kalau seorang peserta didik dihadapkan suatu masalah maka pada akhirnnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah tetapi mereka dapat belajar sesuatu yang baru.Kelebihan Pendekatan Pembelajaran Problem Solving yaitu :
a. Belajar dengan pendekatan pembelajaran problem solving adalah belajar penuh makna.
b. Dapat menimbulkan motivasi belajar bagi siswa.
c. Merupakan teknik yang bagus untuk memahami isi pelajaran. d. Merangsnag perkembangan kemajuan berfikir siswa
Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Problem Solving yaitu :
a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan pembelajaran ini. Misalnya terbatasnya alat-lalat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya tidak dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran yang lain.
c. Manakala siswa yang tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan.
Kelebihan pemberian bahan pelajaran :
a. Berpusat pada kemampuan siswa yang beragam. b. Memiliki kontrol terhadap pencapaian hasil belajar.
c. Memiliki relevansi dengan kurikulum dalam hal tujuan dan cara pencapaiannya. Kelemahan pemberian bahan pelajaran :
a. Tidak mampu mempresentasikan gerakan , pemaparan materi bersifat linear, b. Tidak mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan.
c. Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahami bagian tertentu dari bahan ajar tersebut.
d. Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.
e. Tidak dapat mengakomodasi peserta didik dengan kemampuan baca terbatas karena bahan ajar cetak ditulis pada tingkat baca tertentu.
f. Memerlukan pengetahuan prasyarat agar peserta didik dapat memahami materi yang dijelaskan.
g. Peserta didik yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.
h. Cenderung digunakan sebagai hafalan.
i. Sebagian guru yang menuntut peserta didiknya untuk menghafal data, fakta, dan angka. Tuntutan ini akan membatasi penggunaan bahan ajar cetak hanya sebatas alat bantu menghafal.
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020
26 j. Memuat terlalu banyak terminologi dan istilah sehingga dapat menyebabkan bebankognitif yang besar kepada peserta didik.
k. Persentasi satu arah karena bahan ajar cetak tidak interaktif sehingga cenderung digunakan dengan pasif, tanpa pemahaman yang memadai (Gunawijaya, 2018).
Dari kelebihan dan kekurangan yang sudah dijelaskan tersebut, dapat dilihat beberapa point penitng yang menjadi nilai positif maupun negative, tentu masing-masing memiliki peranan ang penting dalam dunia pendidikan, namun seperti yang sudah diketahui bahwa yang lebih utama untuk menjamin mutu siswa agar menjadi pribadi yang berkarakter yakni dengan pemberian pembelajaran kepada anak didik yaitu melalui pemberian pemecahan masalah (Problem Solving), karena memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
III. PENUTUP 3.1. Simpulan
Pendidikan dan pengajaran merupakan ivestasi terpenting dalam kehidupan manusia, baik secara individual maupun kelompok, seperti bangsa dan Negara setiap orang berlomba-lomba menempuh pendidikan mencari ilmu pengetahuan, pendidikan dan pengajaran, apabila dilakukan dengan baik jelas akan menghasilkan berbgai manfaat, baik material, mapun spiritual, bahkan juga prestasi dan prestise. Pendidikan karakter jelas bertujuan untuk mendidik watak, akal, budi dan aspek-aspek kejiwaan lainya. Meskipun demikian, sesuai dengan hakikat manusia itu sendiri, sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, maka pendidikan karakter untuk meningkatkan mutu siswa hendaknya dilaksanakan sejak dini dengan pembelajaran yang lebih utama yaitu mengajarkan pendekatan pemecahan masalah kepada siswa karena dalam proses pembelajaran memungkinkan menghubungkan pengajaran dengan kehidupan sehari-hari dan dapat merangsang kemampuan intelektual dan daya pikir anak serta melatih dan membiasakan mereka dalam menghadapi masalah-masalah yang berhubungan dalam kehidupan sehari-hari. seorang peserta didik dihadapkan suatu masalah maka pada akhirnnya mereka bukan hanya sekedar memecahkan masalah tetapi mereka dapat belajar sesuatu yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyasa, I. N. S. (2020). Mitigasi Spritual dalam Naskah Lontar Roga Sanghara Bhumi. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 10(1), 27-36.
Ardiyasa, I. N. S. (2020). Napak Tilas Dang Hyang Niratha di Pulau Bali. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 9(2), 179-188.
Anggraini, P. M. R., & Gunawijaya, I. W. T. (2020). HUKUM ADAT KEKELUARGAAN DAN KEWARISAN DI BALI. Pariksa, 2(1).
Diana, I. K. D., & Darmawan, I. P. A. (2019). Ajaran Dharma Dalam Teks Yakṣa Praśna. Jñānasiddhânta: Jurnal Teologi Hindu, 1(1).
JURNAL Pusat Penjaminan Mutu, Volume 1, No. 1, April 2020
27 Friree, Paulo. 1984. “Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan”, (terjemahan A.A. Nugroho).PT Gramedia: Jakarta.
Gunawijaya, I. W. T., & Srilaksmi, N. K. T. (2020). Hambatan Pembelajaran Agama Hindu Terhadap Siswa Tuna Netra di Panti Mahatmia. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(3), 510-520.
Hartaka, I. M., & Suadnyana, I. B. P. E. (2020). DHARMA AGAMA DAN DHARMA NEGARA DI ERA KEKINIAN. Pariksa, 2(1).
Nawawi, Handari. 2005. Admimistrasi Pendidikan. Jakarta : Mutiara. Poloma, Margaret.M. 1987. Sosiologi Kontemporer. jakarta : Rajawali.
Ridwan. 2004. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabet.
Suadnyana, I. B. P. E. (2020). Dharma Yudha Karma dalam Kitab Suci Bhagavadgita. Sanjiwani: Jurnal Filsafat, 10(2), 119-134.
Somawati, A. V., Adnyana, K. S., Darmawan, I. P. A., Dewi, N. P. D. U., Untara, I. M. G. S., Suadnyana, I. B. P. E., ... & Srilaksmi, N. K. T. (2020). Bali vs COVID-19: Book Chapters. Nilacakra.
Untara, I. M. G. S., & Somawati, A. V. (2020). Internalisasi Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Dalam Keluarga Hindu Di Desa Timpag Kabupaten Tabanan. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 333-358.