• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN NIAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II ARAHAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA DI KABUPATEN NIAS"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

12

BAB II

ARAHAN PERENCANAAN

PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA

KARYA DI KABUPATEN NIAS

2.1. Konsep Perencanaan dan Pelaksanaan Program Cipta Karya.

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan pada berbagai peraturan perundangan dan amanat perencanaan pembangunan.

Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta green economy. Disamping isu umum, terdapat juga permasalahan dan potensi pada masing-masing daerah, sehingga dukungan seluruh stakeholders pada penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya sangat diperlukan.

Sumber: Direktorat Bina Program, 2014

Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan Infrastruktur BidangCipta Karya

2.2. Amanat Pembangunan Nasional Terkait Bidang Cipta Karya.

2.2.1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 terkait Bidang Cipta Karya

RPJPN 2005-2025 yang ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007, merupakan dokumen perencanaan pembangunan jangka panjang sebagai arah dan prioritas

(2)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

13

pembangunan secara menyeluruh yang akan dilakukan secara bertahap dalam jangka waktu 2005-2025. Dalam dokumen tersebut, ditetapkan bahwa Visi Indonesia pada tahun 2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”. Dalam penjabarannya RPJPN mengamanatkan pembangunan bidang Cipta Karya, yang dapat di uraikan sebagai berikut yaitu:

a. Dalam mewujudkan Indonesia yang berdaya saing maka pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemenuhan kebutuhan tersebut dilakukan melalui pendekatan tanggap kebutuhan (demand responsive approach) dan pendekatan terpadu dengan sector sumber daya alam dan lingkungan hidup, sumber daya air, serta kesehatan.

b. Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan maka Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada (1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi, (2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat, (3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional, dan (4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

Dalam mewujudkan visi pembangunan nasional terkait bidang cipta karya dapat ditempuh melalui misi pembangunan nasional yakni dengan “mewujudkan Indonesia asri dan lestari” dapat di aplikasikan dengan memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk permukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan.

Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 2005–2025 adalah mewujudkan bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang terkait bidang cipta karya diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok tersebut sesuai dengan bidang pembangunannya. Terkait dengan pembangunan bidang keciptakaryaan dapat diwujudkan dengan “terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.”

2.2.2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025 terkait Bidang Cipta Karya

Dalam suatu proses pembangunan suatu daerah, tidak terlepas dari suatu rencana yang terukur, sehingga proses pembangunan tersebut dapat dievaluasi sehingga program pembangunan dimaksud dapat berhasil. Demikian halnya dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Sumatera Utara yang memiliki Visi “Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam kebhinekaan”. Dalam dokumen visi RPJP Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005-2025 terkait keciptakaryaan adalah dengan terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang mapan yaitu masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara berimbang jasmani dan

(3)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

14

rohani, memiliki daya tahan terhadap pengaruh luar yang bersifat merusak, mampu meningkatkan kualitas kehidupannya termasuk lingkungan hidup yang semakin layak dengan tingkat kesenjangan yang semakin kecil.

Dalam mewujudkan visi pembangunan Provinsi Sumatera Utara terkait bidang cipta karya tersebut diatas dapat ditempuh melalui misi pembangunan daerah Sumatera Utara. Untuk mencapai hal ini, sudah barang tentu dibutuhkan misi yang jelas dalam mewujudkan rencana program pembangunan terkait dengan bidang keciptakaryaan yakni dengan mewujudkan Sumatera Utara yang asri dan lestari untuk menjamin keberlanjutan pembangunan yang sesuai dengan arahan RPJP Nasional tentang penuntasan permukiman kumuh. Untuk menciptakan Sumatera Utara yang asri dan lestari, maka pengelolaan pembangunan (penggalian dan pengolahan sumberdaya alam) perlu dilakukan secara bijaksana dalam arti menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dan pemeliharaan sumberdaya alam serta lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung dan kenyamanan hidup. Keseimbangan dimaksud hanya dapat dicapai melalui pemanfaatan ruang secara serasi antara berbagai pemanfaatan yaitu untuk permukiman, kegiatan sosial-ekonomi, upaya konservasi, keindahan /kenyamanan dan lain-lain.

2.2.3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Nias terkait Bidang Cipta Karya Tahun 2005-2025

Visi Pemerintah Daerah Kabupaten Nias dalam rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Nias Tahun 2005-2015 adalah “ MEWUJUDKAN KABUPATEN NIAS YANG MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS”. Hal tersebut dapat dijelaskan :

1.

Maju, suatu situasi dan kondisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Kabupaten Nias mengalami perkembangan yang lebih baik dalam berbagai aspek dan dimensi kehidupan dengan didukung oleh sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing, profesional serta berwawasan luas.

2.

Berbudaya, mengandung makna suatu kondisi peradaban yang telah mencapai tingkat perkembangan yang lebih baik, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan wujud budaya dalam jati diri sebagai ononiha ditengah-tengah bangsa dan negara Republik Indonesia.

3.

Religius, suatu perilaku meningkatnya ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan pengamalan nilai-nilai ajaran agama dalam perilaku kehidupan sehari-hari masyarakat Kabupaten Nias. Sikap menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agama ini tercermin dari sikap dan tingkah laku yang sesuai ajaran agama, yaitu saling menghormati diantara sesama pemeluk agama.

Dalam mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Kabupaten Nias telah menyusun misi yang menjadi acuan untuk mewujudkan komitmen visi dimaksud. Misi adalah merupakan komitmen tentang apa yang harus dicapai oleh Pemerintah Kabupaten Nias dalam usahanya mewujudkan visi. Adapun misi pembangunan daerah Kabupaten Nias dalam 20 (dua puluh) tahun kedepan sebagai berikut :

1. Mewujudkan perekonomian daerah yang kokoh dan tangguh 2. Mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana daerah

3. Mewujudkan kehidupan masyarakat yang berkualitas, religius, berbudaya dan taat hukum

4. Mewujudnya pemerintahan yang kuat, bersih, berwibawa, efektif dan efesien

Untuk mewujudkan hal tersebut khususnya untuk bidang cipta karya dapat di temui pada point 3 (tiga) rumusan misi rancangan RPJP Kabupaten Nias Tahun 2005-2025 yaitu “Mewujudkan peningkatan sarana dan prasarana daerah”, dimana hal ini dapat dijelaskan bahwa pembangunan sarana dan prasarana daerah yang memadai di Kabupaten Nias, yang bertujuan untuk menunjang pengembangan wilayah, penyediaan pelayanan dasar dan pengembangan ekonomi daerah. Wujud peningkatan sarana dan prasarana yang memadai itu antara lain ditandai dengan semakin terpenuhinya kebutuhan perumahan rakyat layak

(4)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

15

huni, meratanya kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan publik di seluruh wilayah sehingga tidak ada lagi wilayah yang terisolir.

Ketersediaan infrastruktur tersebut sangat berperan penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan di Kabupaten Nias. Pembangunan, peningkatan dan pengembangan kualitas dan aksesbilitas pelayanan bidang infrastruktur meliputi pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan untuk membuka keterisoliran wilayah, prasarana produksi, dan prasarana dasar dan utilitas umum sehingga mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial yang didukung dengan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta kesiapsiagaan menghadapi bencana.

2.2.4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional terkait Bidang Cipta Karya Tahun 2010-2014

RPJMN 2010-2014 yang ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dengan mendorong partisipasi masyarakat Dalam rangka pemenuhan hak dasar untuk tempat tinggal dan lingkungan yang layak sesuai dengan UUD 1945 Pasal 28H, pemerintah memfasilitasi penyediaan perumahan bagi masyarakat berpendapatan rendah serta memberikan dukungan penyediaan prasarana dan sarana dasar permukiman, seperti air minum, air limbah, persampahan dan drainase.

Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi dalam 20 tahunan mendatang dengan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, dan amanat pembangunan yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka Visi Pembangunan Nasional tahun 2005-2025 adalah: “Indonesia Yang Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur”.

Untuk mencapai visi pembangunan nasional tahun 2005-2025, adapun isi pembangunan nasional bidang keciptakaryaan adalah “Mewujudkan Indonesia asri dan lestari adalah memperbaiki pengelolaan pelaksanaan pembangunan yang dapat menjaga keseimbangan antara pemanfaaatan, keberlanjutan, keberadaan, dan kegunaan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan tetap menjaga fungsi, daya dukung, dan kenyamanan dalam kehidupan pada masa kini dan masa depan, melalui pemanfaatan ruang yang serasi antara penggunaan untuk pemukiman, kegiatan sosial ekonomi, dan upaya konservasi; meningkatkan pemanfaatan ekonomi sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan; memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup untuk mendukung kualitas kehidupan; memberikan keindahan dan kenyamanan kehidupan; serta meningkatkan pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan”.

Dokumen RPJMN juga menetapkan sasaran pembangunan infrastruktur permukiman pada periode 2010-2014, yaitu:

a. Tersedianya akses air minum bagi 70 % penduduk pada akhir tahun 2014, dengan perincian akses air minum perpipaan 32 persen dan akses air minum non-perpipaan terlindungi 38 %.

b. Terwujudnya kondisi Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) hingga akhir tahun 2014, yang ditandai dengan tersedianya akses terhadap sistem pengelolaan air limbah terpusat (off-site) bagi 10% total penduduk, baik melalui sistem pengelolaan air limbah terpusat skala kota sebesar 5% maupun sistem pengelolaan air limbah terpusat skala komunal sebesar 5 % serta penyediaan akses dan peningkatan kualitas sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site) yang layak bagi 90 % total penduduk. c. Tersedianya akses terhadap pengelolaan sampah bagi 80 % rumah tangga di daerah

perkotaan.

d. Menurunnya luas genangan sebesar 22.500 Ha di 100 kawasan strategis perkotaan. Untuk mencapai sasaran tersebut maka kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai, melalui:

(5)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

16

a. Menyediakan perangkat peraturan di tingkat Pusat dan/atau Daerah, b. Memastikan ketersediaan air baku air minum,

c. Meningkatkan prioritas pembangunan prasarana dan sarana permukiman,

d. Meningkatkan kinerja manajemen penyelenggaraan air minum, penanganan air limbah, dan pengelolaan persampahan,

e. Meningkatkan sistem perencanaan pembangunan air minum dan sanitasi, f. Meningkatkan cakupan pelayanan prasarana permukiman,

g. Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),

h. Mengembangkan alternatif sumber pendanaan bagi pembangunan infrastruktur, i. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta,

j. Mengurangi volume air limpasan, melalui penyediaan bidang resapan.

2.2.5. Arahan Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Utara 2013-2018 Bidang Cipta Karya

Visi Provinsi Sumatera Utara dalam RPJMD Tahun 2013-2018 adalah : “Menjadi Provinsi yang Berdaya Saing Menuju Sumatera Utara yang Sejahtera Penjelasan makna atas pernyataan Visi dimaksud adalah:

1) Menjadi, bermakna melakukan upaya pembangunan menuju kearah yang lebih baik; 2) Provinsi, bermakna pemerintah daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk

membina dan mengkoordinasikan pemerintah kabupaten/kota;

3) Sumatera Utara, bermakna seluruh wilayah dan komponen/lapisan masyarakat yang berdiam di Sumatera Utara, yang berasal dari berbagai ragam adat budaya, etnis, agama dan golongan yang memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan menikmati hasil pembangunan;

4) Berdaya Saing, bermakna kondisi perekonomian dan sosial kemasyarakatan berada diatas capaian nasional yang memiliki nilai tambah ekonomi dan mampu berkompetisi dengan memanfaatkan sumber daya, ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal; 5) Sejahtera, bermakna masyarakat Sumatera Utara memiliki pendapatan perkapita riil

yang lebih baik dari nasional dan menurunkan kesenjangan tingkat pendapatan masyarakat.

Dalam mewujudkan visi pembangunan Provinsi Sumatera Utara dalam RPJMD Tahun 2013-2018 tersebut diatas dapat ditempuh melalui misi pembangunan RPJMD Provinsi Sumatera Utara sebagai berikut:

1) Membangun reformasi birokrasi secara berkelanjutan guna mewujudkan tatakelola pemerintahan yang baik dan bersih (good governance and clean government).

2) Membangun sumber daya manusia yang memiliki integritas dalam berbangsa dan bernegara, religius dan berkompetensi tinggi.

3) Membangun dan meningkatkan kualitas infrastruktur daerah untuk menunjang kegiatan ekonomi melalui kerjasama antar daerah, swasta, regional dan internasional.

4) Meningkatkan kualitas standar hidup layak, kesetaraan dan keadilan serta mengurangi ketimpangan antar wilayah.

5) Membangun dan mengembangkan ekonomi daerah melalui pengelolaan sumberdaya alam lestari berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Adapun arah kebijakan yang menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Sumatera Utara bidang cipta karya antara lain dengan:

1. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan penumbuhan kawasan;

2. Meningkatkan Kualitas Standar Hidup Layak, Kesetaraan Dan Keadilan Serta Mengurangi Ketimpangan Antar Wilayah.

3. Membangun dan meningkatkan kualitas jaringan transportasi keseluruh bagian wilayah provinsi;

(6)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

17

5. Menyediakan dan memeratakan fasilitas sarana dan prasarana sosial ekonomi serta kesejahteraan sosial ekonomi (kesehatan, pendidikan, air minum, perumahan, permukiman, sanitasi, bantuan dan lainnya) ;

Dalam perkembangan saat ini, banyak aspek dari bidang cipta karya yang menjadi isu penting, baik yang berskala daerah maupun regional. Isu tersebut sangat mempengaruhi kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera dalam menghadapi permasalahan tersebut, terdapat isu-isu strategis bidang cipta karya dimaksud, antara lain :

1. Masih rendahnya kualitas lingkungan permukiman perkotaan dan perdesaan

2. Masih rendahnya layanan air minum dan sanitasi (drainase, air limbah, persampahan) 3. Masih kurangnya akses lingkungan pada kawasan ekonomi strategis (jalan poros

kawasan agropolitan)

4. Masih kurangnya kebijakan daerah tentang pembangunan Bidang Cipta Karya 5. Masih lemahnya perencanaan sektoral Bidang Cipta Karya di daerah

6. Masih lemahnya output dan outcome pembangunan dalam upaya penyelesaian permasalahan pembangunan Bidang Cipta Karya

2.2.6. Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Nias Tahun 2011-2016

Adapun visi Kabupaten Nias Tahun 2011-2016 adalah: “ Terwujudnya Masyarakat Kabupaten Nias Yang Berkeadilan, Sejahtera, Dan Mandiri Yang Dilayani Oleh Pemerintah Yang Bersih Dan Resposif”.

Visi Kabupaten Nias tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Berkeadilan, mengandung arti perwujudan pelayanan dan pembangunan yang adil dan merata, tanpa diskriminasi baik antar individu, gender, maupun antar wilayah, sehingga hasil dari pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Nias

Sejahtera, mengandung makna bahwa kondisi semua lapisan masyarakat secara menyeluruh dapat terpenuhi hak-hak dasarnya, terbebas dari kemiskinan, kemelaratan hidup dan buta aksara, serta sehat jasmani dan rohani

Mandiri, kondisi dimana masyarakat dan daerah memiliki kehidupan yang sejajar dengan masyarakat dan daerah lainnya yang telah maju dengan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, serta memiliki daya saing dan kesiapan menghadapi era globalisasi

Dilayani oleh pemerintah yang bersih dan responsive, mengandung makna bahwa pemerintah adalah pelayan masyarakat, dimana penyelenggaraan pemerintahan dilakukan secara bertanggungjawab, tertib administrasi dan tertib anggaran, bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme, dengan kebijakan yang selalu berpihak kepada kepentingan rakyat serta tanggap terhadap permasalahan masyarakat

Perwujudan visi pembangunan Kabupaten Nias jangka menengah ditempuh melalui misi pembangunan daerah. Misi merupakan komitmen untuk melaksanakan agenda-agenda utama yang menjadi penentu keberhasilan pencapaian visi pembangunan. Untuk mewujudkan visi di atas, yang menjadi kontinuitas dari arah pembangunan Kabupaten Nias dalam lima tahun terakhir, maka misi pembangunan daerah Kabupaten Nias jangka menengah Tahun 2011 – 2016, sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan efektif (Good Governance and Clean Gorvernment)

Tata kelola pemerintahan yang baik dan efektif merupakan elemen penting dalam memastikan pencapaian sasaran pembangunan daerah. Untuk itu perlu ditanamkan budaya baru dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan yaitu pemerintah yang melayani dengan tulus; tanggap terhadap keluhan masyarakat; profesional dan efisien dalam bekerja dengan motto “Membangun Tanpa Korupsi” Good governance bukan hanya bersih dan bebas dari korupsi, tetapi juga harus efektif, responsif, dan akuntabel serta memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh rakyat.

(7)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

18

Untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik harus didukung perbaikan tata pemerintahan dan aparatur meliputi kelembagaan, manajemen kepegawaian, tata kelola keuangan dan aset, perencanaan, pengawasan, pelayanan publik, tata laksana administrasi, sehingga terbentuk birokrasi pemerintah daerah yang profesional dan berkinerja tinggi, yang ditandai dengan semakin baiknya kualitas pelayanan publik khususnya di bidang pelayanan perizinan dan administrasi kependudukan, makin berkurangnya tingkat korupsi, serta makin banyaknya keberhasilan pembangunan yang inklusif dan berkeadilan.

2. Peningkatan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan berkeadilan

Pembangunan yang menekankan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berharkat, bermartabat, bermoral dan memiliki jati diri serta karakter tangguh baik dalam sikap mental, daya pikir maupun daya ciptanya. Selain itu pembangunan manusia sebagai insan menekankan pada pendidikan yang tinggi, sehat jasmani dan rohani serta bergizi.

Adapun pembangunan manusia sebagai sumberdaya pembangunan yaitu sebagai pelaku pembangunan menekankan pada manusia yang memiliki etos kerja produktif, keterampilan, kreatif dan inovatif, disiplin dan profesional, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga terwujud sumberdaya manusia yang maju dan mandiri sehingga mampu berdaya saing dalam era globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada.

Untuk itu pelayanan pendidikan, kesehatan dan keluarga berencana harus semakin berkualitas dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat pedesaan dan masyarakat miskin yang ditandai dengan membaiknya taraf pendidikan dan derajat kesehatan penduduk, meningkatnya partisipasi pemuda dalam pembangunan dan prestasi dibidang keolahragaan yang membanggakan daerah.

3. Peningkatan kualitas dan ketersediaan Infrastruktur wilayah dan prasarana daerah Meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan aksesibilitas pelayanan bidang infrastruktur meliputi pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan untuk membuka keterisoliran wilayah; prasarana produksi; dan prasarana dasar dan utilitas umum sehingga mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan sosial yang didukung dengan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta kesiapsiagaan menghadapi bencana

4. Meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat

Mengembangkan perekonomian daerah yang berlandaskan ekonomi kerakyatan dengan memberdayakan pengusaha kecil, menengah dan koperasi (UKM) dan seluruh kekuatan ekonomi daerah, yang berbasis pada pengembangan potensi lokal, sehingga mampu mampu meningkatkan nilai tambah produk unggulan daerah serta mendorong penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat 5. Mengembangkan kehidupan masyarakat Nias yang religius, berbudaya dan taat hukum

Meningkatkan kerukunan hidup umat beragama sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, dan harmonis yang didukung oleh berkembangnya nilai-nilai budaya ono niha (kearifan lokal) sebagai nilai-nilai baru yang positif dan produktif, serta kesadaran dan ketaatan pada hukum. Program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya mencakup: (a) hubungan yang rasional antara visi dan misi dengan prioritas program kepala daerah terpilih, (b) hubungan yang kuat dengan analisis daerah dan isu-isu strategik, (c) pernyataan yang umum guna memandu pengembangan program pembangunan tahunan selama lima tahun, dan (d) dikembangkan dalam suatu pemetaan strategi

(8)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

19

daerah. Strategi diperlukan untuk memperjelas arah pengembangan program prioritas kepala daerah.

Rumusan strategi menunjukkan keinginan yang kuat bagaimana pemerintah daerah menciptakan nilai tambah (value added) bagi stakeholder pembangunan daerah. Disini penting untuk mendapatkan parameter utama yang menunjukkan bagaimana strategis tersebut menciptakan nilai (strategy objective). Melalui parameter tersebut, dapat dikenali indikasi keberhasilan atau kegagalan suatu strategi sekaligus untuk menciptakan budaya ” berpikir stategik ” dalam menjamin bahwa transformasi menuju pengelolaan keuangan pemerintah daerah yang lebih baik, transparan, akuntabel dan berkomitmen terhadap kinerja, strategi harus dikendalikan dan di evaluasi (learning process).

Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan perumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari tahun ke tahun selama 5 (lima) tahun. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya.

Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Nias menitik beratkan pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka percepatan pembangunan diperlukan adanya arah kebijakan pembangunan selama 5 (lima) tahun ke depan. Arah Kebijakan pembangunan Kabupaten Nias merupakan derivasi dari arah kebijakan pembangunan nasional (RPJM Nasional) dan kebijakan pembangunan Provinsi Sumatera Utara (RPJMD Provinsi Sumatera Utara) dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya dan kearifan lokal masyarakat Kabupaten Nias. Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan perumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari tahun ke tahun selama 5 (lima) tahun. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya.

Arah kebijakan pembangunan Kabupaten Nias menitik beratkan pada upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka percepatan pembangunan diperlukan adanya arah kebijakan pembangunan selama 5 (lima) tahun ke depan. Arah Kebijakan pembangunan Kabupaten Nias merupakan derivasi dari arah kebijakan pembangunan nasional (RPJM Nasional) dan kebijakan pembangunan Provinsi Sumatera Utara (RPJMD Provinsi Sumatera Utara) dengan mempertimbangkan potensi sumberdaya dan kearifan lokal masyarakat Kabupaten Nias.

Adapun arah kebijakan RPJMD Kabupaten Nias Tahun 2011-2016 bidang cipta karya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas yang tercermin dari meningkatnya kesejahteraan masyarakat dan pemerataan pendapatan. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh pengurangan kemiskinan, pengurangan tingkat pengangguran yang diwujudkan dengan beberapa program yang menyentuh langsung kepada masyarakat seperti perbaikan kualitas sumber daya manusia, perbaikan infrastruktur dasar dan prasarana daerah, pemenuhan kebutuhan pangan serta menjaga dan memelihara lingkungan hidup secara berkelanjutan. Hal ini juga disebutkan dalam strategi dan arah kebijakan RPJMD Kabupaten Nias bidang cipta karya yang mempunyai misi untuk meningkatkan kualitas lingkungan pemukiman dan perumahan melalui penyediaan prasarana, sarana dasar, dan utilitas umum dengan arah kebijakan: meningkatkan pembangunan prasarana dan sarana air minum , persampahan, dan sanitasi lingkungan perumahan dan peemukiman pada kawasan perkotaan, kawasan kumuh, wilayah pesisir, dan pedesaan.

(9)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

20

2.2.7. Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia Dalam rangka transformasi ekonomi menuju negara maju dengan pertumbuhan otonomi 7-9 persen per tahun, Pemerintah menyusun MP3EI yang ditetapkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011. Dalam dokumen tersebut pembangunan setiap koridor ekonomi dilakukan sesuai tema pembangunan masing-masing dengan prioritas pada kawasan perhatian investasi (KPI MP3EI). Ditjen Cipta Karya diharapkan dapat mendukung penyediaan infrastruktur permukiman pada KPI Prioritas untuk menunjang kegiatan ekonomi di kawasan tersebut. Kawasan Perhatian Investasi atau KPI dalam MP3EI adalah adalah satu atau lebih kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat atau terhubung dengan satu atau lebih faktor konektivitas dan SDM IPTEK. Pendekatan KPI dilakukan untuk mempermudah identifikasi, pemantauan, dan evaluasi atas kegiatan ekonomi atau sentra produksi yang terikat dengan faktor konektivitas dan SDM IPTEK yang sama.

Sesuai dengan agenda RPJMN 2010-2014, pertumbuhan ekonomi perlu diimbangi dengan upaya pembangunan yang inklusif dan berkeadilan. Untuk itu, telah ditetapkan MP3KI dimana semua upaya penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mempercepat laju penurunan angka kemiskinan dan memperluas jangkauan penurunan tingkat kemiskinan di semua daerah dan di semua kelompok masyarakat. Dalam mencapai misi penanggulangan kemiskinan pada tahun 2025, MP3KI bertumpu pada sinergi dari tiga strategi utama, yaitu:

a. Mewujudkan sistem perlindungan sosial nasional yang menyeluruh, terintegrasi,dan mampu melindungi masyarakat dari kerentanan dan goncangan,

b. Meningkatkan pelayanan dasar bagi penduduk miskin dan rentan sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang,

c. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan (sustainable livelihood) masyarakat miskin dan rentan melalui berbagai kebijakan dan dukungan di tingkat lokal dan regional dengan memperhatikan aspek.

Kementerian Pekerjaan Umum, khususnya Ditjen Cipta Karya, berperan penting dalam pelaksanaan MP3KI, terutama terkait dengan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat (PNPMPerkotaan/ P2KP). MP3EI merupakan arahan strategis dalam percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia untuk periode 15 (lima belas) tahun terhitung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2025 dalam rangka pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005 – 2025 dan melengkapi dokumen perencanaan.

(10)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

21

MP3EI di Sumatera Utara

Koridor Ekonomi Sumatera mempunyai tema, yaitu menjadi pusat produksi dan pengolahan hasil bumi serta menjadi lumbung energi nasional. Secara geostrategis, Sumatera diharapkan menjadi “Gerbang ekonomi nasional ke Pasar Eropa, Afrika, Asia Selatan, Asia Timur, serta Australia”. Secara umum, Koridor Ekonomi Sumatera berkembang dengan baik di bidang ekonomi dan sosial dengan kegiatan ekonomi utama seperti perkebunan kelapa sawit, karet serta batubara. Namun demikian, Koridor Ekonomi Sumatera juga memiliki beberapa hal yang harus dibenahi, antara lain:

a. Adanya perbedaan pendapatan yang signifikan di dalam koridor, baik antar perkotaan dan perdesaan ataupun antar provinsi-provinsi yang ada di dalam koridor;

b. Pertumbuhan kegiatan ekonomi utama minyak dan gas bumi (share 20 persen dari PDRB koridor) yang sangat rendah dengan cadangan yang semakin menipis;

c. Investasi yang menurun dalam beberapa tahun terakhir;

d. Infrastruktur dasar yang kurang memadai untuk pengembangan industri, antara lain jalan yang sempit dan rusak, rel kereta api yang sudah rusak dan tua, pelabuhan laut yang kurang efisien serta kurangnya tenaga listrik yang dapat mendukung industri.

Dalam jangka panjang, pengembangan koridor ekonomi di Koridor Ekonomi Sumatera di arahkan pada empat kegiatan ekonomi utama pengembangan koridor yaitu kegiatan ekonomi utama kelapa sawit, karet, batubara dan besi baja. Untuk mendukung pengembangan setiap kegiatan ekonomi utama tersebut diperlukan upaya peningkatan konektivitas, seperti pembangunan jalan raya dan jalur rel kereta api lintas timur, dari Banten Utara sampai Aceh di ujung barat-laut. Penguatan konektivitas di Koridor Ekonomi Sumatera juga dilakukan pada konektivitas intra koridor (konektivitas di dalam koridor), konektivitas antar koridor (dari dan ke koridor), serta konektivitas internasional (konektivitas koridor dengan dunia internasional).

Dalam pengembangan Koridor Ekonomi Sumatera, pembangunan struktur ruang di provinsi diarahkan untuk memahami pola pergerakan dari kebun (karet dan sawit), dan tambang batubara sebagai kegiatan ekonomi utama menuju tempat pengolahan dan atau kawasan industri yang selanjutnya menuju pelabuhan. Maka di setiap provinsi, penentuan prioritas dan kualitas pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan dan jembatan, kereta api, pelabuhan dan bandar udara diarahkan untuk melayani angkutan barang untuk menunjang kegiatan ekonomi utama.

Di samping itu, mengingat Pulau Sumatera bagi Indonesia adalah gerbang di sisi barat, maka hub internasional berupa pelabuhan utama bagi pelayaran internasional perlu ditetapkan di pantai timur Pulau Sumatera. Terkait dengan hal ini maka pelabuhan Kuala Tanjung dinilai dapat memenuhi syarat sebagai Alternatif Pelabuhan Hub Internasional di sisi Barat Indonesia. Pelabuhan utama yang berfungsi sebagai hub internasional di sisi Barat menjadi penting untuk membuka dan memperbesar peluang pembangunan di luar Jawa dan pada saat yang sama mengurangi beban Pulau Jawa

Di dalam strategi pembangunan ekonominya, Koridor Ekonomi Sumatera berfokus pada tiga kegiatan ekonomi utama, yaitu kelapa sawit, karet, serta batubara yang memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi mesin pertumbuhan ekonomi koridor ini. Selain itu, kegiatan ekonomi utama pengolahan besi baja yang terkonsentrasi di Banten juga diharapkan menjadi salah satu lokomotif pertumbuhan koridor ini, terutama setelah adanya upaya pembangunan Jembatan Selat Sunda.

a. Kelapa Sawit

Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit di Sumatera memegang peranan penting bagi suplai kelapa sawit di Indonesia dan dunia. Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia sejak 2007, menyusul Malaysia yang sebelumnya adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia.

Kelapa sawit adalah sumber minyak nabati terbesar yang dibutuhkan oleh banyak industri di dunia. Di samping itu, permintaan kelapa sawit dunia terus mengalami pertumbuhan sebesar 5 persen per tahun. Pemenuhan permintaan kelapa sawit dunia didominasi oleh produksi Indonesia. Indonesia memproduksi sekitar 43 persen dari total

(11)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

22

produksi minyak mentah sawit (Crude Palm Oil/CPO) di dunia. Pertumbuhan produksi kelapa sawit di Indonesia yang sebesar 7,8 persen per tahun juga lebih baik dibanding Malaysia yang sebesar 4,2 persen per tahun.

Di Sumatera, kegiatan ekonomi utama kelapa sawit memberikan kontribusi ekonomi yang besar. Di mana 70 persen lahan penghasil kelapa sawit di Indonesia berada di Sumatera dan membuka lapangan pekerjaan yang luas. Sekitar 42 persen lahan kelapa sawit dimiliki oleh petani kecil.

b. Karet

Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alami di dunia (sekitar 28 persen dari produksi karet dunia di tahun 2010), sedikit di belakang Thailand (sekitar 30 persen). Di masa depan, permintaan akan karet alami dan karet sintetik masih cukup signifikan, karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif yang tentunya memerlukan ban yang berbahan baku karet sintetik dan karet alami. Harga karet sintetik yang terbuat dari minyak bumi akan sangat berfluktuasi terhadap perubahan harga minyak dunia. Demikian pula dengan harga karet alami yang akan tergantung pada harga minyak dunia oleh karena karet alami dan karet sintetik adalah barang yang saling melengkapi (complementary goods). Terlebih dengan penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi untuk pengolahan kedua jenis karet tersebut, maka tentunya harga karet alami dan karet sintetik sangat tergantung dengan kondisi harga minyak dunia.

Dengan semakin meningkatnya industri otomotif di kawasan Asia, dan kawasan lain di dunia diharapkan hal ini juga meningkatkan permintaan akan karet alami. Dalam produksi karet mentah dari perkebunan, Sumatera adalah produsen terbesar di Indonesia dan masih memiliki peluang peningkatan produktivitas. Koridor Ekonomi Sumatera menghasilkan sekitar 65 persen dari produksi karet nasional.

Khususnya komoditas karet, Kabupaten Nias merupakan salah satu sumber produksi karet di sumatera utara yang cukup besar dimana karet merupakan komoditas penting di Kabupaten Nias, hal ini dapat melihat perkembangan luas tanaman perkebunan rakyat dan perkembangan produksi karet melalui table dibawah ini:

Tabel 2.1. Perkembangan Luas Tanaman Perkebunan Rakyat PERKEMBANGAN LUAS TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT (Ha)

No. Jenis Tanaman TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

1. Karet1 7.410 7.950 8.006 8.046 8.246

Tabel 2.2. Perkembangan Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat PERKEMBANGAN PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT (Ha)

No. Jenis Tanaman TAHUN

2008 2009 2010 2011 2012

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]

1. Karet1 49.500 50.200 5.816 6.091 10.296

c. Batubara

Secara umum, batubara merupakan kegiatan ekonomi utama yang sangat menarik di Indonesia karena kuatnya permintaan dari Asia Pasifik serta permintaan dalam negeri yang bertumbuh pesat. Indonesia merupakan negara yang kaya akan batubara dan pengekspor batubara termal terbesar di dunia (sekitar 26 persen dari ekspor dunia) disusul oleh Australia dengan 19 persen dari ekspor dunia. Dari total cadangan sumber

(12)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

23

daya batubara (104,8 miliar ton) di Indonesia, sebesar 52,4 miliar ton berada di Sumatera, dan sekitar 90 persen dari cadangan di Sumatera tersebut berada di Sumatera Selatan. Dengan produksi batubara sekitar 200 juta ton/tahun, Indonesia memiliki cadangan batubara untuk jangka waktu panjang.

Sumberdaya alam khususnya batu bara yang terdapat di Kabupaten Nias berupa bahan tambang Galian mineral non logam dan batubara. Kawasan Pertambangan berupa batubara terdapat di Kecamatan Hiliduho dengan luas kawasan kurang lebih 402,96 Ha dan selain kawasan peruntukan usaha pertambangan diatas, terdapat potensi pertambangan yang berada dalam Kawasan Hutan Lindung menurut Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 44 Tahun 2005 yang terdapat di Kecamatan Hiliduho seluas 1.976,55 Ha. Hal ini memungkinkan Kabupaten Nias dapat mengolah sumber daya alam tersebut, tetapi hingga saat ini masih belum disentuh oleh karena sarana pendukung dan iklim investasi di Kabupaten Nias masih belum berkembang.

2.2.8. Kawasan Ekonomi Khusus

UU No. 39 Tahun 2009 menjelaskan bahwa Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu. KEK dikembangkan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi dan berfungsi untuk menampung kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional. Di samping zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona fasilitas pendukung dan perumahan bagi Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal ini diharapkan dapat mendukung infrastruktur permukiman pada kawasan tersebut sehingga menunjang kegiatan ekonomi di KEK.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di sumatera utara telah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahaun 2012 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangke. Dalam Peraturan Pemerintah tersebut KEK Sei Mangke mempunyai luas seluas 2.002,77 ha (dua ribu dua koma tujuh tujuh hektar are) yang terletak dalam wilayah Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara. Kawasan Ekonomi Khusus Sei Mangkei terdiri atas: Zona Industri; Zona Logistik; dan Zona Pariwisata.

2.2.9. Direktif Presiden Program Pembangunan Berkeadilan

Dalam Inpres No. 3 Tahun 2010, Presiden RI mengarahkan seluruh Kementerian, Gubernur, Walikota/Bupati, untuk menjalankan program pembangunan berkeadilan yang meliputi Program pro rakyat, Keadilan untuk semua, dan Program Pencapaian MDGs. Ditjen Cipta Karya memiliki peranan penting dalam pelaksanaan Program Pro Rakyat terutama program air bersih untuk rakyat dan program peningkatak\n kehidupan masyarakat perkotaan. Sedangkan dalam pencapaian MDGs, Ditjen Cipta Karya berperan dalam peningkatan akses pelayanan air minum dan sanitasi yang layak serta pengurangan permukiman kumuh.

2.3. Amanat Peraturan Perundangan terkait Bidang Cipta Karya

Ditjen Cipta Karya dalam melakukan tugas dan fungsinya selalu dilandasi peraturan perundangan yang terkait dengan bidang Cipta Karya, antara lain UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, UU No. 7 tahun 2008 tentang Sumber Daya Air, dan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan.

(13)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

24

2.3.1. Arahan Pengembangan Permukiman (Bangkim)

Aturan yang mengatur tentang pengembangan permukiman di Indonesia dilandaskan pada Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman dimnana undang-undang ini membagi tugas dan kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan permukiman mempunyai tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota.

f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman.

h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman.

j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

Adapun wewenang Pemerintah Kabupaten dalam menjalankan tugasnya yaitu:

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundangundangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Selain mengatur tugas dan wewenang, Undang-undang ini juga mengatur penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,

(14)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

25

penyediaan tanah pendanaan dan pembiayaan, hak kewajiban dan peran masyarakat. UU ini mendefinisikan permukiman kumuh sebagai permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan, terdiri dari pengawasan, pengendalian, dan pemberdayaan masyarakat, serta upaya peningkatan kualitas permukiman, yaitu pemugaran, peremajaan, dan permukiman kembali.

2.3.2. Arahan Penataan Bangunan Gedung

Dasar hukum yang mendasari tentang bangunan gedung di Indonesia terdapat pada Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Undang-undang ini menjelaskan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Persyaratan administratif meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, dan izin mendirikan bangunan. Sedangkan persyaratan teknis meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, yang ditetapkan melalui Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

Disamping itu, peraturan tersebut juga mengatur beberapa hal sebagai berikut:

a. Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan gedung, ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya. Di samping itu, sistem penghawaan, pencahayaan, dan pengkondisian udara dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip penghematan energi dalam bangunan gedung (amanat green building).

b. Bangunan gedung dan lingkungannya yang ditetapkan sebagai cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan harus dilindungi dan dilestarikan. Pelaksanaan perbaikan, pemugaran, perlindungan, serta pemeliharaan atas bangunan gedung dan lingkungannya hanya dapat dilakukan sepanjang tidak mengubah nilai dan/atau karakter cagar budaya yang dikandungnya.

c. Penyediaan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat dan lanjut usia merupakan keharusan bagi semua bangunan gedung.

2.3.3. Arahan Pengembangan Sumber Daya Air

Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pada dasarnya mengatur pengelolaan sumber daya air, termasuk didalamnya pemanfaatan untuk air minum. Dalam hal ini, negara menjamin hak setiap orang untuk mendapatkan air bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupannya yang sehat, bersih, dan produktif. Pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum dimana Badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah menjadi penyelenggaranya. Air minum rumah tangga tersebut merupakan air dengan standar dapat langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu dan dinyatakan sehat menurut hasil pengujian mikrobiologi Selain itu, diamanatkan pengembangan sistem penyediaan air minum diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan prasarana dan sarana sanitasi.

A. Drainase

Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di Indonesia dan pembangunan tempat tinggal penduduk yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang

(15)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

26

(RTR) seperti di daerah-daerah yang seharusnya jadi resapan/tempat parkir air (Retarding Pond) dan daerah-daerah bantaran sungai mengakibatkan peningkatan volume air yang masuk ke saluran drainase dan sungai sehingga terlampauinya kapasitas penyediaan prasarana dan sarana drainase perkotaan dan daya tampung sungai. Sebagai akibat dari permasalahan tersebut adalah terjadinya banjir atau genangan yang semakin meningkat. Drainase yang dimaksud disini adalah drainase perkotaan yang didefinisikan sebagai drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengelola dan mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat. Dalam upaya pengelolaan sistem drainase di banyak kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat parsial, sehingga tidak enyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas.

B. Arahan Pengembangan Penyediaan Air Minum

Dalam hal penyediaan air minum, melalui Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Perencanaan Teknis Prasarana dan Sarana Air Minum (perencanan pengembangan SPAM) telah dijelaskan tentang pentingnya Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) dalam hal pengelolaannya. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Penyelenggaraan pengembangan SPAM ini merupakan kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum.

Terkai dengan SPAM di atas, melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18 tahun 2007, Rencana induk pengembangan SPAM adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya.

Rencana Jangka Panjang (15-20 tahun) yang merupakan tahap awal perencanaan air minum Jaringan Perpipaan dan Bukan Jaringan Perpipaan dengan mempertimbangkan keterpaduan dengan sanitasi. Hal ini disusun dengan memperhatikan:

1. Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air 2. Rencana Tata Ruang Wilayah

3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM

4. Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat 5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangannya

2.3.4. Arahan Pengelolaan Persampahan

Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan Sampah menyebutkan bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga dilakukan dengan pengurangan sampah, dan penanganan sampah. Upaya pengurangan sampah dilakukan dengan pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi:

a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah,

(16)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

27

b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu, c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat

penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir.

d. Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Undang-undang tersebut juga melarang pembuangan sampah secara terbuka di tempat pemrosesan akhir. Oleh karena itu, Pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah yang menggunakan sistem pembuangan terbuka dan mengembangkan TPA dengan sistem controlled landfill ataupun sanitary landfill

2.3.5. Arahan Pengembangan Rumah Susun

Dalam memenuhi kebutuhan hunian yang layak, Ditjen Cipta Karya turut serta dalam pembangunan Rusunawa yang dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2011. Dalam undang-undang tersebut Rumah Susun didefinisikan sebagai bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Peraturan ini juga mengatur perihal pembinaan, perencanaan, pembangunan, penguasaan, pemilikan, dan pemanfaatan, pengelolaan, peningkatan kualitas, pengendalian, kelembagaan, tugas dan wewenang, hak dan kewajiban, pendanaan dan sistem pembiayaan,

dan peran masyarakat.

2.4. Amanat Internasional Bidang Cipta Karya

Pemerintah Indonesia secara aktif terlibat dalam dialog internasional dan perumusan kesepakatan bersama di bidang permukiman. Beberapa amanat internasional yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan dan program bidang Cipta Karya meliputi Agenda Habitat, Konferensi Rio+20, Millenium Development Goals, serta Agenda Pembangunan Pasca 2015.

2.4.1. Agenda Habitat

Pada tahun 1996, di Kota Istanbul Turki diselenggarakan Konferensi Habitat II sebagai kelanjutan dari Konferensi Habitat I di Vancouver tahun 1976. Konferensi tersebut menghasilkan Agenda Habitat, yaitu dokumen kesepakatan prinsip dan sasaran pembangunan permukiman yang menjadi panduan bagi negara-negara dunia dalam menciptakan permukiman yang layak dan berkelanjutan. Salah satu pesan inti yang menjadi komitmen negara-negara dunia, termasuk Indonesia, adalah penyediaan tempat hunian yang layak bagi seluruh masyarakat tanpa terkecuali, serta meningkatkan akses air minum, sanitasi, dan pelayanan dasar terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan kelompok rentan.

2.4.2. Konferensi Rio+20

Pada Juni 2012, di Kota Rio de Janeiro, Brazil, diselenggarakan KTT Pembangunan Berkelanjutan atau lebih dikenal dengan KTT Rio+20. Konferensi tersebut menyepakati dokumen The Future We Want yang menjadi arahan bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di tingkat global, regional, dan nasional. Dokumen memuat kesepahaman pandangan terhadap masa depan yang diharapkan oleh dunia (common vision) dan

(17)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

28

penguatan komitmen untuk menuju pembangunan Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya berkelanjutan dengan memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg Plan of Implementation 2002. Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tiga) isu utama bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: (i) Ekonomi Hijau dalam konteks pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan, (ii) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tingkat global, serta (iii) kerangka aksi dan instrument pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Kerangka aksi tersebut termasuk penyusunan Sustainable Development Goals (SDGs) post- 2015 yang mencakup 3 pilar pembangunan berkelanjutan secara inklusif, yang terinspirasi dari penerapan Millennium Development Goals (MDGs). Bagi Indonesia, dokumen ini akan menjadi rujukan dalam pelaksanaan rencana pembangunan nasional secara konkrit, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025).

2.4.3. Millenium Development Goals

Pada tahun 2000, Indonesia bersama 189 negara lain menyepakati Deklarasi illenium sebagai bagian dari komitmen untuk memenuhi tujuan dan sasaran pembangunan millennium (Millenium Development Goals). Konsisten dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen penganggarannya. Sesuai tugas dan fungsinya, Ditjen Cipta Karya memiliki kepentingan dalam pemenuhan target 7C yaitu menurunkan hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak dan fasilitas sanitasi dasar layak hingga tahun 2015. Di bidang air minum, cakupan pelayan air minum saat ini (2013) adalah 61,83%, sedangkan target cakupan pelayanan adalah 68,87% yang Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya perlu dicapai pada tahun 2015. Di samping itu, akses sanitasi yang layak saat ini baru mencapai 58,60%, masih kurang dibandingkan target 2015 yaitu 62,41%.

Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga turut berperan serta dalam pemenuhan target 7D yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh (minimal 100 juta) pada tahun 2020. Pemerintah Indonesia menargetkan luas permukiman kumuh 6%, padahal data terakhir (2009) proporsi penduduk kumuh mencapai 12,57%. Untuk memenuhi target MDGs di bidang permukiman, diperlukan perhatian khusus dari seluruh pemangku kepentingan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten/kota perlu melakukan optimalisasi kegiatan penyediaan infrastruktur permukiman dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs. 2.4.4. Agenda Pembangunan Pasca 2015

Pada Juli 2012, Sekjen PBB membentuk sebuah Panel Tingkat Tinggi untuk memberi masukan kerangka kerja agenda pembangunan global pasca 2015. Panel ini diketuai bersama oleh Presiden Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Perdana Menteri David Cameron dari Inggris, dan beranggotakan 24 orang dari berbagai negara. Pada Mei 2013, panel tersebut mempublikasikan laporannya kepada Sekretaris Jenderal PBB berjudul “A New Global Partnership: Eradicate Poverty and Transform Economies Through Sustainable Development”. Isinya adalah rekomendasi arahan kebijakan pembangunan global pasca-2015 yang dirumuskan berdasarkan tantangan pembangunan baru, sekaligus pelajaran yang diambil dari implementasi MDGs. Dalam dokumen tersebut, dijabarkan 12 sasaran indikatif pembangunan global pasca 2015, sebagai berikut:

a. Mengakhiri kemiskinan

b. Memberdayakan perempuan dan anak serta mencapai kesetaraan gender Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya 37

(18)

Rencana terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Kabupaten Nias 2015-2019

29

c. Menyediakan pendidikan yang berkualitas dan pembelajaran seumur hidup d. Menjamin kehidupan yang sehat

e. Memastikan ketahanan pangan dan gizi yang baik f. Mencapai akses universal ke Air Minum dan Sanitasi g. Menjamin energi yang berkelanjutan

h. Menciptakan lapangan kerja, mata pencaharian berkelanjutan, dan pertumbuhan berkeadilan

i. Mengelola aset sumber daya alam secara berkelanjutan

j. Memastikan tata kelola yang baik dan kelembagaan yang efektif k. Memastikan masyarakat yang stabil dan damai

l. Menciptakan sebuah lingkungan pemungkin global dan mendorong pembiayaan jangka panjang

Dari sasaran indikatif tersebut, Ditjen Cipta karya berkepentingan dalam pencapaian sasaran 6 yaitu mencapai akses universal ke air minum dan sanitasi. Adapun target yang diusulkan dalam pencapaian sasaran tersebut adalah:

a. Menyediakan akses universal terhadap air minum yang aman di rumah, dan di sekolah, puskesmas, dan kamp pengungsi,

b. Mengakhiri buang air besar sembarangan dan memastikan akses universal ke sanitasi di sekolah dan di tempat kerja, dan meningkatkan akses sanitasi di rumah tangga sebanyak x%,

c. Menyesuaikan kuantitas air baku (freshwater withdrawals) dengan pasokan air minum, serta meningkatkan efisiensi air untuk pertanian sebanyak x%, industri sebanyak y% dan daerah-daerah perkotaan sebanyak z%,

d. Mendaur ulang atau mengolah semua limbah cair dari daerah perkotaan dan dari industri sebelum dilepaskan.

Selain memperhatikan sasaran dan target indikatif, dokumen laporan tersebut juga menekankan pentingnya kemitraan baik secara global maupun lokal antar pemangku kepentingan pembangunan. Kemitraan yang dimaksud memiliki prinsip inklusif, terbuka, dan akuntabel dimana seluruh pihak duduk bersama-sama untuk bekerja bukan tentang Pedoman Penyusunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya bantuan saja, melainkan juga mendiskusikan kerangka kebijakan untuk mencapai pembangunan berkelanjutan.

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Perencanaan Pembangunan   Infrastruktur BidangCipta Karya
Tabel 2.1. Perkembangan Luas Tanaman Perkebunan Rakyat

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi kerja terhadap kinerja guru SMKN 1 Banyumas, (2)

Solusi untuk permasalahan tersebut antara lain sosialisasi GMP dan pelatihan pembuatan dodol pisang cici kepada pelaku UMKM Dodol Loren, sosialisasi kemasan sekunder

Hal ini dikarenakan, adanya tata kelola desa wisata berbasis kerakyatan yang mampu mendorong program percepatan desa wisata, dimana masyarakat berpartisipasi dengan

Apabila dilihat dari lima kontruk kualitas belanja daerah, hampir semua kontruk belanja daerah Kabupaten Serang masuk dalam kategori tinggi dan sangat tinggi setiap

Sebuah tag RFID selangkah lebih maju dengan mengemisikan sebuah nomor seri unik di antara jutaan obyek yang identik, sehingga ia dapat mengindikasikan “Ini

Inkubator Bisnis yang selama ini dikenal sebagai tempat bagi mahasiswa yang ingin berwirausaha, menjadikan inkubator bisnis ini sebagai batu loncatan menuju kewirausahaan

Berdasarkan hasil post-test pada lampiran 29 dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 21 Batanghari semester genap pada pokok bahasan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Sistem otomasi penyalaan lampu ruang kuliah berbasis Atmega8535 dengan