• Tidak ada hasil yang ditemukan

(CTL) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 BATANGHARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(CTL) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 21 BATANGHARI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Khoirunnisa : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1 ARTIKEL ILMIAH

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASEDLEARNING

(PBL) DAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 21 BATANGHARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

(2)

Khoirunnisa : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 2

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASEDLEARNING

(PBL) DAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUALTEACHING

AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 21 BATANGHARI

Khoirunnisa1) Zaimi Effendi2,), Roseli Theis2)

1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 2) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi

Email: matematikaanis29@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dan metode Contextual Teaching and Learning (CTL).Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 21 Batanghari kelas VII semester genap tahun ajaran 2013/2014. Sampel yang diteliti sebanyak 109 siswa yang terdiri dari 37 siswa kelas eksperimen I, 36 siswa kelas eksperimen II dan 36 siswa kelas kontrol. Instrument berbentuk soal objektif sebanyak 25 soal. Instrument diuji dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji validitas diuji dengan rumus korelasi product moment dan di dapat 19 soal valid. Uji reliabilitas diuji dengan rumus Kuder Richardson 20 di dapat r11 = 1,00 maka dinyatakan soal reliabel.

Uji normalitas menggunakan uji liliefors. Untuk kelas eksperimen I di dapat L0 Ltabel yaitu 0,1229<0,1457, untuk kelas eksperimen II di dapat L0 Ltabel yaitu

0,1467<0,1477 sedangkan kelas kontrol didapat L0 Ltabel yaitu 0,1247<0,1477 maka

dapat disimpulkan bahwa ketiga sampel berdistribusi normal. Uji homogenitas diuji dengan Uji Barlett diperoleh <

yaitu 0,15<7,38 dapat disimpulkan

ketiga sampel tersebut berasal dari populasi yang homogen. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen I didapat 79,97, rata-rata hasil belajar kelas eksperimen II didapat 83,44 dan rata-rata hasil belajar kelas kontrol didapat 73,19. Pengujian hipotesis dihitung dengan menggunakan uji-t satu arah dan uji-t dua pihak dengan taraf signifikansi = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Untuk hipotesis yang pertama didapat thitung ttabel yaitu

3,5470 1,6686, untuk hipotesis kedua didapat thitung ttabel yaitu 5,2432 1,6688, dan

untuk hipotesis ketiga didapat - ttabel<thitung<ttabel (-1,9963<2,0589< 1,9963) .Maka hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) lebih baik dari hasil belajar metematika siswa dengan menggunakan metode ekspositori, hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik dari hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode ekspositori dan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik dari hasil belajar metematika siswa dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL).

Kata Kunci : Hasil Belajar, Metode Pembelajaran Problem Based Learning(PBL), Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)

(3)

Khoirunnisa : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 3

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM BASEDLEARNING

(PBL) DAN METODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING

AND LEARNING (CTL) PADA SISWA KELAS VII

SMP NEGERI 21 BATANGHARI

Oleh:

Khoirunnisa1) Zaimi Effendi2,), Roseli Theis2)

1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 2) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi

Email: matematikaanis29@gmail.com

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar.

Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seyogianya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas. Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya adalah pembaharuan sistem pendidikan. Pendidikan yang bermutu yang diharapkan adalah pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang

berkemampuan tinggi untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.

Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai cukup memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi

berkualitas, karena matematika merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu secara logis, kritis, rasional dan sistematis serta melatih kemampuan peserta didik agar terbiasa dalam memecahkan suatu masalah yang ada di sekitarnya sehingga dapat mengembangkan potensi diri dan sumber daya yang dimiliki peserta didik.

Namun kenyataan yang terjadi di lapangan saat ini, ternyata pembelajaran matematika masih dianggap sulit dipahami,bersifat

abstrak,menjemukan dan

membosankan, sehingga tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan dalam memahaminya. Dari kesulitan siswa dalam mempelajari matematika terlihat bahwa pelajaran matematika sangat bergantung dengan bagaimana cara guru mengajarkan mata pelajaran ini kepada siswa. Guru dapat mengubah rasa takut siswa terhadap pelajaran matematika dengan mengusahakan dalam penyampaian materi pelajaran membuat siswa senang, sehingga membangkitkan motivasi siswa,keaktifan serta keterampilan proses siswa dalam mengikuti pelajaran.

Kesulitan dalam mempelajari matematika juga terjadi di SMP

(4)

Khoirunnisa : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 4

Negeri 21 Batanghari. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis ketika studi pendahuluan ( Jum’at, 07 februari 2014 ) di SMP Negeri 21 Batanghari ini memiliki sarana dan prasarana pendukung kegiatan pembelajaran yang sangat layak dan lengkap seperti ruang kelas, laboratorium IPA dan komputer, perpustakaan, media pembelajaran berupa benda-benda konkrit dan lain-lain. Alangkah baiknya sarana dan prasarana pendukung ini dapat membantu memaksimalkan kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran matematika. Namun kenyataannya kelengkapan sarana dan prasarana itu bukanlah satu-satunya faktor yang dapat memaksimalkan kegiatan pembelajaran karena berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan beberapa guru matematika SMP Negeri 21 Batanghari pada tahun ajaran 2013/2014 , diperoleh keterangan bahwa beliau masih mendapatkan kendala dalam mengajar matematika. Kendala tersebut antara lain adalah kurangnya motivasi siswa untuk belajar matematika, banyaknya siswa yang hanya diam saat mengikuti kegiatan pembelajaran matematika, siswa cepat lupa materi yang telah

diajarkan karena kurangnya

pemahaman siswa terhadap konsep yang diajarkan, seringnya matematika dianggap oleh siswa sebagai mata pelajaran yang sulit untuk dipahami konsep-konsepnya. Selain itu, kesulitan dalam memilih metode pembelajaran untuk penyampaian materi juga merupakan masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelas.

Hal inilah yang diduga merupakan salah satu penyebab terhambatnya kreativitas dan

kemandirian siswa sehingga

menurunkan hasil belajar matematika

siswa. Padahal dalam kerangka pembelajaran matematika, siswa seharusnya dilibatkan secara mental, fisik dan sosial untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran dari teori-teori dan hukum-hukum matematika yang telah dipelajari melalui proses ilmiah dan diharapkan agar siswa mampu menguasai dan memahami teori, konsep, dan prinsip-prinsip penerapannya.

Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 21 Batanghari terlihat dari rata-rata nilai matematika dan persentase hasil belajar matematika siswa pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Nilai rata-rata Kelas dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Siswa Semester Ganjil Kelas VII SMP Negeri 21 Batanghari T.A 2013/2014

Kelas Jumlah Siswa

dalam % Belum tuntas < 75 Tuntas ≥ 75 VII.1 55% 45% VII.2 65,57% 34,43 % VII.3 74,29% 25,71% VII.4 65,72% 34,28% VII.5 60% 40%

Sumber : Tata Usaha SMP Negeri 21 Batanghari

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika diketahui Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran matematika di sekolah ini yaitu 75 dan syarat ketuntasan kelas adalah 70% siswa yang tuntas mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dari tabel 1.1 terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 21 Batanghari masih belum memenuhi syarat ketuntasan kelas. Hal ini

(5)

Khoirunnisa : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 5

membuktikan bahwa pembelajaran matematika masih perlu diperbaiki, agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sehingga hasil belajar ikut meningkat.

Selanjutnya dari hasil wawancara tersebut didapatkan juga informasi bahwa materi statistika merupakan salah satu materi yang kurang diminati siswa. Hal ini dikarenakan statistika masih diajarkan secara teoritis dan kurang terhubung ke dunia nyata siswa sehingga siswa beranggapan kurangnya manfaat mempelajari materi ini dalam kehidupan sehari-hari mereka. Materi statistika dipandang penuh dengan data yang berisi angka-angka dan diagram-diagram yang terlihat begitu membosankan bagi siswa. Materi statistika di kelas VII ini sangatlah penting dikuasai siswa, karena materi statistika di kelas VII ini menjadi dasar bagi siswa untuk melanjutkan materi statistika di kelas VII dan IX nantinya.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Husni Sabil (2008) menunjukkan terjadi peningkatan kualitas belajar mahasiswa dan hasil belajarnya, secara numerik kesempurnaan kualitas perkuliahan mencapai 87,1% dengan rata-rata hasil belajar mahasiswa mencapai 77, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Model pembelajaran berdasarkan masalah (MPBM) dapat meningkatkan kualitas dan hasil belajar pada materi ruang dimensi tiga mahasiswa program studi pendidikan matematika. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Amalia Fitri menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan metode PBL dan menggunakan perangkat pembelajaran bermuatan pendidikan karakter dapat

meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika mahasiswa program studi matematika di Universitas Pekalogan.

Berdasarkan permasalahan kurangnya keaktifan siswa di kelas VII SMP Negeri 21 Batanghari, maka dengan ini diperlukanlah suatu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa. Untuk dapat membantu ini semua maka dapat menggunakan variasi

metode pembelajaran dalam

mengajar. Menurut Faturrohman dan Sutikno (2009:91) “variasi dalam proses kegiatan pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, serta

mengurangi kejenuhan dan

kebosanan “.

Metode pembelajaran yang bervariasi tersebut hendaknya juga dapat mengaktifkan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, dan metode yang diterapkan kali ini adalah metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan

metode pembelajaran yang

mengggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah, serta memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran ( Wardoyo, 2013: 74) . Dan metode pembelajaran

yang kedua adalah metode

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), metode ini merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik

membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Suprijono,2012:79).

Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan metode

(6)

Khoirunnisa : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 6

pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sama-sama bernaung dalam teori konstruktivis, pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah – masalah yang kompleks. Selain itu kedua metode ini juga merupakan metode pembelajaran yang sangat dianjurkan dalam kurikulum 2013 dan pembelajaran di awali dengan pemberian masalah yang berorientasi kepada dunia nyata siswa. Dengan alasan inilah penulis

berpendapat bahwa metode

pembelajaran problem based learning setara atau sama baiknya dengan metode pembelajaran contextual teaching and learning.

Dengan menerapkan metode pembelajaran problem based learning dan metode pembelajaran contextual teaching and learning, dimana nantinya diharapkan siswa dapat menemukan dan mengembangkan sendiri konsep dan materi pelajaran serta dapat berpikir lebih kritis sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul

“Studi Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dan Metode

Pembelajaran Contextual Teaching & Learning (CTL) pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 21 Batanghari”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: apakah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar menggunakan strategi

pembelajaran aktif modeling the way dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang belajar menggunakan strategi pembelajaran aktif practice-rehearsal pairs pada siswa kelas VII SMP Negeri 11 Muaro Jambi.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen.

Penelitian diadakan di SMP N 21 Batanghari. Model penelitian yang digunakan adalah “Randomized Control-Group Pretest-Posttest Design”.Dimana ada 3 kelas sampel yang diberi perlakuan, kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan menggunakan metode Problem Based Learning(PBL), kelas eksperimen II diberi perlakuan dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning(CTL) dan kelas kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan metode ekspositori. Populasi penelitian ini siswa kelas VII SMP tahun ajaran 2013/2014, penentuan sampel dilakukan dengan teknik simpel random sampling.

Data penelitian dikumpulkan

menggunakan tes hasil belajar matematika setelah diberikan perlakuan pada masing-masing kelas sampel.

Rancangan penelitian penelitian ini meliputi tiga tahap; 1) tahap awal penelitian; 2) tahap persiapan peneltian; 3) tahap akhir penelitian.

Tahap awal penelitian, dilakukan kegiatan antara lain : mengambil data nilai matematika siswa kelas VII SMP Negeri 21 Batanghari, menentukan kelas yang akan dijadikan sampel, menentukan jadwal penelitian, membuat RPP untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, menyusun instrumen penelitian, melakukan uji validitas, uji reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran terhadap instrumen penelitian yang akan digunakan. Peneliti memberikan arahan dan petunjuk teknis pelaksanaan pembelajaran dengan metode Problem Based Learning(PBL), metode Contextual Teaching and Learning(CTL) dan metode ekspositori.

(7)

Khoirunnisa : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 7

Tahap pelaksanaan penelitian, sebelum peneliti memberi perlakuan kepada ketiga kelas sampel terlebih dahulu diberikan pre-test untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap materi yang diajarkan, selanjutnya dilaksanakan pembelajaran dengan metode Problem Based Learning(PBL) pada kelas eksperimen I, metode Contextual Teachng and Learning(CTL) pada kelas eksperimen II dan metode ekspositori pada kelas kontrol.

Tahap akhir penelitian dilakukan memberikan post-test terhadap ketiga kelas sampel, kemudian menganalisis hasil post-test siswa dan mengambil kesimpulan. Sebelum dianalisis akan diadakan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan uji Liliefors dan uji homogenitas varians, yaitu menggunakan Uji F untuk memastikan bahwa data telah memenuhi syarat untuk melakukan pengujian hipotesis.

Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t (Sudjana, 2005:238). Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji-t dua pihak. Sedangkan hipotesis secara statistik dirumuskan sebagai berikut: H0 :

H1 :

Keterangan:

: rata-rata hasil belajar matematika

siswa pada kelas eksperimen I (menggunakan metode Problem Based Learning(PBL) ).

: rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen II (menggunakan metode Contextual Teaching and Learning(CTL) ).

Ho: rata-rata hasil belajar matematika

siswa dengan menggunakan

metode Problem Based

Learning(PBL) sama dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode

Contextual Teaching and Learning(CTL)

H1: rata-rata hasil belajar matematika

siswa dengan menggunakan

metode Problem Based

Learning(PBL) berbeda dengan rata-rata hasil belajar matematika

siswa dengan menggunakan

metode Contextual Teaching and Learning(CTL).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada tiga kelas sampel yaitu VII,.2 sebagai kelas eksperimen I, kelas VII.3 sebagai kelas eksperimen II dan kelas VII.4 sebagai kelas kontrol. Untuk mendapatkan kelas sampel ini dilakukan uji normalitas populasi dengan uji liliefors didapat bahwa kelima kelas tersebut memiliki

maka dapat disimpulkan data kelima kelas berdistribusi normal, setelah itu dilakukan uji homogenitas variansi terhadap populasi dengan uji Bartlett diperoleh

karena

sehingga disimpulkan

bahwa data kelima kelas adalah homogen, kemudian setelah populasi berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen dilakukan uji kesamaan rata-rata dimana yaitu , maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika kelima kelas tidak berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Setelah itu untuk menentukan kelas sampel diadakan teknik kombinasi sehingga dari kelima kelas disusun menjadi 10 macam kelompok kelas sampel, kemudian dilakukan teknik undian untuk memperoleh kelas sampel, diperoleh kelas eksperimen I yaitu kelas VII.2, kelas eksperimen II yaitu kelas VII.3, dan kelas kontrol yaitu kelas VII.4.

Sebelum mengajar pokok bahasan statistika, siswa pada kelas sampel diberikan pre-test tentang pokok bahasan tersebut. Dalam penelitian ini, pre-test

(8)

Khoirunnisa : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 8

dilakukan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap pokok bahasan statistika.

Berdasarkan data hasil pre-test, dilakukan perhitungan rata-rata dan

simpangan baku masing-masing

kelompok, dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :

Tabel 4.4 Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Pre-test Kelas Jumlah peserta test Rata-rata Simpanga n baku Eksperimen I 43,6455 35 10,32 Eksperimen II 35 46,2 11,43 Kontrol 35 49 10,35

Selanjutnya pada akhir penelitian ketiga kelas sampel diberikan tes akhir (post-test) yang terdiri dari 25 soal.Soal-soal tersebut terlebih dahulu diuji cobakan pada kelas VII.5. Hasil uji coba tersebut dianalisis hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.5 Hasil Analisis Validitas Butir-butir Hasil Uji Coba Post-test

Harga rxy Kriteria pengukuran Nomor soal 0,80 ≤ rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 1 0,60 ≤ rxy < 0,80 Validitas tinggi 12,13,15,19 0,40 ≤ rxy < 0,60 Validitas sedang 2,11,18 0,20 ≤ rxy < 0,40 Validitas rendah 3,5,7,8,9,14,16 0,00 ≤ rxy < 0,20 Validitas sangat rendah 4,6,10,17,20 rxy negative Tidak valid -

Tabel 4.6 Hasil Analisis Indeks Kesukaran Hasil Uji Coba Post-test

Harga P Kriteria pengukuran Nomor soal 0,00 ≤ P < 0,30 0,30 ≤ P < 0,70 0,70 ≤ P ≤ 1,00 Sukar Sedang Mudah - 3,4,5,6,7,8,9,10, 12,13,14,15,16, 19,20 1,2,11,17,18

Tabel 4.7 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba Post-test Harga D Kriteria pengukuran Nomor soal 0,00 ≤ D < 0,20 0,20 ≤ D < 0,40 0,40 ≤ D < 0,70 0,70 ≤ D ≤ 1,00 Jelek Cukup Baik Sangat baik 1,2,10,11,17, 18 3,4,5,6,7,8,9, 12,13,14,15,1 6,19,20 - -

Selanjutnya yang terakhir dilakukan perhitungan reliabilitas ke 19 soal tersebut, di peroleh yang berarti tes memiliki reliabilitas sangat tinggi.

Setelah itu, soal tes akhir (post-test) diberikan kepada ketiga kelas sampel, data hasil post-test tersebut selanjutnya dianalisis. Berdasarkan data hasil post-test, dilakukan perhitungan rata-rata dan simpangan baku masing-masing kelompok sampel seperti pada tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8 Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Post-test Kelas Jumlah peserta test Rata-rata Simpangan baku Eksperimen I 37 79,97 8,30 Eksperimen II 36 83,44 8,57 Kontrol 36 73,19 8,02

Uji Normalitas dengan Uji Liliefors

Berdasarkan uji Liliefors, di peroleh hasil seperti pada tabel 4.9 berikut: Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Post-test

Kelas Jumlah peserta test Keterang an Eksperim en I 37 0,122 9 0,145 7 Normal Eksperim en II 36 0,146 7 0,147 7 Normal Kontrol 36 0,124 7 0,147 7 Normal

(9)

Khoirunnisa : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 9 Uji Homogenitas dengan menggunakan

Uji Bartlett

Uji statistik yang digunakan adalah uji Bartlett. Diperoleh 2hitung=0,15 <

) 1 )( 2 1 1 ( 2    k  =7,38 karena

sehingga disimpulkan bahwa data ketiga kelas adalah homogen.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Setelah diketahui ketiga kelas sampel berdistribusi normal dan mempunyai variansi homogen, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t.Dalam penelitian ini akan diuji t hipotesis seperti yang telah dirumuskan pada perumusan masalah yaitu :

1. Pada hipotesis pertama kriteria pengujian adalah terima H0 jika thitung<

1 n1n22

t  untuk taraf nyata α = 0,05

dengan dk = n1 + n2 – 2, untuk

harga-harga t yang lain H0 ditolak. Dari hasil

perhitungan pada lampiran 32 diperoleh thitung = 3,5470 > t0,95 71

=1,6686, maka tolak H0. Jadi dapat

disimpulkan rata-rata hasil belajar

matematika siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran problem based learning lebih baik dari rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode pembelajaran ekspositori.

2. Pada hipotesis kedua, kriteria pengujian adalah terima H0 jika thitung<

1 n1n22

t untuk taraf nyata α = 0,05 dengan dk = n1 + n2 – 2, untuk

harga-harga t yang lain H0 ditolak. Dari hasil

perhitungan pada lampiran 32 diperoleh thitung=5,2432>t0,95 71

=1,6688, maka tolak H0. Jadi dapat

disimpulkan rata-rata hasil belajar

matematika siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran contextual teaching and learning lebih

baik dari rata-rata hasil belajar

matematika siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran ekspositori.

3. Pada hipotesis ketiga, kriteria pengujian adalah terima H0 jika – ttabel

< thitung < ttabel untuk taraf nyata α =

0,05 dengan dk = n1 + n2 – 2, untuk

harga-harga t yang lain H0 ditolak.

Dari hasil perhitungan pada lampiran 32 diperoleh thitung=2,0589>t0,975 71

=1,9963, maka tolak H0. Jadi dapat

disimpulkan rata-rata hasil belajar

matematika siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran problem based learning berbeda dengan rata-rata hasil belajar

matematika siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran contextual teaching and learning.

Pembahasan Penelitian

Berdasarkan hasil post-test pada lampiran 29 dapat dilihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 21 Batanghari semester genap pada pokok bahasan statistika untuk kelas dengan menggunakan metode Problem Based Learning(PBL) nilai rata-ratanya adalah 79,97 dengan simpangan baku 8,30 dan persentase siswa yang tuntas mencapai KKM sebesar 72,9% ; sedangkan kelas dengan menggunakan metode Contexual Teaching and Learning(CTL) nilai rata-ratanya adalah 83,44 dengan simpangan baku 8,57 dan persentase siswa yang mencapai KKM sebesar 80,6% dan kelas dengan menggunakan metode ekspositori memperoleh nilai 65,32 dengan nilai nilai rata-ratanya adalah 73,19 dengan simpangan baku 8,02 dan persentase siswa yang mencapai KKM sebesar 38,9%.

Selanjutnya, hasil temuan penulis yang didasarkan pada perhitungan statistik diperoleh bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning(CTL) lebih tinggi dari pada rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan

(10)

Khoirunnisa : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 10

menggunakan metode Problem Based Learning(PBL) dan metode ekspositori. Apabila ditinjau dari segi ketuntasan belajar secara perorangan jumlah siswa yang telah mencapai KKM pada kelas

dengan menggunakan metode

ContextualTeaching and Learning(CTL) sebanyak 21 orang (95%), kelas dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) sebanyak 18 orang (82%), sedangkan pada dengan menggunakan metode ekspositori 14 orang(63,6%). Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada kelas

dengan menggunakan metode

ContextualTeaching and Learning(CTL) lebih banyak jika dibandingkan dengan kelas dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL) dan metode ekpositori.

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa :

1. Rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu 79,97 lebih baik dari rata-rata hasil belajar

matematika siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran ekspositori yaitu 73,19 pada pokok bahasan statistika di kelas VII SMP Negeri 21 Batanghari.

2. Rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu 83,44 lebih baik dari rata-rata hasil belajar

matematika siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran ekspositori yaitu 73,19 pada pokok bahasan statistika di kelas VII SMP Negeri 21 Batanghari.

3. Rata-rata hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) yaitu 83,44 lebih baik dari rata-rata hasil belajar

matematika siswa dengan

menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu 79,97 pada pokok bahasan statistika di kelas VII SMP Negeri 21 Batanghari.

Saran

1. Sejalan dengan diterapkannya kurikulum 2013 guuru diharapkan

dapat menerapkan metode

pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dan metode pembelajaran Contextual Teaching

and Learning (CTL) dalam

pembelajaran matematika agar siswa menjadi lebih aktif dan termotivasi untuk mempelajari matematika. 2. Peneliti hanya melakukan penelitian

pada satu pokok bahasan yaitu statistika, peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya jika ingin melakukan penelitian dilakukan pada pokok bahasan lainnya dan dapat membandingkan dengan metode pembelajaran yang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Amalia, Fitri.Pengembangan Perangkat Pembelajaran Statistika Dasar Bermuatan Pendidikan Karakter dengan Metode Pembelajaran Problem Based Learning.Jurnal PP Volume 1, No 2, Desember 2011

Arikunto, S. 2010a. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, S. 2010b. Manajemen

(11)

Khoirunnisa : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 11

Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2010c. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, B.S dan Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:

PT Rineka Cipta. Faizi, M. 2013. Ragam Metode

Mengajarkan Eksakta pada Murid. Jogjakarta: DIVA Press.

Fatturrohman, P. Sutikno, S. 2009.

Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung:

PT. Refika Aditama

Jihad, Asep, dan Abdul Haris. 2012.

Evaluasi Pembelajarran.

Yogyakarta: Multi Pressindo Kemendikbud.2013a. Matematika

SMP/MTS Kelas VII. Jakarta: Kemendikbud

Kemendikbud.2013b. Buku Guru

Matematika SMP/MTS Kelas VII. Jakarta:Kemendikbud

Marsigit, 2009. Matematika 3 Kelas IX. Jakarta: Yudhistira

Muslich, Masnur. 2011. Authentic

Assessment Penilaian Berbasis Kelas dan Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.

Jakarta: PT. Bumi Aksara Putra, S.R. 2013. Desain Belajar

Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jogjakarta: PTDiva Press

Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sabil, Husni. Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)Pada Materi Bangun Ruang Dimensi Tiga Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan

Masalah (MPBM) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNJA. Jurnal Edumatika Volume 01,No 1, April 2011.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sudjana, N. 2006. Dasar-Dasar Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Suherman, E dan Winataputra. 1994. Strategi Belajar Mengajar Matematika Modul 1-9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Suprijono, Agus. 2012. Cooperatif

Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Suryabrata, Sumadi. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tim Penyusun. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. Jambi: FKIP Universitas Jambi

Wardoyo, S.M. 2013. Pembelajaran

Konstruktivisme Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran dalam Pembentukan Karakter. Bandung: Alfabeta

Gambar

Tabel  4.7  Hasil  Analisis  Daya  Beda  Uji  Coba  Post-test  Harga D  Kriteria  pengukuran  Nomor soal  0,00 ≤ D &lt; 0,20  0,20 ≤ D &lt; 0,40    0,40 ≤ D &lt; 0,70  0,70 ≤ D ≤ 1,00    Jelek  Cukup Baik  Sangat baik  1,2,10,11,17,18 3,4,5,6,7,8,9, 12,13,14,15,16,19,20 - -

Referensi

Dokumen terkait

Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dipublikasikan pada Indonesian Capital Market Directory

cognitive social dapat membentuk perilaku moral sehingga dalam pekembangannya seorang individu memiliki being mindful atau meaningfull yakni memiliki kemampuan dalam

Landasan teori mencakup pengertian kesulitan belajar, indikator kesulitan belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar, pengertian akuntansi, materi

Sementara untuk emiten saham perusahaan anggota LQ45, menambah informasi terkait prediksi saham perusahaan mereka sehingga dapat melakukan langkah antisipasi terhadap

Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumlah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam

Pencegahan penyakit ginjal yang disebabkan oleh paparan berbagai macam logam berat yang terdapat di tempat kerja atau lingkungan, sebagian besar bergantung pada kemampuan

Klaim berdasarkan Nine Dash Line inilah yang kemudian digunakan oleh Republik Rakyat China untuk masuk ke wilayah Zona Ekonomi Ekslusif negara-negara tetangganya

Merancang pengujian substantive transaksi penjualan dapat dilakukan ketika kondisi penjualan yang dicatat benar-benar terjadi, penjualan yang dicatatat adalah untuk barang yang