• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR IBU YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MOLA HIDATIDOSA. Maternal factors that influence the incidence of hydatidiform mole

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR IBU YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MOLA HIDATIDOSA. Maternal factors that influence the incidence of hydatidiform mole"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR IBU YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MOLA HIDATIDOSA

Maternal factors that influence the incidence of hydatidiform mole Rochany Septiyaningsih1*Dhiah Dwi Kusumawati2Arini Ulfah3

1,2,3STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap 53223

Rochany.septiyaningsih87@gmail.com

ABSTRAK

Dua puluh persen kasus mola hidatidosa berkembang menjadi keganasan trofoblastik. Beberapa faktor dapat mempengaruhi timbulnya molahidatidosa. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian mola hidatidosa di RSUD Cilacap tahun 2011-2015. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel menggunakan teknik purposive sampling.

Jumlah sampel adalah 104 responden. Analisis data menggunakan Chi Square dan Regresi Logistic. Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara usia dan

paritas dengan kejadian mola hidatidosa (p value = 0,047 dan p value = 0,042). Sedangkan tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara sosio ekonomi dengan kejadian mola hidatidosa (p value = 1,000). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor ibu yang mempengaruhi kejadian mola hidatidosa adalah usia dan paritas. Sedangkan yang tidak mempengaruhi adalah sosio ekonomi.

Kata Kunci: Mola hidatidosa, usia, paritas, sosio ekonomi

ABSTRACT

Twenty percent of cases develop into a malignancy of hydatidiform mole trophoblastic. Several factors can affect the incidence of molar pregnancy. This study aims to determine the faktors that influence the incidence of mola hidatidosa in Cilacap General Hospital 2011-2015. This research method used descriptive correlation with cross sectional approach, using purposive sampling technique. Sample was 104 respondents. Correlation test used Chi Square and Logistic Regression. The results of the study are statistically significant relationship between age and parity with the incidence of mola hydatidifom (p value = 0.047 and p value = 0.042). While there was no statistically significant relationship between socio-economic incidence of mola hydatidifom (p value = 1.000). The conclusion is thematernal factor affecting the incidence of mola hydatidiform is the age and parity. While that does not affect is socio-economic.

(2)

PENDAHULUAN

Mola hidatidosa merupakan penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi kistik villi dan perubahan hidopik. Mola hidatidosa yang dikenal awam sebagai hamil anggur merupakan kehamilan abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan bakal janin, sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (villi) yang mirip gerombolan buah anggur (Norma & Dwi, 2013, h.161).

Frekuensi insiden kehamilan mola hidatidosa masih cukup tinggi. Frekuensi insiden di Asia menunjukan lebih tinggi daripada di negara barat. Di Indonesia 1:51 sampai 1:141 kehamilan, di Jepang 1: 500 kehamilan, di USA 1:1450 sementara itu di Inggris 1:1500. Secara umum sebagian besar negara di dunia 1:1000 kehamilan. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar negara Asia mempunyai jumlah penduduk yang masih di bawah garis kemiskinan (status

sosio ekonomi yang rendah) yang

menyebabkan tingkat gizi yang rendah khususnya defisiensi protein, asam folat dan karoten (Sisca, 2013).

Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan trofoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15% pasien dan metastasis terjadi pada 4% kasus.

Tidak ada kasus koriokarsinoma yang dilaporkan berasal dari mola parsial, walaupun pada 4% pasien dengan mola

parsial dapat berkembang penyakit

trofoblastik gestasional persisten

nonmetastatik yang membutuhkan

kemoterapi (Monga, 2006).

Kehamilan mola hidatidosa karena

ketidakseimbangan kromosom pada

kehamilan. Faktor penyebab terjadinya kehamilan mola hidatidosa antara lain sel telur yang secara patologi sudah mati tetapi terhambat untuk dikeluarkan, adanya imunoseletif dari trofoblas, status sosial ekonomi yang rendah, paritas yang tinggi, defisiensi protein dan adanya infeksi virus serta faktor kromosom yang belum jelas (Yahya, 2014).

Mola hidatidosa lebih sering terjadi pada puncak umur reproduktif. Wanita pada umur remaja muda atau premenopausal yang paling berisiko. Wanita dengan umur 35 tahun ke atas memiliki peningkatan risiko 3 kali lipat. Wanita lebih tua dari 40 tahun mengalami peningkatan sebanyak 7 kali lipat dibandingkan wanita yang lebih muda. Seberapa banyak partus sepertinya tidak mempengaruhi risiko (Monga, 2006). Seorang ibu yang sering hamil ataupun melahirkan mempunyai risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang tidak sering melahirkan, karena semakin banyak jumlah kehamilan dan jumlah kelahiran yang

(3)

dialami ibu maka semakin tinggi risiko untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar tahun 2007, diperoleh hasil sebanyak 21 ibu yang mengalami kejadian Mola hidatidosa dan di dapatkan 11 ibu (52,38 %) dengan paritas risiko rendah dan ibu (47,62 %) yang tergolong risiko tinggi (Iskandar, 2009) .

Kejadian mola hidatidosa akan

meningkat pada wanita yang pernah

mendapat mola hidatidosa dan kehamilan kembar. Namun, kejadian mola hidatidosa berulang ini agak jarang. Munculnya mola hidatidosa dijumpai sekitar 1-2% kasus (Iskandar, 2009). Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Amerika, dan Amerika Latin dibandingkan dengan negara-negera Barat. Di negara-negara Barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan. Di negara-negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan (Sofian, 2012, h.167).

Insidensi mola hidatidosa yang terjadi di beberapa rumah sakit-rumah sakit besar di Indonesia pada tahun 2009 tercatat di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta persalinan dan 1:49 kehamilan, 11-16 per 1000 kehamilan, Soetomo Surabaya tercatat 1:80 persalinan dan di RS Dhamhoer Martadisoebrata Bandung 9-21 per 1000 kehamilan (Sofian, 2012, h.167).

Studi pendahuluan yang peneliti

lakukan di RSUD Cilacap dengan melihat data rekam medik, didapatkan data bahwa kejadian kehamilan mola hidatidosa masih jarang terjadi. Kejadian mola hidatidosa di RSUD Cilacap pada tahun 2011 tercatat 13 kasus, tahun 2012 sebanyak 11 kasus, tahun 2013 sebanyak 10 kasus dan pada tahun 2014 sebanyak 12 kasus pada tahun 2015 sebanyak 7 kasus (Rekam medik RSUD Cilacap, 2015).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut

dengan judul “Faktor-Faktor Ibu Yang

Mempengaruhi Kejadian Mola hidatidosa di RSUD Cilacap Tahun 2011-2015”

METODE

Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Populasi dalam penelitian adalah ibu

hamil dengan mola hidatidosa di RSUD Cilacap Tahun 2011-2015 adalah sebanyak 52 orang dan ibu hamil normal sebanyak 52 orang. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah purposive sampling.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dan menggunakan lembar checklist untuk mengetahui usia, paritas dan sosio ekonomi.

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi, dan prosentase masing-masing variabel yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui dua

(4)

variabel yang diduga memiliki hubungan atau korelasi (Notoatmodjo, 2010, h.183). Analisis bivariat menggunakan Chi Square dan analisis multivariat menggunakan Regresi Logistik.

HASIL

A. Hubungan usia dengan kejadian mola hidatidosa

Tabel 1. Hubungan usia dengan kejadian mola hidatidosa

Kejadian Tidak Mola Hidatidosa Mola Hidatidosa f % f % Usia Tidak Berisiko 35 50 25 50 Risiko 17 19,2 27 11,5 Total 52 100 52 100 OR = 0,45 p = 0,047

Sumber data: Data sekunder 2011-2015, diolah 2016

Dari tabel 1 menunjukkan ada hubungan antara usia dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Cilacap tahun 2011-2015 (p = 0,047 < α = 0,05).

B. Hubungan paritas dengan kejadian mola hidatidosa

Tabel 2. Hubungan paritas dengan kejadian mola hidatidosa

Kejadian Tidak Mola Hidatidosa Mola Hidatidosa f % F % Paritas Rendah 38 73 28 53,8 Tinggi 14 27 24 46,2 Total 52 100 52 100 OR = 0,45 p = 0,042

Sumber data: Data sekunder 2011-2015, diolah 2016

Dari tabel 2 menunjukkan ada hubungan antara paritas dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Cilacap tahun

2011-2015 (p = 0,042 < α = 0,05).

C. Hubungan sosio ekonomi dengan

kejadian mola hidatidosa

Tabel 3. Hubungan sosio ekonomi dengan kejadian mola hidatidosa

Kejadian Tidak Mola Hidatidosa Mola Hidatidosa f % f % Sosio ekonomi Rendah 51 98 51 98 Tinggi 1 2 1 2 Total 52 100 52 100 OR = 1,000 p = 0,752

Sumber data: Data sekunder 2011-2015, diolah 2016

Dari tabel 1 menunjukkan ada hubungan antara sosio ekonomi dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Cilacap tahun 2011-2015 (p = 0,752 < α = 0,05).

D. Hubungan Faktor Usia, Paritas dan Sosio Ekonomi dengan Kejadian Mola hidatidosa

Tabel 4. Analisis Regresi Logistik Hubungan Faktor Usia, Paritas dan Sosio

Ekonomi dengan Kejadian Mola

hidatidosa Variabe l CI 95% OR Bata s bawa h Bata s atas P Ste p 1 Usia 2,25 0,33 1,30 0,2 28 Sosio ekonom i 1,47 0,19 0,84 0,0 16 Ste p 2 Usia 0,39 0,18 0, 82 0, 014 N observa si 178

Sumber data: Data sekunder 2011-2015, diolah 2016

Tabel 4 menunjukkan bahwa secara statistik variabel usia (p = 0,014; OR = 0,393) merupakan faktor determinan yang mempengaruhi kejadian mola hidatidosa di RSUD Cilacap Tahun 2011-2015.

(5)

PEMBAHASAN

1. Hubungan faktor usia dengan kejadian Mola Hidatidosa

Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara faktor usia ibu dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Cilacap Tahun 2011-2015 ( p = 0,047 <  = 0,05). Berdasarkan nilai OR = 0,45 dapat dinyatakan bahwa usia ibu merupakan faktor risiko terjadinya mola hidatidosa. Ibu hamil pada kelompok usia berisiko 0,45 kali lebih besar mengalami mola hidatidosa dibandingkan dengan ibu hamil pada kelompok tidak berisiko.

Menurut Martini (2008) pada wanita yang berumur di bawah 20 tahun rentan menghadapi kehamilan mola hidatidosa atau hamil anggur, karena alat reproduksi belum siap untuk dibuahi dan insidennya 4-10 kali dari mereka yang usianya 20-35 tahun. Sedangkan menjelang awal atau akhir reproduksi seorang wanita terdapat frekuensi mola hidatidosa yang relatif tinggi dalam kehamilan dikarenakan ovum lebih rentan terhadap fertilisasi yang abnormal, biasanya terjadi gangguan meosis yang dapat mengakibatkan terjadinya mola hidatidosa. Efek usia yang paling menonjol terlihat pada wanita yang melebihi usia 35 tahun, yaitu frekuensi relatif kelainan tersebut 10 kali lebih besar dibandingkan pada usia 20-35 tahun.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lailatul yang

berjudul “faktor-faktor yang berhubungan

dengan terjadinya Mola hidatidosa di RSUP Kariadi Semarang” menyatakan proporsi ibu hamil dengan mola hidatidosa terbanyak pada usia berisiko yaitu 62,8%, hasil analisis dengan chi-square didapatkan nilai ρ = 0,021 < α = 0,05 yang berarti ada hubungan antara usia dengan kejadian mola hidatidosa.

2. Hubungan faktor paritas dengan kejadian mola hidatidosa

Hasil uji chi square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara faktor paritas ibu dengan kejadian mola hidatidosa di RSUD Cilacap Tahun 2011-2015 ( p = 0,042 <  = 0,05). Berdasarkan nilai OR = 0,45 dapat dinyatakan bahwa paritas ibu merupakan faktor risiko terjadinya mola hidatidosa. Ibu hamil pada kelompok paritas yang berisiko 0,45 kali lebih besar mengalami mola hidatidosa dibandingkan dengan ibu hamil pada kelompok paritas yang tidak berisiko.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa ibu dengan paritas tinggi memberikan gambaran tingkat kehamilan yang banyak, dapat mengakibatkan berbaga risiko kehamilan termasuk mola hidatidosa, semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami seorang wanita semakin tinggi risikonya untuk mengalami komplikasi. Hal ini disebabkan karena secara fisik jumlah paritas yang tinggi

(6)

mengurangi kemampuan uterus sebagai media pertumbuhan janin. Kerusakan pada pembuluh dinding uterus mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang dibandingkan kehamilan sebelumnya. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi yang dapat memicu terjadinya mola hidatidosa (Satria, 2011).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Lailatul yang menyatakan ada hubungan antara paritas ibu hamil dengan kejadian mola hidatidosa dengan nilai p = 0,010. 3. Hubungan faktor sosio ekonomi dengan

kejadian mola hidatidosa

Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor

sosio ekonomi dengan kejadian mola

hidatidosa di RSUD Cilacap Tahun 2011-2015 ( p = 0,752 >  = 0,05). Berdasarkan nilai OR = 1,000 dapat dinyatakan bahwa sosio ekonomi merupakan faktor risiko terjadinya mola hidatidosa. Ibu hamil dengan keadaan sosio ekonomi rendah berisiko 1,000 kali lebih besar mengalami mola hidatidosa dibandingkan dengan ibu hamil dengan sosio ekonomi tinggi.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang disampaikan oleh Satria (2011) bahwa mola hidatidosa banyak ditemukan pada sosio ekonomi rendah. Dalam masa kehamilan keperluan akan zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan janin,

dengan keadaan sosio ekonomi rendah maka akan memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan

gangguan dalam pertumbuhan dan

perkembangan janinnya.

Tidak adanya hubungan antara sosio

ekonomi ibu dengan kejadian mola

hidatidosa ini juga dikarenakan ada faktor-faktor lain yang lebih kuat mempengaruhi terjadinya mola hidatidosa seperti paritas dan usia kehamilan yang terlalu ekstrim. Jadi, kejadian mola hidatidosa tidak dipengaruhi oleh sosio ekonomi saja, meskipun ibu dengan sosio ekonomi rendah.

4. Faktor determinan yang berhubungan dengan kejadian mola hidatidosa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik variabel usia (p = 0,049; OR = 2,224) merupakan faktor determinan yang mempengaruhi kejadian mola hidatidosa di RSUD Cilacap Tahun 2011-2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Martini (2008) tentang mola hidatidosa didapatkan bahwa adanya usia berisiko ( < 20 tahun dan > 35 tahun) mempunyai resiko 4-10 kali lebih besar untuk terjadi mola hidatidosa dibandingkan dengan usia yang tidak beresiko.

KESIMPULAN

Faktor ibu yang mempunyai pengaruh dengan mola hidatidosa adalah usia ibu.

(7)

mempunyai pengaruh adalah paritas dan sosio ekonomi ibu.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada para perawat dan bidan di ruang rawat maternitas RSUD Cilacap yang telah banyak membantu dalam proses pengambilan

data sehingga penelitian ini dapat

diselesaikan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2014. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Caragih, N. 2013. Pengertian Karakteristik

Secara Umum diakses dari:

http://www.trendilmu.com/2015/06/pe

ngertian-karakteristik

secara-umum.html

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2009. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2009. Semarang: Dinkes Prop. Jateng

Hidayat AAA. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika

Iskandar, H. 2009. Gambaran Angka Kejadian Mola Hidatidosa di RSUD Labuang Baji Makassar Periode Januari

– Desember 2008,

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/1 21/jtptunimus-gdl-iskandar-6020-3-babii.pdf

Lubis, A. 2011. Hubungan Antara Riwayat Persalinan Preterm dengan Kejadian Persalinan Preterm, diakses dari http://www.academia.edu/6063042/ Mansjoer, A. dkk., 2007. Kapita Selekta

Kedokteran. Jakarta : Media

Aesculaplus

Manuaba, Ida Ayu Chandanita, Ida Bagus Gde Fajar Manuaba dan Ida Bagus Gde

Manuaba. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta : EGC

. 2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC Martini, A. 2009. Gambaran Angka Kejadian

Mola Hidatidosa Di Rsud Labuang Baji Makassar Periode Januari–Desember

2008, diakses dari

http://www.scribd.com/doc/120230036 /Kejadian-Mola-Hidatidosa-di-Rsud-Labuang-Baji-Makassar#scribd

Monga, A. 2006. Gynaecology By Ten

Teachers, dikses dari : http://medicallibrary90.wikispaces.com /file/view/Self+Assessment+by+Ten+T eachers+EMQS+MCQS+SAQS+and+ OSCES+in+Obstetrics+amp+Gynaec ology.pdf

Norma, N & Dwi, M. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pambudi, MKI. 2011. Hubungan

Karakteristik Responden Dengan Motivasi Untuk Berobat Herbal Di Klinik Herbal Insani Depok Tahun

2011, diakses dari :

http://library.upnvj.ac.id/index.php?p=s how_detail&id=7645

Ratnaningsih, E. & Astuti, NT. 2010. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil, Tingkat Pengetahuan serta Sikap terhadap Asupan Gizi Ibu Hamil di

Rumah Sakit Panti Wilasa ”Citarum”

Semarang, Jurnal Kebidanan Panti Wilasa, Vol. 1 No. 1, Oktober 2010,

diakses dari :

http://ejurnal.akbidpantiwilasa.ac.id/ index.php/kebidanan/article/download/ 5/4

Reeder, Martin & Griffin. 2011. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga Volume 2 Edisi 18. Jakarta: ECG

Saifuddin, AB. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

(8)

Saryono. 2008. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Yogyakarta : Mitra

Cendikia Offset

Sarwono, J. 2010. Pengolahan dan Analisa

Data, diakses dari :

http://www.psend.com/users/jsarwono/ bab15.html

Satria, 2011 Gambaran Angka Kejadian Mola Hidatidosa di RSUD Tenriawaru Kelas B Kab. Bone Tahun 2008-2010, diakses dari : http://akbid-batari-toja- watampone.co.id/2011/02/gambaran-angka-kejadian-mola-hidatidosa.html Simbolon, YW. 2013. Laporan Kasus: Mola

Hidatidosa, diakses dari :

https://xa.yimg.com/kq/groups/814819 44/2132130294/name/YW+Lapsus+mo la+hidatidosa+Mentawai.pdf

Sisca,L. 2013. Mola Hidatidosa/ Hamil Anggur, diakses dari :

https://dokterbagus.wordpress.com/201 3/08/23/mola-hidatidosa hamil- anggur/ Sofian, A. 2012. Sinopsis Obstetri Jilid 1.

Jakarta : EGC

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfa Beta

Varney, H.. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta :

EGC Yahya, MC. 2014. Mola

hidatidosa, diakses dari :

http://www.jevuska.com/2014/02/12/m ola-hidatidosa/

Yulaikah, S. & Novika, VJ. 2010. Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Episiotomi Di Rumah Bersalin Marga Waluya Surakarta Periode 1 Januari

2008-31 Desember 2009

http://jurnal.akbid-mu.ac.id/index.php/jurnalmus/article/ download/79/62

Reeder, Martin, 2011.Keperawatan

Komunitas: Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga, jilid 2.Jakarta: EGC Fitriyani. 2012.Gambaran ibu dengan mola

hidatidosa di RSUD Sekarwagi 2012

diakses dari:

http://www.library.gunadarma.ac.id/rep ository/view/3774899/gambaran-ibu- dengan-mola-hidatidosa-di-rsud-sekarwangi 2012.html/

Sarah Damongilala.2015. PROFIL MOLA HIDATIDOSA DI BLU RSUP PROF.

DR.R.D. KANDOU MANADO diakses dari:http://download.portalgaruda.org/a rticle.php?article=332537&val=1001&t itle=PROFIL%20MOLA%20HIDATI DOSA%20DI%20BLU%20RSUP%20 PROF.%20DR.%20R.%20D.%20KAN DOU%20MANADO

Referensi

Dokumen terkait

Optimalisasi Peran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Untuk Memperkuat Fasilitas Kesehatan Publik Guna Mengurangi Aki Pada Puskesmas Mulyorejo, Jurnal Kebijakan dan

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Departemen

Berdasarkan hasil uji toksisitas yang dilakukan terhadap ikan patin dengan menggunakan ekstrak daun sirih dengan konsentrasi 25% dan50% menunjukkan mortalitas mulai

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Rumah sakit yang mempunyai kemampuan pelayanan medik spesialisti dasar, yaitu penyakit dalam, bedah, kebidanan atau kenadungan, dan kesehatan anak dengan

Selain dari beberapa karya di atas, Fazlur Rahman pernah menulis artikel yang berjudul “Iqbal in Modern Muslim Thoght” Rahman mencoba melakukan survei terhadap

Dengan mempertimbangkan pilihan-pilihan adaptasi yang dikembangkan PDAM dan pemangku kepentingan, IUWASH juga merekomendasikan untuk mempertimbangkan aksi-aksi adaptasi

HAWAii Bali yang memiliki slogan One Stop Bali Experience merupakan sebuah usaha yang dimiliki oleh Bapak I Made Suandita atau yang dikenal dengan Made Hawai.. Alasan mengapa