• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Aplikasi Communication Board Berbasis Android Tablet Sebagai Media Pembelajaran dan Komunikasi Bagi Anak Tuna Rungu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perancangan Aplikasi Communication Board Berbasis Android Tablet Sebagai Media Pembelajaran dan Komunikasi Bagi Anak Tuna Rungu"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

2933

Perancangan Aplikasi Communication Board Berbasis Android Tablet

Sebagai Media Pembelajaran dan Komunikasi Bagi Anak Tuna Rungu

Dhoni Indras Setyawan1, Herman Tolle2, Agi Putra Kharisma3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1dhoniindras5@gmail.com, 2emang@ub.ac.id, 3agi@ub.ac.id

Abstrak

Bahasa Isyarat dipergunakan dalam kehidupan berkomunikasi sehari-hari sesama penderita tuna rungu dan tuna wicara. Salah satu kesulitan adalah bagaimana kaum tunarungu dapat menginformasikan bahasa isyarat yang digunakan dan dapat dipahami oleh orang yang bisa mendengar sehingga penderita tuna rungu dapat berkomunikasi, berinteraksi, bergaul, berteman, dan terjadi dialog dalam pergaulan sehari-hari. Prototype Aplikasi “PankoTuli” yang dirancang untuk dapat membantu mengurangi kesulitan yang dihadapi kaum tuna rungu dan tuna wicara. Prototype Aplikasi “PankoTuli” ini menyediakan metode Pembelajaran dan Komunikasi Bahasa Isyarat Indonesia bagi kaum tuna rungu dan tuna wicara dengan cepat dan praktis karena menggunakan sarana Aplikasi berbasis Android pada perangkat smartphone. Aplikasi ini telah dilakukan pengujian Fungsional dengan setiap kasus ujinya telah diuji dan berjalan dengan semestinya, dengan hasil dinyatakan semuanya valid. Dari pengujian

Usability diperoleh hasil yang memuaskan karena analisis aplikasi “PankoTuli” dengan mencapai

rata-rata skor sebesar 68,32 %.

Kata kunci: Usability, Disabilitas, User Centered Design, Communication Board, Pengujian Black Box, JustMind

Abstract

Sign language is used in the daily lives of people with hearing and speech impaired. One of the difficulties is how the deaf can inform the sign language used and can be understood by people who can hear so deaf people can communicate, interact, socialize, make friends, and dialogue occurs in everyday social. Prototype Application "PankoTuli" designed to help reduce the difficulties faced by the deaf and mute. Prototype Application "PankoTuli" this provides a method of Learning and Communications Indonesian Sign Language for the deaf and speech impaired quickly and practical for using the means of Android-based applications on smartphone devices. Applications Functional testing has been done with each of the test cases have been tested and properly, with the result declared all valid. Usability testing results obtained from satisfactory for the analysis of the application "PankoTuli" to achieve an average score of 68,32%.

Keywords: Usability, Disability, User Centered Design, Communication Board, Black Box Testing, JustinMind

1. PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat penghubung dalam berkomunikasi. Bahasa isyarat yang ada di dunia bermacam-macam salah satunya adalah Bahasa Isyarat Amerika, Bahasa Isyarat Korea, Bahasa Isyarat Indonesia dan lainnya. Bahasa isyarat merupakan salah satu masalah individu dalam berkomunikasi sesama penyandang tunarungu dan tunawicara atau antara orang yang dapat mendengar (oral) dengan penyandang tunarungu dan tunawicara tersebut dalam masyarakat yang lebih luas. Bentuk bahasa isyarat adalah tatanan

yang sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak untuk melambangkan kosa kata bahasa Indonesia. Tatanan sistematis tersebut mencakup segi kemudahan dan ketepatan pengungkapan makna isyarat yang akurat dan konsisten mewakili tata bahasa Indonesia dengan satu kata dasar atau imbuhan. Penyandang tuna rungu adalah sekelompok orang yang menggunakan komunikasi bahasa isyarat yang biasanya mengkombinasikan bentuk tangan, gerak tangan, lengan, dan tubuh, serta ekspresi wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka. Sedangkan tuna wicara merupakan individu yang mengalami kesulitan

(2)

dalam berbicara, Disebabkan tidak berfungsinya alat-alat pengucap mereka. (Marsaja: 1996).

Dewasa ini bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi hanya mencakup dalam kecakapan yang umum. Masyarakat banyak kurang memahami communication board bahasa isyarat secara terperinci, Mungkin dikarenakan begitu banyak Sistem Isyarat Bahasa Isyarat (SIBI) dan buku yang berukuran besar dan tebal yang sulit dibawa kemana-mana. Dan juga, mereka yang tunarungu kadang tidak disekolahkan oleh orangtua mereka. Pihak pengajar di Sekolah Luar Biasa kadang dan hampir selalu tidak mau menggunakan Bahasa Isyarat dikarenakan supaya mereka yang tuna rungu dapat terbiasa dengan ujaran bibir (oral) yang dapat mudah dikenali. Namun, apa yang dilakukan oleh pihak pengajar tersebut malah membuat mereka yang tunarungu memahami karena ujaran yang kurang jelas dapat mengaburkan makna dan apa yang disampaikan oleh pihak yang berbicara kadang diterima lain oleh mereka yang tunarungu. (Ursula: 1979).

Walaupun Perkembangan teknologi informasi semakin pesat yang merambah ke berbagai bidang mulai dari bidang pendidikan, bidang bisnis, bidang kesehatan dan lain sebagainya. Memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dapat meringankan pekerjaan seseorang dalam mengakses dan memperoleh informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan mudah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang pesat mengharuskan kita untuk mengikuti perkembangan tersebut, Terutama dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun sumber daya manusia yang handal dan berkualitas. Teknologi informasi tersebut adalah media yang membantu dalam mempelajari bahasa isyarat secara umum yang dipahami sebagai media berkomunikasi pada umumnya dimengerti secara oral (berbicara) dan dalam bentuk tulisan. Teknologi yang sedang berkembang saat ini salah satunya adalah Sistem Operasi Android pada perangkat smartphone. Sistem Android itu sendiri merupakan sistem operasi berbasis Linux yang digunakan untuk mengelola sumber daya perangkat keras, baik ponsel, smartphone dan juga PC tablet. Saat ini mulai banyak yang memanfaatkan Android untuk melengkapi gaya hidup serta kebutuhan orang-orang yang suka terhadap perkembangan teknologi. (Marsaja: 1996). Perangkat Tablet bukan lagi suatu barang yang mewah. Sistem Operasi yang ditawarkan pada perangkat tablet masa kini sudah cukup canggih dengan

bermacam-macam Rancangan Aplikasi di dalamnya. Hampir setiap orang memiliki perangkat tablet, Mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, baik mereka yang tunarungu maupun mereka yang mendengar. (Adam: 1988). Berdasarkan uraian tersebut muncul sebuah gagasan dari Penulis untuk memanfaatkan tablet untuk pembuatan Rancangan Aplikasi communication board bahasa isyarat untuk tunarungu dan tunawicara menggunakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia berbasis android. Tujuannya adalah untuk meningkatkan bahasa isyarat yang lebih baik bagi penyandang tuna rungu dan tuna wicara. Rancangan Aplikasi yang akan penulis rancang sekiranya dapat membantu mereka yang penyandang tunarungu maupun tunawicara dan mereka yang dapat mendengar dan bicara. Rancangan yang penulis buat akan dikategorikan kedalam dua jenis menu utama: Pembelajaran

dan Komunikasi. Rancangan Aplikasi yang

berbasis android ini akan dapat membantu semua masyarakat termasuk tunarungu dapat menerima informasi dari usia anak-anak hingga sudah dewasa. Adapaun kategori yang akan dirancang berupa: Abjad Jari, Angka dalam bentuk isyarat, Kosa Kata dalam bentuk isyarat, Kata Tanya dalam bentuk isyarat, Percakapan dalam bentuk isyarat dan SPOK dalam bentuk suara. Jika Rancangan Aplikasi ini semakin dikenal dikalangan umum, Maka akan memudahkan mereka yang mengajar di Sekolah Luar Biasa dan yang penyandang tunarungu atau tunawicara untuk memiliki Tingkat Pengetahuan yang sama dengan yang lain, Seperti orang yang bisa mendengar dan bicara lainnya.

2. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan kepustakan terhadapan penelitian sebelumnya dan teori-teori pembuatan perangkat lunak diantaranya tentang kajian pustakan, aplikasi communication board, desain, sistem bahasa isyarat berbasis android.

2.1. Penelitian Terkait

Tuna rungu bila dilihat dari harfiah berasal dari dua kata yaitu tuna yang berarti kurang dan rungu yang berarti dengar. Istilah tunarungu mengacu pada pengertian kurang atau tidak dapat mendengar informasi dari bunyi. Pada umumnya masyarakat Indonesia menyebut penyandang tuna rungu dengan sebutan tuli,

(3)

bisu, dungu, dan budeg. Dewasa ini masyarakat lebih memperhalus istilah di atas menjadi tuna rungu.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis kebutuhan bahan ajar bagi anak tunarungu, menghasilkan bahan ajar pop-up yang layak digunakan pada mata pelajaran IPA untuk anak tunarungu kelas IV SDLB B di Yogyakarta dan mengetahui hasil validasi kelayakan oleh ahli serta mengetahui respon siswa dari hasil uji coba. Pendekatan dalam penelitian pengembangan ini menggunakan model Sugiyono mengadaptasi model penelitian pengembangan dari Borg and Gall. Hasil penelitian menunjukan sebagai berikut, (1) Analisis kebutuhan bahan ajar yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik anak tunarungu kelas IV. (2) Dihasilkan bahan ajar popup IPA yang layak dengan pokok bahasan struktur bagian tumbuhan dan fungsinya untuk anak tunarungu kelas IV SDLB B. (3) Hasil validasi oleh dua ahli media memperoleh skor rata-rata 3,59 kategori layak, dan hasil validasi oleh dua ahli materi memperoleh skor rata-rata 3,81 kategori layak. (4) Respon siswa terhadap bahan ajar berdasarkan hasil uji coba kepada siswa yaitu pada uji coba produk memperoleh skor rata-rata 1 kategori layak. Dan uji coba pemakaian memperoleh skor rata-rata 0,98 kategori layak. Hasil keseluruhan uji coba bahan ajar popup adalah layak.

2.2. Bahasa Isyarat

Bahasa Isyarat adalah bahsa yang mengutamakan komunikasi manual, bahasa tubuh, dan gerak bibir, bukannya suara, untuk berkomunikasi. Kaum tuna rungu adalah kelompok utama yang meggunakan bahasa ini, biasanya dengan mengkombinasikan bentuk tangan orientasi dan gerak tangan, lengan, dan tubuh, serta ekspersi wajah untuk mengungkapkan pikiran mereka.

Bertentangan dengan pendapat banyak orang, pada kenyataannya belum ada bahasa isyarat internasional yang sukses diterapkan. Bahasa isyarat unik dalam jenisnya di setiap negara. Bahasa isyarat bisa saja berbeda di negara-negara yang berbahasa sama. Contohnya, Amerika Serikat dan Inggris meskipun memiliki bahasa tertulis yang sama, memiliki bahasa isyarat yang sama sekali berbeda (American Sign

Language dan British Sign Language).

Untuk Indonesia, ada dua sistem isyarat yang berikut, bahasa Isyarat Indonesia

(BISINDO) dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI).

2.3. Pengertian Anak Tuna Rungu

Pengertian anak tuna rungu merupakan

anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan tidak dapat mendengar sama sekali, tetapi dipercayai bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak bisa mendengar sama sekali. Walaupun sangat sedikit, masih ada sisa-sisa pendengaran yang masih bisa dioptimalkan pada anak tuna rungu tersebut. Berkenaan dengan tuna rungu, terutama tentang pengertian tuna rungu terdapat beberapa pengertian sesuai dengan pandangan dan kepentingan masing-masing. Menurut Andreas Dwidjosumarto (dalam Sutjihati Somantri, 1996: 74) mengemukakan bahwa: seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tuna rungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu tuli (tuna rungu) atau kurang dengar (hard of hearing). Tuli adalah anak yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat sehingga pendengarannya tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah anak yang indera pendengarannya mengalami kerusakan, tetapi masih dapat berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu dengar (hearing aids). Istilah tunarungu diambil dari kata “tuna” dan “rungu”, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Orang dikatakan tunarungu apabila tunarungu total, mereka termasuk anak yang rajin belajar di kelas, tetapi kalau disuruh mengucapkan kata dengan artikulasi yang tepat dan jelas anak tersebut selalu berkata “aku tidak bisa bicara, karena aku tidak bisa mendengar suara”. Anak tersebut merasa minder untuk mengucapkan sesuatu kata, merasa tidak mampu mengucapkan kata-kata dengan tepat dan jelas.

2.4. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)

Sistem isyarat bahasa Indonesia (SIBI) yang dibakukan merupakan salah satu media yang membantu komunikasi sesama kaum tunarungu di dalam masyarakat yang lebih luas. Wujudnya adalah tatanan yang sistematis tentang seperangkat isyarat jari, tangan dan berbagai gerak yang melambangkan kosa kata bahasa Indonesia. Di dalam upaya pembakuan tersebut dipertimbangkan bebrapa tolak ukur yang mencakup segi kemudahan, keindahan, dan

(4)

ketepatan pengungkapan makna atau struktur kata disamping beberapa segi yang lain. (Kamus SIBI, 2002). Secara terperinci tolak ukur itu sebagai berikut:

1. Sistem isyarat harus secara akurat dan konsisten mewakili sintaksis bahasa Indonesia yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia. Hal ini merupakan tujuan utama suatu sistem yang mengalihkan bahasa masyarakat umum ke dalam isyarat. Upaya ini berbeda dengan bahasa yang biasa berkembang di antara kaum tunarungu secara alami dan sampai sekarang belum diteliti dan memiliki tata kata dan aturan yang berbeda dengan bahasa Indonesia.

2. Sistem isyarat yang disusun harus mewakili satu kata dasar atau imbuhan tanpa penutup kemungkinan adanya beberpa perkecualian bagi dikembangkannya isyarat yang mewakili satu makna. Misalnya untuk kata gabung yang sudah demikian padu maknanya sehingga tidak bisa diwakili dua isyarat. Kata-kata yang mempunyai arti ganda memerlukan pertimbangan berdasar tiga prinsip yaitu ada / tidak persamaan arti, ejaan dan ucapan serta tema yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Bila dua dari tiga prinsip itu sama dan hanya satu tema untuk kata tersebut dalam KBBI, isyarat yang sama harus digunakan. Jika prinsip ini tidak diikuti maka jumlah dalam isyarat ini terlalu besar sehingga akan membingungkan penyandang tunarungu, khususnya ketika membaca menulis.

3. Sistem isyarat yang disusun harus mencerminkan situasi sosial, budaya, dan ekologi bahasa Indonesia. Pemilihan isyarat perlu menghindari adanya kemungkinan konotasi yang kurang etis di dalam komponen isyarat di daerah tertentu di Indonesia.

4. Sistem isyarat harus disesuaikan dengan perkembangan kemampuan dan kejiwaan siswa.

5. Sistem isyarat harus memperhatikan isyarat yang sudah ada dan banyak digunakan oleh kaum tuna rungu Indonesia dan harus dikembangkan melalui konsultasi dengan wakil-wakil dari masyarakat.

6. Sistem isyarat harus mudah dipelajari dan dipelajari oleh siswa, guru, orang tua murid, dan masyarakat.

7. Isyarat yang dirancang harus memiliki kelayakan dalam wujud dan maknanya. Artinya wujud isyarat harus secara visual memiliki unsur pembeda makna yang jelas, tetapi sederhana, indah dan menarik gerakannya. Makna isyarat harus menunjukkan sifat yang luwes (memiliki kemungkinan untu dikembangkan), jelas dan mantap (tidak berubah-ubah artinya). 8. Isyarat yang dipakai harus dapat dibaca

pada jarak yang sedekat mungkin dengan mulut pengisyarat dan dengan kecepatan yang mendekati tempo berbicara yang wajar dalam upaya merealisasikan tujuan konsep komunikasi total yaitu kesereragaman dalam berisyarat dan berbicra sewaktu berkomunikasi.

9. Sistem isyarat harus dituangkan dalam kamus Sistem Isyarat Bahasa Indonesia yang efisien dengan deskripsi dan gambar yang akurat.

2.5. Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO)

Informasi dapat diterima oleh manusia melalui lima indera yaitu, indera penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan pengecapan. Seseorang dapat menggunakan kelima indera tersebut dalam menerima dan memberikan informasi. Namun, hal ini akan berbeda bagi seseorang yang memiliki kekurangan secara fisik dalam menerima dan memberikan informasi. Salah satu contoh kaum yang kesulitan dalam menerima dan memberikan informasi dari kelima indera tersebut adalah kaum tuna rungu dan tuna wicara (kaum difabel) yang hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Tidak hanya kesulitan dalam berkomunikasi, kaum difabel juga kesulitan dalam mendapatkan media pembelajaran tentang bahasa isyarat dan bahasa indonesia. Bahasa yang digunakan oleh kaum difabel di Indonesia ada dua jenis bahasa isyarat, yaitu Sistem Isyarat Indonesia (SIBI) dan Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO). Gerakan Untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia (GERKATIN) memperjuangkan bisindo untuk jadi bahasa isyarat nasional. Oleh karena itu perlu dibangun sebuah media pembelajaran bahasa isyarat bisindo untuk kaum normal maupun disabilitas agar kaum disabilitas mengerti pola bahasa indonesia dan kaum normal mengerti pola bisindo.

(5)

2.6. Commuication Board (Papan Komunikasi)

Commuication board adalah tampilan menu

utama yang merupakan tampilan bersisikan menu-menu yang ada pada aplikasi. Dengan hanya terdapat tombol menu yang merupakan fitur dalam aplikasi, maka desain dibuat

communication board agar mudah dalam

penggunaan. Menu di buat menggunakan bahasa isyarat berbasis android agar pengguna tidak mengalami kesulitan dalam menggunakan aplikasi bahasa isyarat Indonesia berbasis android. Pada Gambar 1 dibawah ini merupakan contoh desain communication board yang dibuat.

Gambar 1. Desain Papan Komunikasi

(Communication Board)

2.7. Android

1. Pengertian Android adalah sistem operasi berbasis linux yang dipergunakan sebagai pengelola sumber daya perangkat keras, baik untuk posel, smartphone dan juga PC tablet.

2. Secara umum Sistem Android adalah

platform yang berbuka (Open Source) bagi

para pengembang untuk menciptakan aplikasi mereka sendiri untuk digunakan oleh berbagai piranti bergerak.

3. Telepon pertama yang memakai system operasi Android adalah HTC dream, yang dirilis pada 22 Oktober 2008. Pada penghujungh tahun 2009 diperkirakan di dunia ini paling sedikit terdapat 18 jenis telepon seluler yang menggunakan android. 4. Semenjak kehadirannya pada 9 maret 2009,

Android telah hadir dengan versi 1.1 yaitu sistem operasi yang sudah dilengkapi dengan pembaruan estetis pada apalikasinya. Seperti jam, video search, pengiriman pesan dengan gmail, dan pemberitahuan email.

5. Hingga tahun 2012, android telah berkembang dengan pesat. Dalam kurun waktu 3 tahun Android telah diprduksi

dalam versi, dan versi terakhir yang diproduksi disebut sebagai Android versi 4.1 atau Android.

2.8. User Centered Design

Metode yang digunakan dalam perancanagan perangkat lunak adalah metode

User Centered Desigin (UCD) yang pembelajaran bahasa isyarat. Metode ini merupakan metode yang menetapkan user sebagai pusat dari perancangan sistem.

Gambar 2. Proses User Centered Design

3. METODOLOGI 3.1. Metodologi Penelitian

Langkah-langkah yang di tempuh dalam penelitian sangat agar alur pemikiran akan lebih terarah sehingga tujuan dari penelitian tidak menyimpang serta memudahlan dalam proses analisis dan penarikan kesimpulan penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan model

prototyping. Gambar 3 merupakan diagram alir

dari metode yang digunakan dalam penelitian ini:

Gambar 3. Diagram Metodologi Penelitian

3.2. Studi Literatur

Tahapan ini bertujuan untuk mendapatkan teori-teori yang akan dijadikan acuan dalam pengembangan “Pelajar Bahasa Isyarat

(6)

Communication Board”. Teori yang dipelajari

adalah:

1. Kajian Pustaka 2. Bahasa isyarat

3. Pengertian Anak Tuna rungu

4. Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) 5. Bahasa isyarat Indonesia

6. Communication board

7. Android

8. User Centered Design

9. Skenario pembelajaran

3.3. Pengumpulan Data

Burhan Bungin (ed) (2003: 42), menjelaskan metode pengumpulan data adalah “dengan cara apa dan bagaimana data yang diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan informasi yang valid dan reliable”. Suharsimi Arikunto (2002: 136), berpendapat bahwa “metode penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Cara yang dimaksud adalah wawancara dan observasi. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

3.4. Wawancara

Di suatu komunitas isyarat di Malang terdapat beberapa orang yang tergabung di komunitas tersebut, salah satu nya di Kota Malang adalah KBI Malang (Komunitas Bahasa Isyarat Malang). Di dalam komunitas tersebut ada tuna rungu yang masih Sekolah Luar Biasa dan ada yang bekerja. Kami mewawancari salah satu tuna rungu yang masih sekolah dasar kelas empat. Saya bertanya kepada dia, “Apakah kamu belajar kosa-kata bisa mengerti? Apakah Guru mengajar di Sekolah dapat dipahami? Apakah membaca suatu kalimat panjang kamu bisa memahami?” Dan sewaktu kami mengajukan beberapa pertanyaan tadi, dia menjawab bahwa tidak mudah memahami suatu kalimat, terlebih lagi Guru menerangkan menggunakan Lisan (oral) sehingga kami sulit memahami. Jika menggunakan gambar dan bahasa isyarat akan lebih mudah dipahami.

3.5. Observasi

Di Kota Malang dan beberapa wilayah lain di Indonesia memiliki beberapa komunitas dan sekolah-sekolah yang bertujuan untuk membantu dan membimbing anak-anak tunarungu. Salah satunya di Kota Malang ada

komunitas KBI Malang (Komunitas Bahasa Isyarat Malang) memiliki keterampilan dan cara pengajaran yang baik untuk membantu mereka yang tuna rungu. Di suatu kegiatan hari Kamis dan Minggu di daerah Jl. Raya Sulfat ada mereka yang mengikuti kegiatan belajar mengajar. Kami mendapat informasi dan langsung menuju kesana untuk melihat cara mereka mengajar. Kami mengikuti kegiatan mereka selama kurang lebih 2 jam. Sewaktu kami mengikuti kegiatan tersebut ada beberapa catatan yang kami buat disana. Pertama adalah mengajar menggunakan metode visual. Kedua, menggunakan Bahasa Isyarat yang sederhana dan alami sehingga memudahkan tuna rungu belajar.

Dari wawancara dan observasi yang kami lakukan, kami menyimpulkan bahwa tuna rungu membutuhkan Rancangan Aplikasi untuk membantu mereka bisa memahami. Dan kami berpikir bahwa visual dan isyarat akan sangat membantu mereka yang tuna rungu. Selain itu, untuk membantu mereka yang bisa mendengar (bukan tuna rungu) kami juga bermaksud membuat Rancangan Aplikasi yang bisa mengkomunikasikan antara mereka yang bisa mendengar dan yang tuna rungu, sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.

3.6. Analisis Kebutuhan

Implementasi pembuatan pelajar bahasa isyarat dilakukan dengan mengacu kepada perancangan pelajar bahasa isyarat serta pembuatan aset dan desain. Implementasi yang dilakukan adalah Implementasi arti, implementasi music, dan implementasi prosedur program.

3.7. Perancangan User Center Design

Pengujian sistem merupakan hal terpenting dalam pembuatan pelajar bahasa isyarat dan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI) tersebut. Pengujian yang dilakukan berdasakan implementasi bertujuan untuk melihat keberhasilan gambar isyarat dan desain isyarat pelajar bahasa isyarat Indonesia dan juga untuk menemukan kesalahan atau kekurangan pada pelajar bahasa isyarat yang diuji. Pengujian yang dilakukan adalah bug testing dan fun testing. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pelajar bahasa isyarat yang dibuat sesuai kriteria dan sesuai perancangan sebelumnya.

1. Fokus pada pengguna

Perancangan harus berhubungan langsung dengan pengguna sesungguhnya atau tuna

(7)

rungu. 2. Pemenuhan

Pengguna mempunyai hak untuk mendapatkan sistem dapat bekerja persis seperti yang dijanjikan untuk

communication board.

3. Instruksi

Pengguna mempunyai hak untuk menggunakan instruksi secara mudah (pembelajaran communication board tuna rungu bahasa isyarat) untuk memahami dan menggunakan sistem.

4. Assistance

Pengguna mempunyai hak untuk dapat berkomunikasi dengan penyedian teknologi dan menerima pemikiran dan tanggapan yang membantu mereka anak pembelajaran bahasa isyarat communication board. 5. Batasan

Pengguna mempunyai hak untuk mengetahui batasan kemampuan sistem.

3.8. Pembuatan Prototype

Pembuatan Prototype dari Rancangan Aplikasi “PankoTuli” menggunakan perangkat lunak JustinMind yang telah diinstal ke dalam komputer atau laptop. Dari perangkat lunak tersebut, penulis dapat membuat beberapa Rancangan Aplikasi Pembelajaran dan Komunikasi berbasis Android.

3.9. Pengujian Prototype

Beberapa faktor yang menyebabkan pengujian tidak dikenali dengan benar, diantaranya adalah adanya beberapa frase kata untuk isyarat statis hampir sama meliputi kata aku hampir sama dengan isyarat kata rajin, Isyarat kata ibu hampir sama dengan isyarat kata perempuan.

3.10. Kesimpulan

Rancangan Aplikasi ini baik digunakan untuk mereka yang tunarungu atau tunawicara, selain itu, baik juga untuk mereka yang dapat mendengar dan bicara. Rancangan Aplikasi “PankoTuli” telah diuji menggunakan black box atau fungsional dan secara usability, dari pengujian tersebut Rancangan Aplikasi diperoleh hasil yang memuaskan. Adapun beberapa kekurangan yang juga ada selama pembuatan rancangan “PankoTuli”, maka penulis membuat gagasan atau saran yang dapat

digunakan untuk meningkatkan fungsional dan usability dari Rancangan Aplikasi “PankoTuli.”

4. ANALISIS KEBUTUHAN DAN PERANCANGAN

Bab ini membahas mengenai analisis kebutuhan dan perancangan aplikasi yang berisi tahapan perencanaan secara teknik dari aplikasi

communication board dengan menggunakan

sistem ‘Bahasa Isyarat Android’. Perancangan yang dilakukan terdiri dari tiga tahap: analisis kebutuhan dan perancangan umum sistem, proses analisis kebutuhan, dan perancangan perangkat lunak secara spesifik.

Gambar 4. Diagram Perancangan Aplikasi

4.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan Data pada aplikasi “PankoTuli” berbasis android dapat melihat menu yang berisi suara, video, gambar menggunakan bahasa isyarat bagi kaum tunarungu sehingga dalam pembelajaran dapat dipahami dengan mudah.

Di dalam Rancangan Aplikasi ini terdapat kategori, yaitu dalam menerjemahkan suatu benda atau barang menggunakan bahasa isyarat. Bagi seseorang yang bisa mendengar akan lebih mudah belajar dan berkomunikasi dengan orang atau anak-anak yang tidak bisa berbicara (tunarungu) yang ini merupakan cara yang cepat dan tepat untuk belajar bahasa isyarat dengan belajar menggunakan perangkat Tablet.

4.2. Gambar Umum Sistem

Perancangan umum sistem merupakan tahap awal dari perancangan perangkat lunak. Perancangan umum sistem digunakan sebagai representasi arsitektur sistem yang dibuat secara

(8)

secara umum agar lebih mudah untuk dipahami. Adapun perancangan umum sistem dari aplikasi

communication board dengan menggunakan

seorang peraga dari tunarungu dalam menggunakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia berbasis ditunjukkan pada Gambar 5

Gambar 5. Arsitektur Perancangan Umum Sistem Aplikasi communication board untuk akan menampilkan bahasa isyarat yang dapat membantu orang awam untuk berkomunikasi dalam bahasa isyarat dan juga sebagai media pembelajaran.

Aplikasi communication board dengan menggunakan Sistem Isyarat Bahasa Indonesia berbasis Android merupakan suatu aplikasi yang dikembangkan untuk menjembatani komunikasi antara tuna rungu dengan orang awam. Aplikasi yang diberi nama “PankoTuli” yang berarti papan komunikasi tuli ini nantinya akan dibuat menggunakan bahasa Isyarat Indonesia berbasis Android.

Di dalam aplikasi ini terdapat kategori, yaitu dalam menerjemahkan suatu benda atau barang menggunakan bahasa isyarat. Bagi seseorang yang bisa mendengar akan lebih mudah belajar dan berkomunikasi dengan orang atau anak-anak yang tidak bisa berbicara (tunarungu) yang ini merupakan cara yang cepat dan tepat untuk belajar bahasa isyarat dengan belajar menggunakan perangkat Tablet

Communication Board Android.

4.3. Gambaran Umum Aplikasi

Pembahasan gambaran umum aplikasi

communication board pembelajaran bahasa

isyarat Indonesia berbasis android terdiri dari tiga bagian, yaitu deskripsi umum aplikasi, perancangan umum aplikasi dan lingkungan aplikasi.

a. Deskripsi Aplikasi

Aplikasi communication board berbasisi android tablet sebagai media pembelajaran dan komunikasi bagi anak tuna rungu untuk

mempelajar SIBI secara mandiri pada perangkat bergerak berbasis android. b. Perancangan Umum Aplikasi

Tahapan ini merupakan representasi design arisitektur sistem yang akan dibangun secara umum. Gambaran umum aplikasi merupakan tahapan awal dari perancangan sistem. Berikut gambaran umum aplikasi yang akan dijelaskan pada Gambar 6

Gambar 6. Gambaran Umum Aplikasi

4.4. Profil Pengguna (User)

Profil pengguna adalah mereka yang tidak dapat berbahasa isyarat dan sangat sulit berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Masalah yang dihadapi dari pengguna akan dapat dibantu menggunakan apliaksi android

communicaton board yang mana di dalam

aplikasi terdapat bahasa isyarat dalam bentuk teks dan video bahasa isyarat. Profil pengguna yang mengalami kesulitan sesuai dengan Tabel 1 persona sampai Tabel 4 persona.

Tabel 1. Persona Tuna Rungu Nama : Sandi Leonardo Alamat : Rt.012 Rw. 009 Kec Karangrejo Kel : Karanrejo Kab : Magetan

Lahir Tinggal : Magetan, 13 Agustus 1996 Umur : 20 Kelas : SMALB Sekolah tempat : SLB Dharma Wanita Jiwan – Madiun Jl. Sumbermoro No. 3 Kwangsen , Madiun , Jawa Timur 63161

Saya sangat sulit belajar menggunakan kalimat-kalimat dengan benar. Guru mengajar kurang jelas. Anak-anak tuna rungu fokus kepada ketrampilan seperti menjahit, membuat tas, pangkas rambut, tetapi bukan pelajaran akademik di Sekolah.

(9)

Tabel 2. Persona Tuna Rungu Nama : Tambul ulum Alamat : Klagen serut rt. Lahir Tinggal : 26 Mei 1993 Umur : 25 Kelas : SMALB Sekolah tempat : SLB Dharma Wanita Jiwan – Madiun Jl. Sumbermoro No. 3 Kwangsen , Madiun , Jawa Timur 63161

Saya sulit belajar Bahasa Indonesia dan Matematika karena guru mengajar kurang jelas, kadang menggunakan suara saja dan bukan bahasa isyarat, sehingga membuat keterangan yang saya terima mengalami kesulitan. Tabel 3. Persona Guru

Nama : Dra Sri Mulyani Alamat : -

Lahir tinggal : 17 Agustrus 1969 Umur : Berkerja : Guru SLB Sekolah tempat : SLB B/C DHARMA WANITA KOTA MADIUN JL.KRESNO NO.10 Kota: Madiun - Jawa timur

Saya sebagai guru di SLB susah dan mengalami kesulitan dalam mengajar anak-anak tuna rungu, mereka diajar tetapi kurang paham dan harus diulang, bahkan anak-anak sering malas belajar di Sekolah. Tabel 4. Persona Wiraswasta

Nama : Handoyo

Alamat : Jl. Brigjen Katamso 88, Kediri

Lahir tinggal : 12 juli 1978 Umur : 39 tahun Berkerja : wiraswasta

Sekolah tempat : SLB kota kediri , SD dan SMP

Saya sering berjumpa dengan tunarungu dan senang belajar bahasa isyarat tetapi tuna rungu kadang memiliki bahasa yang lain dan mereka menggunakan isyarat tangan dengan cepat, itu yang membuat saya sulit

berkomunikasi dengan mereka.

4.5. Skenario

Karena selama ini media pembelajaran yang ada kurang efektif untuk kebutuhan dan karakteristik anak–anak tuna rungu. Oleh karena itu dibutuhan media pembelajaran yang mempunyai fungsi sebagai alat peraga pengajaran, menarik dan mudah untuk dipelajari, efektif untuk pembelajaran anak-anak tuna rungu, dan mempunyai isi yang bermanfaat bagi anak-anak tuna rungu. Dari aplikasi

“PankoTuli”.

4.6. Skenario Pembelajaran

Data yang kami terima setelah kami melakukan wawancara dan observasi dan mendengar langsung dari teman tunarungu dan pihak pengajar mengalami kesulitan dalam Belajar Bahasa Isyarat. Oleh karena itu, dari data personalia diatas kami mendapati adanya kesulitan dalam mengingat Abjad Jari dan Kosa kata Isyarat dan Angka dari komentar mereka, maka kami memikirkan adanya solusi yang dapat kami rancang dalam membuat aplikasi yang bisa membantu mereka. Kami merancang adanya 3 fitur utama yang dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi mereka, seperti Menu Abjad, Menu Kosa Kata dan Menu Angka. Aplikasi yang kami buat ini sekiranya dapat membantu mereka dalam mengingat dan belajar dengan cepat dan mudah. Dari keterangan yang kami buat kepada mereka dapat respon yang positif dan kami telah merancang Metode Pembelajaran Bahasa Isyarat Indonesia berbasis Android.

4.7. Skenario Komunikasi

Data yang kami terima setelah kami melakukan wawancara dan observasi dan mendengar langsung dari teman tunarungu dan pihak pengajar mengalami kesulitan dalam berkomunikasi berbahasa isyarat. Oleh karena itu, dari data personalia diatas kami mendapati adanya kesulitan dalam berkomunikasi antara tunarungu dan mereka yang mendengar. Maka kami memikirkan adanya solusi yang dapat kami rancang dalam membuat aplikasi yang bisa membantu mereka. Kami merancang adanya 3 fitur utama yang dapat membantu mengatasi masalah yang dihadapi mereka, seperti Menu Kata Tanya, Menu Percakapan Sehari-hari dan Menu SPOK (Subjek Predikat Objek

(10)

Keterangan). Aplikasi yang kami buat ini sekiranya dapat membantu mereka dalam mengingat dan berkomunikasi dengan cepat dan mudah sesuai dengan kategori yang telah kami buat. Dari keterangan yang kami buat kepada mereka dapat respon yang positif dan kami telah merancang Metode Komunikasi Bahasa Isyarat Indonesia berbasis Android.

5. IMPLEMENTASI PROTOTYPE DAN PENGUJIAN

5.1. Batasan-Batasan Implementasi

Dalam implementasi Rancangan Aplikasi

communication board berbasis android tablet

sebagai media pembelajaran dan komunikasi bagi anak tuna rungu terdapat batasan-batasan sebagai berikut:

1. Rancangan Aplikasi dirancang untuk Sistem Isyarat Bahasa Indonesia pada tablet Android

2. Design pada gambar yang user bisa belajar membaca huruf dengan cara melihat video dan gambar

3. Rancangan Aplikasi media pembelajaran ini hanya diperuntukan kepada siswa penderita tuna rungu

4. Rancangan Aplikasi ini dapat digunakan untuk membantu siswa penderita tunarungu dalam proses pembelajaran berkomunikasi 5. Hanya menangani bahasa isyarat Sistem

Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI)

5.2. Pengembangan Prototype (JustinMind)

JustinMind adalah sebuah Rancangan

Aplikasi yang dapat digunakan untuk membuat

prototype dari Rancangan Aplikasi perangkat

bergerak. Rancangan Aplikasi ini dapat menghasilkan desain yang elegan dan interaksi yang baik. Fitur lain termasuk sinkronisasi dengan Photoshop, integrasi dengan alat-alat pengujian pengguna dan layanan, gesture ponsel, transisi, dukungan untuk logika kondisional dan alur kerja tim. JustinMind memiliki fitur lengkap yang akan membutuhkan komitmen waktu jika Anda ingin mendapatkan hasil maksimal dari itu. Pada Gambar 7 adalah Screenflow Prototype

JustinMind pada halaman utama dan akan

muncul gambar seperti dibawah ini:

Gambar 7. Pembuatan Halaman Utama PankoTuli

dengan JustinMind

6. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis perancangan, implementasi dan pengujian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarakan rancangan aplikasi “PankoTuli” ini telah berhasil dibuat karena melalui proses User Center Design, penulis mendapatkan semua informasi dan kendala sehingga terbentuklah rancangan Aplikasi Pembelajaran dan Komunikasi Bahasa Isyarat berbasis Android.

2. Berdasarkan rancangan aplikasi “PankoTuli” ini telah dibuat dengan baik suatu design dengan kategori kosa kata, abjad dalam bahasa isyarat dan angka dalam bahasa isyarat pada Menu Pembelajaran serta kategori Kata Tanya, Percakapan Sehari-hari dan SPOK pada Menu Komunikasi.

3. Rancangan Aplikasi “PankoTuli” berhasil diimplementasikan dengan menggunakan perangkat smartphone berbasis andorid dengan sistem andorid versi 4.2.2 Jelly

Bean.

4. Rancangan Aplikasi “PankoTuli” ini memiliki tingkat kemudahan dalam penggunaannya karena dari data rancangan analisis pengujian usability pada Kategori Pembelajaran memiliki rata-rata 68.32 %. 5. Rancangan Aplikasi “PankoTuli” ini

memiliki tingkat kemudahan serta

membantu mengingat dalam

penggunaannya karena dari data rancangan analisis pengujian usability pada Kategori Komunikasi memiliki rata-rata 68.32 % sehingga dapat disimpulkan bahwa rancangan aplikasi ini adalah memuaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Haryanto, Agus, Belajar Android Pengenalan Database Android bersama Agus Haryanto,

(11)

http://agusharyanto.net/wordpress/?p=317, 2012

Safaat, Nazruddin, Pemprograman aplikasi Mobile Smartphone dan Tablet PC berbasis Android, Informatika, Bandung, 2011. Siregar, Ivan Michael dkk, Mengembangkan

Aplikasi Enterprise Berbasis Android, Gave Media, Yogyakarta, 2010.

Chapman, Cameron, 30 Mei 2012. Review :

Justinmind prototype - faster simpler

prototyping!,

http:www.webdesignerdepot.com, diakses pada tanggal 11 Januari 2015 pukul 10.00 WIB.

Analysis Interaktivitas pada Teks Suara Surabaya.net. Jurnal Ilmiah Scriptura ISSN 1978-385X Vol. 1 No.2 Juli 2007.

Wijayanto, C.P. (2009). Membangun Aplikasi Pelatihan Bahasa Isyarat Berbasis Komputer Pada Orang Tunarungu.

Hallahan, P.D. dan Kauffman, M.J. (1991). Exceptional Children (Introduction to Special Education), Fifth Edition. University of Virgina: Prentice-Hall International, Inc.

Gambar

Gambar 2. Proses User Centered Design
Gambar 4. Diagram Perancangan Aplikasi  4.1.  Pengumpulan Data
Tabel 1. Persona Tuna Rungu  Nama : Sandi Leonardo  Alamat  :  Rt.012  Rw.  009  Kec  Karangrejo  Kel  :  Karanrejo  Kab : Magetan
Tabel 3. Persona Guru   Nama : Dra Sri Mulyani  Alamat : -
+2

Referensi

Dokumen terkait

TABULASI DATA SEMEN, POROSITAS, PROSES DIAGENESIS, DAN INTERPRETASI LINGKUNGAN DIAGENESIS Sumur No.. Mikrit Neomorphism Neomorphism Neomorphism Neomorphism Neomorphism

Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan warna ini dapat juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 dan 28 hari tidak kurang dari 95 % dari

terampil maupun ahli yang dipersyaratkan guna mengisi sektor-sektor kerja pembangunan nasional. Ada pun sejarah kemanusiaan yang dimaksud merujuk pada transformasi

Kenyataan itu menimbulkan berbagai dampak negatif terhadap mutu dan keberadaan sumberdaya alam dan lingkungan.Salah satunya adalah pencemaran oleh logam berat Penelitian

Dengan berpegang pada ordonansi-ordonansi itu pemerintah Hindia Belanda telah membentuk -- kadang secara paksa, seperti halnya di Belitung -- daerah-daerah baru yang diberi

Hal ini sesuai dengan pendapat Lamminmaki (2008) yang menyatakan Hotel yang memiliki kualitas lebih tinggi akan memiliki sistem manajemen yang lebih

Hasil penelitian maka hipotesis yang berbunyi adanya perbedaan atau tidak antara return yang diharapkan dan yang dihasilkan dari Jensen, Sharpe dan Treynor dengan

ةليضف ةروتكدلا ةيرجه يمأ ،ةيرتسجالما ، بئان ةّيّلكب ةّيبرعلا ةغّللا مسق سيئر جنوفملا ةّيموكلحا ةّيملاسلإا ناتنا نيدار ةعمابج ميلعتلاو ةّيبترلا... ي