• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BABY SPA DENGAN POLA TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN DI KLINIK BABY SPA ANANDA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BABY SPA DENGAN POLA TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN DI KLINIK BABY SPA ANANDA KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI BABY SPA DENGAN POLA TIDUR BAYI USIA 3-6 BULAN DI KLINIK BABY SPA ANANDA KECAMATAN AMBARAWA

KABUPATEN SEMARANG

Siti Fatimah1), Chichik Nirmasari2), Widayati3) 1) Mahasiswa AKBID Ngudi Waluyo 2) Dosen Akbid Ngudi Waluyo 3) Dosen Akbid Ngudi Waluyo fatmahfafa95@gmail.com

ABSTRAK

Tidur merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi terutama pada fase perkembangan. Fase perkembangan bayi dapat meningkat ketika bayi diberikan rangsangan baby spa, tetapi bayi merupakan individu yang memerlukan proses adaptasi. Kesulitan proses adaptasi baby spa dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan bayi. Data yang didapatkan dari wawancara 2(50%) ibu bayi yang melakukan baby spa secara rutin mempunyai pola tidur teratur 14 jam/hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia 3-6 bulan di Klinik Baby SPA Ananda, Kabupaten Ambarawa, Kabupaten Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional yang jenis datanya berupa data primer dan data sekunder. Populasinya bayi usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda berjumlah 24 bayi dan sampelnya berjumlah 24 bayi yang diambil secara total

sampling serta dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan uji Kendall Tau.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kategori rutin lebih sedikit sebanyak 7 (29,2%) sedangkan pada kategori teratur lebih banyak sebanyak 15 (62,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p (0,084>0,05), hal ini menunjukkan bahwa pola tidur bayi tidak dipengaruhi oleh kunjungan baby spa. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi bagi ibu yang mempunyai bayi usia 3-6 bulan untuk melakukan baby spa.

(2)

ABSTRACT

Sleep is a human need that must be fulfilled especially in the development phase. The development phase of a baby can be increased when given a stimulus of baby spa, but the baby is an individual who requires adaptation process. The difficulty in baby spa adaptation process can lead to retard in growth and development. The data were obtained by interview, two (50%) mothers who implement regularly spa baby has a regular sleep pattern of 14 hours/day. The purpose of this study is to find the correlation between frequencies of baby spa and sleep patterns in baby aged 3-6 months at Ananda Baby SPA Clinic, Ambarawa Sub-district, Semarang regency.

This was a descriptive-correlative study with cross sectional approach. The data were used both primary and secondary data. The population in this study was babies aged 3-6 months at Ananda Baby Spa Clinic Ambarawa as many as 24 babies and the samples were 24 respondents were sampled by using the total sampling technique and the data were analyzed by using frequency distributions and the Kendall Tau test.

The results of this study indicate that in the category of routine there are 7 respondents (29.2%), while in the category of regular there are 15 respondents (62.5%). The results of the statistical test obtained p value of 0.084 > 0.05), that means that baby's sleep pattern is not influenced by spa baby visits. This study is expected to provide information for mothers who have babies aged 3-6 months to make a baby spa.

Keywords : Frequency of baby spa, Sleep pattern

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis perkembangan seseorang.Dikatakan masa kritis karena pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan dan dikatakan masa keemasan karena masa bayi berlangsung sangat singkat dan tidak dapat diulang kembali. Masa bayi dibagi menjadi dua periode yaitu masa neonatal dan masa post neonatal. Masa neonatal dimulai dari umur 0-28 hari, sedangkan masa post neonatal dimulai dari umur 29 hari sampai 11 bulan (Departemen Kesehatan, 2009). Bayi diberikan rangsangan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan, akan tetapi bayi merupakan individu yang lemah dan memerlukan proses adaptasi. Kesulitan proses adaptasi akan mengalami keterlambatan tumbuh kembang bayi, karena faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang bayi adalah tidur. Ketika

tidur tubuh bayi memproduksi hormon pertumbuhan tiga kali lebih banyak dibandingkan ketika bayi terbangun (Maimunah, 2009;h.42).

Indonesia cukup banyak bayi yang mengalami masalah tidur, yaitu sekitar 44,2% bayi mengalami gangguan tidur seperti sering terbangun di malam hari. Namun hampir atau bahkan lebih dari 72% orang tua tidak menganggap gangguan tidur pada bayi sebagai

suatu masalah.Meskipun dianggap masalah

mereka hanya menganggapnya sebagai masalah kecil. Padahal, masalah tidur dapat menganggu pertumbuhan bayi, menyebabkan fungsi imun rentan, dan mengganggu regulasi system endokrin (Rizema,2011;h.69) .

Tidur merupakan prioritas utama bagi bayi, karena aktivitas tidur merupakan stimulus bagi proses tumbuh kembang otak. Sebab,75% hormon pertumbuhan dikeluarkan saat tidur. Hormon pertumbuhan inilah yang bertugas merangsang pertumbuhan tulang dan jaringanya.Selain itu hormon pertumbuhan

(3)

juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbarui seluruh sel yang ada di tubuh, mulai dari sel kulit, sel darah, sampai sel saraf otak. Proses pembaruan sel tersebut akan berlangsung lebih cepat bila bayi sering kali terlelap tidur sesuai dengan kebutuhan tidurnya. Tidur juga membantu perkembangan psikis emosi, kognitif, konsolidasi pengalaman dan kecerdasan.Bayi menghabiskan jumlah rata-rata waktu tidur sekitar 60%.Pola siklus tidur-bangun terlihat jelas pada umur 3-5 bulan, dimana proporsi tidur mulai lebih banyak pada malam hari. Secara umum morning naps( tidur di pagi hari) berhenti umur 1 tahun dan afternoon

naps ( tidur di sore hari ) berlangsung umur 3

tahun (Rizema, 2011; h.67) .

Menurut dr. Rini, kualitas tidur bayi dilihat dari fase tidur yang dilaluinya, yaitu tidur aktif ( rapid eye movement atau REM ) dan tidur tenang (non REM ). Usia 3 – 6 bulan diperlukan waktu tidur sekitar 14 jam/hari, ( Rizema, 2011; h.66 ) . Tidur bayi dapat berubah sesuai tahapnya, yaitu dari tahap pertama non REM menuju ke tahap ketiga atau keempat. Bayi mungkin kembali ke tahap pertama, lalu berputar kembali. Tidur tahap I terjadi bila merasakan ngantuk dan mulai tertidur, jika terdengar bunyi sesuatu langsung terbangun, sebenarnya tidur berlangsung 30 detik sampai 5 menit pertama dari siklus tidur. Tidur tahap II seluruh tubuh seperti berada pada tahap tidur I yang lebih dalam dan masih mudah dibangunkan, meskipun benar-benar berada dalam keadaan tidur berlangsung dari 10 sampai 40 menit, dapat terbangun karena sentakan tiba-tiba dari ekstremitas tubuhya. Tidur tahap III tertidur cukup pulas, rileks sekali, tonus otot lenyap.Tidur tahap IV adalah tidur paling nyenyak, tanpa mimpi dan sulit dibangunkan (Rizema, 2011; h.65).

Siklus tidur bayi konsisten dengan karakternya, bayi yang aktif akan tidur dengan aktif juga, biasanya bayi bermain dan melakukan aktivitas yang membuat bayi nyaman seperti bayi akan menangis, menghisap jarinya, menggoyang – goyangkan dan memukul kepalanya, bergerak kesana – kesini serta tertidur lagi. (Rizema, 2011; h. 81) .

Waktu untuk tidur bayi kurang lebih 18 jam perhari dan waktu yang tersisa untuk bayi adalah bermain melakukan aktivitas yang membuat bayi nyaman, misalnya bercengkrama dengan ibu dan anggota keluarga. Tetapi masalah yang dialami ibu adalah permasalahan bagi bayi yang sulit sekali untuk tidur dimalam hari dan jika tidak ditangani dengan serius ada gangguan perilaku, tumbuh kembang serta gangguan otak. (Ismail, 1994 dalam Widodo, A. 2012; h.3).

Menurut Permenkes No. 1205/Menkes/X/2004, spa merupakan upaya tradisional yang menggunakan pendekatan holistik, melalui perawatan menyeluruh dengan menggunakan metode kombinasi antara hidroterapi (terapi air) dan massage (pijat) yang dilakukan secara terpaduuntuk menyeimbangkan tubuh, pikiran, serta perasaan. Baby spa merupakan perawatan spa tubuh pada bayi yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu mandi berendam atau berenang dan pijat. Manfaat baby spa ini dapat memberikan rasa tenang, nyaman, dan segar. Hantaman air yang ditimbulkan dari air yang bergolak dapat memberi sensasi dan pijatan yang menghilangkan lelah, melancarkan peredaran darah dan menciptakan relaksasi. Tidur bayi akan semakin lelap sehingga dapat meningkatkan jumlah jam tidur siang dan malam. Dimana dalam tidur bayi ini terjadi peningkatan pengeluaran hormon pertumbuhan.

Berendam dan berenang akan merangsang gerakan motorik bayi. Ketika bermain air, otot - otot bayi akan berkembang dengan sangat baik, persendian tumbuh secara optimal, pertumbuhan badanmeningkat, dan tubuhpun menjadi lentur. Gerakan berenang didalam air semua anggota tubuh bayi akan terlatih, karena seluruh anggota tubuh digerakkan mulai dari kaki, tangan hingga kepala walaupun belum sempurna. Selain itu kemampuan mengontrol otot bayi akan lebih meningkat karena pada saat berenang didalam air efek gravitasi sangat rendah sehingga memungkinkan bayi untuk bergerak lebih banyak dan semua otot pun dapat bekerja dengan optimal. (Yahya, 2011 dalam Qoriesa, 2012; h.5).

(4)

Mandi berendam sangat efektif untuk menghilangkan kelelahan dan kejenuhan.Pada bayi dan anak, mandi berendam merupakan pilihan yang tepat untuk membantu menghilangkan kelelahannya. Bayi yang berendam, sebagian besar tubuhnya akan terkena air dalam waktu cukup lama dan dengan suasana menyenangkan, tubuh merekapun akan jauh lebih segar dan lebih bersih. Sebenarnya sejak dalam perut ibu, bayi sudah bisa berenang dalam air ketuban. Meletakkan bayi usia dibawah tiga bulan di dalam air, secara refleks ia akan menggerak-gerakkan kaki agar tidak tenggelam. Bisa dikatakan, pada usia dibawah tiga bulan bayi sudah bisa berenang dengan gaya primitive. Adanya gaya gravitasi, bayi merasa ditekan dari bawah air sehingga ia bisa mengambang.

Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan sejak berabad-abad silam.Bahkan, diperkirakan ilmu ini telah dikenal sejak awal manusia diciptakan ke dunia, karena pijat sangat berhubungan erat dengan kehamilan dan proses kelahiran manusia (Roesli, 2010 dalam Indaryani 2012; h.7).

Pemijatan bayi lebih dini, bayi akan memperoleh manfaat lebih besar. Bayi yang di pijat akan terlihat lebih responsif, dapat lebih banyak menyapa dengan kontak mata, lebih banyak tersenyum, lebih banyak bersuara, lebih banyak menanggapi, lebih cepat mengenal lingkungan, dan lebih tanggap. Pijat bayi dapat mempengaruhi hormon melatonin, dengan hormon tersebut hormone tersebut bayi dapat memiliki pola tidur teratur. Efek dari tindakan pijat adalah mengembalikaan hormon stress sehingga tidak mengejutkan bayi dan memberikan rasa nyaman dan tenang sehingga meningkatkan kualitas tidurnya. (Budhiarta, 2011 dalam Indriyani, 2012; h.2).

Tahun pertama kehidupannya, bayi mengalami perkembangan yang pesat pada otaknya. Renang bayi telah diketahui bermanfaat dalam merangsang perkembangan otak secara optimal, menguatkan saraf, dan meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan pertumbuhan motorik. Air sebagai media

dalam renang ini, memungkinkan bayi untuk bisa bergerak dengan bebas. Kondisi berenang ini sama denagn bayi ketika masih dalam kandungan, saat bayi masih dikelilingi dengan air ketuban ibu. Sehingga bayi memiliki refleks gerak kaki yang banyak dan sering, gerak ini sangat membantunya ntuk berenang.

Usia 3-6 bulan merupakan saat yang tepat bagi bayi untuk mengenal kolam renang karena pada usia ini bayi sangat senang dengan air dan tidak menangis saat berenang. Hal ini dikarenakan reflek akuatiknya belum menghilang (kemampuan menarik nafas sebelum menyentuh air), bayi juga mempunyai naluri mengapung dan menyelam yang mencegahnya menelan air saat berada di dalam air.Renang bayi dilakukan menggunakan pelampung khusus dan dilakukan berkisar 10-15 menit, dua kali seminggu.Air yang digunakan untuk berenang cukup hangat, minimal bersuhu 34-350Cagar

bayi tidak kedinginan dan rileks (Riksani, 2014 dalam Qoriesa 2014; h.5).

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada Tanggal 27 November 2014 di Klinik Baby Spa Ananda Ambarawa pada 4 orangtua bayi ternyata 2 (50%) orangibu mengatakan setelah bayinya melakukan baby spa selama 2x dalam 1 minggu, ibu mengatakan tidur bayinya semakin lelap dan lebih lama karena tidak rewel. Bayi tidur pada malam dan siang hari kurang lebih 14-15 jam per hari. Sedangkan 2 (50%) orang ibu mengatakan melakukan kunjungan baby spa selama 1x dalam 1 minggu, 1 orang ibu mengatakan perkembangan dan pertumbuhan bayinya lebih aktif, untuk pola tidurnya tidak teratur karena bayi sering rewel dan tidur siang 3 jam, tidur malam 10 jam dan 1 orang ibu mengatakan tidur bayinya tidak teratur karena tidur siang 5 jam dan tidur malam 8 jam.

Sebelum melakukan baby spa bayinya pendiam (kurang aktif dalam beraktifitas atau merespon),tidur bayi tidak teratur sehingga sering rewel, kurang soaialisasi dengan orang disekitarnya, kurang ceria, dan menurunnya nafsu makan sehingga berat badan lama

(5)

kelamaan menurun. Selain itu efek dan manfaat lain yang dapat di peroleh dari baby

spa yaitu dapat Melancarkan peredaran darah

sehingga perkembangan bayi akan lebih pesat pada usia pertumbuhanya dan meningkatkan IQ. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap sistem metabolisme tubuh dan meningkatkan daya tahan tubuh bayi agar tidak mudah terserang penyakit, memberikan efek relaksasi sehingga bayi bisa tumbuh ceria membantu membentuk pribadi yang supel, ceria, mandiri, meningkatkan kualitas tidur dapat membantu anak tidur dengan teratur, tidur bayi yang tidak cukup dan kualitas tidur yang buruk dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan fisiologi dan psikologi, karena berpengaruh terhadap perkembangan otak bayi yang akan berkembang selama masa tidurnya. Sehingga lamanya tidur bayi dapat meningkatkan aliran darah ke otak, sel otak lebih cepat tumbuh, mengoptimalkan tumbuh kembang anak, mengembangkan ketrampilan motorik fisik, keseimbangan, koordinasi tangan dan kaki. Saat berenang seorang bayi akan terlatih gerakan motoriknya karena kaki, dan tubuhnya akan bergerak-gerak, membantu memperbaiki sistem pencernaan bayi dan membuatnya mudah makan, meningkatkan asupan oksigen, mengembangkan paru-paru, meregangkan otot, meluruskan struktur tubuh dan persendian setelah lahir, terapi untuk bayi premature, dan bayi ikterus (bayi kuning).

Manfaat pijat payi yaitu Menstimulasi syaraf otak. Bayi yang dipijat secara rutin akan membuat bayi mudah dalam merekam memori apa yang dilihat dan didengarnya. Bayi juga dapat tidur dengan lelap, melatih respon syaraf pada tubuh bayi yang dapat memacu perkembangan reflek tubuh bayi, membantu dan menstimulasi sistem pencernaan pada perut bayi karena pijatan bayi dapat meningkatkan kerja peristaltis usus, melancarkan sistem peredaran darah bayi, melancarkan pernafasan bayi karena dapat membantu suplai oksigen pada tubuh bayi, dan membantu perkembangan susunan otot bayi, meningkatkan daya tahan tubuh bayi.Sehingga, peneliti tertarik untuk mengetahui “Hubungan FrekuensiBaby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 bulan di

Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang”.

Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia 3 – 6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui frekuensi kunjungan baby spa pada bayi usia 3 – 6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. b. Mengetahui pola tidur pada bayi usia

3 – 6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.

c. Menganalisis hubungan antara frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia 3 – 6 bulan di Klinik Baby

Spa Ananda Kecamatan Ambarawa

Kabupaten Semarang. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi penelitian

Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan peneliti dalam melaksanakan penelitian dan penulisan ilmiah, khususnya mengenai hubungan antara frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia 3 – 6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang

2. Manfaat bagi institusi

Meningkatkan pengetahuan serta pengalaman mahasiswa dalam hal penelitian, sehingga institusi mampu meluluskan mahasiswa yang berkompeten, serta hasil ini dapat dijadikan sumber referensi bagi mahasiswa lain tentang baby spa.

3. Manfaat bagi masyarakat

Penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi edukasi tentang baby spa sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur bayi.

(6)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini variabel yang diteliti menggunakan jenis variabel bebas dan terikat.Penelitian ini variabel bebasnya ialahfrekuensi baby spa. Penelitian ini variabel terikatnya ialahpola tidur bayi. Tidak ada hubungan antara frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia 3-6 bulan di Klinik baby spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Penelitian ini dilaksankan pada bulan April 2015.Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional yang jenis datanya berupa data primer dan data sekunder.Populasinya seluruh bayi usia 3-6 bulan di Klinik baby spa Ananda. Tehnik yang digunakan menggunakan tehnik total

samplingdan sampelnya berjumlah 24 bayi.

Alat ukur dengan kuesioner serta dianalisis menggunakan distribusi frekuensi dan uji

Kendall Tau.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Analisis Univariat

Tabel 1 Distribusi FrekuensiBerdasarkan Frekuensi Baby Spa pada bayi umur 3-6 bulan di Klinik Baby

Spa Ananda Kecamatan

Ambarawa Kabupaten Semarang

Frekuensi Baby

Spa Frekuensi Persentase (%)

Tidak Rutin 17 70,8

Rutin 7 29,2

Jumlah 24 100.0

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa frekuensi baby spa pada bayi umur 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, lebih banyak dalam kategori tidak rutin, yaitu sejumlah 17 bayi (70,8%).

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pola Tidur Bayi umur 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang

Pola Tidur Frekuensi Persentase (%)

Tidak Teratur 9 37,5

Teratur 15 62,5

Jumlah 24 100.0

Berdasarkan tabel 2dapat diketahui bahwa bayi umur 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, sebagian besar memiliki pola tidur yang teratur, yaitu sejumlah 15 bayi (62,5%).

Analisis Bivariat

Tabel 3 Hubungan antara Frekuensi Baby Spa dengan Pola Tidur Bayi Usia 3-6 Bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang

Frekuen si Baby Spa

Pola Tidur Total P Value

Tidak Teratur Teratur F % F % F % Tidak Rutin 8 47,1 9 52,9 17 70,8 0,308 Rutin 1 14,3 6 85,7 7 29,2 Jumlah 9 37,5 15 62,5 24 100,0

Berdasarakan tabel 3di atas dapat diketahui bahwa bayi yang melakukan baby spa tidak rutin sebagian besar memiliki pola tidur yang tidak teratur sejumlah 8 bayi (47,1%). Sedangkan bayi yang melakukan baby spa secara rutin sebagian besar memiliki pola tidur yang teratur sejumlah 6 bayi (85,7%).

Berdasarkan uji korelasi Kendall Tau diperoleh nilai korelasi sebesar 0,308 dengan p-value 0,084>0,05, maka disimpulkan bahwa tidak ada hubunganantara frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia 3-6 bulan di Klinik Baby Spa Ananda Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.

(7)

Pembahasan Analisis Univariat

1. Frekuensi Baby Spa

Hasil penelitian mendapatkan bahwa sebagian besar responden melakukan kunjungan baby spa dalam kategori rutin yaitu sebanyak 7 responden (29,2%), sedangkan sisanya sebanyak 17 responden (70,8%) dalam kategori tidak rutin. Data penelitian ini menunjukan kategori rutin lebih sedikit dibandingkan kategori tidak rutin.Baby

spa termasuk dalam kategori rutin bila

dilakukan setiap dua kali seminggu selama 1 bulan, dan baby spa dalam kategori tidak rutin bila dilakukan kurang dari dua kali seminggu selama 1 bulan.

Frekuensi merupakan sejumlah pengulangan kejadian tertentu yang berulang secara teratur dan berkelanjutan (Endarmoko, 2007). Baby spa baik dilakukan setiap dua kali seminggu, baby spa baik dilakukan secara teratur (Riksani, 2014).Kategori rutin melakukan kunjungan baby spa dua kali dalam seminggu selama 1 bulan, kunjungan

baby spa dapat rutin jika orangtua

mempunyai waktu luang untuk melakukan kunjungan baby spa.Selain itu hal yang mempengaruhi tidak dilakukan baby spa adalah kondisi bayi, karena saat bayi sedang sakit atau kurang sehat tentunya tidak dapat melakukan baby spa. Hal ini akan memperburuk kondisi bayi apabila dipaksakan melakukan baby spa. Kondisi bayi yang sehat pastinya akan membuat bayi semakin lebih tenang dan nyaman ketika melakukan baby spa (Riksani, 2014 dalam Qoriesa 2014;h.17).

Hasil penelitian di Klinik Baby Spa Ananda pada saat wawancara tidak berstruktur, ada dua faktor yang mempengaruhi tidak dilakukanya baby spa yaitu biaya dan waktu orangtua yang tidak sempat meluangkan waktu untuk mengajak bayinya melakukan baby spa karena orangtua sibuk bekerja. Sedangkan dari faktor biaya untuk mendapat satu kali treatment baby spa di Klinik baby spa Ananda membayar sebesar Rp. 45.000,-. Hal ini dapat mempengaruhi frekuensi untuk melakukan baby spa bagi pendapatan ekonomi yang kurang.

Kategori tidak rutin adalah dapat dipengaruhi oleh faktor dari luaryang dapat mempengaruhi minat ibu untuk tidak rutin membawa bayi nya melakukan baby spa. Faktor dari luar ini berasal dari orang-orang terdekat dalam kurangnya memberikan dorongan atau motivasi dari orang-orang terdekat seperti ayahnya untuk mendukung dan mendorong ibumelakukan baby spa demi perkembangan bayi mereka. Lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi minat ibu untuk melakukan baby spa, lingkungan yang peduli akan kesehatan pasti akan mengupayakan kesehatan.Akan tetapi sebaliknya lingkungan yang kurang peduli akan kesehatan anaknya dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak menjadi tidak optimal (Hadiono dan Subekti, 2007 dalam Kurniawan, A.2013).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Agus Widodo (2012) yang berjudul “Efektivitas Baby Spa dengan Lamanya Tidur Bayi Usia 3-4 bulan di Desa Gonilan tahun 2012” yang menyatakan bahwa baby spa sangat efektif bila dilakukan selama dua kali dalam 4 minggu Hasil penelitian dengan uji wilcoxon

test kelompok perlakuan didapatkan hasil p=

0,026, adanya kemaknaan baby spa terhadap lamanya tidur bayi usia 3 – 4 bulan. Kelompok kontrol p= 0,029, adanya kemaknaan massage bayi terhadap lamanya tidur bayi usia 3 - 4 bulan. Berdasarkan uji bedaMann-Whitney didapatkan hasil p= 0,015, pemberian spa baby sedikit lebih bermakna.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ari Kurniawan (2013) yang berjudul “Hubungan Frekuensi Kunjungan Solus Per Aqua (SPA) Bayi kaitanya dengan Kenaikan Berat Badan Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas Gantiwarno Klaten” yang menyatakan bahwa kunjungan spa secara teratur dapat bermanfaat terhadap pertumbuhan bayi sehingga dapat meningkatkan nafsu makan bayi dan berat badan bayi meningkat. Berdasarkan hasil penelitian menggunakan Spearman Rank didapatkan hasil p-value = 0,001 (p<0,05) dengan rho 0,676. Dapat disimpulkan bahwa nilai rho 0,676 berarti hubungan frekuensi kunjungan Solus Per Aqua dengan kenaikan berat badan bayi di Puskesmas Gantiwarno

(8)

Klaten adalah kuat karena terletak 0,600-0,799.

2. Pola Tidur Bayi

Hasil penelitian mendapatkan bahwa sebagian besar bayi mempunyai pola tidur teratur sebanyak 15 bayi (62,5%), sedangkan sisanya sebanyak 9 bayi (37,5%) dalam kategori tidak teratur. Pola tidur bayi teratur bila tidur bayinya 14 jam/hari meliputi siang 4 jam dan malam 10 jam, sedangkan pola tidur bayi tidak teratur bila tidur bayinya ˂14 jam/hari. Pola tidur teratur bayi usia3-6 bulan 14 jam dalam sehari, dengan pembagian 10 jam pada malam hari, dan 4 jam pada siang hari. Kebutuhan tidur bayi sangat penting karena saat tidur otot, kulit, sistem jantung dan pembuluh darah, metabolisme tubuh serta tulang-tulangnya mengalami pertumbuhan pesat ketika tidur.Tidur bayi juga berkaitan erat dengan pertambahan berat badan, tinggi badan dan kesehatan fisiknya.

Tidur merupakan periode pemulihan, sebagai suatu keadaan fisiologi untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Tidur termasuk bagian dari periode alamiah kesadaran yang terjadi ketika tubuh direstorasi (diperbaiki) oleh rendahnya kesadaran dan keadaan metabolisme tubuh yang minimal (Rizema, 2011;h.35).

Bayi mengalami gangguan tidur seperti sering terbangun di malam hari.Namun orang tua tidak menganggap gangguan tidur pada bayi

sebagai suatu masalah.Meskipun dianggap

masalah mereka hanya menganggapnya sebagai masalah kecil. Padahal, masalah tidur dapat

menganggu pertumbuhan bayi,menyebabkan

fungsi imun rentan,dan mengganggu regulasi system endokrin (Rizema,2011;h.69).

Namun demikian adanya beberapa faktor yang mempengaruhi tidur bayi Menurut Rizema (2011), faktor yang mempengaruhi tidur, antara lain : Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi bayi dapat mempercepat terjadinya proses tidur. Sebaliknya lingkungan yang tidak aman dan nyaman dapat menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi proses tidur, Keletihan akibat aktivitas fisik yang tinggi akan membuat bayi memerlukan waktu

untuk tidur yang lebih banyak untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan, nutrisi bagi bayi yang memerlukan protein yang tinggi maka akan mempercepat proses terjadinya tidur. Karena dihasilkan triptofan yang merupakan asam amino hasil pencernaan protein yang dicerna dapat membantu mudah tidur, penyakit yang meneyebabkan rasa nyeri ataupun ketidaknyamanan fisik dapat menyebabkan masalah tidur.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Heni indaryani yang berjudul “Pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi umur 0-3 bulan di Desa Keji Ungaran Barat tahun 2011” yang menyatakan bahwa bayi yang sudah memperoleh perlakuan pijat bayi akan memperbaiki pola tidur sehingga kualitas tidurnya mengalami peningkatan dari sebelum dilakukan pemijatan serta dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dengan hasil analisa data uji wilcoxon diperoleh nilai p

value 0,008 < 0,05, sehingga ada pengaruh

pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi di Desa Keji Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Putri Beauty (2014) yang berjudul “Hubungan Frekuensi Pijat Bayi Dengan Kualitas Tidur Bayi Umur 6 - 12 Bulan Di Desa Pringsurat Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung” yang menyatakan bahwa pijat bayi yang dilakukan minimal 3 kali dalam satu minggu dapat meningkatkan kualitas tidur bayi secara teratur. Berdasarkan hasil penelitian uji Kendall tau didapatkan hasil p-value sebesar 0,036 (α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pijat bayi dengan kualitas tidur bayi pada umur 6 - 12 bulan di Desa Pringsurat Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung.

Analisis Bivariat

Hasil penelitian mendapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia

(9)

3-6 bulan. Hal ini ditunjukan dari hasil uji

Kendall Taubahwa responden yang

melakukan kunjungan rutin (29,2%). Sebaliknya responden yang mempunyai pola tidur teratur sebanyak (62,5%), hasil penelitian menunjukan pola tidur teratur lebih banyak padahal responden yang melakukan kunjungan rutin sedikit. Hasil uji statistik

Kendall Tau menunjukkan bahwa nilai ז =

0,308 dengan p-value 0,084 > 0,05 maka Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adahubungan yang signifikan antara frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia 3-6 bulan.

Baby Spa merupakan spa tubuh bayi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu baby swimming dan pijat bayi. Baby swimming merupakan terapi berendam atau berenang dengan air hangat sedangkan pijat merupakan terapi sentuhan yang mempunyai banyak manfaat dari segi kesehatan maupun dari segi psikologis dan pengbatan. Setelah selesai berenang tahap selanjutnya adalah pijat atau massage, namun semuanya diberikan dengan porsi yang sama dan fungsi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Baby spa akan memperbaiki tubuh bayi sekaligus merasakan relaksasi yang nyaman serta baik untuk perkembangan jiwanya (Septiari, 2012;h.133).

Tidur yang berkualitas dan sehat sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan otak bayi, aktivitas tidur merupakan salah satu stimulus bagi proses tumbuh kembang otak. Perkembangan kognitif bayi yang mengalami gangguan tidur juga terganggu, sehingga ia akan tumbuh menjadi anak yang kurang perhatian dan konsentrasi, kurang waspada, bereaksi lambat dan mempunyai daya memori yang rendah (Rizema, 2011;h.67).

Namun dalam penelitian ini banyak responden yang melakukan kunjungan baby spa secara tidak rutin, tetapi pola tidur bayi yang teratur lebih banyak.Jika orang-orang terdekat bisa memberikan dorongan atau motivasi kepada ibu seperti ayahnya untuk mendukung dan mendorong ibumelakukan

baby spa demi perkembangan bayi. Ibu akan

merasa lebih semangat dan senang ketika mengajak bayinya untuk melakukan baby spa karena ayah dan keluarga sangat mendukung

untuk melakukan baby spa. Dengan memberikan dorongan dan motivasi pada ibu, diharapkan ibu dapat mengajak bayinya untuk melakukan kunjungan baby spa secara rutin agar dapat meningkatkan kualitas tidur bayi sehingga dapat meningkatkan kemampuan kecerdasan bayi.

Bayi yang mempunyai pola tidur teratur lebih banyak, karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi tidur bayi, antara lain : Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi bayi dapat mempercepat terjadinya proses tidur. Keletihan akibat aktivitas fisik yang tinggi akan membuat bayi memerlukan waktu untuk tidur yang lebih banyak untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Nutrisi bayi, misalnya bayi dengan pola makan teratur dan banyak mengonsumsi makanan yang mengandung banyak protein dapat membuat tidur bayi menjadi teratur, penyakit yang meneyebabkan rasa nyeri ataupun ketidaknyamanan fisik dapat menyebabkan masalah tidur akan tetapi bayi yang sehat dengan lingkungan yang aman dan nyaman juga dapat membuat tidur bayi teratur.

Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Noor Wulan Juniati, A.Md yang berjudul “Perbedaan terapi pijat bayi dan baby swimming terhadap frekuensi menyusu dan lama tidur bayi usia 0-6 bulan di Nismara Modern Kids and Baby SPA di Surakarta tahun 2013” yang menyatakan bahwa pijat dan baby swimming mampu meningkatkan kualitas dengan angka yang signifikan (p value 0,002 < 0,05), serta bermanfaat juga untuk meningkatkan frekuensi menyusui dengan angka yang signifikan (p value 0,007 < 0,05).

Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah Lubis yang berjudul “Hubungan SPA Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi Usia 3-12 Bulan di Lolypop Kids And Baby SPA Medan” yang menyatakan bahwa perawatan spa bayi dapat menstimulus pemenuhan kebutuhan tidur bayi. Sampel pada penelitian ini adalah bayi usia 3-12 bulan yang melakukan spa bayi. Hasil penelitian Analisis bivariat dengan uji

Spearman rho menunjukkan bahwa spa bayi

(10)

yang signifikan dibuktikan dengan p value= 0,000, serta memiliki kekuatan hubungan yang kuat dan positif dengan r value= 0,553.

PENUTUP Kesimpulan

1. Responden yang melakukan kunjungan baby spa secara rutin pada bayi usia 3-6 bulan yang mencapai 29,2 %, sedangkan kunjungan bayi tidak rutin mencapai 70,8 %.

2. Pola tidur bayi pada bayi usia 3-6 bulan, yang pola tidurnya teratur mencapai 62,5%, sedangkan pola tidur yang tidak teratur mencapai 37,5%.

3. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi baby spa dengan pola tidur bayi usia 3-6 bulan. Nilai koefisien korelasi kendall tau (ז) sebesar 0,308 dengan pvalue : 0,084>0,05.

Saran

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi peneliti untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang akan meneliti lebih luas tentang baby spa.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi dan masukan bagi peneliti yang selanjutnya, serta hasil ini dapat dijadikan sumber referensi bagi mahasiswa lain tentang baby spa.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan bagi masyarakat khususnya ibu yang mempunyai bayi usia 3-6 bulan dklinik baby spa Ananda, mendapatkan informasi tentang baby spa yang dapat memberikan rangsangan sehingga meningkatkan kualitas tidur bayi.

4. Bagi Peneliti lain

Peneliti lain diharapkan meneliti faktor lain yang dapat mempengaruhi baby spa yaitu lingkungan dan orangtua, sedangkan faktor yang mempengaruhi

tidur bayi yaitu lingkungan, nutrisi, latihan fisik, penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Galenia. 2014. Home Baby SPA.Jakarta : Penebar Swadaya

Indriyani, H. 2012. PengaruhPijat Bayi

terhadap Kualitas Tidur Bayi umur 0-3 bulan di Desa Keji Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.[Diakses

tanggal 23 Febuari 2015]. Di dapat dari

: Skripsi,

http://www.perpusnwu.web.id/karyailm iah

Kurniawan, A.2013. Hubungan Frekuensi

Kunjungan Solus Per Aqua (SPA) Bayi kaitannya dengan Kenaikan Berat Badan Bayi Umur 0-6 bulan di

Puskesmas Gantiwarno Klaten

.[Diakses tanggal 4 Juni 2015]. Di dapat

dari :Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan,

Volume 2, Nomor 2,pdf

Qoriesa, S. 2014. Hubungan Frekuensi Baby

SPA dengan perkembangan bayi pada

usia 4-6 bulan di Klinik Baby SPA

Ananda Kecamatan Ambarawa

Kabupaten Semarang.[Diakses 29

Desember 2014]. Di dapat dari : Skripsi,http://www.perpusnwu.web.id/k aryailmiah

Rizema, S. 2011. Tips Sehat dengan Pola

Tidur Tepat dan Cerdas. Yogyakarta :

Buku Biru

Roesli, U. 2010. Pedoman Pijat Bayi. PT

Trubus Agriwidya : Jakarta

Septiari, B. 2012.Mencetak Balita Cerdas dan

Pola Asuh Orang Tua. Yogyakarta :

Nuha Medika

Widodo, Agus. 2012. Efetivitas Baby SPA

Terhadap Lamanya Tidur Bayi Usia3-4 Bulan.[Diakses tanggal 28 November

2014]. Di dapat dari: https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstre am/handle/123456789/3316/12.%20AG US%20WIDODO.pdf

(11)

Gambar

Tabel 1  Distribusi  FrekuensiBerdasarkan  Frekuensi  Baby  Spa  pada  bayi  umur  3-6  bulan  di  Klinik  Baby  Spa  Ananda  Kecamatan  Ambarawa Kabupaten Semarang

Referensi

Dokumen terkait

dalam tubuh yang lebih banyak, setelah bayi melakukan treatment baby spa nafsu. makan bayi akan meningkat dan pola tidur bayi akan menjadi lebih

Penelitian ini melakukan pendekatan terhadap penelitian sebelumnya yaitu Efektivitas Baby Spa Terhadap Lamanya Tidur Bayi Usia 3-4 bulan (Widodo, Agus., dan Afrian, D.N,

Pijat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pola tidur yang lama bagi bayi, yang dipengaruhi dengan sentuhan lembut dengan. penekanan

Dari kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran kepada masyarakat terutama pada ibu yang mempunyai bayi untuk rutin melakukan pijat bayi karena pijat bayi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang telah mendapat perawatan baby spa di Rafani Baby Spa Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo tidur

Baby massage yang dilakukan baik oleh bidan ataupun orangtua bayi secara rutin diharapkan dapat meningkatkan kualitas tidur bayi, hal ini didukung hasil

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan durasi tidur bayi usia 0-6 bulan yang memperoleh terapi pijat bayi dengan bayi yang tidak memperoleh terapi pijat bayi di RSKIA

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pijat terhadap Kualitas Tidur Bayi Umur 0-6 Bulan di Klinik Bidan Praktik Mandiri BPM “U” Banjarbaru”... Rumusan