• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa Medan"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN SPA BAYI DENGAN KUALITAS TIDUR BAYI

DI LOLYPOP KIDS AND BABY SPA

MEDAN

SKRIPSI

OLEH

SITI FATIMAH LUBIS

101101050

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan proposal penellitian dengan judul Analisis Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak dengan memberikan butir – butir pemikiran yang sangat berharga bagi penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I, Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan II, dan Ikhsanudin A. Harahap, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat serta selalu sabar untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam proses penulisan proposal penelitian ini. 4. Ibu Evi Karota, S.Kep, Ns, M.NS sebagai dosen pembimbing akademik dan

(4)

5. Ibu Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp. Mat dan Ibu Ellyta Aizar, S.Kp, M. Biomed sebagai dosen penguji sidang skripsi untuk segala kritikan dan masukan yang diberikan demi perbaikan skripsi ini.

6. dr. Dara Kaprina selaku pemilik Lolypop Kids and Baby Spa yang telah bersedia memberikan izin untuk memperoleh data sebagai penunjang penulisan proposal penelitian ini, dan juga para staf Lolypop Kids and Baby Spa yang membantu dalam pemberian informasi dan pengumpulan data survey awal penelitian.

7. Kedua orangtua yang penulis sayangi Ayahanda Mahdi Saleh Lubis dan Ibunda Poniyah yang tidak pernah berhenti dalam membimbing, menghibur, memperhatikan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

8. Sahabat yang penulis sayangi Cut Nirwana, Nurhanifah Rizky T, Fourlina Noviyani, Uun Lestari, Sartika Nina, Siti Eni S, Juwita Sari, Anni Rezkina yang senantiasa membantu, menemani, berbagi suka duka, begitu juga dengan teman – teman seperjuangan angkatan 2010 lainnya yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat, ridho dan karunia-Nya kepada kita semua. Harapan penulis semoga proposal penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

(5)

DAFTAR ISI

1. BAB 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 4

1.3. Hipotesis Penelitian 4

1.4. Tujuan Penelitian 5

1.5. Manfaat Penelitian 5

2. BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1. Konsep Tidur

2.1.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur 16 2.2. Konsep Spa

3. BAB 3 Kerangka Konseptual dan Defenisi Operasional

3.1. Kerangka Konseptual 28

3.2. Defenisi Operasional 29

4. BAB 4 Metodologi Penelitian

4.1. Desain dan Rancangan Penelitian 30 4.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling 30

4.3. Waktu dan Lokasi Penelitian 31

4.4. Etika Penelitian 32

4.5. Instrumen Penelitian 33

4.6. Validitas dan Reliabilitas 33

4.7. Metode Pengumpulan Data 34

4.8. Analisa Data 35

(6)

5.1.2. Spa Bayi yang Diberikan pada responden di Lolypop

Kids and Baby Spa, Medan 39

5.1.3. Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa,

Medan 40

5.1.4. Hubungan Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan 41 5.2.Pembahasan

5.2.1. Spa Bayi yang dilakukan responden di Lolypop Kids

and Baby Spa, Medan 42

5.2.2. Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa,

Medan 43

5.2.3. Hubungan Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan 45

6. BAB 6 Kesimpulan dan Rekomendasi

6.1. Kesimpulan 48

6.2. Rekomendasi 48

Daftar Pustaka

5. Pengolahan data spa bayi dan kualitas tidur

6. Pengolahan data total tidur bayi berdasarkan frekuensi spa

7. Pengolahan data distribusi normal

8. Pengolahan data spearman rho

9. Jadwal tentatif

10.Taksasi dana

11.Riwayat hidup

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tahapan Siklus Tidur 13

Tabel 2 Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia 15

Tabel 3 Defenisi Operasional 29

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan 38 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Spa Bayi pada Responden di

Lolypop Kids and Baby Spa, Medan 39 Tabel 6 Perawatan Spa Bayi pada Responden di Lolypop Kids

and Baby Spa, Medan 39

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur di Lolypop Kids and

Baby Spa, Medan 40

Tabel 8 Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa,

Medan 41

Tabel 9 Rata-rata Total Waktu Tidur Bayi berdasarkan Frekuensi Spa Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan 41 Tabel 10 Hubungan Spa Bayi dengan Kualitas Tidur di Lolypop

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

Judul : Hubungan Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan

Nama : Siti Fatimah Lubis NIM : 101101050

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Abstrak

Kualitas tidur merupakan mutu ataupun keadaan fisiologis tertentu yang didapatkan selama bayi tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada waktu bayi bangun dengan jumlah tidur yang tepat. Tidur memegang peran yang sangat besar bagi perkembangan bayi. Namun sekitar 25% gangguan tidur terjadi pada bayi sehingga mengganggu kualitas tidur bayi. Atas dasar kekuatiran terhadap gangguan tidur, para orangtua makin peduli terhadap perawatan yang dapat menstimulus pemenuhan kebutuhan tidur bayi, salah satunya adalah spa bayi. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi deskriptif yang bertujuan mengidentifikasi hubungan antara pemberian spa bayi dengan kualitas tidur bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan. Sampel pada penelitian ini adalah bayi usia 3-12 bulan yang menjalani spa bayi. Pengambilan sampel dengan teknik

purposive sampling dan dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang. Hasil penelitian bivariate dengan uji Spearman rho menunjukkan bahwa spa bayi dengan kualitas tidur bayi memiliki hubungan yang signifikan dibuktikan dengan p value= 0,000, serta memiliki kekuatan hubungan yang kuat dan positif dengan r

value= 0,553. Disarankan bagi para praktisi kesehatan untuk dapat mengembangkan perawatan yang dapat meningkatkan kualitas tidur bagi bayi.

(10)

Title : Relationship between Baby Spa and Sleeping Quality of Babies in Lolypop Kids and Baby Spa Medan

Name : Siti Fatimah Lubis Student Number : 101101050

Department : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Abstract

Sleeping quality is a quality or certain physiological condition that babies get during their sleeping time, which recovers body’s processes which occurs when the baby wakes up in the right number of time. Sleeping has a very great role in the development of babies. But around 25% of sleeping disturbance occurs on babies so it disturbs the sleeping quality of the babies. Based on the anxiety on sleeping disturbance, parents are getting care more on treatments which can stimulate the fulfillment of the babies sleeping needs, one of which is baby spa. This research is a descriptive correlative research which aims to identify relationship between the giving of baby spa and the sleeping quality of babies in Lolypop Kids and Baby Spa Medan. The sample of this research is babies at the age of 3-12 months who are going on baby spa. The sample is taken by purposive sampling technique with the number of the sample is 50 persons. The result of bivariate research with Spearman Rho test shows that baby spa and the quality of babies sleeping has a significant relationship, proven by p-value=0.000, and has a strong and positive relationship with r-value =0.553. It is suggested to the next health practitioner to develop the treatments that can increase the sleeping quality of babies.

(11)

Judul : Hubungan Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan

Nama : Siti Fatimah Lubis NIM : 101101050

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Abstrak

Kualitas tidur merupakan mutu ataupun keadaan fisiologis tertentu yang didapatkan selama bayi tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada waktu bayi bangun dengan jumlah tidur yang tepat. Tidur memegang peran yang sangat besar bagi perkembangan bayi. Namun sekitar 25% gangguan tidur terjadi pada bayi sehingga mengganggu kualitas tidur bayi. Atas dasar kekuatiran terhadap gangguan tidur, para orangtua makin peduli terhadap perawatan yang dapat menstimulus pemenuhan kebutuhan tidur bayi, salah satunya adalah spa bayi. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi deskriptif yang bertujuan mengidentifikasi hubungan antara pemberian spa bayi dengan kualitas tidur bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan. Sampel pada penelitian ini adalah bayi usia 3-12 bulan yang menjalani spa bayi. Pengambilan sampel dengan teknik

purposive sampling dan dengan jumlah sampel sebanyak 50 orang. Hasil penelitian bivariate dengan uji Spearman rho menunjukkan bahwa spa bayi dengan kualitas tidur bayi memiliki hubungan yang signifikan dibuktikan dengan p value= 0,000, serta memiliki kekuatan hubungan yang kuat dan positif dengan r

value= 0,553. Disarankan bagi para praktisi kesehatan untuk dapat mengembangkan perawatan yang dapat meningkatkan kualitas tidur bagi bayi.

(12)

Title : Relationship between Baby Spa and Sleeping Quality of Babies in Lolypop Kids and Baby Spa Medan

Name : Siti Fatimah Lubis Student Number : 101101050

Department : Bachelor of Nursing (S.Kep)

Abstract

Sleeping quality is a quality or certain physiological condition that babies get during their sleeping time, which recovers body’s processes which occurs when the baby wakes up in the right number of time. Sleeping has a very great role in the development of babies. But around 25% of sleeping disturbance occurs on babies so it disturbs the sleeping quality of the babies. Based on the anxiety on sleeping disturbance, parents are getting care more on treatments which can stimulate the fulfillment of the babies sleeping needs, one of which is baby spa. This research is a descriptive correlative research which aims to identify relationship between the giving of baby spa and the sleeping quality of babies in Lolypop Kids and Baby Spa Medan. The sample of this research is babies at the age of 3-12 months who are going on baby spa. The sample is taken by purposive sampling technique with the number of the sample is 50 persons. The result of bivariate research with Spearman Rho test shows that baby spa and the quality of babies sleeping has a significant relationship, proven by p-value=0.000, and has a strong and positive relationship with r-value =0.553. It is suggested to the next health practitioner to develop the treatments that can increase the sleeping quality of babies.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Setiap makhluk hidup memerlukan aktivitas tidur, termasuk manusia. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia, baik untuk kebutuhan fisik maupun kebutuhan mental. Pada saat tidur terjadi proses

restorative (memperbaiki) kembali organ-organ tubuh (Arifin., Burhan., Ratnawati, 2010).

Tidur adalah keadaan fisiologis, yaitu kondisi istirahat reguler dengan karakteristik berkurangnya gerakan tubuh dan penurunan tingkat kesadaran terhadap sekelilingnya. Tidur tidak hanya merupakan sebuah keadaan tidak sadar yang berkepanjangan, namun ada berbagai tahap yang dilalui sepanjang malam yang masing-masing dapat diidentifikasi melalui aktivitas gelombang listrik otak (Soetomenggolo & Widodo, 2000).

Tidur juga merupakan waktu saat segala pengalaman yang dirasakan oleh manusia setiap harinya diproses dan diintegrasikan oleh pikiran. Hal ini sangat berpengaruh untuk bayi dan anak, namun segala sesuatunya tergantung pada seberapa nyenyak mereka tidur (Graham & Schaefer, 2004 dalam Fathoni., NL., Roekistiningsih, 2006).

(14)

seluruh sel yang ada di tubuh, dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak (Ubaya, 2010).

Bayi menghabiskan jumlah rata-rata waktu tidur sekitar 60%. Penelitian di Amerika oleh ahli-ahli faal mendapatkan bahwa waktu tidur rata-rata yang dibutuhkan bayi adalah 16 jam, terkadang kurang atau lebih. Tujuh puluh persen bayi mempunyai kebiasaan untuk tidur sepanjang malam pada umur tiga bulan, 85% pada umur enam bulan dan 95% diakhir tahun pertama (Rudolph, 2002; Atmadja, 2006 dalam Fathoni., NL., Roekistiningsih, 2006; Afrina & Widodo, 2012).

Mengingat pentingnya kebutuhan tidur bagi bayi, kekuatiran orang tua terhadap gangguan tidur ternyata menjadi salah satu masalah yang sering dikonsultasikan kepada dokter anak mengingat cukup tingginya prevalensi kejadian. Prevalensi gangguan tidur bervariasi tergantung pada jenis gangguan dan definisi yang digunakannya (Soetomenggolo & Widodo, 2000).

Menurut hasil penelitian Sekartini tahun 2004 di Indonesia, dari 80 anak yang berusia kurang dari tiga tahun, 41 diantaranya atau 51,3% mengalami gangguan tidur. Berdasarkan penelitian dengan 385 responden di lima kota, yaitu Jakarta, Bandung, Medan, Palembang dan Batam, 44,2% jam tidur malamnya kurang dari 9 jam, terbangun malam hari lebih dari tiga kali dan lama terbangun pada malam hari lebih dari satu jam (Adi & Sekartini, 2006).

(15)

usia ini adalah night waking atau terbangun dimalam hari. Suatu survei di masyarakat menunjukkan 20% anak berumur 1 - 2 tahun bangun-malam sebanyak lima kali atau lebih (Soetomenggolo & Widodo, 2000).

Kuantitas tidur bayi yang optimal dapat mencerminkan bagaimana kualitas tidur bayi. Tidur bayi dikatakan berkualitas berdasarkan kuantitasnya jika pada malam hari jumlah waktu tidur tidak kurang dari 9 jam, frekuensi terbangun tidak lebih dari 3 kali, dan lama terbangunnya tidak lebih dari 1 jam. Selain itu, keadaan bayi yang selalu rewel dan menangis saat bangun tidur, serta sulit untuk tidur kembali menjadi indikator adanya gangguan tidur pada bayi yang dapat mempengaruhi kualitas tidurnya (Ubaya, 2010).

Kualitas tidur mempengaruhi fisiologis dan psikologis bayi. Saat tidur nyenyak dan pulas (deep sleep), tubuh mengeluarkan hormon-hormon pertumbuhan dan perbaikan sel yang rusak. Selain itu, ketika anak tidur, hormon kortisol yang mengatasi stress dikeluarkan. Selain sekresi hormon-hormon, pada fase non-REM bayi mengingat stimulasi yang didapatnya sebelum tidur. Sedangkan pada fase REM, bayi mengingat kegiatan motorik, penguatan daya ingat, dan pengaktifan sistem kekebalan tubuh (Santi, 2012).

(16)

dalam bidang perawatan tubuh bayi secara menyeluruh yaitu spa bayi (Ismael S, 1994 dalam Afrina & Widodo, 2012).

Spa bayi diartikan sebagai suatu upaya kesehatan tradisional dengan pendekatan holistik berupa perawatan menyeluruh menggunakan metode kombinasi keterampilan hidroterapi dan pijat yang dilakukan secara terpadu untuk menyeimbangkan tubuh, pikiran, serta perasaan bayi (Yahya, 2011)

Spa bayi ini bermanfaat memberikan rasa tenang, nyaman, dan segar. Hantaman air yang ditimbulkan dari air yang bergolak dapat memberi sensasi dan pijatan yang menghilangkan lelah, melancarkan peredaran darah dan menciptakan relaksasi. Dengan demikian tidur bayi akan semakin lelap sehingga dapat meningkatkan jumlah jam tidur siang dan malam (Afrina & Widodo, 2012).

Dalam penelitian Agus Widodo dan Dela Norma Afriana terhadap bayi usia 3-4 bulan yang diberi perawatan spa bayi2 kali dalam seminggu menemukan adanya kemaknaan pemberian spa bayiterhadap lamanya tidur bayi usia 3-4 bulan dengan peningkatan rata-rata waktu tidur selama 2 jam setelah pemberian

treatment (Afriani & Widodo, 2012).

Berdasarkan fenomena di atas dan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan spa bayi dengan kualitas tidur bayi umur 3-12 bulan di Lolypop Kids and Baby Spa.

1.2.Rumusan Masalah

(17)

1.3.Hipotesis Penelitian

Ha :

µ

A ≠

µ

B

Ada hubungan antara spa bayi dengan kualitas tidur bayi.

1.4.Tujuan Penelitian

A. Tujuan Umum :

Mengetahui hubungan spa bayi dengan kualitas tidur bayi di Lolypop Kids and Baby Spa.

B. Tujuan Khusus :

1) Mengidentifikasi perawatan spa bayi yang diperoleh bayi di Lolypop Kids and Baby Spa berdasarkan frekuensi dan durasi spa bayi.

2) Mengidentifikasi kualitas tidur bayi yang diberi perawatan spa bayi di

Lolypop Kids and Baby Spa berdasarkan total tidur malam, frekuensi terbangun malam, durasi setiap terbangun malam, total tidur malam dan siang hari, dan kondisi bayi saat terbangun.

3) Mengidentifikasi rata-rata total waktu tidur bayi berdasarkan frekuensi spa.

4) Mengidentifikasi hubungan spa bayi dengan kualitas tidur bayi di

Lolypop Kids and Baby Spa.

1.5.Manfaat Penelitian

A. Bagi praktik keperawatan:

(18)

B. Bagi pendidikan keperawatan:

Dapat dijadikan evidence based dalam materi kuliah di bidang keperawatan.

C. Bagi peneliti selanjutnya:

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Tidur

2.1.1. Definisi Tidur

Tidur bukan berarti tidak produktif. Meski saat tidur tanggapan terhadap berbagai stimulus menjadi berkurang. Walaupun tidur sering dipandang sebagai keadaan dimana tubuh tidak aktif, sebenarnya tidur merupakan keadaan aktif, penting dan involunter, dimana tanpanya kita tidak dapat berfungsi secara efektif (Sherwood, 2001., Robotham, 2011 dalam William, 2013).

Tidur adalah keadaan fisiologis, yaitu kondisi istirahat reguler dengan karakteristik berkurangnya gerakan tubuh dan penurunan tingkat kesadaran terhadap sekelilingnya. Tidur tidak hanya merupakan sebuah keadaan tidak sadar yang berkepanjangan, ada berbagai tahap yang dilalui sepanjang malam itu, yang masing-masing dapat diidentifikasi melalui aktivitas gelombang listrik otak (Soetomenggolo & Widodo, 2000).

(20)

2.1.2. Fungsi Tidur Bagi Bayi

Meski tidur sering dikesampingkan karena dianggap sesuatu yang bersifat pasif dan tidak produktif, tidur tetaplah suatu kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Tidur tidak hanya berfungsi untuk mengistirahatkan tubuh dari kelelahan aktivitas, namun juga mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis (Oswald, 1984; Anch dkk, 1988 dalam Potter & Perry, 2006).

Menurut Lawrence Epstein MD, tidur dapat menekan resiko hipertensi dikarenakan saat tubuh tidur tekanan darah dan detak jantung biasanya berada pada titik terendah. Saat keadaan normal, orang dewasa memiliki denyut jantung rata-rata 70 hingga 80 kali per menit. Saat tidur, denyut jantung berkurang 10 hingga 20 kali per menit sehingga tidur yang nyenyak dapat bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung (Potter & Perry, 2006; Dinkes, 2012).

Bagi bayi, tidur memiliki fungsi lebih dominan. Menurut Joesoef dalam Yudana (2003), selama fase bayi, pertumbuhan sel-sel saraf belum sempurna sehingga diperlukan waktu tidur lebih lama untuk perkembangan saraf, pembentukan sinaps, dan sebagainya. Otak bayi tumbuh tiga kali lipat dari keadaan saat lahir atau 80% dari otak orang dewasa di tahun pertamanya. Kondisi ini hanya terjadi satu kali saja seumur hidup (Fathoni., NL., Roekistiningsih, 2006).

(21)

Pada waktu bangun, penggunaan oksigen dan nutrisi digunakan untuk keperluan kegiatan fisik dan mentalnya. Keadaan katabolik mengakibatkan teraktifitasnya hormon adrenalin (epineprin) dan kortikosteroid tubuh. Selama tidur, keadaan sebaliknya yaitu anabolik terjadi, yang memungkinkan berjalannya proses konservasi energi, perbaikan sel-sel tubuh dan pertumbuhan. Akibat konsentrasi adrenalin dan kortisol turun, maka tubuh mulai membentuk hormon pertumbuhan (Ubaya, 2010; Afrina & Widodo, 2012).

Hormon pertumbuhan tersebut bertugas merangsang pertumbuhan tulang dan jaringan. Selain itu, hormon pertumbuhan juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbarui seluruh sel yang ada di tubuh, dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak. Proses pembaruan sel ini akan berlangsung lebih cepat bila si bayi sering terlelap sesuai dengan kebutuhan tidur bayi (Ubaya, 2010; Afrina & Widodo, 2012).

Selain membantu proses pertumbuhan, tidur juga membantu perkembangan psikis emosi, kognitif, konsolidasi pengalaman dan kecerdasan. Oleh karena itu kebutuhan tidur pada bayi sesuai usianya perlu mendapat perhatian dari keluarga agar nantinya bayi dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal (Rafknowledge, 2004; Soedjatmiko, 2006; Jahja, 2009 dalam Ubaya, 2010).

(22)

peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin. Sinkronisasi ini membantu penyimpanan memori dan pembelajaran karena otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas hari tersebut (Potter & Perry, 2006)

Pentingnya tidur pada proses belajar juga berkaitan dengan kenyataan bahwa tidur meningkatkan produksi protein. Protein berguna untuk membangun kembali sel-sel saraf (neuron) dalam otak. Tanpa protein sinaps-sinaps baru tidak akan terbentuk, dan ini akan mempengaruhi jumlah informasi yang bisa disimpan oleh orang yang kekurangan tidur. Akan tetapi, peran hormon pertumbuhan yang berfungsi sebagai promotor sintesis protein bersifat terbatas dikarenakan pelepasannya tidak berhubungan dengan kadar glukosa darah dan asam amino (Home, 1983 dalam Potter & Perry, 2006; Garliah, 2009).

2.1.3. Fisiologi Tidur

Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi proses deaktivasi susunan saraf pusat. Jadi seseorang yang tertidur bukannya karena susunan sarafnya tidak aktif, melainkan sedang bergiat. Tidur merupakan aktivitas area tertentu di otak yang menyebabkan tidur dan masukan sensorik yang menurun pada korteks serebri. Stimulasi pada area ini akan menghasilkan tidur, sebaliknya kerusakan akan mengakibatkan sulit tidur (Soetomenggolo & Widodo, 2000).

Bagian otak yang mengendalikan aktivitas tidur adalah batang otak, tepatnya pada sistem pengaktifan retikularis atau reticularis ativating system

(23)

retikularis batang otak, hipotalamus posterior dan basal otak depan (Soetomenggolo & Widodo, 2000; Doe, 2012).

RAS diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. Sedangkan BSR berfungsi untuk memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan, serta dapat menerima stimulus dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses berpikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin untuk mempertahankan kesadaran dan tetap terjaga. Pengeluaran serotonin dari BSR menimbulkan rasa kantuk yang selanjutnya menyebabkan tidur. Terbangun atau terjaganya seseorang tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik (Saputra, 2012 dalam Doe, 2012).

Siklus tidur mempunyai kaitan-kaitan dengan hormon tubuh, seperti hormon pertumbuhan, prolaktin, dan kortisol. Hormon pertumbuhan disekresi pada awal periode tidur lelap, tahap 3 dan 4 dan dihambat selama tidur REM, yang berhubungan dengan mimpi, dan prolaktin mencapai puncaknya antara jam 05.00 dan 07.00 pagi. Sekresi kortikosteroid yang biasanya terjadi selama malam hari, dapat berubah sesuai dengan siklus tidur-bangun. Bila pola tidur berubah, sekresi kortisol pada awalnya seperti semula, tetapi secara bertahap melakukan penyesuaian atau resinkronisasi dengan siklus yang baru (Soetomenggolo & Widodo, 2000).

(24)

variasi ini masih tanda tanya. Sekresi hormon kortisol dan adrenokortikotropik (ACTH) mengikuti irama sirkadian, dengan puncaknya pada pagi hari (6-8 jam tidur sampai 1 jam setelah bangun) dengan titik terendah pada larut malam.

Thyrotropin-stimulating hormone juga berhubungan dengan irama sirkadian dengan puncaknya pada larut malam dan awal siklus tidur (Soetomenggolo & Widodo, 2000).

2.1.4. Tahapan dan Siklus Tidur Bayi

A. Tahapan Tidur Bayi

Tahapan tidur pada anak dan orang dewasa ternyata terdapat pula pada bayi baru lahir, yaitu tidur aktif atau REM (rapid eye movement) dan tidur tenang atau non REM. Pada bayi normal, anak dan orang dewasa mempunyai periode

REM dan non REM yang berubah-ubah beberapa kali selama tidur malam hari. Perkembangan tidur berkaitan dengan umur dan bertambah besarnya anak, maka jumlah tidur yang diperlukan berkurang dan diikuti dengan penurunan proporsi

REM dan non REM (Soetomenggolo & Widodo, 2000).

(25)

Tabel 1. Tahapan Siklus Tidur

Tahapan Siklus Tidur

Karakteristik

Tahap 1: nREM 1) Tahap transisi diantara mengantuk dan tertidur. 2) Ditandai dengan pengurangan aktivitas fisiologis

yang dimulai dengan menutupnya mata, pergerakan lambat, otot berelaksasi, serta penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme, menurunnya denyut nadi.

3) Mudah terbangun. Tahap 2: nREM 1) Tahap tidur ringan.

2) Denyut jantung mulai melambat, turunnya suhu tubuh, dan berhentinya pergerakan mata.

3) Masih relatif mudah terbangun dengan stimulasi Tahap 3: nREM 1) Tahap awal dari tidur yang dalam.

2) Laju pernapasan dan denyut jantung makin melambat karena sistem saraf simpatik makin mendominasi.

3) Otot skeletal makin berelaksasi, terbatasnya pergerakan, dan mendengkur mungkin saja terjadi. 4) Sulit dibangunkan dan tidak dapat diganggu oleh

stimulasi sensori. Tahap 4: nREM 1) Tahap tidur terdalam.

2) Tidak ada pergerakan mata dan aktivitas otot.

3) Tanda-tanda vital menurun sacara bermakna dibanding selama terjaga, laju pernapasan dan denyut jantung menurun hingga 20-30%.

4) Seseorang yang terbangun pada tahap ini tidak secara langsung menyesuaikan diri, sering merasa pusing dan disorientasi dalam beberapa menit setelah bangun dari tidur.

Tahap REM 1) Ditandai dengan pergerakan mata secara cepat ke berbagai arah, pernapasan cepat, tidak teratur, dan dangkal, otot tungkai mulai lumpuh sementara, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah. 2) Pada pria terjadi ereksi penis, sedangkan pada wanita

terjadi sekresi vagina.

(26)

B. Siklus Tidur Bayi

Pada masa bayi terjadi beberapa perubahan, pola siklus tidur-bangun baru jelas terlihat pada umur 3-4 bulan, yaitu proporsi tidur lebih banyak pada malam hari. Pola tidur bayi pada usia enam bulan mulai tampak mirip dengan orang dewasa (Ubaya, 2010; Afrina & Widodo, 2012).

Setelah mengatur periode yang umumnya memakan waktu 10 sampai 20 menit, tidur bayi berubah tahapnya yaitu dari tahap 1 non-REM menuju tahap 3 atau 4. Bayi mungkin kembali ke tahap 1 dan berputar kembali. Setelah satu atau dua putaran tidur nREM, REM mulai timbul setelah 60 sampai 90 menit. Siklus tidur yang lebih sering muncul pada bayi adalah tahap REM dan menghasilkan tidur yang lebih pendek, sekitar 30% dari waktu tidur dihabiskan dalam siklus REM (Ubaya, 2010).

2.1.5. Kebutuhan Tidur

(27)

Tabel 2. Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia

Usia Kebutuhan Waktu Tidur

0 bulan 15-18 jam

1-12 bulan 14-15 jam

1-3 tahun 12-14 jam

3-5 tahun 10-12 jam

7-12 tahun 10-11 jam

12-18 tahun 8-9 jam

dewasa 7-8 jam

lansia 6-7 jam

Jumlah waktu tidur tiap kelompok usia berbeda-beda tergantung faktor fisik, psikis, dan lingkungan. Pada usia 6-9 bulan memerlukan waktu tidur sekitar 14 jam perhari dan mereka sudah bisa tidur selama tujuh jam sekali waktu. Bayi melakukan satu atau dua kali tidur siang perhari, yaitu sekali dipagi hari dan sekali disore hari. Pada usia 9-12 bulan, bayi tidur dalam tempo sekitar 12 jam dimalam hari dan tidur siang dua kali sehari dalam tempo satu jam atau dua jam sekali waktu (Ubaya, 2010).

2.1.6. Kualitas Tidur Bayi

Kualitas tidur adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu yang didapatkan selama seseorang tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada waktu orang itu bangun dengan jumlah tidur nREM dan REM yang tepat. Jika kualitas tidurnya bagus artinya fisiologi atau faal tubuh dalam hal ini sel otak misalnya pulih kembali seperti semula saat bangun tidur (Candra, 2005; Kozier., dkk, 2004 dalam Agustin, 2012).

(28)

terjaga, termasuk kewaspadaan mental, produktivitas, keseimbangan emosi, kreativitas, tanda vital fisik dan bahkan berat badan (Smith, 2012 dalam William, 2012).

Kualitas tidur yang buruk juga berpengaruh pada perkembangan fisik tapi juga sikapnya keesokan harinya. Bayi yang tidur cukup tanpa sering terbangun akan lebih bugar dan tidak gampang rewel. Kualitas tidur bayi dikatakan tidak adekuat jika mengalami gangguan tidur dengan kriteria jika pada malam hari jumlah waktu tidur kurang dari 9 jam, frekuensi terbangun lebih dari 3 kali, dan lama terbangunnya lebih dari 1 jam. Selama tidur bayi terlihat selalu rewel, menangis, dan sulit tidur kembali (Wahyuni, 2008 dalam Ubaya, 2010).

Ciri-ciri bayi cukup tidur yaitu, ia akan dapat jatuh tertidur dengan mudah di malam hari, bugar saat bangun tidur, tidak rewel, dan tidak memerlukan tidur siang yang melebihi kebutuhan sesuai dengan perkembangannya (Ubaya, 2010).

2.1.7. Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Bayi

Adekuat atau tidak adekuatnya kualitas tidur bayi tidak terjadi begitu saja. Ada faktor-faktor yang bersumbangsih mempengaruhi kualitas tidur bayi. Berikut adalah faktor-faktor yang diyakini berperan dalam mempengaruhi kualitas tidur bayi dalam Ubaya, 2010 :

A. Lingkungan

(29)

Pengaturan lingkungan tidur yang meliputi tata cahaya, ventilasi, tata warna, suhu, dan juga keadaan boksnya. Hindarkan juga suara bising yang membuatnya mudah terjaga. Jangan gunakan pewangi ruangan dan obat pengusir nyamuk yang bisa membuatnya sesak. Untuk menghindari bayi dari gigitan nyamuk sebaiknya disiasati dengan menggunakan kelambu (Ubaya, 2010).

B. Aktivitas fisik

Keletihan akibat aktivitas fisik yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut dapat terlihat bila bayi melakukan aktivitas sehari-hari. Dengan diberikan perawatan spa bayi yang terdiri dari treatment renang bayi dan pijat bayi akan merangsang bayi lebih rileks dan tenang. Rendaman air hangat dengan kombinasi aromaterapi serta hantaman air yang ditimbulkan dari air yang bergolak saat renang dapat memberi sensasi dan pijatan yang menghilangkan lelah, melancarkan peredaran darah dan menciptakan relaksasi. Pemijatan yang diberikan setelah bayi berenang dapat mensekresi hormon melatonin yang dapat menstimulus tidur lebih lelap. Dengan demikian tidur bayi akan semakin lelap sehingga dapat meningkatkan jumlah jam tidur siang dan malam (Ubaya, 2010).

C. Nutrisi

Faktor penting untuk memaksimalkan periode emas pertumbuhan otak adalah terpenuhinya nutrisi dan kecukupan tidur bayi. ASI terbukti mengandung alfa protein yang cukup tinggi, alfa protein merupakan protein utama pada whey

(30)

asam amino essensial yang sangat berguna untuk tumbuh kembang bayi, terutama triptofan. Triptofan adalah asam amino yang berperan dalam proses neurotransmitter dan pengatur pola hidup (neurobehavioral) dimana salah satu fungsinya adalah mengatur pola tidur. Bayi yang sulit tidur atau sering terbangun dari tidurnya karena merasa belum kenyang. Karena itu, penuhi kebutuhan makan dan minum bayi sebelum tidur. Jika kebutuhan fisiknya dipenuhi maka bayi tidak lagi sering terbangun di tengah malam. Yang perlu diperhatikan, ditinjau dari kesehatan gigi, kebiasaan memberikan susu di malam hari sebaiknya dihentikan setelah gigi bayi muncul (sekitar usia 6 bulan setelah masa ASI eksklusif). Sebagai gantinya, berikan air putih jika ia memang haus atau tenangkan bayi agar tidur kembali. Selain itu, memberikan makanan terlalu banyak pada bayi terutama susu akan membuat kantong kemih kencang pada malam harinya dan kedaan ini akan membuat bayi lebih sering terbangun (Ubaya, 2010)

D. Penyakit

(31)

2.2.Konsep Spa Bayi

2.2.1. Defenisi Spa

Istilah spa berasal dari nama kota di Belgia, yaitu Kota Spa. Secara tradisional, istilah spa digunakan untuk menunjuk sebuah tempat yang memiliki banyak sumber air. Secara modern, istilah spa digunakan untuk menunjuk sebuah tempat yang mewah dan nyaman, yang menggunakan air sebagai media dasar untuk setiap perawatan tubuh yang dilakukan disana (Yahya, 2011).

Pendapat lain menyatakan bahwa spa merupakan suatu singkatan kata yang berasal dari kata Solus Per Aqua (solus = pengobatan atau perawatan, per = Dengan dan aqua = Air), yaitu sebuah metode perawatan tubuh yang menggunakan media air (Yahya,2011).

Menurut ASPI (Asosiasi Spa Indonesia), spa dimaknai dengan bahasa Indonesia menjadi Husada Tirta atau perawatan dengan air. Departemen Kesehatan, dalam pedoman Permenkes menyatakan bahwa spa berarti sehat memakai air. Adapun ASTI (Asosiasi Spa Terapis Indonesia) menggunakan kata spa sebagai upaya untuk mencapai kesehatan jiwa-raga-sukma secara seimbang dengan menggunakan berbagai metode (Yahya, 2011).

(32)

yang dilakukan secara terpadu untuk menyeimbangkan tubuh, pikiran, serta perasaan (Yahya, 2011).

Konsep spa telah diperkenalkan sejak tahun 400 SM di Romawi pada zaman pemerintahan Hipocrates. Dalam dunia kedokteran Hipocrates sebagai Bapak Kedokteran Modern yang telah mempergunakan spa secara luas untuk pengobatan. Di dalam bukunya, dia banyak mengulas berbagai macam penyakit yang dapat disembuhkan dengan mempergunakan perawatan spa. Dia juga menjelaskan secara luas indikasi dan kontra-indikasi perawatan dengan air. Prinsip prinsip dasar yang diuraikan Hipocrates ini menjadi titik tolak munculnya

Spa Medic (Firmaningtyas, 2012).

2.2.2. Kegiatan dalam Perawatan Spa Bayi

a) Berendam dan Berenang pada Bayi

Pada dasarnya, bayi telah memiliki suatu refleks menyelam sejak berada dalam kandungan. Sejak berada dalam kandungan, bayi sudah berenang dalam air ketuban selama sembilan bulan. Secara otomatis, bayi juga dapat menahan nafas saat di dalam air. Ini disebut refleks menyelam mamalia, sama seperti ketika bayi menghabiskan sembilan bulan pertamanya di dalam cairan ketuban (Yahya, 2011).

(33)

atau disebut sebagai berenang dengan gaya primitif. Dengan adanya gaya gravitasi, bayi merasa ditekan dari bawah air sehingga ia bisa mengambang (Yahya, 2011).

Untuk perawatan renang bayi, dianjurkan untuk membuat bak mandi kecil dengan ukuran kira-kira panjang 1 meter, lebar 1 meter, dan kedalaman 1 meter. Untuk suhu air dapat diatur dengan kisaran antara 31˚C -32˚C atau 34˚C-35˚C untuk bayi dibawah tiga bulan. Air yang digunakan untuk berenang juga harus bersih dan sekali pakai atau langsung dibuang. Selain itu, bayi juga diharuskan memakai pelampung khusus yang dikenakan di leher yang mampu membuat bayi mengambang namun tidak menimbulkan tekanan pada leher bayi sehingga bayi nyaman menggunakan pelampungnya (Yahya, 2011).

Dengan pemanfaatan metode hidroterapi dalam kegiatan berendam dan berenang ini, bayi akan mendapatkan efek fisiologi pengobatan yang terdapat pada air.

b) Pijat Bayi

Pijat merupakan terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan paling popular. Pijat merupakan seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang telah dipraktikkan sejak berabad-abad silam (Yahya, 2011).

(34)

Ayurveda, buku kedokteran tertua (sekitar tahun 1800 SM) di India yang menuliskan tentang pijat, diet, dan olahraga sebagai metode penyembuhan utama pada masa itu. Selain itu, sekitar 5000 tahun yang lalu, para dokter di Cina dari Dinasti Tang meyakini bahwa pijat adalah salah satu dari empat teknik pengobatan yang penting (Yahya, 2011).

Saat ini pijat telah dipraktikkan hampir di seluruh dunia meski dengan teknik dan metode yang berbeda. Pijat di Indonesia juga sudah sangat dikenal hampir bagi setiap kalangan. Namun di Indonesia, pijat bayi dan anak masih banyak dilakukan oleh tenaga nonmedis yang biasanya dilakukan lebih menekan sehingga dapat memunculkan efek samping yang tidak diinginkan seperti menjadi sulit buang air kecil, hingga terjadinya ileus atau gangguan pergerakan usus (Yahya, 2011).

Pijat pertama yang dialami manusia adalah pada saat dilahirkan, yaitu ketika melalui jalan lahir ibu. Selanjutnya, sentuhan dan pijatan yang diberikan pada bayi baru lahir dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman bagi bayi (Yahya, 2011).

(35)

Selanjutnya, saraf tersebut mengirimkan pesan-pesan ke otak melalui jaringan saraf yang berada di tulang belakang. Sentuhan juga dapat merangsang peredaran darah dan akan menambah energi karena asupan oksigen akan lebih banyak dikirim ke otak dan seluruh tubuh (Yahya, 2011).

Kesiapan terapis, peralatan serta bayi harus diperhatikan sebelum melakukan pijat bayi. Pastikan tangan terapis bersih dan hangat serta terhindar dari kuku yang panjang serta perhiasan yang mengakibatkan goresan pada kulit bayi. Sediakan ruangan yang nyaman, serta peralatan seperti handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby oil/lotion) (Yahya, 2011).

Pastikan bayi telah diberi makan atau tidak dalam keadaan lapar saat dilakukan pemijatan. Posisikan bayi senyaman mungkin dan jangan memaksakan posisi pijat tertentu. Berikan sentuhan pada bayi seperti membelai kepala atau wajah ataupun mengajak anak berbicara sebagai izin pada anak sebelum melakukan pemijatan. Pemijat harus mengawali pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan, kemudian secara bertahap menambahkan tekanan pada sentuhan yang dilakukan. Sebaiknya pemijatan dimulai dari kaki karena pada umumnya anak cenderung dapat menerima pijatan jika dilakukan pada daerah kaki (Yahya, 2011).

2.2.3. Ketentuan Perawatan Spa Bayi

(36)

sebelumnya agar bayi tidak rewel karena lapar saat perawatan. Selain itu, spa bayi dilakukan di luar jam tidur bayi agar tidak mengganggu kenyamanan bayi, apalagi sampai dipaksa untuk bangun saat di tengah perawatan (Novitasari, 2011).

Tidak dianjurkan memberikan treatment spa pada bayi tanpa keahlian atau bantuan ahli. Sebab teknik yang dilakukan tanpa ukuran yang tepat hanya akan memberikan efek negatif pada sistem pernafasan dan metabolisme. Bahkan untuk terapi renang bayi, pada tekanan air tertentu dapat menyebabkan pembuluh darah perifer melebar sehingga akan mengurangi aliran darah ke jantung. Sama halnya dengan pemberian pijat bayi tanpa keahlian dan petunjuk dapat beresiko pada kerusakan otot dan fungsi saraf (Imatho, 2013).

2.2.4. Prosedur Pelaksanaan Spa Bayi

Bayi melalui pemeriksaan kondisi kesehatan sebelum memulai treatment

untuk mengetahui apakah memungkinkan untuk dilakukan perawatan dengan pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu tubuh bayi serta melakukan cek tumbuh kembang lanjutan berupa pengukuran berat badan bayi (Imatho, 2013).

(37)

Aktivitas renang ini dilakukan selama 10-20 menit dengan tetap didampingi oleh terapis (Afrina & Widodo, 2012).

Setelah selesai melakukan aktivitas renang, tahap selanjutnya adalah perawatan pijat bayi. Perawatan pijat bayi dilakukan 15-30 menit menggunakan

oil/lotion (Afrina & Widodo, 2012).

Kegiatan fisik seperti spa bayi dalam keadaan bayi normal atau tidak dalam keadaan sakit baik dilakukan 2 kali dalam seminggu untuk memperoleh efek fisiologis yang bermakna (Afrina & Widodo, 2012).

2.2.5. Manfaat Spa Bayi

Spa bayi memiliki beberapa manfaat bagi fisiologis serta psikologis bayi, antara lain:

a) Berendam dan berenang dapat merangsang gerakan motorik bayi melalui gerakan tubuh yang dilakukan bayi di dalam air, sehingga kemampuan kontrol otot bayi akan meningkat (Yahya, 2011).

b) Bayi yang dilatih berenang akan memiliki keseimbangan tubuh yang lebih baik (Yahya, 2011).

(38)

d) Berendam dan berenang akan mengasah kemandirian, keberanian, dan kepercayaan diri bayi (Yahya, 2011).

e) Berenang dapat meningkatkan IQ dan konsentrasi. Hal ini dikarenakan pada saat berenang, bayi menggerakkan seluruh anggota badan yang dapat merangsang pertumbuhan saraf-saraf tepi sehingga saraf otak menjadi lebih aktif (Yahya, 2011).

f) Berendam dan berenang dapat meningkatkan kualitas pola tidur bayi (Widodo., Afrina, 2012).

g) Pijat bayi dapat meningkatkan berat badan bayi. Aktivitas Nervus Vagus

mempengaruhi mekanisme penyerapan makanan. Bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus yang akan menyebabkan peningkatan enzim penyerapan gastrin dan insulin sehingga menyebabkan penyerapan makanan menjadi lebih baik dan meningkatkan berat badan bayi (Ubaya, 2010).

h) Pijat dapat meningkatkan produksi ASI ibu. Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar dan akan lebih sering menyusu pada ibunya sehingga ASI akan lebih banyak diproduksi (Ubaya, 2010).

(39)

(pijatan) akan meningkatkan pengeluaran suatu neurochemical beta-endorphine, yang akan mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlan dan aktivitas ODC jaringan (Ubaya, 2010).

j) Pijat dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Produksi Serotonin

meningkatkan daya tahan tubuh, pemijatan akan meningkatkan aktivitas

neurotransmitter serotonin yang meningkatkan kapasitas sel reseptor untuk mengikat glukokortiroid (adrenalin suatu hormon stres) sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin dan meningkatkan daya tahan tubuh terutama IgM dan IgG (Ubaya, 2010).

(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN DEFENISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konseptual

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan spa bayi dengan kualitas tidur bayi. Kerangka penelitian ini menggambarkan bahwa spa bayi merupakan variabel bebas, sedangkan kualitas tidur bayi merupakan variabel terikat.

Penelitian ini melakukan pendekatan terhadap penelitian sebelumnya yaitu Efektivitas Baby Spa Terhadap Lamanya Tidur Bayi Usia 3-4 bulan (Widodo, Agus., dan Afrian, D.N, 2012). Dalam penelitian tersebut diperoleh adanya peningkatan lamanya tidur bayi jika diberi perawatan spa bayi. Lamanya tidur bayi merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kualitas tidur bayi.

Penelitian hubungan spa bayi dengan kualitas tidur bayi ini dapat digambarkan melalui kerangka konsep berikut ini :

Skema 1. Kerangka Konseptual

Keterangan :

Garis hubungan

Spa Bayi

Efektif

Tidak Efektif

Kualitas Tidur Bayi

Baik

Buruk

(41)

3.2Defenisi Operasional Tabel 2. Defenisi Operasional

Variabel

Jika nilai selisih jawaban ≥9 jam maka skor = 1, jika nilai selisih jawaban <9 jam maka skor = 0.

Penilaian 1 : Total tidur malam

Jika jawaban ≤30 menit maka skor = 1, jika jawaban >30 menit maka skor = 0. Durasi setiap terbangun malam

Penilaian 4:

Jika hasil jawaban ≥14 jam maka skor = 1, jika hasil jawaban <14 jam maka skor = 0.

Total waktu tidur malam dan siang hari

Penilaian 5:

Jika jawaban a nilai (1), jika jawaban b nilai (0).

Kondisi saat terbangun

Skor tertinggi 5 dan terendah 0, dengan penggolongan: Skor 3-5 : kualitas tidur baik. Skor 0-2 : kualitas tidur buruk,

Ordinal

Spa Bayi Perawatan tubuh dengan kombinasi

Frekuensi spa >2 kali seminggu : spa efektif Frekuensi spa < 2 kali seminggu : spa tidak efektif

Durasi spa >25 menit : spa efektif

Durasi spa <25 menit : spa tidak efektif

(42)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Desain dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional dimana peneliti mengidentifikasi variabel bebas dan variabel terikat, kemudian melakukan korelasi antara kedua variabel sehingga dapat diketahui sejauh mana kontribusi variabel terikat terhadap adanya variabel bebas. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu pengukuran variabel bebas (spa bayi) dan terikat (kualitas tidur bayi) hanya satu kali pada satu saat.

4.2.Populasi dan Sampel

A. Populasi

Populasi dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi dari bulan Januari hingga November 2013 yaitu sebanyak 104 orang dan seluruhnya merupakan bayi dalam rentang usia 3-12 bulan yang melakukan perawatan spa bayi di Lolypop Kids and Baby Spa.

B. Sampel

(43)

menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan tertentu seperti ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010). Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 responden berdasarkan perhitungan dengan rumus Taro Yamane (Ridwan, 2005), yaitu:

=

��

+

Keterangan: n= Jumlah sampel N= Jumlah populasi

d2= Presisi yang ditetapkan

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang ditemui saat dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

1) Bayi umur 3-12 bulan 2) Bayi dalam keadaan sehat

3) Bayi saat kunjungan perawatan spa bayi dan bukan pertama kali kunjungan

4) Bayi mendapatkan perawatan spa bayi secara penuh (tidak berhenti ditengah perawatan)

(44)

4.3.Waktu dan Lokasi Penelitian

A. Waktu

Proses penelitian berlangsung dari bulan Oktober 2013 hingga Mei 2014. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2014. Pengambilan data berlangsung sekitar satu bulan.

B. Lokasi

Penentuan lokasi penelitian berguna untuk membatasi ruang lingkup penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lolypop Kids and Baby Spa, Jalan Setia Luhur, Medan, dimana seluruh populasi dalam penelitian ini melakukan spa bayi.

4.4.Etika Penelitian

a) Informed Consent (lembar persetujuan menjadi responden)

(45)

b) Anonimity (tanpa nama)

Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode dan inisial nama pada lembar pengumpulan data (Ubaya, 2010).

c) Confidentiality (kerahasiaan)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Ubaya, 2010).

4.5.Instrumen Penelitian

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Instrumen ini terdiri dari 4 bagian yaitu kuesioner data demografi, kuesioner data penunjang, kuesioner mengenai perawatan spa bayi, dan kuesioner mengenai kualitas tidur bayi.

Kuesioner data demografi meliputi inisial nama anak, usia, jenis kelamin, dan berat badan bayi. Data demografi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik responden, mendeskripsikan distribusi frekuensi dan persentase demografi responden.

(46)

Kuesioner mengenai kualitas tidur tersaji dalam bentuk pertanyaan tertutup model checklist sebanyak 6 pertanyaan dan 1 pertanyaan tertutup model

multiple choice untuk mengukur kualitas tidur bayi.

4.6.Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah sebuah instrumen dapat mengukur apa yang harus diukur (Nursalam, 2008). Jenis uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity) yaitu tingkat representativitas isi atau substansi pengukuran terhadap konsep (pengertian) variabel sebagaimana dirumuskan dalam definisi operasional. Validitas isi penelitian ini dilakukan oleh dosen ahli dibidang keperawatan anak (judgment expert) di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(47)

4.7.Metode Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, prosedur awal yang harus dilakukan peneliti yaitu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan kepada pemilik Lolypop Kids and Baby Spa, Medan. Setelah mendapatkan izin maka proses pengumpulan data dapat dilakukan.

(48)

4.8.Pengolahan dan Analisa Data

Sebelum melakukan analisa data, peneliti perlu melakukan pengolahan data untuk mencegah terjadinya kualitas data yang buruk. Kegiatan pengolahan data tersebut meliputi:

a) Memeriksa (editing)

Dalam proses ini dilakukan pengecekan dan perbaikan isian kuesioner. Hal yang harus diperhatikan dalam editing adalah mengecek pertanyaan telah dijawab dengan lengkap, catatan sudah jelas dan mudah dibaca, Jika terdapat coretan, sudah diperbaiki. Editing dilakukan ditempat pengumpulan data sehingga apabila ada kekurangan dapat segera dilengkapi oleh responden.

b) Memberi Kode (coding)

Koding adalah pemberian kode-kode tertentu pada jawaban responden. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai m asing-masing jawaban dengan kode berupa angka kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja agar lebih mudah dibaca.

c) Tabulasi data (tabulating)

Jawaban-jawaban yang telah diisi dan disajikan dalam bentuk kode kemudian dimasukkan ke dalam program komputer sehingga dapat diperoleh hasil dari data yang telah diolah.

(49)

A. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang pada umumnya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari data demografi, spa bayi sebagai variabel bebas dan tingkat kualitas tidur bayi sebagai variabel terikat.

B. Analisis Bivariat

Setelah dilakukan analisis univariat, maka dilakukan analisis bivariat terhadap dua variabel dalam penelitian ini yaitu spa bayi dan kualitas tidur bayi yang diduga berhubungan atau berkolerasi.

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis dengan menggunakan metode korelasi Spearman Rank (rho) untuk mengukur tingkat hubungan antara spa bayi sebagai variabel bebas dengan kualitas tidur bayi sebagai variabel terikat yang keduanya memiliki skala ordinal (Ridwan, 2005). Rumus korelasi Spearmen Rank

yang digunakan yaitu:

r

s = Nilai korelasi Spearman Rank

d2 = selisih setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank untuk setiap Spearman

(50)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian terhadap 50 responden. Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 16 April 2014 sampai dengan 12 Mei 2014 di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang gambaran hubungan spa bayi dengan kualitas tidur bayi.

5.1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan karakteristik responden sebesar 48% berada pada rentang usia 3-5 bulan, 52% berjenis kelamin perempuan dan 40% memiliki berat badan pada rentang 5-6,9 kg.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di Lolypop Kids

and Baby Spa, Medan (n=50)

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)

(51)

5.1.2 Spa Bayi yang diberikan pada bayi di Lolypop Kids and Baby Spa,

Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 44 responden (88%) di

Lolypop Kids and Baby Spa, Medan menjalani perawatan spa bayi secara efektif, sedangkan sebanyak 6 responden (12%) menjalani perawatan spa bayi secara tidak efektif.

Tabel 5. Distribusi frekuensi spa bayi pada responden di Lolypop Kids and

Baby Spa, Medan (n=50)

Perawatan Spa Bayi Frekuensi (n) Persentase (%)

Frekuensi spa

Tabel 6. Perawatan spa bayi pada responden di Lolypop Kids and Baby Spa,

Medan (n=50)

Spa Bayi Frekuensi (n) Persentase (%)

- Efektif

(52)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, seluruh bayi yang diberikan perawatan spa bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan memperoleh kualitas tidur yang baik (n=50; 100%).

Tabel 7. Distribusi frekuensi kualitas tidur bayi di Lolypop Kids and Baby

Kualitas tidur Frekuensi (n) Persentase (%)

Total waktu tidur malam

<9 jam

≥9 jam

Frekuensi terbangun malam

≤3 kali

>3 kali

Durasi setiap terbangun malam

≤1 jam

>1 jam

Total waktu tidur siang

<5 jam

5 jam

Total waktu tidur siang dan malam

(53)

Kualitas Tidur Frekuensi (n) Persentase (%)

Dari 25 orang responden yang melakukan spa bayi dengan frekuensi lebih dari dua kali seminggu mendapatkan rata-rata total waktu tidur selama 14 jam 45 menit, dan 25 responden yang melakukan spa bayi dengan frekuensi kurang dari dua kali seminggu mendapatkan rata-rata total waktu tidur selama 13 jam 56 menit.

Tabel 9. Rata-rata Total Waktu Tidur Bayi Berdasarkan Frekuensi Spa Bayi

di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan (n=50)

Frekuensi spa bayi Frekuensi (f) Rata-rata total waktu tidur bayi

>2 kali seminggu <2 kali seminggu

25 25

14 jam 45 menit 13 jam 56 menit

5.1.4 Hubungan Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and

Baby Spa, Medan

(54)

Baby Spa, Medan. Nilai koefisien korelasi Spearman yang diperoleh sebesar R=0,553. Hasil koefisien korelasi yang positif mengindikasi bahwa korelasi kedua variabel bersifat searah dengan kekuatan korelasi yang kuat.

Tabel 10. Hubungan Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids

and Baby Spa, Medan.

Sig (2-tailed) Kekuatan Hubungan Arah hubungan

Hasil Korelasi Spearman

0,000 0,553 Positif

5.2.Pembahasan

5.2.1. Spa Bayi yang dilakukan responden di Lolypop Kids and Baby Spa,

Medan

Spa bayi merupakan perawatan tubuh dengan kombinasi renang/berendam dan pijat yang diberikan pada bayi. Indikator keefektifan responden menjalani spa bayi ditentukan oleh dua faktor, yakni frekuensi spa bayi dan durasi waktu dalam setiap kali perawatan spa.

(55)

Durasi merupakan jumlah waktu secara keseluruhan dalam satu sesi atau unit kegiatan mulai dari pembukaan sampai dengan penutup. Spa bayi ini terdiri dari 2 kegiatan yaitu renang bayidan pijat bayi. Pijat bayi dilakukan 15-30 menit menggunakan oil, setelah itu dilanjutkan dengan baby swim selama 10-20 menit dengan air hangat (Afrina & Widodo, 2012). Sebanyak 43 responden (86%) dalam penelitian ini melakukan perawatan spa bayi dengan durasi lebih dari 25 menit, sehingga dapat diasumsikan bahwa mayoritas responden melakukan perawatan spa bayi secara menyeluruh.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, hasil menunjukkan sebanyak 44 orang responden (88%) menjalani perawatan spa bayi secara efektif dan 6 orang responden (12%) menjalani spa bayi secara tidak efektif. Dari hasil penelitian dapat dikatakan mayoritas responden menjalani perawatan spa bayi dengan efektif.

5.2.2. Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan

Kualitas tidur adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu yang didapatkan selama seseorang tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada waktu orang itu bangun dengan jumlah tidur nREM dan REM yang tepat (Candra, 2005 dalam Agustin, 2012).

(56)

kali terbangun. Berdasarkan konsep yang diutarakan Wahyuni (2008), dalam Ubaya (2010), bahwa bayi dikatakan mengalami gangguan tidur yang mempengaruhi kualitas tidurnya jika pada malam hari jumlah waktu tidur kurang dari 9 jam, frekuensi terbangun lebih dari 3 kali, dan lama terbangunnya lebih dari 1 jam. Sehingga persepsi dapat mengacu bahwa mayoritas responden tidak mengalami gangguan tidur yang mempengaruhi kualitas tidurnya.

Bayi dengan usia 1-12 bulan memerlukan waktu tidur 14-15 jam per hari. Mereka masih tidur siang sebanyak 2-3 kali sehari dengan waktu tidur yang mulai

diarahkan agar memiliki pola kebiasaan yang baik (Benaroch, 2012 dalam William,

2013). Analisa 6 butir pertanyaan kuesioner memunculkan data sebanyak 26

responden (52%) mendapatkan total waktu tidur lebih dari 14 jam sehari, sehingga

dapat diasumsikan bahwa lebih dari setengah jumlah responden memperoleh total

waktu tidur yang mencukupi sesuai dengan usia.

Dari hasil analisa distribusi data juga diperoleh sebanyak 50 responden

(100%) bangun tidur di pagi hari dalam keadaan bugar dan ceria. Kualitas tidur yang

buruk juga berpengaruh pada perkembangan fisik tapi juga sikapnya keesokan harinya. Bayi yang cukup tidur akan memperlihatkan ciri-ciri dapat mudah tertidur di malam hari, bugar saat bangun tidur, tidak rewel, dan tidak memerlukan waktu tidur sesuai dengan perkembangannya (Ubaya, 2010).

(57)

jumlah bayi yang mendapatkan total tidur sesuai kebutuhan dengan bayi yang tidak mendapatkan total tidur sesuai kebutuhan. Sehingga dilakukan lagi analisis data untuk membuktikan perbedaan total tidur antara responden yang menjalani frekuensi spa lebih dari dua kali seminggu dengan frekuensi spa kurang dari dua kali seminggu. Dari analisis data diperoleh bahwa ada perbedaan rata-rata total tidur antara kedua kondisi tersebut. Bayi yang menjalani spa dengan frekuensi lebih dari dua kali seminggu memiliki rata-rata total tidur lebih lama 49 menit dibandingkan dengan yang menjalani spa dengan frekuensi kurang dari dua kali seminggu. Hasil ini menunjukkan adanya kemaknaan frekuensi spa bayi terhadap total waktu tidur bayi yang menjadi salah satu indikator kualitas tidur bayi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh responden sebanyak 50 orang (100%) memperoleh kualitas tidur yang baik. Dari hasil ini dapat dideskripsikan bahwa bayi dengan perawatan spa bayi memperoleh kualitas tidur yang baik.

5.2.3. Hubungan Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and

Baby Spa, Medan

(58)

bahwa semakin efektif perawatan spa bayi yang dilakukan, maka semakin baik kualitas tidur yang diperoleh.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Afrina dan Widodo (2012) yang menemukan bahwa adanya pengaruh spa bayi dengan lamanya waktu tidur bayi. Dengan hasil uji wilcoxon test kelompok perlakuan didapatkan hasil p= 0,026 yang menyimpulkan bahwa adanya kemaknaan spa bayi terhadap lamanya tidur bayi.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Ubaya (2010) juga menunjang hasil penelitian ini. Dengan hasil statistik p= 0,000 didapatkan bahwa adanya hubungan antara frekuensi pijat bayi dengan kualitas tidur bayi di desa Kertosari, kecamatan Singorojo, kabupaten Kendal.

Agustin (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa aktivitas fisik dan kelelahan menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hal ini juga dibenarkan oleh pendapat Harkreader, dkk (2007) bahwa meningkatnya latihan fisik akan meningkatkan waktu tidur REM dan NREM.

(59)

dan disekresikan oleh kelenjar pineal langsung ke dalam sirkulasi dan didistribusikan ke seluruh tubuh. Sebagai respon pada keadaan gelap, sekresi melatonin akan meningkat sehingga dapat memicu tidur dengan cara menekan

wake-promoting signal pada SCN (suprachiasmatic nucleus) yang

mempertahankan kesadaran dan menghambat dorongan untuk tidur. Sehingga dalam mekanisme tidur, melatonin berperan menurunkan sleep oncet latency

melalui sleep switch model yang dapat mempertahankan keadaan tidur pada malam hari sehingga membuat tidur lebih lama dan lelap pada malam hari.

Selain itu, serotonin juga akan meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glukokortikoid (adrenalin, suatu hormon stress). Proses ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress) sehingga bayi yang diberi perlakuan pemijatan akan tampak lebih tenang dan tidak rewel.

(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian pada 50 orang responden bayi berumur 3-12 bulan tentang hubungan spa bayi dengan kualitas tidur bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

6.1.1. Mayoritas responden di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan mendapatkan perawatan spa bayi yang efektif dan seluruh responden mendapatkan kualitas tidur yang baik.

6.1.2. Dengan uji korelasi Spearman rho secara komputerisasi didapatkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara spa bayi dengan kualitas tidur bayi yakni kekuatan hubungan yang kuat dan bersifat positif, yang artinya semakin tinggi nilai spa bayi makan semakin tinggi nilai kualitas tidur bayi.

6.2.Rekomendasi

6.2.1. Bagi praktik keperawatan

(61)

6.2.2. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan evidence based dan juga dapat diajarkan sebagai salah satu materi skill lab ataupun praktikum spa untuk bayi, setelah sebelumnya telah ada materi mengenai pijat bayi yang dijadikan salah satu materi praktikum.

6.2.3. Bagi peneliti selanjutnya

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, N.P., Sekartini Rini. (2006). Gangguan Tidur Pada Anak Usia Bawah Tiga Tahun Di Lima Kota di Indonesia. Jurnal. Sari Pediatri, Vol. 7, No. 4, Maret 2006: 188-193.

Agustin, Destiana. (2012). Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pekerja Shift Di PT Krakatau Tirta Industri Cilegon. Undergraduate Thesis. Jakarta: Program Sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia.

Afrina, D.N., Widodo, Agus. (2010). Efektivitas Baby Spa Terhadap Lamanya Tidur Bayi Usia 3-4 Bulan. Jurnal. Surakarta: Program Studi Fisoterapi UMS.

Arifin, AR., Burhan, Erlina., Ratnawati. (2010). Fisiologi Tidur dan Pernapasan. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, FK UI- SMF Paru RSUP Persahabatan.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Edisi Revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta.

Doe, Nono. (2012). Gangguan Tidur pada Perawat Pekerja Shift. Undergraduate Thesis. Salatiga: Program Sarjana PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana.

Fathoni, M., NL, Laviana., Roektiningsih. (2006). Pengaruh Pemijatan Terhadap Peningkatan Kuantitas Tidur Bayi Usia 4-6 Bulan Di Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Jurnal. Malang: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya.

Firmaningtyas, Fitrya. (2009). Pendekatan Dunia Spa Bayi Kepada Anak-Anak Dengan Tema Lebah Melalui Sentuhan Desain Interior. Undergraduate Paper. Surabaya: Program Sarjana FTSP Institut Teknologi Sebelas Maret. Garliah, Lili. (2009). Pengaruh Tidur Bagi Perilaku Manusia. Thesis. Medan:

Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Imatho. (2013). Baby Spa and Childern Therapy. Diunduh 25 September 2013,

(63)

Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Novitasari, Rista. Baby Spa. Diakses 25 Oktober 2013, dari

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Vol. 2. Jakarta: EGC.

Ridwan. (2005). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Afabeta.

Santi, Natalia. (2012). Pentingnya Kualitas Tidur Bagi Bayi. Diakses 21 Oktober

2013, dari

Soetjiningsih, C.H. (2012). Perkembangan Anak Sejak Pembuahan Sampai Dengan Kanak-Kanak Akhir. Jakarta: Kencana.

Soetomenggolo, T. S., Widodo, D. P. (2000). Perkembangan Normal Tidur pada Anak dan Kelainannya. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 3, Desember 2000:139. Ubaya, R. L. (2010). Analisi Pijat Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi Umur 6-12

Bulan Di Desa Kertosari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Undergraduate Thesis. Semarang: Program Sarjana Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang.

WilliaM, M. C. (2013). Hubungan Kualitas Tidur dengan Konsentrasi Pada Mahasiswa Angkatan 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Undergraduate Thesis. Medan: Program Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(64)

Kode:

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Hubungan Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi

Saya Siti Fatimah Lubis, mahasiswa S1 keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Hubungan Spa Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi di Lolypop Kids and Baby Spa, Medan. Penelitian ini merupakan salah satu syarat penyelesaian tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan spa bayi dengan kualitas tidur bayi Ibu/Bapak.

Atas perihal tersebut saya mengharapkan kesediaan Ibu/Bapak untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Jika kiranya bersedia, Bapak/Ibu dimohon untuk mengisi lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Penelitian ini tidak berdampak negatif terhadap pihak manapun sebagai responden. Semua informasi yang Ibu/Bapak berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan dalam penelitian ini. Atas partisipasi yang telah Ibu/Bapak berikan dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, April 2014

Peneliti Responden

( Siti Fatimah Lubis) ( )

(65)

Kuasioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

Kode Responden : (diisi peneliti)

Tanggal :

Nama Anak (Inisial) :

A. Data Demografi Bayi

Petunjuk pengisian:

Isilah pertanyaan di bawah ini dengan member tanda “check list” (√) pada salah satu kolom yang telah disediakan dengan keadaan yang sebenarnya.

1. Usia : Bulan

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan 3. Berat Badan : kg

B. Kuesioner Data Perawatan Spa Bayi

Petunjuk pengisian

Pertanyaan no. 1 : Isilah titik-titik sesuai dengan keadaan yang benar.

Pertanyaan no. 2 – 3 : Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan keadaan yang anda ketahui.

1. Sudah berapa kali bayi anda mendapatkan perawatan spa bayi? ………. kali.

2. Berapa kali frekuensi spa bayi yang diberikan untuk bayi anda? a) > 2 kali/ minggu

b) < 2 kali/ minggu

3. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk setiap perawatan spa? a) > 25 menit

b) < 25 menit

(66)

C. Kuesioner Kualitas Tidur

Petunjuk pengisian :

Pilihlah salah satu jawaban sesuai dengan keadaan

Catatan :

yang anda ketahui.

Jawaban yang anda pilih merupakan keadaan yang anda ketahui setelah

anak anda mendapatkan perawatan spa bayi selama ini.

1. Kapan biasanya anak anda mulai jatuh tidur saat malam hari? Pukul 18.00 wib

Pukul 19.00 wib Pukul 20.00 wib Pukul 21.00 wib

Jawaban lainnya, sebutkan…..

2. Pukul berapa biasanya anak anda terbangun di pagi hari? Pukul 05.00 wib

Pukul 06.00 wib Pukul 07.00 wib Pukul 08.00 wib

Jawaban lainnya, sebutkan……

3. Berapa kali rata-rata anak anda terbangun dari tidur malam hari? 1 kali

2 kali 3 kali 4 kali

Jawaban lainnya, sebutkan……

4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menidurkan kembali anak anda saat terbangun malam hari?

(67)

± 60 menit

Jawaban lainnya, sebutkan……

5. Berapa kali anak anda tidur-bangun saat pagi hingga sore hari? 1 kali

2 kali 3 kali 4 kali

Jawaban lainnya, sebutkan….

6. Berapa lama anak anda tertidur dalam satu tempo tidur saat pagi, siang, ataupun sore hari?

± 1 jam ± 2 jam ± 3 jam ± 4 jam

Jawaban lainnya, sebutkan….

7. Bagaimana keadaan anak anda saat baru bangun di pagi hari? a) Bugar dan ceria

(68)

RELIABILITY

/VARIABLES=s1 s2 total /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA

a. Listwise deletion based on all variables in the

Gambar

Tabel 1 Tahapan Siklus Tidur
Tabel 2. Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia
Tabel 2. Defenisi Operasional
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di Lolypop Kids
+4

Referensi

Dokumen terkait

dalam tubuh yang lebih banyak, setelah bayi melakukan treatment baby spa nafsu. makan bayi akan meningkat dan pola tidur bayi akan menjadi lebih

Penulisn penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh baby spa terhadap pertumbuhan bayi (tinggi badan dan berat badan) pada bayi usia 3-4 bulan.

Pengaruh baby spa terhadap kenaikan berat badan bayi umur

Baby massage yang dilakukan baik oleh bidan ataupun orangtua bayi secara rutin diharapkan dapat meningkatkan kualitas tidur bayi, hal ini didukung hasil

Penelitian ini diambil dari bayi usia 3-12 bulan di Klinik Srikandi Baby Spa Yogyakarta selama 4 minggu menggunakan rancangan penelitian quasi- experimental. Pengambilan

Penelitian lain yang dilakukan oleh Heni indaryani yang berjudul “Pengaruh pijat bayi terhadap kualitas tidur bayi umur 0-3 bulan di Desa Keji Ungaran Barat tahun 2011”

Pengaruh Baby Massage Terhadap Kualitas Tidur Bayi Usia 3-12 Bulan Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa kualitas tidur bayi usia 3-12 bulan sebelum dilakukan baby massage

3.2 Kerangka Operasional Gambar 3.1 Kerangka Operasional Populasi Semua Bayi usia 6-12 bulan yang mendapatkan perawatan baby spa di Olivia Baby Spa pada Bulan Mei-Juni 2018 berjumlah