• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dewan Redaksi Pelindung dan Penasihat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dewan Redaksi Pelindung dan Penasihat"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

i

(2)

ii

JURNAL VISIONARY

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Jurnal Penelitian dan Pengembangan di Bidang Administrasi Pendidikan

Dewan Redaksi

Pelindung dan Penasihat : Prof. Drs. Toho Cholik Mutohir, MA., Ph.D. Dra. Ni Ketut Alit Suarti, M.Pd

Dr. Gunawan, M.Pd. Penanggung Jawab : Dr. Zulfakar

Ketua Penyunting : M. Faqih, S.Ag., M.Pd Sekertaris Penyunting : Agus Fahmi, M.Pd

Keuangan : Junain Huri

Penyunting Ahli : 1. Prof. Dr. Udin Syaefudin Sa`ud, M.Pd 2. Prof. Dr. Ekawarna, M.Pd

3. Dr. Gunawan

4. Dr. Hj. Jumailiyah, M.M. Penyunting Pelaksana : 1. Baiq Rohiyatun, M.Pd

2. Hardiansyah, MM.Pd Pelaksana

Ketatalaksanaan

: 1. Ahmad Muslim, S.Pdi., M.Pd 2. Lu`luin Najwa, M.Pd

3. M.Rasyid Ridlo, M.Pd Distribusi : Nuraeni, M.Si

Desain Cover : Lukmanul Hakim, M.Pd Alamat Redaksi:

Redaksi Jurnal Visionary

Prodi Administrasi Pendidikan FIP IKIP Mataram Gedung Dwitya, Lt.3. Jalan Pemuda No.59 A Mataram Telp.(0370) 638991

Email: ap_fip@ikipmataram.ac.id

Jurnal Visionary menerima naskah tulisan penulis yang original (belum pernah diterbitkan sebelumnya) dalam bentuk soft file, office word document (CD/ Flashdisk/ Email).

Diterbitkan Oleh: Prodi Administrasi Pendidikan FIP IKIP Mataram.

Volume 4 Nomor 2 Edisi Oktober 2017 ISSN (2503-4669) Jurnal Vasionary

(3)

iii

JURNAL VISIONARY

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

Jurnal Penelitian dan Pengembangan di Bidang Administrasi Pendidikan

Daftar Isi Halaman

Muhamad Suhardi

MANAJEMEN MUTU TERPADU DI SMA UNGGULAN

KOTA MATARAM ... 59-69 Zulfakar

PENINGKATAN KUALITAS GURU BERBASIS KEBUTUHAN ... 70-77 Eneng Garnika dan Lu’luin Najwa

MANAJEMEN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

ANAK USIA DINI ... 78-81 Agus Fahmi, Hardiansyah, dan I Made Angga Suryanata

HUBUNGAN KINERJA GURU DENGAN MUTU PENDIDIKAN

DI SEKOLAH ... 82-86 M. Choirul Anam dan Mariyati

HUBUNGAN MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN KETERAMPILAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI 1 PRAYA BARAT KABUPATEN

LOMBOK TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ... 87-90 Khairul Huda

PENINGKATAN PENGENALAN KOSA KATA BAHASA

INGGRIS PADA ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR ... 91-97 Lalu Jaswandi, M. Najamuddin, dan Baiq Sarlita Kartiani

PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIS EDUCATOIN

DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V ... 93-103 Desventri Etmy dan Habib Ratu Perwira Negara

PEMBELAJARAN PERKALIAN DENGAN AKTIVITAS PERMAINAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA

REALISTIK DI SDN 43 AMPENAN ... 104-110 Agus Jayadi dan Zul Anwar

PEMANFAATAN APLIKASI SPSS UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MAHASISWA MENGOLAH DATA STATISTIKA .... 111-113

Volume 4 Nomor 2 Edisi Oktober 2017 ISSN (2503-4669) Jurnal Vasionary

(4)

iv Ani Endriani dan Rohana Komala Sari

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP

PERILAKU AGRESIF PADA SISWA ... 114-124 Wiwien Kurniawati dan Hastuti Diah Ikawati

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA JURUSAN KURIKULUM DAN

(5)

125

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KEMANDIRIAN BELAJAR MAHASISWA JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Wiwien Kurniawati dan Hastuti Diah Ikawati Prodi Teknologi Pendidikan, FIP IKIP Mataram

Email: ewin.dahyan@gmail.com

Abstrak: Pengembangan instrumen belajar mandiri mahasiswa bertujuan untuk diandalkan secara konsisten. Metode pengemnbangan ini menggunakkan model pengembangan teoritik, dimana penelitian ini dilaksanakan ada jurusan teknologi pendidikan FIP IKIP Mataram pada semester ganjil. Pengamblan sample dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling yaitu dengan cara secara acak. Dalam pengembangan instrumen ini yang dilakukan adalah: melakukan kajian teoritik, penyususnan kisi-kisi instrumen, penyusunan butir-butir instrumen, expert judgment, ujicoba, analisis, revisi dan merumuskan hasil akhir. Berdasarkan hasil goodness o fit test 152.436 dengan db 95 dan p value 0.005, hal ini menunjukkan bahwa pengembangan instrumen mandiri mahasiswa memiliki konstruk validitas yang dalam kategori baik. Sedangkan untuk koefisien validitas alpha 0.98, hal ini menunjukkan bahwa instrumen kemandirian belajar mahasiswa dalam realiabilitas kategori tinggi.

Kata Kunci: Instrumen, Belajar Mandiri

PENDAHULUAN

Pada dasarnya manusia itu dilahirkan sebagai makhluk pembelajar. Tugas, tanggung jawab, dan panggilan pertama seorang manusia adalah menjadi pembelajar. Manusia sebagai pembelajar memberikan kepada kita sebuah pemahaman bahwa inilah keunikan manusia dibandingkan dengan berbagai makhluk ciptaan Tuhan lainnya (Andrias Harefa, 2005: 23). Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Namun belajar adalah sebuah proses dimana mahasiswa diharuskan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang bermakna dan bisa mengaktifkan

mahasiswa adalah pembelajaran yang

berdasarkan pengalaman belajar yang

mengesankan. Dalam pembelajaran

mahasiswa harus dilibatkan penuh secara aktif dalam proses belajarnya. Hal ini sejalan dengan pandangan Sudjatmiko (2003: 4) yang menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran

memungkinkan mahasiswa bersosialisasi

dengan menghargai perbedaan (pendapat, sikap, kemampuan prestasi) dan berlatih untuk bekerja sama mengkomunikasikan gagasan,

hasil kreasi, dan temuannya kepada dosen dan mahasiswa lain.

Pembelajaran harus dapat membekali peserta didik dengan kompetensi mata kuliah.

Proses pembelajaran merupakan proses

pengembangan potensi-potensi mahasiswa sebagai peserta didik secara menyeluruh dan terpadu. Dosen dituntut untuk mampu menyampaikan materi kuliah dan juga harus mampu mengaktualisasi peran strategisnya dalam upaya membentuk watak mahasiswa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang berlaku.

Kemampuan belajar mandiri menjadi lebih diperlukan oleh mahasiswa dalam menghadapi tugas mandiri atau penyusunan skripsi, dan sebagainya. Ketika menghadapi tugas-tugas seperti, mahasiswa sebenarnya dihadapkan pada sumber belajar yang melimpah yang mungkin relevan atau tidak relevan dengan kebutuhan dan tujuan

mahasiswa bersangkutan. Pada kondisi

demikian mereka harus memiliki inisiatif sendiri dan motivasi instrinsik, menganalisa kebutuhan, dan merumuskan tujuan, memilih dan menerapakan strategi pemecahan masalah, menseleksi sumber yang relevan,

(6)

126 serta mengevaluasi diri. Kemandirian belajar mahasiswa menjadi syarat untuk membentuk lulusan yang profesional. Menurut robert ronger (1990) sesorang dikatakan mandiri jika: (1) dapat bekerja secara fisik, (2) dapat berpikir sendiri, (3) dapat menyusun ekspresi atau gagasan dimengerti orang lain, (4) kegiatan dilakukan sendiri secara emosional.

Menurut Dhesiana (2009) konsep belajar mandiri sebenarnya berakar dari konsep pendidikan dewasa. Belajar mandiri juga cocok untuk semua tingkatan usia. Dengan kata lain, belajar mandiri sesuai untuk semua jenjang pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi dan kemampuan peserta didik. Belajar mandiri dapat diartikan sebagai kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Haris

Mudjiman, 2009: 7). Dalam kegiatan

pembelajaran, kemandirian sangat penting karena kemandirian merupakan sikap pribadi yang sangat diperlukan oleh setiap individu. Menurut Utari Sumarmo (2006: 5) dengan kemandirian, mahasiswa cenderung belajar lebih baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif, menghemat waktu secara efisien, akan mampu mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain secara emosional. Mahasiswa yang mempunyai kemandirian belajar mampu menganalisis permasalahan yang kompleks, mampu bekerja secara individual maupun bekerja sama dengan kelompok, dan berani mengemukakan gagasan.

Perlunya kemandirian belajar mahasiswa khususnya pada individu yang belajar bahwa individu yang memiliki kemandirian belajar tinggi cenderung belajar

lebih baik, mampu memantau,

mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif; menghemat waktu dalam menyelesaikan tugasnya; mengatur belajar dan waktu secara efisien. Istilah yang

berkaitan dengan kemandirian belajar

diantaranya adalah self regulated learning.

Menurut Hargis (2000) mendefinisikan

kemandirian belajar sebagai self regulated learning yakni upaya memperdalam dan memanipulasi jaringan asosiatif dalam suatu

bidang tertentu, dan memantau serta

meningkatkan proses pendalaman yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan bahwa self regulated learning merupakan proses perancangan dan pemantauan diri yang seksama terhadap proses kognitif dan afektif dalam menyelesaikan suatu tugas akademik.

Terkait dengan kegiatan pengukuran terhadap kemandirian belajar mahasiswa, sangat diperlukan instrumen kemandirian belajar yang teruji secara validitas maupun reliabilitasnya. Dalam kegiatan penelitian khususnya dalam bidang pendidikan, terdapat dua bentuk instrumen yang dapat digunakan yakni tes dan non tes. Instrumen yang berbentuk tes biasanya untuk mengukur prestasi belajar, sedangkan instrumen nonn tes pada umumnya un tuk mengukur sikap. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid, suatu instrumen dikatakan valid jika

kriteria dalam innstrumen disusun

berdasarkan fakta-fakta yang empiris. Selain valid, instrumen juga harus diperhatikan reliabilitasnya, yang mengandung muatan stabilitas dan konsisten. Bila suatu instrumen dipakai berulang-ulang untuk mengukur gejala yang sama dan hasil yang diperoleh relatif stabil atau konsisten maka instrumen tersebut dapat dikatakan terpercaya atau reliabel. Ketersedian instrumen kemandirian belajar mahasiswa amat diperlukan untuk keperluan peneliti-peneliti lainnya yang akan mengadakan penelitian.

Hakekat belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan secara sadar dan terus menerus melalui bermacam-macam aktivitas

dan pengalaman guna memperoleh

pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku yang lebih baik. Perubahan tersebut bisa ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan dalam hal pemahaman, pengetahuan, perubahan sikap, tingkah laku dan daya penerimaan. Kegiatan

(7)

127 belajar merupakan kegiatan mental yang

terjadi dalamm berinteraksi dengan

lingkungan. Terjadinya belajar ditandai dengan adanya perubahan dalam pola prilaku. Perubahan yang terjadi akan bertahan lama, bahkan sampai dlam taraf tertentu tidak akan menghilang lagi. bahwa belajar merupakan

suatu aktivitas mental/psikis, yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam pemahaman, keterampilan dan nilai sikap.

Belajar secara umum dapat diartikan sebagai perubahan, contohnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mau menjadi mau, dan lain sebagainya. Namun demikian tidak semua perubahan pasti merupakan peristiwa belajar. Sedangkan yang dimaksud perubahan dalam belajar adalah perubahan yang relatif, konstan, dan berbekas. Relatif artinya ada kalanya suatu hasil belajar ditiadakan atau dihapus dan digantii dengan yang baru, dan ada kemungkinan suatu saat hasil belajar terlupakan. Hal ini tergantung dari kebutuhan belajar saat itu, karena belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan.

Banyak fakta menunjukkan bahwa masih terdapat mahasiswa yang belum memiliki kemandirian belajar dan tidak

memahami cara belajar yang efektif.

Kemandirian belajar, meliputi kegiatan merencanakan tujuannya, merencanakan cara mencapai tujuan, merencanakan strategi, memantau perkembangan, dan mengevaluasi peningkatan dirinya. Pentingnya kemandirian belajar bagi peserta didik sudah lama menjadi perhatian para ahli pendidikan karena faktor ini dapat menentukan proses belajar yang efektif. Kemandirian belajar bukan berarti belajar sendiri. Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan

nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Jelaslah bahwa kata mandiri telah muncul sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional kita. Karena itu penanganannya memerlukan perhatian khusus semua dosen, apalagi tidak ada mata kuliah khusus tentang kemandirian.

Menurut Haris Mudjiman (2009:

20-21) kegiatan-kegiatan yang perlu

diakomodasikan dalam pelatihan belajar mandiri adalah: 1) Adanya kompetensi-kompetensi yang ditetapkan sendiri oleh siswa untuk menuju pencapaian tujuan-tujuan akhir yang ditetapkan oleh program pelatihan untuk setiap mata pelajaran, 2) Adanya proses pembelajaran yang ditetapkan sendiri oleh siswa, 3) Adanya input belajar yang ditetapkan dan dicari sendiri. Kegiatan- kegiatan itu dijalankan oleh siswa, dengan ataupun tanpa bimbingan guru, 4) Adanya kegiatan evaluasi diri (self evaluation) yang dilakukan oleh siswa sendiri, 5) Adanya

kegiatan refleksi terhadap proses

pembelajaran yang telah dijalani siswa, 5) Adanya past experience review atau review terhadap pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki siswa, 6) Adanya upaya untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, 7) Adanya kegiatan belajar aktif.

Berdasarkan uraian tentang kegiatan-kegiatan dalam pelatihan belajar menurut Haris Mudjiman di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa siswa yang memiliki kemandirian belajah adalah siswa yang mampu menetapkan kompetensi-kompetensi belajarnya sendiri, mampu mencari input belajar sendiri, dan melakukan kegiatan evaluasi diri serta refleksi terhadap proses pembelajaran yang dijalani siswa.

Dalam keseharian mahasiswa sering

dihadapkan pada permasalahan yang

menuntut siswa untuk mandiri dan menghasilkan suatu keputusan yang baik. Song and Hill (2007: 31-32) menyebutkan bahwa kemandirian terdiri dari beberapa

(8)

128 aspek, yaitu: Personal Attributes, Processes, dan Learning Context .

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dalam pembakuan instrumen. Metode pengembangan dalam penelitian ini menggunakan model pengembangan teoritik yakni model yang menggambarkan kerangka berpikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empirik.

Penelitian Pendidikan dan

pengembangan (R & D) adalah proses yang

digunakan untuk mengembangkan dan

memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya, dan merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.

Untuk mengetahui data yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan penelitian, maka dibutuhkan alat pengumpulan data, alat pengumpulan data dalam suatu penelitian disebut instrumen penelitian. Instrumen dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan

untuk mengembangkan instrumen

kemandirian belajar mahasiswa. Instrumen dalam penelitian ini adalah alat yang digunakan untuk mengetahui pengembangan kemandirian belajar mahasiswa jurusan

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan di IKIP Mataram. Adapaun instrumen yang digunakan

adalah angket yang digunakan untuk

mengetahui pengembangan kemandirian

belajar mahasiswa dan dokumentasi yang

digunakan sebagai alat untuk

mendokumentasikan kegiatan penelitian. Analisis data penelitian dapat dilakukan secara deskriptif, kuantitatif, maupun kualitatif tergantung pada tujuan penelitian. Metode analisis data merupakan cara yang harus diikuti dan digunakan oleh peneliti dalam rangka menganalisa data yang sudah dikumpulkan untuk memperoleh kesimpuan. Setelah memperoleh data hasil penelitian maka langkah awal adalah dengan melakukan analisis. Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data-data hasil angket atau kuesioner mengenai kemandirin belajar mahasiswa yaitu teknik deskriptif kuantitatif dengan menggunkan software SPSS 20.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan kajian tentang kemandirian belajar mahasiswa, maka dapat dirumuskan 5

indikator dalam kemandirian belajar

mahasiswa yaitu: (1) Siswa merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri, (2) Siswa berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus, (3) Siswa dituntut bertanggung jawab dalam belajar, (4) Siswa belajar secara kritis, logis, dan penuh keterbukaan, (5) Siswa belajar dengan penuh percaya diri.

Setelah indikator yang telah di

rumuskan, langkah selanjutnya adalah

menyusun kisi-kisi dan butir instrumen. Adapun kisi-kisi instrumen kemandirian belajar mahasiswa adalah sebagai berikut: Tabel 01. Kisi-kisi Instrumen Kemandirian Belajar Mahasiswa

No Indikator No. Butir

1 Merencanakan dan memilih kegiatan belajar sendiri 1, 3, 5, 9, 25

2 Berinisiatif dan memacu diri untuk belajar secara terus menerus 11, 13, 15, 17, 22

3 Bertanggung jawab dalam belajar 10, 19, 20, 24, 7

4 Belajar secara kritis, logis, dan penuh keterbukaan 2, 4, 6, 8, 21

(9)

129 Keterangan: 1. Sangat Setuju (SS) 2. Setuju (S) 3. Kurang Setuju (KS) 4. Tidak Setuu (TS)

5. Sangat Tidak Setuju (STS)

Selanjutnya hal yang dilakukan adalah analisis data untuk mengetahui validitas konstruk (isi) dan reliabilitas dari instrumen yang telah tersusun. Penguian validitas menggunakan analisis faktor yaitu dengan

menentukan koefisien reliabilitas dengan

menggunakan SPSS 16 or windows.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dengan ui persyaratan Kaiser Meyer Okin (KMO) diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 02. KMO and Bartlett’s Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adeqaucy

Bartlett’s Test of Approx. Chi-Square Sphericity df Sig. .925 114.314 198 .000

Langkah analisis selanjutnya yaitu konfirmatori dengan maximum likelihood untuk menguji data estimasi model hubungan faktor pada distribusi normal multivariat.

Komputasi dengan metode maximum

likelohood, pada goodness o fit test diperoleh hasil pada tabel dibawah ini:

Tabel 03. Goodness-of-fit Test

Chi-Square df Sig.

152.436 95 .005

Adapun koefisien reliabilitas dalam penelitian menggunakan cronbach’s alpha dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 04. Koefisien cronbach’s alpha Reliability Coefficients

N of Cases 159.000 N of Items 25 Alpha .980

Dalam penelitian ini instrumen

kemandirian mahasiswa terdiri dari 20 butir pernyataan dengan 5 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuu (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Setelah instrumen telah tersusun, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah expert judgment atau konsultasi pada pakar (ahli) untuk mengetahui validitas isi dari instrumen. Hasil dari

konsultasi pakar yaitu revisi dari beberapa item pernyataan yang kurang sesuai dengan indikator yang telah dirumuskan, setelah beberapa item itu diperbaiki langkah selanjutnya yang dilakukan adalah uji coba instrumen kepada mahasiswa Program Sudi Teknologi Pendidikan FIP IKIP Mataram. Adapun kelas yang digunakan untuk ui coba instrumen kemandirian belajar mahasiswa adalah kelas A dan B angkatan 2013, dan kelas

(10)

130 A an B angkatan 2014 yang diperoleh hasil angket dengan jumlah 136.

Berdasarkan hasil output SPSS pada Tabel 02. KMO and Bartlett’s Test, maka uji analisis Kaiser Meyer Olkin (KMO) mengenai measure of Sampling Adeuacy (KMO MSA) diperoleh nilai 0.925 , maka dapat dikatan hasil sudah baik, untuk hasil yang lainnya secara keseluruhan tidak ada dibawah harga signifikansi 0.05 sehingga proses dapat dilanjutkan. Sedangkan hasil Tabel 03. Goodness-of-fit Test, diperoleh bahwa komputasi metode maximum likelihood, pada goodness of fit test menghasilkan indeks sebesar 152,436 dengan derajat kebebasan (df) 95 dan p value (sig) 0,005 sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen kemandirian belajar mahasiswa yang telah disusun dan

dikembangkan memiliki validitas isi

(konstruk) yang baik.

Hasil output tabel 0.3, koefisien reliabilitas cronbach’s alpha addalah 0,980 sehingga dapat dikatakan bahwa setiap pernyataan dalam item instrumen memiliki konsistensi internal yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat naga (1992) bahwa koefisien reliabilitas yang memadai hendaknya terletak diatas 0.75.

Dari hasil analisis diatas menujukkan

bahwa instrumen kemadirian belajar

mahasiswa dalam penelitian ini dirumuskan dalam 5 indikator yang terdiri dari 25 butir item pernyataan. Dari hasil penelitian ini

bahwa instrumen kemadirian belajar

mahasiswa yang telah dihasilkan dapat dikatakan valid dan reliabel.

SIMPULAN

Dari hasil analisis diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa penyusunan dan

pengembangan instrumen dilakukan dengan menggunakan model pengembangan toritik

dengan cara: merumuskan indikator

instrumen, menyusun kisi-kisi instrumen, menyusun butir-butir instrumen, melakukan expert judgment, melakukan ujicoba, analisis data, revisi, dan merumuskan instrumen akhir hasil penelitian.

Dari hasil pengujian validitas isi oleh pakar ahli diperoleh instrumen yang memiliki validitas yang baik. Dari hasil analisis faktor menunjukkan bahwa komputasi metode maximum likelihood 152,436 dengan derajat kebebasan (df) 95 dan p value (sig) 0,005 sehingga dapat disimpulkan data berdistribusi normal. Sedangkan koefisien reliabilitas cronbach’s alpha addalah 0,980 sehingga dapat dikatakan bahwa setiap pernyataan dalam item instrumen memiliki konsistensi internal yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S. (2009) Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Andrias, H. (2005) Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1988). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Perum Balai Pustaka.

Haris, M. (2008). Belajar Mandiri. Surakarta: UNS Press.

_____________. (2009). Managemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusyan, A.T. (1989). Pendekatan Dalam

Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Song & Hill. (2007). A Conceptual Model for Under Standing Self-Directed Learning in Online Environments. Journal of Interactive Online Learning, Volume 6, Number 1. University of Georgia.

Sri, R. dkk. (2006). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press.

(11)

131 Sugiyono. (2010). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, A & Safrudin, J. (2007) Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Sukardi. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Winkel, W.S. (2004). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia

Yatim, R. (2009). Paradigma Baru Pembelajaran (Sebagai Referensi Bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas). Jakarta: Kencana Prenada Group.

(12)

Gambar

Tabel 02. KMO and Bartlett’s Test  Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Referensi

Dokumen terkait

Jawa pos sendiri memiliki beberapa divisi di dalamnya seperti yang akan di bahas nantinya ialah divisi pemasaran dimana fungsinya bertugas memasarkan koran baik ke

Ciri yang dimiliki oleh unsur logam adalah …. Perhatikan data perubahan zat berikut! 1) Dapat menghantarkan arus listrik 2) Mudah bereaksi dengan udara 3) Mudah larut dalam

fisiologis terdapat pada bayi yang baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari, karena pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin; saat menarche, karena pengaruh

Analisis indeks kemiskinan material terhadap rumah tangga mustahik dilakukan tanpa dan dengan adanya bantuan dana zakat yang diberikan oleh BAZNAS Provinsi Jawa

Hiperkapnia merupakan penyebab dari vasidolator pambuluh darah otak yang berlebihan, ini terjadi sebagai akibat dari hipoventilasi pada pasien yang tidak sadar akibat volume

Ya anda benar yang gratisan banyak, tapi disk space dan bandwith terbatas, akun gampang suspend, inodes yang didapat cuma sedikit jadi tidak bisa posting banyak, kalau

Masih menurut Marmanto, pengajaran ini akan lebih baik apabila pada tahap latihan siswa diarahkan untuk membandingkan budaya bahasa target (Inggris) dengan budaya siswa

Berdasarkan temuan penelitian di atas dilakukan layanan konseling kelompok yang dilakukan konselor sekolah dalam megatasi masalah sikap kurangnya interaksi sosial