• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan situasi krisis global dunia. Strategi adaptasi yaitu, cara-cara atau tindakan yang dilakukan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan situasi krisis global dunia. Strategi adaptasi yaitu, cara-cara atau tindakan yang dilakukan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi Adaptasi

Adaptasi merupakan proses perubahan yang dilakukan oleh karyawan yang dirumahkan dengan situasi krisis global dunia. Strategi adaptasi yaitu, cara-cara atau tindakan yang dilakukan oleh karyawan yang dirumahkan untuk tetap mempertahankan sosial ekonomi keluarganya. Edi Suhartono seorang pengamat masalah kemiskinan dari IPB, menyatakan bahwa defenisi dari strategi bertahan hidup (coping Strategi) adalah kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Selanjutnya Edi Suhartono menyatakan strategi bertahan hidup dalam mengatasi goncangan dan tekanan hidup dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dikelompokkan dengan 3 cara, Yaitu:

1. Strategi aktif, yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga (misalnya melakukan aktifitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber daya alam di lingkungan sekitarnya.

2. Strategi pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran sandang, pangan, pendidikan dan sebagainya).

3. Strategi jaringan, misalnya menjalin relasi yang baik secara formal maupun informal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang tetangga, mengutang di warung, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke renteinir, atau bank dan sebagainya) (suhartono, Edi, 2007:45).

(2)

Konsep mata pencaharian (livehood) sangat penting dalam memahami coping strategis karena merupakan bagian dari atau kadang-kadang di anggap sama dengan strategi mata pencaharian (livehood strategis). Satu mata pencaharian meliputi pendapatan (baik yang bersifat tunai maupun barang), lembaga-lembaga sosial, relasi gender, hak-hak kepemilikan yang diperlukan guna mendukung dan menjamin kehidupan.

Bennet dalam Ahimsa (2003:115) membedakan antara perilaku adaptasi dengan strategi adaptasi. Perilaku adaptasi adalah, perilaku yang ditujukan untuk mengatasi masalah yang di hadapi atau untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan dan ini berbeda dengan strategi adaptasi. Strategi adaptasi didefenisikan sebagai pola-pola berbagai usaha yang direncanakan oleh manusia untuk dapat memenuhi syarat minimal yang dibutuhkannya dan untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. Pola-pola di sini adalah pola-pola perilaku atau tindakan.

2.2. Kemiskinan

Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak sebagai manusia yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Siagian, 2012:2).

Sementara sebagai suatu proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu mencapai taraf kehidupan yang di anggap layak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia (Siagian, 2012:3).

Secara umum istilah miskin atau kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang kurang atau minim. Dalam hal ini konsep kurang maupun minim di lihat secara komparatif

(3)

antara kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang di lain pihak (Siagian, 2012:4).

2.2.1 Gejala-Gejala Kemiskinan

Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan, seperti:

1. Kondisi kepemilikan faktor produksi

Mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat atau faktor yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu.

2. Angka ketergantungan penduduk

Angka ketergantungan tentu sangat berbeda pada negara yang surplus dan minus lapangan dan kesempatan kerja. Tingginya angka ketergantungan di Indonesia sangat nyata, dimana kerja di negara lain saat ini menjadi alternatif, termasuk bagi tenaga tidak terampil.

3. Kekurangan gizi

Berbagai media massa sering menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat miskinnya seseorang atau kelompok orang. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekelompok orang itu.

4. Pendidikan yang rendah

Rendahnya pendidikan yang dimiliki masyarakat dalam jumlah yang masih cukup banyak terutama bukanlah disebabkan oleh kesadaran atas pendidikan yang rendah, melainkan

(4)

disebabkan oleh ketidakmampuan masyarakat untuk mendapat pendidikan (Siagian, 2012:16)

2.2.2 Ciri-Ciri Kemiskinan

Suatu studi menunjukkan adanya lima (5) ciri-ciri kemiskinan, yakni:

1. Mereka yang hidup di bawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencahariannya. 2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk memperoleh

asset produksi dengan kekuatan sendiri. 3. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah.

4. Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur. Yang artinya, mereka sesungguhnya bukan bekerja sepenuhnya, bahkan mereka justru lebih sering tidak bekerja. Sekilas mereka tidak menganggur, namun jika digunakan indikator jam kerja, mereka justru masuk kedalam kategori pengangguran tidak kentara. Kondisi yang demikinan mengakibatkan mereka memiliki produktivitas yang rendah, dan seterusnya mengakibatkan mereka memperoleh pendapatan yang rendah pula.

5. Kemiskinan perdesaan membuahkan fenomena urbanisasi dari desa ke kota. Laju investasi di perkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi (Siagian, 2012:20).

(5)

1. Kemiskinan Absolut, yaitu suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga orang tersebut memiliki taraf kehidupan yang rendah, dianggap tidak layak serta tidak sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia.

2. Kemiskinan relatif, yaitu kemiskinan yang didasarkan pada komparasi kondisi kehidupan antara seseorang dengan orang lain atau antara kelompok dengan kelompok lain.

3. Kemiskinan massa, yaitu kemiskinan yang di alami secara massal penduduk dalam suatu lingkungan wilayah.

4. Kemiskinan non massa, yaitu kemiskinan yang di hadapi oleh segelintir orang dari penduduk suatu wilayah yang menghadapi dan mengalami hidup yang serba kekurangan serta tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.

5. Kemiskinan Alamiah, yaitu kemiskinan yang tejadi sebagai konsekwensi dari kondisi alam dimana seseorang atau sekelompok orang tersebut bermukim.

6. Kemiskinan Kultural, yaitu yang kemiskinan yang disebabkan oleh budaya masyarakat tersebut.

7. Kemiskinan Terinvolusi, yaitu kemiskinan yang disebabkan karena adanya maslah mental yang sudah demikian parah, sehingga sulit dirancang intervensi sosial yang bagaimana yang dapat mengatasi kemiskinan tersebut.

8. Kemiskinan Struktural, yaitu kemiskinan yang dikaitkan dengan kebijakan yang digariskan oleh pemerintah.

9. Kemiskinan Situasional, yaitu kemiskinan yang disebabkan karen kondisi kehidupan masyarakat yang tidak layak yang disebabkan oleh situasi yang ada.

(6)

10. Kemiskinan Buatan, yaitu kemiskinan yang diakibatkan karena kelembagaan-kelembagaan yang ada dan mengakibatkan anggota atau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata.

2.3. Karyawan

Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan fikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian. Sedangkan menurut kamus besar bahasa indonesia, karyawan merupakan orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan dan sebagainya) dengan mendapatkan gaji (upah). Dapat disimpulkan bahwa, karyawan merupakan orang yang bekerja pada suatu lembaga atau perusahaan dengan balas jasa berupa uang. (Hasibuan, 2007:117).

2.4. Dirumahkan/Diliburkan

2.4.1 Pengertian Dirumahkan/Diliburkan

Merumahkan atau meliburkan karyawan/buruh adalah membebastugaskan karyawan atau buruh dari ikatan dinas kerja untuk sementara waktu hingga waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan, dan hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya Pemutusan hubungan Kerja (PHK) massal. Pada dasarnya, setiap perusahaan yang mengalami krisis ekonomi keuangan akan mengambil beberapa kebijakan untuk menekan pengeluaran keuangan perusahaan sesuai dengan pendapatan perusahaan, diantaranya adalah dengan melakukan PHK (pemutusan Hubungan kerja) terhadap beberapa karyawannya.

Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 150 menyatakan bahwa:

(7)

“Ketentuan tentang pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan memperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain”.

Namun, pada Pasal 151 Ayat 1 Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan bahwa:

Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan kerja.

Dalam hal ini, pemerintah menekankan kepada semua pihak yang bersangkutan agar sebelum melakukan pemutusahan hubungan kerja haruslah terlebih dahulu merundingkan dan mencari jalan lain yang dapat digunakan untuk menghindari terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran. Melalui hal ini pemerintah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menteri Tenaga Kerja kepada Pimpinan Perusahaan di seluruh Indonesia No. SE-907/MEN/PHI-PPHI/X/2004 tentang pencegahan pemutusan kerja massal (”SE 907/2004”) pada butir f menyatakan pemutusan kerja haruslah sebagai upaya terakhir, setelah dilakukan upaya berikut:

“f. meliburkan atau merumahkan pekerja/buruh secara bergilir untuk sementara waktu.” Dari isi SE 907/2004 di atas dapat di pahami bahwa merumahkan karyawan sama dengan meliburkan/membebaskan pekerja untuk tidak melakukan pekerjaan sampai dengan waktu yang ditentukan oleh perusahaan, hal yang dilakukan perusahaan sebagai langkah awal untuk mengurangi pengeluaran perusahaan atau karena tidak adanya kegiatan produksi yang dilakukan perusahaan sehingga tidak memerlukan tenaga kerja untuk sementara waktu.

(8)

2.4.2. Upah Karyawan/Buruh Yang Dirumahkan

Menurut Surat Edaran Menteri (SE) Tenaga Kerja No. SE 05/M/BW/1998 tentang upah karyawan/buruh yang dirumahkan bukan ke arah pemutusan hubungan kerja yang ditujukan Kepada KAKANWIL DISNAKER yang isinya antara lain:

“sehubungan dengan banyaknya pertanyaan dari pengusaha maupun pekerja mengenai peraturan merumahkan pekerja disebabkan kondisi ekonomi akhir-akhir ini, yang mengakibatkan banyak perusahaan mengalami kesulitan, sehingga sebagai upaya untuk penyelamatan perusahaan maka perusahaan menempuh tindakan merumahkan pekerja untuk sementara waktu.”

Mengingat belum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai upah pekerja selama dirumahkan maka dalam hal adanya rencana pengusaha untuk merumahkan pekerja, upah selama dirumahkan dilaksanakan sebagai berikut:

1. Pengusaha tetap membayar upah secara penuh, yaitu berupa upah pokok dan tunjangan tetap selama pekerja dirumahkan, kecuali telah di atur lain dalam perjanjian kerja peraturan perusahaan atau kesepakatan kerja bersama.

2. Apabila pengusaha akan membayar upah pekerja tidak secara penuh agar dirundingkan dengan pihak serikat pekerja dan atau para pekerja mengenai besarnya upah selama dirumahkan dan lamanya dirumahkan.

3. Apabila perundingan melalui jasa pegawai perantara ternyata tidak mencapai kesepakatan agar segera dikeluarkan surat anjuran dan apabila anjuran tersebut di tolak oleh salah satu atau kedua belah pihak berselisih maka masalahnya agar dilimpahkan ke P4 daerah, atau ke pusat untuk PHK massal.”

(9)

Apabila pihak Pengusaha dan Karyawan/Buruh tidak mencapai kesepakatan untuk dilakukannya merumahkan/meliburkan Karyawan/Buruh maka sesuai Undang-Undang Tenaga Kerja No 13 Tahun 2003 Pasal 164 Ayat (1) dikatakan bahwa:

“pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian secara terus-menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (force majeure), dengan ketentuan pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (2) uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai dengan ketentuan pasal 156 pasal (4).”

2.5. Sosial Ekonomi

Sosial dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang artinya segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat. Sedangkan dalam konsep sosiologis manusia sering disebut makhluk sosial yang artinya manusia tidak dapat hidup wajar tanpa bantuan dari orang lain disekitarnya (Salim, 2002:454).

Sementara pengertian ekonomi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah, segala sesuatu tentang azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti perdagangan, keuangan dan perindustrian. Jadi, dapat dikatakan bahwa ekonomi berkaitan dengan proses pemenuhan keperluan hidup sehari-hari (Salim, 2002:379).

Menurut M. Manullang ekonomi merupakan suatu usaha masyarakat untuk mencapai kemakmuran ( kemakmuran adalah suatu keadaan dimana manusia dapat memenuhi kebutuhannya baik barang-barang maupun jasa) (A. Simangunsong, 2004:22).

(10)

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan yang di atur secara sosial dan merupakan posisi tertentu seseorang dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini di sertai dengan pemberian seperangkat hak dan kewajiban yang harus di penuhi oleh pembawa status (Mubyarto, 2000:32).

Pengertian sosial ekonomi yaitu, sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat atau sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya dilingkungannya, sehingga ia dapat menentukan keberadaan dirinya berdasarkan atas apa yang dimilikinya, yaitu mengenai pendapatan, perumahan, kesehatan, pendidikan, kondisi pangan.

Para pakar (cendekiawan) ilmu sosial mempunyai perhatian besar pada masalah penerapan ilmu-ilmu sosial kemasyarakat seperti ilmu ekonomi guna memecahkan berbagai masalah sosial seperti kemiskinan. Sarjana-sarjana ekonomi bertugas merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan ekonomi nasional (makro) yang kalau berhasil pada gilirannya akan mengenyahkan kemiskinan dengan sendirinya. Ahli-ahli sosial sebaliknya dituntut oleh ahli-ahli ekonomi untuk menyusun “model sosial” guna memperbaiki “model ekonomi” (Mubryanto, 1980 dalam M.Munandar soelaeman, 2001:240).

Ahli-ahli ilmu sosial merasa keberatan apabila harus berfikir ekonomis dalam model-model abstrak. Ahli ilmu sosial hanya sampai pada anjuran agar para teknokrat ekonomi lebih manusiawi dalam pendekatan, sehingga menomorsatukan pemerataan ekonomi, serta lebih banyak menyusun perencanaan dari bawah ke atas, dan tidak dari atas ke bawah (M.Munandar soelaeman, 2001:241).

(11)

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta “kulawarga”. Kata kula berarti ras dan warga yang berarti anggota. Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggungjawab di antara individu tersebut. Keluarga dirumuskan sebagai unit masyarakat kecil yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Pengertian keluarga dapat dilihat dalam arti sempit dan luas. Keluarga dalam arti sempit didefenisikan sebagai kelompok yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang belum dewasa/belum kawin. Sedangkan defenisi keluarga dalam arti luas adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan suatu lingkungan keluarga yang luas daripada ayah, ibu dan anak-anaknya (Wikipedia,2011).

Kata keluarga menurut Sosiolog yaitu kesatuan kemasyarakatan (sosial) berdasarkan hubungan perkawinan atau pertalian darah. Berdasarkan pengertian dapat dibedakan yaitu keluarga ini terdiri dari bapak, ibu dan anak, pasangan menikah tanpa anak, kelompok anak yang ditinggalkan orangtua, seseorang yang hidup berpoligami dengan atau tanpa anak, dan beberapa sanak saudara dengan anaknya yang berumah tangga. Tidak akan ada masyarakat jika tidak ada keluarga, artinya masyarakat merupakan kumpulan dari keluarga-keluarga (Subhan, 2004:1).

Dari bentuknya yang paling dasar, sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu rumah yang sama yang disebut keluarga inti. Walaupun suatu keluarga inti secara resminya selalu terbentuk oleh adanya hubungan perkawinan yang berdasarkan atas peraturan perkawinan yang sah, tetapi tidak selamanya keluarga inti terwujud karena telah disahkan oleh suatu peraturan perkawinan.

Berbagai fungsi keluarga dari bertanggung jawab memenuhi kebutuhan fisik sampai dengan mempersiapkan anggotanya menjadi anggota masyarakat yang berguna dan bertanggung

(12)

jawab. Selain itu juga sebagai pusat penerus nilai karena lingkungan keluarga yang pertama-tama untuk berperilaku sesuai dengan budaya dan harapan masyarakat dimanapun berada. Itu artinya dua fungsi penting keluarga adalah penyesuaian diri atau beradaptasim dalam lingkungan keluarga dan hubungan antar manusia pada umumnya. Seperti bagaimana perempuan dapat secara langsung mengambil inisiatif untuk menyelamatkan rumah tangga (Sadli, 2010:143).

2.7. Kesejahteraan Sosial

Dengan menggunakan pengertian dasar dari konsep sosial yang merupakan kata kunci dari konsep kesejahteraan sosial, yaitu hubungan antar manusia, maka konsep kesejahteraan sosial dapat di pandang dari 4 (empat) sisi, yaitu:

A. Sebagai Suatu Sistem Pelayanan Sosial

Elizabeth Wickenden (dalam Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:23) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai: “a system of laws, programs, benefits, and services which strengthen or assure provision for meeting social needs recognized as basic for the welfare of the population and for the functioning of the social order”. (suatu sistem perundang-undangan, kebijakan, program, pelayanan dan bantuan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sosial yang di kenal sebagai kebutuhan dasar bagi kesejahteraan manusia dan bagi keberfungsiannya ketertiban sosial secara lebih baik). Dari defenisi tersebut ada 3 hal yang perlu dipahami, yaitu: 1. Konsep pelayanan sosial (bidang praktik pekerja sosial) mencakup aktivitas yang sangat luas,

mulai dari perundang-undangan sosial sampai kepada tindakan langsung pemberian bantuan. 2. Konsep kesejahteraan sosial berbeda dengan kesejahteraan. Terpenuhinya kebutuhan sosial

(kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan) menjadi dasar bagi terciptanya kesejahteraan (sebagai keadaan yanag baik dalam semua aspek kehidupan manusia).

(13)

3. Pada tingkat masyarakat, kesejahteraan sosial berarti terdapat ketertiban sosial (social order) yang lebih baik.

Walter A. Friedlander mengemukakan bahwa kesejahteraan sosial adalah “sistem yang terorganisasi dari usaha-usaha sosial dan lembaga-lembaga sosial yang di tujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan, serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka secara penuh, serta untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat.” Berdasarkan pada kedua pengertian kesejahteraan sosial tersebut, maka tidak salah dan tidak heran jika semua manusia ingin hidupnya sejahtera, bahkan salah satu tujuan penyelenggara negara pun adalah ingin menyejaterahkan rakyat nya (Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:24).

B. Sebagai Suatu Disiplin Keilmuan

Sebagai suatu disiplin keilmuan, kesejahteraan sosial tidak dapat dan tidak mungkin mengkaji semua aspek kehidupan manusia, melainkan harus menentukan dan membatasi kajian pada satu aspek kehidupan manusia. Sebutan konsep sosial dengan sendirinya telah membatasi sisi kajian ilmu kesejahteraan sosial hanya terhadap aspek kehidupan sosial manusia dengan segala perangkat sistem sosial dan dinamikanya (Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:25).

Sebagai sebuah cabang disiplin keilmuan, maka kesejahteraan sosial harus memiliki satu sudut kajian yang merupakan domain (Wilayah) keilmuannya terhadap manusia sebagai objek kajiannya dalam perbandingan dengan cabang-cabang ilmu yang juga mengkaji dan melayani manusia seperti Psikologi, Kedokteran, Ekonomi dan Hukum.

(14)

C. Sebagai Suatu Kedaan Hidup

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefenisikan kesejahteraan sosial sebagai berikut: “kesejahteraan sosial adalah suatu kesejahteraan sosial yang sejahtera baik secara fisik, mental maupun sosial dan tidak hanya perbaikan-perbaikan dari penyakit-penyakit sosial tertentu saja (duwipa, 2010:5).

Mengacu pada pengertian-pengertian tersebut maka kesejahteraan sosial dapat mengarah pada keadaan antar hubungan manusia yang baik, yang artinya kondusif bagi manusia untuk melakukan upaya guna memenihi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Berdasarkan defenisi tersebut dapat dijelaskan beberapa hal, sebagai berikut:

1. Konsep baik dalam antar hubungan manusia diukur dari standar nilai-nilai sosial dan norma-norma yang melandasi tatanan kehidupan masyarakat dan perilaku warga masyarakat itu sendiri.

2. Konsep manusia ditujukan baik kepada individu-individu maupun unit-unit sosial (kelompok, organisasi maupun masyarakat itu sendiri).

3. Bersifat kondusif, artinya bahwa hubungan sosial tersebut berwujud dalam tatanan atau ketertiban sosial yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap warga masyarakat untuk berusaha mencapa kesejahteraan hidupnya.

4. Memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, artinya setiap warga masyarakat dimungkinkan untuk melakukan upaya dengan kemampuannya sendiri untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri tanpa ketergantungan kepada pemberian dari manusia lain dan juga bukan berarti setiap warga masyarakat hidup sendiri-sendiri, melainkan hidup dalam keadaan saling membantu (saling mendukung) upaya warga

(15)

masyarakat sesuai dengan posisi dan peran masing-masing di dalam masyarakat (duwipa, 2010:5).

D. Sebagai suatu tatanan atau ketertiban sosial

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tantang “kesejahteraan sosial” Pasal 1 yang dimaksudkan dengan kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya (Wibhawa, Raharjo, Budiarti, 2010:25).

Beberapa hal dapat disimpulkan dari defenisi tersebut, antara lain: 1. Kesejahteraan sosial di pandang sebagai suatu tatanan masyarakat.

2. Tatanan masyarakat tersebut bersifat kondusif bagi setiap warga negara untuk melakukan upaya memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3. Adanya interaksi yang tidak terpisahkan dan saling mendukung di antara setiap individu warga masyarakat dengan masyarakatnya.

4. Landasan nilai bagi tatanan masyarakat adalah nilai-nilai dasar sosial budaya masyarakat itu sendiri.

Dengan demikian wujud konsep kesejahteraan sosial adalah pengadaan dan penataan berbagai kebijakan sosial, perencanaan sosial, program-program dan penyelenggaraan berbagai pelayanan sosial dalam rangka penataan masyarakat itu sendiri yang bersifat saling mendukung dengan upaya warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

(16)

Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 151 Ayat 1 mengamanatkan bahwa, Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan Hubungan kerja (PHK). Melalui hal ini pemerintah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Menteri Tenaga Kerja kepada Pimpinan Perusahaan di Seluruh Indonesia tentang pencegahan pemutusan kerja massal pada butir f menyatakan, pemutusan hubungan kerja haruslah sebagai upaya terakhir, setelah dilakukan upaya meliburkan atau merumahkan Pekerja/Buruh secara bergilir untuk sementara waktu.

Dirumahkannya/diliburkan Karyawan PTPN IV Bah-Butong, akan mengakibatkan sosial ekonomi rumahtangga keluarga karyawan mengalami berbagai macam permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain, sulitnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari baik sandang, pangan dan papan. Bagi keluarga karyawan yang menjadi korban dirumahkan/diliburkan oleh PTPN IV Bah-Butong dalam hal ini tidak boleh pasrah dalam menghadapi kondisi seperti ini, harus ada upaya untuk mengatasi berbagai permasalahan kehidupan sosial dan ekonomi rumah tangga mereka. Oleh karena itu, perlu adanya strategi adaptasi yang dapat mengoptimalkan segala potensi yang dilakukan rumah tangga karyawan yang dirumahkan/diliburkan dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga. Maka untuk lebih memperjelas bahasan ini, penulis menggambarkan bagan alir pikir strategi adaptasi masyarakat yang dirumahkan dalam mempertahankan sosial ekonomi keluarga sebagai berikut:

(17)

2.9. Bagan Alir Pikir

Gambar 2.1 Dirumahkan/Diliburkan

Kondisi sosial ekonomi karyawan yang dirumahkan Pendapatan, perumahan, pendidikan, kesehatan, pangan.  1. Pengontrolan konsumsi keluarga.  2. Penggantian makanan yang di konsumsi dengan yang lebih  murah atau terjangkau misalnya mengganti ikan menjadi telur  3. Penjualan simpanan benda‐benda berharga seperti emas,  perabotan rumahtangga untuk memperoleh uang tambahan.  4. Peminjaman kredit dari bank, anggota keluarga, pedagang atau  koperasi simpan pinjam.  5. Produksi dan perdagangan skala kecil membuka warung atau  kedai sampah.  6. Menanam tanaman yang bisa di konsumsi di pekarangan rumah.  7. Menitipkan anak ke kerabat atau keluarga lain baik secara  temporer maupun permanen.  8. Penjualan asset produksi seperti tanah, hewan ternak untuk  memperoleh uang tambahan.  9. Menjadi buruh harian lepas (BHL) untuk mencari uang  tambahan.  10. Mencari pekerjaan lain. 

Pemenuhan kebutuhan pangan dan bukan pangan

(18)

2.10. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.10.1. Defenisi Konsep

Suatu konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa, objek, kondisi, situasi dan hal lain-lain yang sejenisnya. Konsep diciptakan dengan mengelompokkan objek-objek atau peristiwa-peristiwa yang memiliki ciri-ciri yang sama.

Dalam upaya menggambarkan secara cermat fenomena yang akan di kaji, para ahli menggunakan istilah khusus yang disebut konsep. Karena yang dikaji adalah fenomena sosial, maka konsep itu sangat luas cakupannya, akibatnya akan sangat sulit untuk merumuskan suatu kalimat yang mampu menggambarkan secara sempurna keseluruhan makna yang terkandung didalam konsep itu. Guna untuk menghindari salah pengertian atas makna konsep-konsep yang dijadikan objek penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan membatasi makna konsep yang akan diteliti. Proses dan upaya penegasan dan pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian itu disebut dengan defenisi konsep.

Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang akan digunakan sebagai berikut:

1. Strategi adaptasi diartikan sebagai suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau tujuan khusus. Strategi adaptasi disini adalah suatu cara atau teknik dari suatu gambaran tentang reaksi manusia dalam menanggapi suatu keadaan yang ditempuh oleh keluarga korban yang dirumahkan dalam memenuhi kebutuhan keluarga.

(19)

2. Rumahtangga adalah menunjukkan pada sekumpulan orang yang hidup satu atap rumah dan memiliki hubungan darah.

3. Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya (fisik dan fikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai dengan perjanjian. 4. Dirumahkan/diliburkan adalah membebastugaskan karyawan atau buruh dari ikatan dinas

kerja untuk sementara waktu hingga waktu yang telah ditentukan oleh perusahaan.

5. Kondisi sosial ekonomi keluarga adalah sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga akan pendapatan, perumahan, pendidikan, kesehatan dan pangan. 6. Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan.

Orang-orang yang termasuk keluarga adalah ayah, ibu dan anak-anaknya.

2.10.2. Defenisi Operasional

Defenisi operasional merupakan seperangkat petunjuk atau kriteria atau operasi yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan bagaimana mengamatinya dengan memiliki rujukan-rujukan empiris. Bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melaksanaka penelitian di lapangan. Oleh karena itu diperlukan operasionalisasinya dari konsep-konsep yang menggambarkan tentang apa yang harus diamati. Dengan demikian peneliti dapat dengan mudah melakukan penelitian di lapangan (Bungin, burhan, 2001:42).

Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjut dari perumusan defenisi konsep. Bila perumusan defenisi konsep ditujukan untuk mencapai keseragaman pemahaman tentang konsep-konsep, baik berupa objek, peristiwa maupun fenomena yang akan diteliti, maka perumusan operasional ditujukan dalam upayah transformasi konsep ke dunia nyata sehingga konsep yang diteliti dapat di

(20)

observasi. Dengan kata lain, operasionalisasi konsep berarti menjadikan konsep yang semula bersifat statis menjadi dinamis.

Adapun yang menjadi defenisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Biaya sandang merupakan biaya yang dikeluarkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan

sandang keluarga seperti pakaian.

2. Biaya pangan merupakan suatu kewajiban yang harus tercukupi dalam keluarga karena pekerjaan tidak akan maksimal apabila kebutuhan pangan belum tercukupi

3. Perumahan adalah tempat keluarga untuk tidur dan melakukan kegiatannya. Dalam hal ini kebanyakan para petani perempuan mendapatkan jatah rumah dinas dari perusahaan suami mereka dan sebagian ada yang mengontrak.

4. Kesehatan merupakan suatu kehidupan yang terbebas dari segala macam penyakit. Ada beberapa keluarga petani yang memiliki jaminan kesehatan yang diperoleh dari perusahaan tempat suami mereka bekerja.

5. Biaya pendidikan merupakan biaya sekolah anak mereka baik itu dalam bentuk uang sekolah ataupun uang-uang buku si anak.

6. Transportasi merupakan kendaraan yang digunakan untuk sampai ke suatu tujuan baik itu milik pribadi maupun angkutan umum.

7. Pembelian alat-alat rumah tangga merupakan keperluan-keperluan wajib yang harus dipenuhi dalam keluarga.

8. Rekreasi adalah suatu hiburan baik itu bersama keluarga ataupun dilakukan sendiri. Rekreasi biasanya dilakukan untuk menghilangkan kepenatan setelah melakukan aktifitas yang melelahkan.

(21)

9. Interaksi sosial adalah keadaan dimana seseorang melakukan hubungan saling berbalas respon dengan orang lain, dalam hal ini aktifitasnya sangat beragam mulai dari bercerita,bertukar fikiran, berjabat tangan, empathi dan simpati kepada orang lain.

Referensi

Dokumen terkait

Angiofibroma nasofaring juvenille adalah tumor jinak pembuluh darah di nasofaring yang secara histologik jinak namun secara klinis bersifat ganas, karena

Sistem pengambilan keputusan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode Electre (Elimination and Choice Translation Reality), yang diharapkan dapat

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X IPS menggunakan konsep matematika yaitu fungsi linier,

26-Jan Kerja bakti membersihkan dan mengatur ruang kelas Bimbel bersama murid Ke Pasar membeli bahan warung. 27-Jan Bekerja

layanan yang memadai memberikan nilai skor tertinggi dibandingkan indikator kemegahan hotel; Penilaian responden terhadap dimensi tanggungjawab sosial hotel pada masyarakat, dimana

Perbaikan metode kerja yang dilakukan adalah perbaikan postur punggung membungkuk, salah satu tangan berada diatas bahu, sikap berdiri dengan kedua kaki lurus sehingga

P.06/VI-Set/2009 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Lestari dan Verifikasi Kayu, telah menetapkan standard kriteria dan indikator penilaian

6.5 Sekiranya PdP secara atas talian dilaksanakan bagi kemasukan pelajar baharu, Universiti akan membuat bayaran balik yuran mengikut kadar pengurangan yang telah