• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN AYAH DALAM STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN AYAH DALAM STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN AYAH DALAM STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN

ANAK USIA PRASEKOLAH DI PAUD

Maulida Nurliza1 ; Sri Intan Rahayuningsih2 1

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

2

Bagian Keilmuan Keperawatan AnakFakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail : maulida.nurliza@gmail.com ; intan_274@yahoo.co.id

ABSTRAK

Orang tua merupakan peran utama dalam proses pemberian stimulasi pada anak, ayah merupakan bagian dari orang tua di mana peran ayah dan ibu dalam proses pemberian stimulasi adalah sama, anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi. Namun pada kenyataannya ibu yang berperan aktif dalam memberikan stimulasi terhadap perkembangan anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan peran ayah dalam stimulasi dengan perkembangan anak usia prasekolah di PAUD Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan desain cross sectional study. Populasi berjumlah 389 (anak usia prasekolah dan ayahnya), dan menggunakan teknik pengambilan sampel secara proporsional sampling dengan jumlah sampel 88 responden. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 4 sampai 8 Juni 2016 di beberapa PAUD Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh dan home visit. Alat pengumpulan data yaitu kuesioner, metode analisa data dilakukan dengan univariat dan bivariat (uji statistik Chi-square). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan peran ayah dalam stimulasi dengan perkembangan anak usia prasekolah di PAUD Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh (p-value 0,001). Diharapkan ayah bersama ibu bermain bersama anak untuk memberikan stimulasi motorik kasar, motorik halus, bahasa dan sosial.

Kata Kunci : Peran ayah, stimulasi, anak prasekolah

ABSTRACT

Parents have the main role in the process of stimulation of the child. The father is part of the parents in which the role of fathers and mothers in the process of the stimulation is equal. Children who get much directed stimulation will grow faster than those who are less or even not stimulated. However, in fact, it is the mothers who provide stimulation actively to the children development. This study aims at determining the correlation between the father's role in stimulation and the development of preschoolers at early childhood education on Syiah Kuala sub-district of Banda Aceh. This was descriptive correlative research with cross-sectional study design. The number of population was 389 (preschoolers and their fathers), and the sampling technique used was proportional sampling with 88 respondents. The data were collected on June 4 to 8, 2016 in several early childhood education on Syiah Kuala sub-district of Banda Aceh and home visit. The instrument of data collection was questionnaires, and the data were analyzed by using univariate and bivariate (statistical test Chi-square) method. The results showed that there is a correlation between the role of the father in the stimulation of the development of preschool children at early childhood education on Syiah Kuala sub-district of Banda Aceh (p-value 0.001). It is expected that the fathers and mothers play around with their children to stimulate rough motoric, soft motoric, language

(2)

PENDAHULUAN

Anak merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dan perkembangan anak terjadi sangat cepat dan bersifat fundamental bagi kehidupan berikutnya. Anak memiliki karakteristik tersendiri, anak sangat aktif, dinamis, antusias, dan hampir seluruh kehidupannya disertai rasa ingin tahu terhadap apa yang didengar atau dilihatnya, seolah-olah anak tidak berhenti belajar (Pieter, 2011, p.75).

Anak usia prasekolah dimulai sejak usia 3 sampai 6 tahun. Periode ini, anak sudah melalui proses perkembangan dimulai dari dapat bergerak sampai berdiri saat ini anak dicirikan dengan aktivitas yang tinggi, perkembangan fisik dan kepribadian serta perkembangan motorik berlangsung terus menerus (Wong, 2008, p.110).

Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, anak yang banyak mendapatkan stimulasi yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang atau bahkan tidak mendapat stimulasi (Soetjiningsih, 2002, p.136). Menstimulasi anak dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti stimulasi kemampuan gerak kasar, stimulasi kemampuan gerak halus, stimulasi kemampuan bicara dan bahasa serta stimulasi kemampuan sosialisasi dan kemandirian (Sulistyawati, 2014).

Dalam keluarga orang tua merupakan peran utama yang menginterpretasikan dunia dan masyarakat pada anak-anaknya (Friedman, 2010, p.4).Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya sangat

diperlukan terutama pada saat mereka masih berada di bawah usia lima tahun (balita) (Suherman, 2000, p.6). Peran ayah diyakini menjadi peran sekunder atau penyokong peran ibu (Friedman, 2010, p.303).

Beberapa penelitian mengatakan bahwa kontak ayah dengan anak memiliki efek menguntungkan pada anak termasuk nilai psikososial yang lebih tinggi, harga diri lebih besar, masalah perilaku lebih sedikit, dan hubungan dengan teman sebaya lebih baik (Amato & Rezac, 1994; Healy, Melley, & Stewart, 1990; Hetherington, 1993; Lund, 1987; Peterson & Zill, 1986 dalam Friedman, 2010, p.112).Anak yang diasuh oleh ayah cenderung lebih matang dan dapat bergaul, memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Ini berarti bahwa peran ayah sebagai teman bermain sangat penting (Dagun, 2002, p.155). penulisan ini bertujuan untuk melihat hubungan peran ayah dalam stimulasi dengan perkembangan anak usia prasekolah di PAUD Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.

METODE

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelatif, dengan desain cross sectional studymelalui angket dan observasi. Populasi dalam penelitian ini adalah ayah yang mempunyai anak usia prasekolah dan anak usia prasekolah pada 10 PAUD di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh yang berjumlah 389 ayah dan anak. Sampel dari penelitian ini adalah 88 ayah yang memiliki anak usia prasekolah dan 88 anak usia prasekolah di PAUD Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.

(3)

HASIL

Data Demografi Responden

Data demografi ayah

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Ayah No. Kategori f % 1. Umur : Dewasa awal Dewasa akhir Lansia awal 46 38 4 52,3 43,2 4,5 2. Tingkat Pendidikan Rendah Menengah Tinggi 2 18 68 2,3 20,5 77,3 3. Pekerjaan PNS Pegawai swasta Wiraswasta Petani Buruh 46 26 12 2 2 52,3 29,5 13,6 2,3 2,3 4. Pendapatan Rendah Tinggi 17 71 70,9 29,1 Total 88 100

Berdasarkan table 1 di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar usia ayah responden berada antara usia dewasa awal (26 - 35 tahun) yaitu 46 orang (52,3%). Sebagian besar tingkat pendidikan ayah responden adalah berpendidikan tinggi sebanyak 68 orang (77,3%), sebagian besar ayah responden PNS sebanyak 46 orang (52,3%), dan sebagian besar ayah responden berpenghasilan tinggi sebanyak 71 orang (80,7%).

Data demografi anak

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Demografi Anak Usia Prasekolah

No. Kategori f % 1. Umur : 36-48 bulan 48-60 bulan 24 26 27,3 29,5 3. Anak ke- 1 2 3 ≥ 4 dan seterusnya 41 28 14 5 46,6 31,8 15,9 5,7 4. Jam Pulang Sekolah

Reguler Half Day Full Day 72 13 3 81,8 14,8 3,4 Total 88 100

Berdasarkan tabel 2 di atas diketahui sebagian besar umur responden berada pada usia 60-72 bulan sejumlah 38 orang (43,2%), berdasarkan jenis kelamin diketahui hampir sama, dengan jumlah responden perempuan sejumlah 45 orang (51,1%). Sebagian besar anak berada pada urutan kelahiran kesatu sejumlah 41 orang (46,6%). Dan berdasarkan jam pulang sekolah sebagian besar adalah reguler (jam 11.00 WIB ) sejumlah 72 orang (81,8%).

Gambaran peran ayah di PAUD

Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh

Hasil penelitian menunjukkan peran ayah dalam stimulasi perkembangan di PAUD Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Peran Ayah dalam Stimulasi

No Kategori f %

1 Baik 74 84,1

2 Kurang Baik 14 15,9

Total 88 100

Berdasarkan tabel 3 peran ayah dalam stimulasi di PAUD Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh berada pada kategori baik dengan jumlah 74 (84,1%) responden.

Gambaran perkembangan anak di

PAUD

Kecamatan

Syiah

Kuala

(4)

Tabel 4.Distribusi Frekuensi Perkembangan Anak UsiaPrasekolah No Kategori f % 1 Sesuai 60 68,2 2 Meragukan 26 29,5 3 Kemungkinan ada penyimpangan 2 2,3 Total 88 100

Berdasarkan table 4 perkembangan anak usia prasekolah di PAUD Kecamatan

Syiah Kuala Banda Aceh berada pada kategori sesuai dengan jumlah 60 (68,2%) responden.

Analisa bivariat untuk hubungan peran ayah dalam stimulasi dengan perkembangan anak usia prasekolah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Hubungan Peran Ayah dalam timulasdengan PerkembanganAnak Usia Prasekolah

Peran ayah dalam menstimulasi

Perkembangan anak Total α P-Value Sesuai Meragukan/ penyimpangan f % f % f % Baik 56 75,7 18 24,3 74 100 0,05 0,001 Kurang baik 4 28,6 10 71,4 14 100 Total 60 68,2 28 31,8 88 100

Berdasarkan tabel 5, dari hasil uji chi square bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai Expected kurang dari 5, maka yang digunakan adalah Fisher Exact Test. wSehingga dapat diketahui bahwa ayah yang memiliki stimulasi baik maka memiliki perkembangan anak yang sesuai dengan kategori 56 responden (75,7%) sedangkan ayah dengan stimulasi kurang baik memiliki perkembangan anak cenderung meragukan/kemungkinan adanya penyimpangan.

Hasil uji statistik dengan Chi-Square pada  = 0,05 didapatkan nilai P-value 0,001, maka 0,001 ≤ 0,05 dapat dikatakan bahwa hipotesa null (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan peran ayah dalam menstimulasi dengan perkembangan anak usia prasekolah di PAUD Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.

PEMBAHASAN

Berdasarkan table5, dapat diketahui bahwa nilai P-value < dari  yaitu 0,001 < 0,05. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah

Ho ditolak yang artinya terdapat hubungan antara peran ayah dalam stimulasi dengan perkembangan anak usia prasekolah di PAUD Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh.

Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hall, Waard, Tooten, Hoffen, kamp, Vingerhoets & Bakel (2014) yang berjudul early human development yang berfokus pada hubungan antara ayah dan bayi, dalam studi ini disertakan 189 ayah serta bayi yang berusia 6 bulan dan 24 bulan, hasil tersebut menunjukkan bahwa peran ayah yang positif dan prilaku ayah yang interaktif akan berpengaruh pada perkembangan bayi.

Menurut penelitian Maharani, Orthorita Putri & Andayani, Budi yang berjudul hubungan antara dukungan sosial ayah dengan penyesuaian sosial pada remaja laki-laki (2003) penyesuaian sosial diuji menggunakan analisis product moment, sehingga menghasilkan korelasi koefisien 0,255; (P < 0,05, satu analisis ekor). Hasil ini menunjukkan bahwa

(5)

diterima dari ayah, semakin tinggi penyesuaian sosial pada anak, dukungan sosial dari ayah memberikan kontribusi 6,5% terhadap penyesuaian sosial.

Penelitian lain oleh Tovah, Klein, Alice, Pope & Erlene (2010) yang berjudul fathers’ perspectives on parenting a child with a craniofacial anormaly yang membahas masalah peran ayah dalam perkembangan positif dari anak-anak dengan CFA, menjelaskan bahwa ayah yang mendukung hubungan anak dengan mendorong anak untuk berkegiatan atau bermain dengan temannya akan memberikan dampak yang positif dengan perkembangan anak.

Dalam penelitian Pougnet, Serbin, Stack, & Schwartzman (2011) yang berjudul fathers’ influence on children’s cognitive and behavioural functioning: a longitudinal study of Canadian families penelitian ini menggambarkan tentang peran ayah dalam perkembangan anak dan hasil penelitian menunjukkan bahwa ayah yang perperan baik pada masa kecil anak akan berdampak positif terhadap perkembangan kognitif dan perilaku anak.

Data demografi ayah menunjukkan mayoritas ayah berusia antara 26-35 tahun atau masa dewasa awal sejumlah 46 responden (52,3%). Menurut Stolte (2003), prilaku masa dewasa awal antara lain mencari keterampilan baru tentang menjadi orangtua, ingin mengetahui kebutuhan pertumbuhan anak, juga memilih keterampilan sebagai orang tua berkaitan dengan kebutuhan sesuai usia anak. Keadaan ini sangat mendukung dalam proses pemberian stimulasi pada anak karena ayah yang memberikan stimulasi juga harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang stimulasi. Peran serta ayah dalam memberikan stimulasi akan

rekomendasi dari orang lain ketika membuat keputusan, mereka berkembang dan belajar dari diri sendiri atau pengalaman orang lain. Menurut Lestari (2012) menyatakan usia yang terlalu muda ataupun yang terlalu tua menyebabkan orang tidak dapat melaksanakan peran pengasuhan secara optimal.

Sesuai dengan data demografi, pendidikan ayah dominan pendidikan tinggi sejumlah 66 responden ayah (77,3%) Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningtyas, Kharisma & Wayanti (2016) yang berjudul faktor pendapatan dan pendidikan keluarga terhadap perkembangan motorik halus anak usia 3-4 tahun. Desain penelitian adalah cross sectional, menggunakan sampel jenuh. Data dikumpulkan menggunakan KPSP dan angket. Analisis data menggunakan tabulasi silang dilanjutkan uji Spearman rank dengan derajat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan, pendidikan terhadap perkembangan menunjukkan ρ value (0,019) < α = 0,05, maka Ho ditolak. Maka kesimpulannya adalah ada pengaruh pendidikan keluarga terhadap perkembangan motorik halus anak. Menurut asumsi peneliti, pendidikan berpengaruh terhadap proses pemberian stimulasi karena orang yang berpendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi sehingga akan mendukung proses pemberian stimulasi.

Dilihat dari jenis pekerjaan orang tua di PAUD Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, dominan pekerjaan ayah adalah pekerja formal (PNS) dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Agrina, Junaiti & Sri (2012) yang berjudul karakteristik orang tua dan lingkungan rumah mempengaruhi perkembangan balita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis

(6)

formal dan yang mempunyai balita yang perkembangannya tidak sesuai umur sebanyak 70,2%. Persentase tersebut lebih rendah daripada bapak yang bekerja informal (87,8%) yang memiliki anak dengan perkembangan yang tidak sesuai dengan umur. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada pengaruh secara bermakna antara pekerjaan bapak dengan perkembangan balita (p = 0,039; α = 0,05).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, secara umum dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan peran ayah dalam stimulasi dengan perkembangan anak usia prasekolah di PAUD Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh ( p-value 0, 001). Disarankan bagi Institusi Pendidikan Universitas Syiah Kuala untuk meneliti lebih lanjut tentang peran ayah yang mempengaruhi perkembangan anak, bagi Keperawatan Anak dan Komunitas untuk dapat memberikan informasi kepada masyarakat agar pihak orang tua dapat berperan baik dalam menstimulasi perkembangan anak, dan bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan rujukan penelitian selanjutnya mengenai sejauh mana peran ayah dalam stimulasi dengan perkembangan anak usia prasekolah dengan metode quasy eksperiment.

REFERENSI

Agrina, S.J & Haryati, T.S .(2012). Karakteristik orang tua dan lingkungan rumah mempengaruhi perkembangan balita diakses dari file:///C:/Users/perpustakaan/Down loads/31-61-2-PB.pdf

Dagun. (2002). Psikologi keluarga. Jakarta: PT Rineka Cipta

Friedman, M.M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori & praktik. Jakarta: EGC

Hall et.al .(2014). Early human development. Jurnal Science Direct. 90 (2014) 877-883

Kusumaningtyas, K & Wayanti, S (2016). Faktor pendapatan dan pendidikan keluarga terhadap perkembangan motorik halus anak usia 3-4 tahun

diakses dari

file:///C:/Users/perpustakaan/Down loads/13-36-1-PB.pdf

Lestari (2012) Hubungan peran orang tua dengan pencapaian perkembangan kognitif pada anak pra sekolah di desa sumber karang dlanggu mojokerto. Diakses dari

http://ejournal.stikes- ppni.ac.id/index.php/keperawatan-bina-sehat/article/view/226

Maharani, O.P. & Andayani, B (2003) hubungan antara dukungan sosial ayah dengan penyesuaian sosial pada remaja laki-laki. Jurnal Psikologi (1) 23-35

Pieter, H.Z., Janiwarti, B & Saragih, M. (2011). Pengantar psikopatologi untuk keperawatan. Jakarta: Kencana

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses & praktik. Jakarta: EGC

_____________________ . (2010). Fundamental keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Soetjiningsih. (2002). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC

Stolte, K. M. (2003). Diagnosa keperawatan sejahtera. Jakarta: EGC

Suherman. (2000). Buku saku perkembangan anak. Jakarta EGC Sulistyawati. (2014). Deteksi tumbuh kembang anak. Jakarta: Salemba Medika Tovah, et.al (2010) Fathers’ perspectives

on parenting a child with a craniofacial

Anormaly.http://www.sciencedirect .com/science/article/pii/S08915245 09002430

Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson,

D.,Winkelstein,

M.L.,

&

Schwartz., p. (2008). Buku ajar

keperawatan pedriatik. Jakarta:

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu tentang stimulasi dini dengan perkembangan motorik anak usia 6 –

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara perkembangan regulasi emosi anak dengan peran keterlibatan ayah dalam pengasuhan.Hal ini didukung dengan penelitian

Pengujian hipotesis penelitian terkait Analisis stimulasi pendidikan anak usia dini dengan intelegensi quotient pada anak usia prasekolah dilakukan menggunakan uji

PERBANDINGAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH BERDASARKAN POLA ASUH ORANG TUA DALAM STIMULASI TUMBUH KEMBANG.. DI TK ABA DADAPAN SIDOAGUNG GODEAN

Demikian sehingga diketahui bahwa pemberian terapi permainan peran sandiwara bermain boneka mampu meningkatkan perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah di

Pemberian stimulasi berhubungan dengan nilai perkembangan, pada kategori stimulasi tinggi tidak dijumpai anak dengan kategori perkembangan yang lambat sehingga diperlukan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat BBLR dengan perkembangan anak prasekolah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian stimulasi permainan konstruktif lego terhadap perkembangan kognitif dan anak prasekolah usia 5 sampai 6