• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN STIMULASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH USIA (3-5 TAHUN) DI PAUD AL- MUBARAQAH AMPANG KECAMATAN KURANJI TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN STIMULASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH USIA (3-5 TAHUN) DI PAUD AL- MUBARAQAH AMPANG KECAMATAN KURANJI TAHUN 2011"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STIMULASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK PRASEKOLAH USIA (3-5 TAHUN) DI PAUD AL-MUBARAQAH AMPANG KECAMATAN KURANJI TAHUN 2011

Etri Yanti*, Nova Fridalni**, Marsya Delsi Neta ABSTRAK

Perkembangan motorik halus merupakan kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Banyak yang mempengaruhi proses perkembangan motorik halus anak, salah satunya adalah stimulasi orang tua atau khususnya pengetahuan ibu terhadap proses perkembangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stimulasi terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah usia (3-5 Tahun) di Paud Al-Mubaraqah Ampang Kecamatan Kuranji Tahun 2011.

Penelitian ini bersifat deskripstif analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada tanggal 28 - 30 Maret 2011. Populasi penelitian ini adalah seluruh orang tua anak dan anak Prasekolah Usia (3-5 tahun) di Paud Al Mubaraqah Ampang Kecamatan Kuranji Tahun 2011 yang berjumlah 30 orang dengan teknik total sampling.

Hasil penelitian ini didapat data bahwa stimulasi baik yang kemampuan motorik halus normal adalah sebanyak 89,5% , dan 90,9% memiliki kemampuan motorik halus normal. Dari hasil analisis statistik chi square diperoleh p=0,000 (p<0,05), hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara stimulasi terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah usia (3-5 tahun) di Paud Al Mubaraqah Ampang Kecamatan Kuranji tahun 2011.

Disarankan kepada orang tua yang memiliki anak usia prasekolah untuk dapat lebih memperhatikan perkembangan anak. Serta institusi yang terkait agar dapat memberikan tambahan informasi kepada tenaga pengajar dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak.

Kata kunci : Stimulasi, Perkembangan motorik halus

Alamat Korespondensi Etri Yanti*

Nova Fridalni**

Dosen STIKES MERCUBAKTIJAYA Padang STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan adalah perubahan psikologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik pada diri anak, yang di tunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju kedewasaan. Perawatan dan pendidikan merupakan rangsangan dari lingkungan yang banyak berpengaruh dalam kehidupan anak menuju kedewasaan. Sumber rangsangan tersebut terhadap wawasan. Sumber rangsanan tersebut terdapat di lingkungan hidup dimana orang tua merupakan faktor pertama – tama yang bertanggung jawab dalam mengatur, mengkoordinasi rangsangan – rangsangan tersebut (Suherman, 2000).

Perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada anak dilihat dari berbagai aspek, antara lain misalnya pada aspek fisik (motorik). Perkembangan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinasi antara susunan saraf, otot dan spinal cord (Feiby, 2004).

Dalam perkembangan anak terdapat masa kritis, dimana perlu rangsangan atau stimulasi yang berguna agar potensi berkembang, sehingga perlu mendapat perhatian. Periode penting dalam perkembangan anak dalam masa balita, karena pada masa ini merupkan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya . Pada masa balita ini perkembangan mampu berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial dan emosional intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar – dasar kepribadian juga di bentuk pada masa ini. Bahkan di katakana bahwa “ the child is the father of man “. Sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sikecil apapun apabila tidak terdeteksi dan tidak tertangani

dengan baik, akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak kemudian hari. Oleh karena itu, fungsi keluarga sangat penting sehingga dalam perkembangan seorang sangat memerlukan perhatian terutama ibu orang yang terdekat dengan anak (Soetjiningsih, 1995).

Menurut WHO, 5-25 % dari anak-anak usia prasekolah menderita disfungsi otak minor, termasuk gangguan perkembangan motorik halus. Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih, misalnya: kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis, dan sebagainya. Perkembangan motorik halus ini dapat dicapai dengan latihan, misalnya dengan latihan menulis, mencoret, atau meremas– remas lilin. Akan tetapi, sebelum sistem motorik dan otot berkembang dengan baik, upaya untuk mengajarkan gerakan terampil bagi anak akan sia-sia. Pelatihan seperti itu mungkin menghasilkan beberapa keuntungan sementara, tetapi dengan jangka panjang pengaruhnya tidak akan berarti. Gangguan pada perkembangan motorik halus biasanya menyebabkan anak–anak mengalami kesulitan belajar. Perkembangan motorik halus anak ini dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi: genetik, motivasi untuk berlatih, kesehatan, gizi, dan kesempatan berlatih, dan aktoreksternal yang meliputi: pengetahuan orang tua, pendidikan orang tua, sikaporang tua, keluarga, sosial ekonomi, sosial budaya, lingkungan, petugas kesehatan, dan pola asuh (Fathoni Nur, 2008).

Gangguan motorik pada usia prasekolah diperkirakan dari 5-3% dan sebanyak 60% dari kasus yang di temukan terjadi secara spontan pada umur di bawah 5 tahun. Gangguan dalam perkembangan

(3)

motorik menyebabkan hambatan dalam proses belajar di sekolah, yang menimbulkan berbagai macam tingkah laku yaitu malas menulis, minat belajar berkurang, kepribadian anak ikut terpengaruhi misalnya anak merasa rendah diri,peragu dan sering waswas menghadapi lingkungan ( Ida Nurlita D. 2010).

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian tersebut berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan masa yang ada pada waktu lahir. Sebelum perkembangan tersebut terjadi, anak akan tetap tidak berdaya. Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah normal umur anak.

Akibatnya, pada umur tertentu anak belum bisa melakukan tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok umurnya. Bahayanya penyebab terlambatnya perkembangan motorik, sebagian dapat dikendalikan dan sebagian lagi tidak. Kurangnya stimulasi terjadi terlambatnya motorik kasar yang disebabkan gangguan organis di otak yang berupa dispraxia adalah gangguan di pusat-pusat tertentu yang mengalami kesulitan meski sudah terlatih (Tedjasaputra, 2003) Keterlambatan tersebut juga sering disebabkan oleh kurangnya kesempatan

anak untuk mempelajari ketrampilan motorik, perlindungan orang tua yang berlebihan atau kurangnya motivasi anak untuk mempelajarinya dan kurangnya

stimulasi (Hurlock, 2000).

Tahapan perkembangan motorik halus pada masing–masing anak berbeda, anak tidak bisa dapat menulis tetapi bisa dapat membaca. Menurut Freud dalam kepuasan anak pada usia prasekolah terletak pada ransangan otoerotis, yaitu meraba–raba

merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogenya dan timbul rasa ingin tahu mengenai perbedaan yang terdapat pada lawan jenisnya. Selain itu anak laki–laki cenderung menyukai ibu dari pada ayahnya, demikian juga sebaliknya perempuan cenderung menyukai ayahnya (Wong 2000). Menurut Erikson dalam Wong (2000) anak usia prasekolah belajar mengendalikan dieri dan memanipulasi lingkungan, rasa inisiatif mulai menguasai anak, anak menuntuk melakukan tugas tertentu, misalnya merapikan tempat tidur, merapikan mainannya.

Menurut hasil penelitian Ariyana (2008) Pada perkembangan motorik halus anak usia 4-5 tahun, motorik halus anak yang normal 75,4% dan perkembangan motorik halus anak yang abnormal 24,6%. Perkembangan anak yang abnormal karena disebabkan oleh faktor lingkungan pengasuhan, status gizi, status kesehatan, stimulasi, dan budaya ( Hidayat, 2008).

Dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan DDST secara efektif 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang mengalami keterlambangan perkembangan (Soetjiningsih, 1998). Laporan dari Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2009 jumlah anak balita dan prasekolah yang mengalami tumbang terbanyak adalah di daerah lubuk begalung terdapat 60 anak balita yang mengalami kelainan tumbang (Dinas Kesehatan Profinsi Sumatra Barat 2007).

Tujuan tindakan memberikan stimulasi pada anak adalah untuk membantu anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal atau sesuai dengan yang di harapkan. Tindakan ini meliputi berbagai aktivitas untuk merangsang perkembangan anak, seperti latihan gerak, bicara, berfikir, kemandirian dan sosilisasi. Stimulasi di lakukan oleh orang tua (keluarga) setiap ada

(4)

kesempatan atau sehari–hari. Stimulasi di sesuaikan dengan umur dan prinsip stimulasi (Suherman 2000)

Tindakan pemberian stimulasi di lakukan dengan prinsip bahwa stimulasi merupakan ungkapan rasa kasih dan sayang, bermain dengan anak, berbahagia bersama: stimulasi di lakukan bertahap dan berkelanjutan, dan mencakup empat bidang kemampuan berkembang: stimulasi dimulai dari tahap yang sudah di capai oleh anak: stimulasi di lakukan dengan wajar. Tanpa paksaan atau hukuman atau marah bila anak tidak dapat melakukannya: stimulasi di lengkapi dengan alat bantu sederhana dan mudah di pakai, misalnya mainan yang di buat sendiri dari bahan bekas, alat yang ada di rumah atau benda yang terdapat di lingkungan sekitarny (Suherman 2000)

Dari survey awal yang peneliti lakukan di Paud Al Mubarakah Ampang tanggal 22-23 November 2010 di dapatkan dari 10 anak yang ada di Paud Al Mubarakah Ampang 6 diantaranya mengalami gangguan motorik halus yaitu menulis, menggambar, dan menyusun balok. Berdasarkan data di antas maka peneliti tertarik untuk meneliti judul hubungan stimulsi terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah usia (3-5) tahun di Paud Al Mubarakah Ampang Kecamatan Kuranji tahun 2010.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik yaitu melihat hubungan antara stimulasi dan perkembangan anak prasekolah usia (3-5) di Paud “Al Mubaraqah” Ampang Kecamatan Kuranji Tahun 2011 dengan pendekatan cross sectional. Di dalam cross sectional ini peneliti dalam pengumpulan data tentang stimulasi dan perkembangan tersebut di ambil dalam waktu bersamaan pada anak

prasekolah usia (3-5) di Paud “Al Mubaraqah” Ampang Kecamatan Kuranji Tahun 2011.

Penelitian ini telah di laksanakan di Paud “Al Mubaraqah” Ampang Kecamatan Kuranji pada tanggal 28 – 30 Maret 2011

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua anak dan anak yang berada di Paud Al Mubaraqah Ampang Kecamatan Kuranji yang birusia 3-5 tahun, dengan jumlah populasi 30 orang anak dan 30 orang tuanya.

Sampel dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria anak yang berusia 3-5 tahun di Paud Ampang. Pengambilan sampel di lakukan secara total Sampling, yaitu semua populasi dijadikan sampel. Sampel yang memenuhi kriteria sebagai berikut.

Kriteria sampel yang di ambil : 1) Kriteria sampel anak:

a. Anak yang berusia 3-5 tahun di Paud Ampang.

b. Bersedia untuk menjadi responden dalam penetian ini

c. Responden dalam keadaan sehat. 2) Kriteria sampel orang tua:

a. Orang tua (ibu) yang mengantarkan anak ke sekolah

b. Bersedia untuk menjadi responden dalam penetian ini

c. Responden dalam keadaan sehat. Jumlah yang sesuai dengan kriteria di atas di dapatkan 30 orang responden.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik total sampling, dimana seluruh populasi di jadikan sebagai sampel yang berjumlah 30 orang. penelitian ini menggunakan format DDST , karena dalam format DDST pengelompokan data sudah sesuai dengan perkembangan anak tersebut.

(5)

Dalam melakuksan penelitian cara pengumpulan data adalash dengan mengumpulkan anak dipaud Al Mubaraqah ampang, pada hari pertama anak yang terkumpul adalah 9 orang karena pada saat penelitian cuaca tidak baik. Di hari pertama 1 orang anak di ulang dalam melakukan observasi karena anak tersebut dalam keadaan tidak baik. Pada hari kedua terkumpul 21 dan 2 orang anak harus mengulang kembali di lakukan observasi, karena anak tersebut dalam kondisi yang tidak baik.

Hari selanjutnya ke 3 anak di ulang kembali di lakukan observasi, dan anak tersebut mau untuk di lakukan observasi. Selain melakukan observasi pada anak prasekolah peneliti juga menyebarkan kuisioner kepada orang tua anak, dan orang tua anak mengisi kuesioner pada saat har itu juga. Bagi orang tua murid yang tidak dating pada hari pertama di berikan kuesioner pada hari selanjutnya.

Instrument yang di gunakan dalam penelitian ini adalah format DDST melihat kemampuan motorik halus dan Kuesioner stimulasi yang di berikan orang tua kepada anaknya. Kuesioner yang di sebarkan kepada orang tua murid di Paud Al Mubaraqah Ampang Kecamatan Kuranji tahun 2011.

Pengumpulan data dengan menggunakan daftar check list data di kumpulkan dari orang tua atau wali anak dan observasi yang di lakukan peneliti pada anak yang berusia 3 – 5 tahun.

Ada pun langkah-langkah pengambilan data adalah sebagai berikut: a. Penjelaskan tentang penelitian dan tujuan

penelitian kepada responden

b. Setelah responden memahami tentang tujuan penelitian maka responden diminta untuk menanda tangani informed consent

c. Mulai memberikan daftar check list. d. Setelah data terkumpul kemudian di olah

dan di analisa

Pengolahan data mengunakan langkah-langkah yaitu pemeriksaan data, pengkodean, memasukkan data ke dalam master table, membersihkan data dari kesalahan dan mengelompokkan data dalam bentuk tabel.

Data yang sudah di edit diolah dan dianalisa secara komputerisasi. Adapun analisa yang dilakukan adalah dengan cara:

1. Analisa Univariat

Dilakukan untuk mendistribusi variabel dependen dengan variabel independen, salah variabel di kategorikan dan dipersentasekan untuk menggambarkan masing-masing variabel. Variabel dependen yang terdiri dari perkembangan motorik halus, danvariabel independen yang terdiri dari stimulasi. Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2005). Analisis bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Square. Analisa dilakukan secara komputerisasi. Nilai X2 dilihat pada persen Chi Square. Kemaknaan hubungan dapat dilihat dari nilai p. Bila p < α (0,05) maka disimpulkan ada hubungan, Ho ditolak. Sebaliknya bila p > α (0,05) maka disimpulkan tidak ada hubungan stimulasi terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah usia (3-5) tahun, Ho diterima

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di PAUD Al-Mubaroqah Ampang Kecamatan Kuranji

(6)

Tahun 2011 pada tanggal 28 - 30 Maret 2011 dengan jumlah sampel 30 orang tua dan anak prasekolah yang di lakukan oleh peneliti dengan cara observasi dan menyebarkan kuesioner. Pada saat melakukan penelitian peneliti dibantu oleh 5 orang teman yang telah disamakan persepsi tentang cara mengobservasi anak prasekolah dengan mengunakan DDST.

Data yang dikumpulkan pada saat penelitian di isi oleh orang tua responden yang mencakup nama, anak ke, tanggal lahir, jenis kelamin, nama orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan alamat. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisa univariat yaitu stimulasi dan motorik halus, dan analisa bivariat yaitu Hubungan Stimulasi Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah Usia (3-5 tahun) di Paud Al Mubaraqah Ampang Kecamatan Kuranji Tahun 2011. akan dibahas dengan menggunakan tabel distrbusi frekuensi sebagai berikut:

1. Stimulasi

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Stimulasi yang di Berikan Orang Tua pada Anak Prasekolah Usia (3-5 Tahun) di PAUD Al-Mubaroqah Ampang Kecamatan Kuranji Tahun 2011 No Stimulasi f % 1 2 Baik Tidak Baik 19 11 63.3 36.7 Jumlah 30 100

Dari tabel 5.1 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separoh responden (63,5%) mempunyai stimulasi yang baik sebanyak di PAUD

Al-Mubaroqah Ampang Kecamatan Kuaranji Tahun 2011.

Pemberian stimulasi akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Adanya stimulasi pada anak akan membantu perkembangan motorik halus pada anak, anak dengan pemberian stimulasi yang baik akan membantu perkembangan motorik halus anak.

Menurut analisa peneliti anak-anak yang berusia 3-5 tahun di PAUD Al-Mubaroqah Ampang Kecamatan Kuranji orang tua memberikan stimulasi yang baik kepada anaknya, sehingga nantinya akan membantu dalam perkembangan motorik halus anak.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Anwar (2002) peran keluarga atau orang tua dalam mengasuh anak berpengaruh terhadap perkembangan anak. Menurut Soetjiningsih (1995) menyatakan bahwa stimulasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan anak karena anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah akan berkembang lebih cepat dan baik dibanding dengan anak yang kurang atau sama sekali tidak mendapatkan stimulasi.

Kemampuan dasar anak yang dirangsang dengan stimulasi terarah adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bicara dan bahasa serta kemampuan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap (Supartini: 2002)

Stimulasi juga dapat berupa kehangatan dan cinta tulus yang diberikan orang tua. Selain itu, orang tua dapat memberikan pengalaman langsung dengan menggunakan panca inderanya (penglihatan, pendengaran, perasa, peraba, dan penciuman). Interaksi anak dan orang tua melalui sentuhan, pelukan, senyuman, nyanyian, dan mendengarkan dengan penuh perhatian juga merupakan bentuk stimulasi secara dini (Dinas Kesehatan : 2007)

(7)

Dapat dikatakan bahwa usia 3-5 tahun adalah masa keemasan pada anak, selain di tandai dengan munculnya masa peka terhadap sejumlah aspek perkembangan, masa ini di tandai dengan berbagai bentuk kreativitas dalam bermain yang muncul dari daya imajinasi anak. Pemberian stimulasi yang sesuai dengan perkembangan anak akan menjadikan mereka lebih matang baik secara fisik maupun psikis (Sujiono: 2004)

2. Motorik Halus

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah Usia (3-5 Tahun) di PAUD Al-Mubaroqah Ampang Kecamatan Kuranji Tahun 2011 No Motorik Halus f % 1 2 Normal Abnormal 18 12 60,0 40,0 Jumlah 30 100

Dari tabel 5.2 di atas menunjukkan bahwa lebih dari separoh responden (60,0%) mempunyai kemampuan motorik halus normal.

Motorik halus akan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang memiliki motorik halus yang normal maka dalam melakukan suatu pekerjaan pekerjaan atau instruksi yang disuruh akan lebih cepat mengerjakannya dibandingkan anak yang memiliki motorik halus yang abnormal membutuhkan waktu yang lebih lama atau sama sekali tidak dapat menyelesaikan pekerjaan atau instruksi yang disuruh

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuhtertentu, yang

dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih (Arfan,2008). Keterampilan motorik halus melibatkan gerakan yang diatur secara halus. Gangguan pada perkembangan motorik halus biasanya menyebabkan anak-anak mengalami kesulitan belajar (Santrock, 2007). Adapun perkembangan motorik halus pada masa prasekolah, yaitu mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jarijari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek kedalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, serta membuat coretan di atas kertas (Wong, 2000).

Menurut analisa dari hasil observasi yang peneliti yang lakukan pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Mubaroqah Ampang Kecamatan Kuranji sebagian besar mereka sudah bias mengikuti dan membuat gambar kotak, mengambar bagian tubuh manusia dan memilih garis yang lebih panjan

Menurut Anymous (2007) perkembangan motorik berarti kemampuan seorang anak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian gerak dan memusatkan perhatian, semakin muda usia anak semakin lama waktu yang dibutuhkan berkonsentrasi pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan sebagian otot kecil untuk melakukan kegiatan seperti mengunting, mengambar, pencapaian kemampuan motorik halus anak mulai tampak pada usia 2-5 tahun.

(8)

3. Hubungan Stimulasi Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah Usia (3-5 tahun)

Tabel 3 Hubungan Stimulasi Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah Usia (3-5 tahun) di Paud Al Mubaraqah Ampang Kecamatan Kuranji Tahun 2011 N o Stimulas i Kemampuan Motorik Halus Jumlah Normal Abnormal f % f % f % 1 2 Baik Tidak Baik 1 7 1 89. 5 9.1 2 10 10. 5 90. 9 1 9 1 1 63, 3 36, 7 Jumlah 1 8 12 3 0 100 p value = 0,00 Dari tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa dari 19 responden yang stimulasi baik yang kemampuan motorik halus normal adalah sebanyak 17 (89,5%) responden dan kemampuan motorik halus abnormal sebanyak 2 ( 10,5%) responden, dari 11 (36,7%) responden yang memiliki stimulasi tidak baik terdapat 10 (90,9%) responden memiliki kemampuan motorik halus abnormal dan 1 (9,1%) kemampuan motorik halus normal.

Dari hasil analisis statistik chi square diperoleh p=0,000 (p<0,05), hal ini menunjukkan terdapat hubungan antara stimulasi terhadap perkembangan motorik halus anak prasekolah usia (3-5 tahun) di Paud Al Mubaraqah Ampang Kecamatan Kuranji tahun 2011

Menurut analisa peneliti, stimulasi baik yang diberikan orang tua kepada anaknya akan berpengaruh pada

perkembangan motorik halus anak. Anak yang stimulasi baik maka tumbuh kembangnya akan semakin cepat begitu juga dengan perkembangan motorik halus anak.

Perkembangan motorik halus merupakan kemampuan anak dalam melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Pada usia 3 tahun, anak telah memiliki kemampuan untuk mengambil objek terkecil diantara ibu jari dan telunjuk untuk beberapa waktu tetapi mereka masih canggung melakukannya (Santrock, 2007).

Pada usia 4 tahun,koordinasi motorik anak lebih tepat. Anak sudah bisa menggunting dengan lancar, sudah bisa menggambar kotak, menggambar garis vertikal maupun horizontal, belajar membuka dan memasang kancing baju.

Pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak semakin meningkat. Anak sudah bisa menulis dengan angka-angka, menulis dengan huruf, menulis dengan kata-kata, belajar menulis nama, belajar mengikat tali sepatu (Riyadi dan kirman, 2009).

Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak, termasuk perhatian dan kasih sayang dari orang tua. Peran orang tua mempengaruhi perkembangan motorik anak. Orang tua yang memberikan stimulasi dini maka kemampuan motorik anak berkembang dengan baik. Sedangkan orang tua yang sibuk bekerja mempunyai waktu yang sedikit untuk menstimulasi anak berkembang secara optimal.

Para peneliti telah menggunakan alat Magnetic Resonance Imaging (MRI) scan untuk mengetahui, mengukur dan membandingkan bagaimana perubahan dan pertumbuhan otak anak usia 6 tahun yang diberikan stimulasi yang memadai dengan otak anak yang kurang diberikan

(9)

stimulasi yang memadai. Hasil MRI tersebut menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan yang pesat pada area otak yang mengatur dalam mempelajari perilaku baru dan kemampuan ketrampilan baru pada usia anak 3 - 6 tahun. Ini menunjukkan betapa pentingnya melakukan stimulasi untuk mendorong pemikiran yang kompleks dengan caram emperkenalkan permainan dan ketrampilan baru pada anak usia 3 - 6 tahun (Wijaya Muliad Awi 2010)

Teori yang menjelaskan secara detail tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan Thelen & whiteneyerr. Teori tersebut mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak.

Teori tersebut pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu, mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan system syaraf,

kemampuan fisik yang

memungkinkannya untuk bergerak, keinginan anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung pemerolehan kemampuan motorik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan pada anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Mubaroqah Ampang Kecamatan Kuranji dapat disimpulkan.

1. Sebagian besar 63.3% anak usia 3-5 tahun di PAUD Al-Mubaroqah Ampang Kecamatan

Kuranji Padang tahun 2011 memiliki stimulasi yang baik. 2. Sebagian besar 60.0% anak usia

3-5 tahun di PAUD Al-Mubaroqah Ampang Kecamatan Kuranji Padang tahun 2011 memiliki perkembangan motorik halus yang normal.

3. Terdapat hubungan stimulasi terhadap perkembangan motorik halus anak usia prasekolah di PAUD Al-Mubaroqah Ampang Kecamatan Kuranji Padang Tahun 2011, dimana semakin baik stimulasi seorang anak maka akan semakin normal perkembangan motorik halus seorang anak. Saran yang dapat diberikan adalah: 1. Bagi orang tua murid

Agar dapat memahami dan mengaplikasikan tentang cara meningkatkan kemampuan motorik halus anak sesuai dengan usianya melalui stimulasi dari orang tua.

2. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan atau informasi untuk meningkatkan pola asuh dengan stimulasi yang adekuat juga untuk meningkatkan perkembangan anak, terutama bagi tenaga kesehatan dan profesi keperawatan anak khususnya mengenai Hubungan Stimulasi Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Prasekolah Usia (3-5 tahun)

3. Bagi Institusi Terkait

Diharapkan bagi tenaga pengajar dapat meningkatkan stimulasi pada anak - anak dan meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Agar tenaga pengajar dapat memberikan masukan kepada orang tua anak agar dapat memahami dan mengaplikasikan tentang cara meningkatkan kemampuan motorik halus

(10)

anak sesuai dengan usianya melalui stimulasi dari orang tua.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hendaknya bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dan bahan informasi yang bermanfaat, serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor – faktor lain yang berhubungan dengan stimulasi dengan perkembangan motorik bagi anak.

DAFTAR PUSTAKA

Alimun Aziz. (2007). Metedologi Dalam Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika

Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Dinas kesehatan Provinsi Sumatera barat, 2007.Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Dasar: Padang. Fathoni Nur (2008). Pengaruh Faktor

Eksternal Terhadap Perkembangan Motorik Halus Aanak Usia 4-5 Tahun Di TK Bayangkari Kecamatan Wonosari KabupatenBondowoso.(online),(htt p://digilib.unej.ac.id/gdl42/gdl.php? mod=browse&op=read&id=gdlhub -gdl-grey-2008-rahadianay-1425), 6 oktober 2010.

Hirmaningsih, 2010. Motorik Halus. (http://bintangbangsaku.com/artikel /2010/12/ motorik-halus.html.). 10 Desember 2010

Hurlock, Elizabeth B edisi 5 (1999), Perkembangan Anak, Erlangga, Jakarta

Markum. (1999). Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo, (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nurlida, Ida, 2010. Faktor Resiko Gangguan motorik Pada Anak (online) (http://ww.google.com/.html), 7 januari 2011

Santrock, John. (2007). Perkembangan anak. Jilid I.

Edisi ke-11. Jakarta: Erlangga. Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang

Anak. Jakart.EGC

Suherman, (2009).Buku Saku Perkembangan Anak. Jakata : EGC.2000

Sujiono Bambang.dkk. (2005). Menu Pembelajaran anak usia Dini. Jakarta : Yayasan Citra Pendidikan Indonesia.

Wijaya, Muliadi. (2010).Pentingnya Stimulasi pada anak Usia Dini (AUD). (online),(http://www.infodokterku.c om/index.php?option=com_content &view=article&id=91:pentingbya- stimulasi-anak-usia-dini- aud&catid=36:yang-perlu-anda-ketahui&Itemid=28), 3 november 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, melalui penerapan strategi Active Learning tipe Everyone is A Teacher Here dalam proses belajar mengajar diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, pertama, tingkat kecerdasan emosi dalam pembelajaran bahasa Arab di MTs N Bantul Kota. Kedua, mengetahui aspek- aspek

Sektor limbah menyumbang sekitar 11% emisi gas rumah kaca (GRK) yang merupakan sumber emisi GRK keempat terbesar di Indonesia. Indonesia telah berjanji untuk menurunkan

kepada anak tersebut. Berdasarkan hasil wawancara bapak “WD” mendidik anak dengan kebebasan, dimana anak bebas melakukan apapun tanpa batasan dari orang tua, dimana semua

Influence of extractive solvents on lipid and fatty acids content of edible freshwater algal and seaweed products, the green microalga Chlorella kessleri and the cyanobacterium

Kader posyandu lansia berkunjung ke rumah lansia yang tidak hadir dalam kegiatan posyandu lansia untuk memantau keadaan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga.. Tesis Wayang Topeng

PBR dapat dengan cepat dan mudah untuk mendeteksi apabila terjadi keragaman yang diluar batas toleransi pada proses produksi mereka, untuk itu perlu dirancang suatu aplikasi