• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siska Marina Damanik 1, Evawany Y. Aritonang 2, Ernawati Nasution 2.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Siska Marina Damanik 1, Evawany Y. Aritonang 2, Ernawati Nasution 2."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA KONSUMSI PANGAN DENGAN TINGKAT KOLESTEROL DARAH TOTAL PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANWIL

DIREKTORAT JENDRAL PERBENDAHARAAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KOTA MEDAN TAHUN 2013

Siska Marina Damanik1, Evawany Y. Aritonang2, Ernawati Nasution2 1

Alumni Mahasiswa Program Sarjana Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU 2

Staf Pengajar Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM USU Email : siskaborudamanik@yahoo.com

ABSTRACT

Currently, Indonesia is facing double nutritional problems, namely lack of nutrition and over nutrition. Over nutrition is considered as the early signal of the coming of degeneratif disease such as Coronary Heart Disease. The attempt efforts to overcome and to prevent Coronary Heart Disease is by regulating food consumption pattern especially by controlling the fat supplied by the food consumed.

The purpose of this study was to find out the between the food consumption patternand the level of total blood cholesterol in Civil Servants in the regional Office of Directorate General of Treasury, the Province of Sumatera Utara, Medan with cross-sectional design.

The primary data for this study were obtained by distributing questionaires containing food consumption, characteristic, total blood cholesterol, measurement of Civil Servants. The secondary data were obtained from general description of the regional Office of Directorate General of Treasury, the Province of Sumatera Utara, Medan. The correlation between the food consumption pattern and the level of cholesterol was descriptively analyzed through Exact-Fisher statistic test at α = 0.05.

The result of this study showed that most of the Civil servants often consumed aminal food (1-3 times a week) such as eggs, chicken, beef/mutton, ampele, shrimp/squid/crab and other food containing fat such as fried and coconut-milk contained food. The average total blood cholesterol was 120.8 mg/dl, most of the energy consumed by the Civil Servants was good (80%) and there was no correlation between energy consumption and the level of total blood cholesterol (p=0.768). fat energy consumption was higher (75%), therefore, there was a significant correlation between fat energy consumption and the level of total blood cholesterol (p=0.001), between saturated fatty acid intake and the level of blood cholesterol (p=0.002), and between unsaturated fatty acid intake and the level of total blood cholesterol (p=0.001).

The Civil Servants are suggested to control their consumption pattern by reducing to consumed fat and controling the frequncy or eating fat and cholesterol containing food.

(2)

Pendahuluan

Perubahan pola makan dan aktifitas

fisik berakibat semakin banyaknya penduduk golongan tertentu mengalami masalah gizi lebih. Pola makan yang berlebih dan kurangnya aktifitas berolahraga dapat menyebabkan tidak adanya metabolisme tubuh sehingga akan menyebabkan gizi lebih. Gizi lebih

dianggap penting karena dapat

menimbulkan penyakit tidak menular yang saat ini banyak terjadi di Indonesia. Masalah gizi lebih muncul pada awal tahun 1990-an. Salah satu bentuk gizi lebih adalah kegemukan dan obesitas (Santoso, 2004).

Menurut Kodyat (1990), obesitas cenderung meningkat pada populasi dewasa. Sekitar 80-90% kasus obesitas diperkirakan ditemukan pada rentang usia dewasa. Kelompok usia 40-55 tahun merupakan kelompok paling rawan terhadap kejadian obesitas. Obesitas sangat

erat hubungannya dengan

hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia adalah kolesterol yang tinggi di dalam darah, ini dapat memberikan dampak penyumbatan pembuluh darah dan jantung. Obesitas sering dianggap sebagai sinyal awal munculnya keluhan penyakit-penyakit degeneratif.

Hingga saat ini penyakit degeneratif telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia. Hampir 17 juta orang meninggal lebih awal setiap tahun akibat epidemi global penyakit degeneratif (WHO, 2002). Penyakit degeneratif mencakup penyakit diabetes mellitus, kanker, stroke, hipertensi, penyakit kardiovaskuler dan lain-lain. Penyakit degeneratif sangat dipengaruhi oleh pola konsumsi pangan. Salah satu penyakit degeneratif yang dapat terjadi akibat konsumsi pangan yang berlebih adalah penyakit jantung koroner. (Anwar, 2004).

Menurut data WHO (2002), jumlah individu yang meninggal akibat penyakit jantung koroner adalah sebanyak 5.825.000 untuk umur 60 tahun ke atas dan 1.332.000 untuk umur 15-59 tahun.

Di Indonesia pada tahun 2002, penyakit jantung merupakan penyebab kematian pertama, dengan angka mortalitas 14%. Dan prevalensi penyakit janutng di Sumatera Utara pada tahun 2007 sebesar 7%. Ini merupakan prevalensi presentase tertinggi diantara beberapa penyakit degeneratif lainnya (Rikerdas, 2007).

Faktor risiko pada PJK dapat dibedakan menjadi dua hal yaitu : Faktor risiko yang dapat dikendalikan yaitu, dislipidemia, merokok, hipertensi, diabetes militus, kegemukan dan stres dan yang tidak dapat dikendalikan yaitu, jenis kelamin, umur dan keturunan. Dari faktor-faktor tersebut upaya penanggulangan dan pencegahan utama PJK yaitu dengan pengaturan pola konsumsi pangan sesuai

dengan kebutuhan, terutama

mengendalikan energi lemak dan kolesterol. (Soeharto, 2004).

Kolesterol adalah jenis lemak, tubuh memperoleh kolesterol dari dua sumber yaitu, dibentuk di dalam tubuh oleh hati dan dari luar tubuh yang bersumber dari makanan. Kolesterol yang berasal dari makanan dapat meningkatkan kolesterol dalam darah terutama yang bersumber dari hewani. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Tala (2001) di

Kecamatan Mampang Prapatan

mendapatkan 24% subjek penelitian laki-laki, usia di atas 35 tahun, mempunyai kadar kolesterol darah total >240 mg/dl dan asupan lemak jenuh 3,3-9% dari kalori total. Penelitian terbaru dilakukan oleh Otto et al (2012), mendapatkan bahwa penggantian dari 2% energi asam lemak jenuh daging dengan energi asam lemak jenuh susu dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskuler, mendapatkan hasil 25% lebih rendah.

Keadaan ini merupakan pendorong untuk dilakukannya penelitian hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada pegawai negeri sipil (PNS) di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.

(3)

Melalui wawancara yang dilakukan pada saat survei awal, sekitar 50% PNS mengalami penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes militus, dan PJK. Berdasarkan data yang diperoleh pada kunjungan PNS di Poliklinik Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara, terdapat 29 orang dengan kriteria umur 40 tahun keatas yang rutin memeriksakan tingkat koleterol darah mereka. Dari 29 orang PNS tersebut 78% dengan kolesterol darah total >200 mg/dl.

Dan berdasarkan pengamatan yang dilakukan sekitar 80% dari 105 PNS menggunakan sarana kantin dan warung yang berada disekitar lingkungan kantor untuk memenuhi kebutuhan energi pada waktu sarapan pagi dan makan siang. Gambaran konsumsi pangan pada saat bekerja di kantor adalah dari jenis makanan seperti nasi, daging dan ikan goreng atau berkuah santan. Rendahnya konsumsi serat yang diperoleh dari buah-buahan dan sayuran.

Berdasarkan latarbelakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013”.

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri Sipil di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian pengamatan sesaat (cross sectional).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai negeri sipil yang bekerja

di Kanwil Direktorat Jendral

Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 105 orang, dimana sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan kriteria inklusi maka sampel dalam penelitian ini menjadi 60 orang.

Data diperoleh dari pengukuran langsung ke lapangan dan wawancara menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data yang diambil adalah data karakteristik PNS, data konsumsi pangan, dan data kolesterol darah total. Pengukuran tingkat kolesterol

darah total dilakukan dengan

menggunakan alat EasyTouch Monitoring. Dalam penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah uji exact fisher pada α = 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kelompok umur PNS yang terbanyak adalah pada rentang usia 40-49 tahun yaitu sebanyak 24 orang. Umur responden antara umur 30 tahun sampai dengan 56 tahun. Umur merupakan faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan pada PJK, sehingga dianggap perlu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara dini.

Dilihat menurut jenis kelamin, responden lebih banyak pada jenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (60%). Dan tingkat pendidikan responden lebih banyak pada tingkat pendidikan S1 sebanyak 29 orang (48,3%) dan SMA sebanyak 16 orang (26,7%). Karakterstik responden menurut indeks massa tubuh (IMT) lebih banyak pada obesitas tingkat I yaitu sebanyak 26 orang (43,3%) dan berat badan lebih sebanyak 17 (28,4%). Berat badan berlebih merupakan faktor resiko terhadap tingginya kolesterol darah yang dapat menyebabkan PJK. Distribusi karakteristik PNS dapat dilihat pada tabel berikut :

(4)

Tabel 1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013

No Karakteristik Responden n % 1. Umur Responden  < 40  40 – 49  ≥ 50 23 24 13 38,3 40,0 21,7 Jumlah 60 100,0 2. Jenis Kelamin  Laki-laki  Perempuan 24 36 40,0 60,0 Jumlah 60 100,0 3. Tingkat Pendidikan  SMA  Akademi (Diploma)  S1  S2 16 8 29 7 26,7 13,3 48,3 11,7 Jumlah 60 100,0 4. Indeks Massa Tubuh (IMT)  BB kurang (<18,5)  BB normal (18,5-22,9)  BB lebih (23,0-24,9)  Obesitas I (25,0-29,9) 3 14 17 26 26,7 13,3 48,3 11,7 Jumlah 60 100,0

Hampir seluruh responden

mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok yaitu sebanyak 57 orang (95%) dengan frekuensi makan 2-3x/hari. Bahan makanan pokok merupakan sumber utama energi, dianggap yang terpenting dalam susunan hidangan pada masyarakat Indonesia dan biasanya merupakan jumlah terbanyak dalam suatu hidangan (Sediaoetama, 2006).

Untuk jenis bahan makanan lauk pauk, PNS lebih sering mengonsumsi ikan segar sebanyak 37 orang (61,6%) dengan frekuensi 2-3x/hari dalam bentuk ikan digoreng dan digulai, sedangkan untuk konsumsi daging yaitu daging ayam sebanyak 29 orang (48,3%), daging sapi sebanyak 16 orang (45%), telur ayam sebanyak 39 orang (65%) dan konsumsi udang dan cumi sebanyak 29 orang (48,3%) dengan frekuensi makan

1-3x/minggu. Diketahui bahwa konsumsi lemak yang bersumber dari lemak hewani sering sehingga asupan lemak dari makanan ini tinggi. Studi Harvard oleh Lanset (2001) menyatakan bahwa minyak sawit merupakan faktor yang cukup kuat dan dapat meningkatkan PJK sampai 50%.

Pada jenis bahan makanan sayuran, yang paling sering dikonsumsi responden adalah sawi dengan frekuensi 1x/hari sebanyak 21 orang (35%), bayam, kacang panjang, wortel dan timun dengan frekuensi 1-3x/minggu, rata-rata konsumsi responden sebanyak 35 orang (25%). Dalam pengolahan sayur menggunakan minyak dan santan sehingga dapat menghasilkan lemak dan kolesterol.

Untuk konsumsi jenis bahan makanan buah, 23 orang (38,3%) makan buah pisang dengan frekuensi 1x/hari. Jenis buah yang sering dikonsumsi adalah buah pisang, jeruk dan pepaya dengan frekuensi 1-3 kali seminggu.

Banyak bukti yang menyatakan bahwa serat makanan memegang peranan dalam menurunkan kolesterol dalam darah. Penelitian Leveille (2007) yang paling banyak diterima bahwa serat mengikat asam/garam empedu sehingga mencegah penyerapan kolesterol kembali ke usus dan meningkatkan eksresi kolesterol ke feses (Mawi, 2003).

Jenis bahan makanan lain-lain, responden yang mengonsumsi kopi sebanyak 23 orang (38,3%) dan teh manis sebanyak 31 orang (51,6%) dengan frekuensi 1x/hari. Untuk makanan gorengan sebanyak 39 orang (65%) dan makanan bersantan 11 orang (18,4%) dengan frekuensi 1-3x/minggu. Konsumsi kopi yang berlebihan dapat menjadi faktor resiko PJK. Dan konsumsi makanan gorengan juga dapat menyebabkan peningkatan pada asam lemak jenuh.

Hasil penelitian Sartika (2009), menunjukkan bahwa asam lemak yang paling banyak terkandung pada minyak goreng adalah asam oleat (bentuk cis). Asam lemak trans (elaidat) baru terbentuk setelah proses menggoreng (deep frying)

(5)

pengulangan ke-2, dan kadarnya meningkat sejalan dengan pengulangan penggunaan minyak. Hasil uji korelasi antara asam elaidat (trans) dan asam oleat (cis) menunjukkan asosiasi negatif. Dilihat dari mulai terbentuknya asam lemak trans, maka disarankan untuk menggunakan minyak goreng tidak lebih dari 2 (dua) kali pengulangan. Distribusi jenis dan frekuensi makanan dapat dilihat pada Tabel 2.

Untuk tingkat Konsumsi energi responden lebih banyak pada kategori konsumsi energi baik sebanyak 48 orang (80%). Hal ini menunjukan bahwa konsumsi energi responden sebagian besar sudah memenuhi dari kebutuhan yang dianjurkan. Semua makanan yang dikonsumsi menghasilkan energi, tetapi makanan paling tinggi menghasilkan energi adalah yang bersumber dari lemak. Lemak menghasilkan energi dua kali lebih banyak dibandingkan protein dan karbohidrat, yaitu 9 kkal/gr.

Tidak hanya konsumsi energi berlebih saja yang menyebabkan PJK, namun harus diperhatikan proporsi energi yang berasal dari lemak dan kolesterol. Konsumsi yang berlebih terutama lemak tinggi akan mengakibatkan peningkatan kolesterol dalam darah. Keadaan ini akan berbanding lurus dengan terjadinya PJK dan oleh sebab itu upaya yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner yaitu melalui pengaturan pola makan/intake makanan (Soekidjo, 2007).

Sedangkan untuk konsumsi

responden berdasarkan konsumsi lemak lebih banyak pada kategori lebih sebanyak 45 orang (75,0%). Jumlah lemak yang dikonsumsi yang paling rendah sebanyak 32 gram dan yang paling tinggi dikonsumsi sebanyak 155 gram dengan rata-rata konsumsi lemak sebanyak 83,6 gram. Distribusi berdasarka konsumsi lemak pada PNS dapat dilihat pad tabel dibawah ini :

Tabel 3. Distribusi Berdasarkan Konsumsi Energi Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

No Konsumsi Energi n % 1. Konsumsi Energi -Kurang(70-80% AKG) -Cukup(80-99% AKG) -Baik(≥100% AKG) 2 10 48 3,3 16,7 80,0 2. Konsumsi Lemak -Kurang (<10% AKE) -Baik (10-25% AKE) -Lebih (>25% AKE) 2 13 45 6,7 18,3 75,0 Jumlah 60 100,0

Asupan asam lemak jenuh lebih banyak pada konsumsi >10% dengan jumlah 53 orang (88,3%). Dan asupan asam lemak tak jenuh lebih banyak pada konsumsi >7% yaitu sebanyak 40 orang (66,7%). Menurut Beynen dan Katan (1985) dalam buku pangan dan gizi menyatakan bahwa asam lemak tak jenuh jamak akan menurunkan kadar kolesterol darah total karena hati tidak akan mengkonversikannya menjadi trigliserida tetapi menjadi senyawa keton (keton bodies).

Oleh karena itu, dianjurkan untuk mengonsumsi lemak/minyak tak jenuh jamak yang mengandung asam lemak tak jenuh jamak, asam lemak tak jenuh atau PUFA dalam jumlah tinggi, sedangkan konsumsi lemak jenuh dari hewani termasuk minyak kelapa yang harus dikurangi atau dihindarkan. Distribusi asupan lemak jenuh dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Distribusi Berdasarkan Asupan Lemak Pada PNS Di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

No Asupan Lemak n %

1. Asam lemak jenuh

 < 10 %  > 10 % 7 53 11,7 88,3 Jumlah 60 100,0

2. Asam lemak tak

jenuh  < 7 %  > 7 % 20 40 33,3 66,7 Jumlah 60 100,0

(6)

Sebanyak 25 orang (41,7%) PNS memiliki tingkat kolesterol darah total pada kategori diwaspadai dan kategori berbahaya sebanyak 12 orang (20%). Hal ini menunjukkan bahwa 37 responden memiliki tingkat kolesterol darah total ≥ 200 mg/dl. Dari pengukuran kolesterol darah didapatkan hasil sebai berikut : Tabel 5. Distribusi Tingkat Kolesterol Darah Total

pada PNS di Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara Kota Medan Tahun 2013.

No. Tingkat Kolesterol Darah Total n % 1. 2. 3. Diinginkan (<200 mg/dl) Diwaspadai (200-239 mg/dl) Berbahaya (≥240 mg/dl) 23 25 12 38,3 41,7 20,0 Jumlah 60 100,0

Responden yang berjenis kelamin perempuan dengan tingkat kolesterol darah total diinginkan lebih banyak (26,7%) dibandingkan dengan responden laki-laki. Untuk tingkat kolesterol darah total diinginkan lebih banyak pada tingkat umur <40 tahun sebanyak 11 orang (18,3%), diwaspadai juga lebih banyak pada umur <40 tahun sebanyak 10 orang (16,6%) dan berbahaya lebih banyak pada umur 40-49 tahun sebanyak 10 orang (16,6%).

Faktor risiko pada PJK dapat dibedakan menjadi faktor yang risiko yang dapat dikendalikan seperti kolesterol dalam darah dan tidak dapat dikendalikan yaitu umur dan jenis kelamin. Umur 30 tahun ke atas merupakan risiko terjadinya peningkatan kolesterol dalam darah. Distribusi ini dapat dilihat pada lampiran tabel 6 dan 7.

Hasil analisis dengan uji exact fisher didapat nilai p sebesar 0,768 (p>0,05) menunjukkan ho diterima, artinya tidak ada hubungan konsumsi energi dengan tingkat kolesterol darah total. Untuk hubungan konsumsi energi lemak dengan kategori lebih lebih banyak pada tingkat kolesterol darah total diwaspadai (96%). Hasil uji exact fisher didapat nilai p sebesar 0,001 (p<0,05) menunjukkan ho ditolak, artinya ada hubungan antara

konsumsi energi lemak dengan tingkat kolesterol darah total.

Berdasarkan bahan makanan yang mengandung lemak yang dikonsumsi responden mengandung lemak tinggi dan berperan dalam meningkatkan kolesterol dalam darah. Hal ini sejalan dengan penelitian Hatma (2001) mendapatkan adanya korelasi positif yang bermakna antara asupan asam lemak dengan kadar kolesterol total pada etnis Minangkabau.

Hubungan asupan asam lemak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total hasil dari uji exact fisher didapat nilai p sebesar 0,002 (p<0,05) menunjukkan ho ditolak, artinya ada hubungan antara asupan asam lemak jenuh dengan dengan tingkat kolesterol darah total. PNS sangat jarang mengonsumsi serat yang bersumber dari sayur dan buah.

Hal ini sesuai dengan penelitian Arnett et all (2003) mendapatkan bahwa 54% subjek penelitian yang tidak mengonsumsi serat memiliki tingkat asam lemak jenuh yang tinggi. Diharapkan konsumsi serat lebih sering dan asupan asam lemak jenuh per hari adalah <10% dari total energi.

Hubungan asupan asam lemak tak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total hasil uji exact fisher didapat nilai p sebesar 0,001 (p<0,05) menunjukkan ho ditolak, artinya ada hubungan antara asupan asam lemak tak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total. Asupan asam lemak tak jenuh seperti yang terdapat pada minyak goreng

dan santan akan menyumbangkan

kolesterol darah total.

Penelitian Sartika (2009), hasil penelitian menunjukkan bahwa asam lemak yang paling banyak terkandung pada minyak goreng adalah asam oleat (bentuk cis). Asam lemak trans (elaidat) baru terbentuk setelah proses menggoreng (deep frying) pengulangan ke-2, dan kadarnya meningkat sejalan dengan pengulangan penggunaan minyak. Hasil uji korelasi antara asam elaidat (trans) dan asam oleat (cis) menunjukkan asosiasi negatif. Dilihat Hubungan konsumsi energi

(7)

dan lemak dengan tingakat kolesterol darah total dapat dilihat pada tabel 8.

KESIMPULAN

1. Pola konsumsi pangan pada PNS sudah beragam. Susunan menu dalam sehari sudah lengkap, yaitu terdiri dari bahan makanan pokok, lauk pauk, sayuran dan buah. PNS juga sering mengonsumsi makanan dan minuman selingan berupa gorengan dan kopi.

2. Konsumsi energi PNS lebih banyak pada kategori baik (80%). Untuk konsumsi energi lemak paling banyak pada kategori lebih (75%). Asupan asam lemak jenuh PNS lebih banyak pada konsumsi >10% dari total kalori sebanyak 88,3% dan asam lemak tak jenuh lebih banyak pada konsumsi >7% dari total kalori sebanyak 66,7%. Kolesterol darah total pada PNS lebih banyak pada kategori diwaspadai (41,7%) dan berbahaya (20%).

3. Secara statistik terdapat hubungan nyata antara konsumsi energi lemak, asupan asam lemak jenuh dan asupan asam lemak tak jenuh dengan tingkat kolesterol darah total pada PNS.

SARAN

1. Diharapkan bagi PNS untuk

memperhatikan dan mengatur pola konsumsi pangan dari jenis dan jumlah makanan yang mengandung lemak dan sebaiknya asupan konsumsi lemak dalam satu hari tidak melebihi 10-25% dari kebutuhan energi total.

2. Diharapkan kepada Kanwil Direktorat Jendral Perbendaharaan Provinsi

Sumatera Utara agar dapat

mengaktifkan kembali “Program Jumat Sehat” dan mendisiplinkan PNS untuk mengikuti program tersebut dan

diharapkan juga agar dapat

memfasilitasi sarana olahraga agar membentuk kebiasaan olahraga pada PNS.

3. Diharapkan PNS melakukan

pemeriksaan kolesterol darah secara rutin.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Bahri T. 2004. Dislipidemia

sebagai Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner. USU, Medan.

Arnett. 2003. Fruit and vegetable

consumption and LDL cholesterol : the National Heart, Lung, and Blood Institute Family Heart Study. Diakses http://ajcn.nutrition.org/content/ 79/2/213/ .

Chung, Edward. 2010. 100 Tanya Jawab

Mengenai Serangan Jantung Dan Masalah Yang Terkait Dengan Jantung. PT Indeks,

Jakarta.

Mawi, Martem. 2003. Indeks Massa

Tubuh sebagai determinan Penyakit jantung Koroner pada Orang dewasa Berusia di Atas 35 Tahun. Skripsi Mahasiswa

bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta.

Santoso, 2004. Kesehatan dan Gizi. Rineke Cipta Edisi II, Jakarta. Sediaoetama, A. Djaeni. 2004. Ilmu Gizi

untuk Mahasiswa dan Profesi Edisi Kelima. PT Dian Rakyat,

Jakarta.

Soeharto, I 2004. Serangan Jantung dan

Stoke Hubungan dengan Lemak dan Kolesterol.

Gramedia Utama Pustaka Edisi ke II, Jakarta.

Soekidjo, 2007. Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta, Jakarta.

WHO. 2002. Penyakit Bawaan Makanan

: Fokus Pendidikan Kesehatan.

Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta.

Gambar

Tabel  1.  Distribusi  Berdasarkan  Karakteristik  Pada  PNS  Di  Kanwil  Direktorat  Jendral  Perbendaharaan  Provinsi  Sumatera  Utara  Kota Medan Tahun 2013
Tabel 3.   Distribusi  Berdasarkan  Konsumsi  Energi  Pada  PNS  Di  Kanwil  Direktorat  Jendral  Perbendaharaan Provinsi Sumatera Utara  Kota Medan Tahun 2013

Referensi

Dokumen terkait

Table 4.2 Students’ Group Project Choices Based on Learning Style .... Table 4.3 Result of ANNOVA Pretest and Posttest

Specifically, the strapdown inertial sensor (SINS) algorithm and the fingerprinting method are used to calculate the basic location information and the auxiliary

tang keadilan ini memenuhi berbagai media masa baik media cetak maupun media elektronik. Masyarakat dengan mudah mengakses ber- bagai berita yang membahas permasalahan

A mixed method approach (questionnaire and focus group discussion) was used to explore factors contributing to the training implementation. A strategy model was developed based on

Peserta diwajibkan untuk menghadiri Pembuktian Kualifikasi ini, dengan membawa :. Dokumen Kualifikasi dan Dokumen Pendukungnya (

Oleh karena itu, dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) menggunakan model pembelajaran Problem-based Learning (PBL) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

Sedangkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban dalam Pasal 1 butir 6-nya yang berbunyi sebagai berikut: segala upaya pemenuhan

Rata-rata pendapatan total rumah tangga petani padi di Kecamatan Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu, Tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.. Rata-rata pendapatan total rumah