• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENERAPAN ASPEK SPIRITUALITAS OLEH PERAWAT DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA PASIEN RAWAT INAP DI RS. ISLAM MALAHAYATI MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN PENERAPAN ASPEK SPIRITUALITAS OLEH PERAWAT DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA PASIEN RAWAT INAP DI RS. ISLAM MALAHAYATI MEDAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PENERAPAN ASPEK SPIRITUALITAS OLEH PERAWAT DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA PASIEN RAWAT INAP

DI RS. ISLAM MALAHAYATI MEDAN Rina Rahmadani Sidabutar, S.Kep.,Ns.,M.Kep

(S1 Keperawatan STIKes Flora Medan) Abstrak

Spritualitas merupakan salah satu faktor penting yang membantu individu mencapai keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan serta untuk beradaptasi dengan penyakit, dimana pasien yang tidak memiliki tuntunan spiritual akan merasa gelisah, ingin pulang, cemas, sehingga dapat menurunkan respon imunitas dan memperlambat proses penyembuhan pasien. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan penerapan aspek spiritualitas oleh perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien rawat inap di RS. Islam Malahayati Medan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang rawat inap di RS. Islam Malahayati Medan sebanyak 225 responden. Sampel pada penelitian ini berjumlah 34 orang dengan kriteria pasien yang rawat inap lebih dari satu hari. Metode pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan statistik uji Chi-Square dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa penerapan spiritualitas oleh perawat mayoritas masih kurang sebanyak 21 (61,8%) dan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien mayoritas tidak terpenuhi sebanyak 25 (75,5%). Hasil uji statistik diperoleh nilai ρ = 0.000 < α = 0.05 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan aspek spiritualitas oleh perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RS. Islam Malahayati Medan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan penerapan aspek spiritualitas oleh perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien. Oleh karena itu, peneliti menyarankan perlunya pelatihan pendidikan penerapan aspek spiritual kepada perawat untuk dapat melakukan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien.

Kata-Kata Kunci : Penerapan Aspek Spiritualitas Oleh Perawat, Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perawat sebagai tenaga kesehatan yang professional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Misalnya, memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Ketika proses pemenuhan kebutuhan terganggu akan timbul kondisi patologis. Orang yang tidak sanggup memenuhi kebutuhannya akan menghadapi masalah. Dimana, keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan karena gangguan terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek lain atau unsur yang lain ( Maryam S. R, dkk, 2007).

Menurut Florence Nightingale, Spiritualitas adalah suatu dorongan yang menyediakan energi yang dibutuhkan untuk mempromosikan lingkungan rumah sakit yang sehat dan melayani kebutuhan spiritual sama pentingnya dengan melayani kebutuhan fisik (Delgado, 2005; Kelly, 2004). Spritualitas merupakan faktor penting yang membantu individu mencapai keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara kesehatan dan kesejahteraan, serta untuk beradaptasi dengan penyakit. Sehingga, dalam pelayanan kesehatan perawat sebagai petugas

(2)

kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi kebutuhan spiritual klien selain para pemuka agama.

Kebutuhan spiritual itu merupakan kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Hamid A.Y. 2009). Dengan demikian, Perawat berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut. Misalnya, mendatangkan pemuka agama sesuai dengan agama yang diyakini pasien, memberi privasi untuk berdoa, maupun memberi kelonggaran bagi pasien untuk berinteraksi dengan orang lain (keluarga, teman, dsb). Sehingga, kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual harus diperhatikan. Aspek spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan (Asmadi, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Manusia dan Kebutuhan Dasar

Manusia dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu manusia sebagai makhluk holistik dan manusia sebagai sistem. Manusia sebagai makhluk holistik merupakan makhluk yang utuh atau paduan dari unsur biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Keempat unsur ini tidak dapat terpisahkan, dimana gangguan terhadap salah satu aspek merupakan ancaman terhadap aspek lain atau unsur yang lain.

1. Manusia sebagai makhluk biologis disebabkan karena manusia tersusun atas sistem organ tubuh yang digunakan untuk mempertahankan hidupnya, mulai dari lahir, tumbuh kembang, hingga meninggal.

2. Manusia sebagai makhluk psikologis disebabkan karena manusia mempunyai struktur kepribadian, tingkah laku sebagai manifestasi kejiwaan, dan kemampuan berpikir serta kecerdasan.

3. Manusia sebagai makhluk sosial disebabkan karena manusia perlu hidup bersama dengan orang lain, saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup, mudah dipengaruhi kebudayaan, serta dituntut untuk bertingkah laku sesuai dengan harapan dan norma yang ada.

4. Manusia sebagai makhluk spiritual disebabkan karena manusia memiliki keyakinan sendiri tentang adanya Tuhan, pandangan hidup, dan dorongan hidup yang sejalan dengan keyakinan yang dianutnya.

Manusia ditinjau sebagai sistem, artinya manusia terdiri dari beberapa unsur/sistem yang membentuk suatu totalitas yakni : sistem adaptif, sistem personal, sistem interpersonal, dan sistem sosial.

(3)

1. Manusia sebagai sistem adaptif merupakan proses perubahan individu sebagai respons terhadap perubahan lingkungan yang dapat memengaruhi integritas atau keutuhan. 2. Manusia sebagai sistem personal disebabkan manusia memiliki proses persepsi dan

bertumbuh kembang.

3. Manusia sebagai sistem interpersonal disebabkan karena manusia dapat berinteraksi, berperan, dan berkomunikasi terhadap orang lain.

4. Manusia sebagai sistem sosial disebabkan karena manusia memiliki kekuatan dan wewenang dalam pengambilan keputusan di lingkungannya, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pekerjaan.

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur – unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Setiap orang pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkannya.

Aspek Spiritualitas Pengertian

Kata spiritualitas berasal dari bahasa Latin spiritus, yang berarti bernapas atau angin. Jiwa memberikan kehidupan bagi seseorang. Ini berarti segala sesuatu yang menjadi pusat semua aspek dari kehidupan seseorang (McEwan, 2005). Spiritualitas adalah sebagai kesadaran dalam diri seseorang dan rasa terhubung dengan sesuatu yang lebih tinggi, alami, atau kepada beberapa tujuan yang lebih besar dari diri sendiri (Mauk dan Schmidt, 2004). Sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa. Menurut Burkhardt (2008), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut.

1. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidak pastian dalam kehidupan.

2. Menemukan arti dan tujan hidup.

3. Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri. 4. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.

Kebutuhan Spiritual Klien Pengertian

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 1989). Maka dapat disimpulkan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan

(4)

tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Adapun adaptasi spiritual adalah proses penyesuaian diri dengan melakukan perubahan perilaku yang didasarkan pada keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki sesuai dengan agama yang dianutnya (Asmadi, 2008).

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dengan tujuan untuk mengetahui hubungan penerapan aspek spiritualitas oleh perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien rawat inap di RSU Islam Malahayati Medan

Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di. RSU Islam Malahayati Medan Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - Mei Populasi dan Sampel

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang rawat inap di RS Islam Malahayati Medan sebanyak 225 responden.

Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang ada di ruang perawatan dengan menggunakan metode purposive sampling dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan peneliti dengan kriteria inklusi yaitu pasien yang rawat inap lebih dari satu hari, pasien yang bisa membaca dan menulis. Sehingga, sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya. Sampel diperoleh dengan menggunakan rumus Arikunto, bahwa jika populasinya lebih besar dari 100 maka dapat diambil sampelnya 10% - 25% dari populasi. Peneliti menetapkan untuk pengambilan sampel tersebut sebesar 15% dari populasi (P) > 100 (225) yaitu :

n = 15 % x P n = 15 % x 225 n = 33, 75 n = 34 Keterangan : n = Besar sampel P = Besar populasi

(5)

Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan menggunakan lembar kuesioner sebagai panduan dalam mewawancarai pasien yang dibuat khusus oleh peneliti sendiri dengan berpedoman pada kepustakaan yang ada. Sedangkan data sekunder diperoleh dari medical record Rumah Sakit Umum H.Sahudin Kutacane.

Analisa Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini akan menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel yang diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel independen dengan dependen dalam bentuk tabulasi silang antara kedua variabel tersebut. Menggunakan uji statistik dengan tingkat kemaknaan 0,05 dengan ketentuan pengaruh dikatakan bermakna bila ρ value < 0,05 dan pengaruh dikatakan tidak bermakna bila ρ value > 0,05 dengan menggunakan rumus Chi-Square.

Rumus Chi-Square : X² = Σ (fo – fe)² fe Keterangan : X² = Chi-Square Σ = Sigma (jumlah)

fo = Frekuensi yang diobservasi fe = Frekuensi yang diharapkan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Karakteristik Responden

Tabel .1

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan, dan Pekerjaan di RS Islam Malahayati Medan

No Karakteristik Responden Frekuensi (f) Persentase (%)

1. 2. 3. I. Umur (Tahun) < 25 tahun 25 – 45 tahun > 45 tahun 8 18 8 23,5 52,9 23,5 Total 34 100,0

(6)

1. 2.

II. Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan 23 11 67,6 32,4 Total 34 100,0 1. 2. 3. 4. 5. III. Pendidikan SD SMP SMA D-3 S-1 5 3 19 4 3 14,7 8,8 55,9 11,8 8,8 Total 34 100,0 1. 2. IV. Pekerjaan Petani Wiraswasta 8 26 23,5 76,5 Total 34 100,0

Dari tabel 1 diatas dapat dilihat dari 34 responden penelitian mayoritas berumur 25 - 45 tahun sebanyak 18 (52,9%) responden. Jika dilihat dari jenis kelamin mayoritas laki – laki sebanyak 23 (67,6%) responden. Jika dilihat dari pendidikan mayoritas SMA sebanyak 19 (55,9%) responden. Sedangkan jika dilihat dari pekerjaan mayoritas wiraswasta sebanyak 26 (76,5%) responden.

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penerapan Aspek Spiritualitas oleh Perawat di RS Islam Malahayati Medan

Tabel .2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penerapan Aspek Spiritualitas Oleh Perawat di RS Islam Malahayati Medan

No

Penerapan Aspek Spiritualitas Oleh

Perawat Frekuensi (f) Persentase (%) 1. 2. Kurang Baik 21 13 61,8 38,2 Total 34 100,0

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat mempunyai penerapan aspek spiritualitas kurang sebanyak 21 (61,8%) responden dan perawat yang mempunyai penerapan aspek spritualitas baik sebanyak 13 (38,2%) responden.

(7)

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di RS Islam Malahayati Medan

Tabel .3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas Pasien di

RS Islam Malahayati Medan

No Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Frekuensi (f) Persentase (%) 1. 2. Tidak terpenuhi Terpenuhi 25 9 73,5 26,5 Total 34 100,0

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tidak terpenuhi sebanyak 25 (73,5%) responden dan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien yang terpenuhi sebanyak 9 (26,5%) responden.

Hasil Uji Statistik dengan Chi-square

Tabel .4

Analisis Hubungan Penerapan Aspek Spiritualitas Oleh Perawat Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien di RS Islam

Malahayati Medan

No Penerapan Aspek Spiritualitas Oleh perawat Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien Total X2 df pv Tidak Terpenuhi Terpenuhi f % f % F % 1. 2. Kurang Baik 20 5 58,8 14,7 1 8 2,9 23,5 21 13 61,8 38,2 13.298a 1 0,000 Total 25 73,5 9 26,5 34 100 Keterangan :

X2 = Nilai hasil uji Chi-square

df = Derajat kebebasan pv = Nilai probabilitas

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa hasil analisis hubungan antara penerapan aspek spiritualitas oleh perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien diperoleh bahwa terdapat 20 (58,8%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tidak terpenuhi dengan penerapan aspek spiritualitas oleh perawat kurang dan terdapat 1 (2,9%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien terpenuhi dengan penerapan aspek spiritualitas oleh perawat kurang.

(8)

Sedangkan terdapat 5 (14,7%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tidak terpenuhi dengan penerapan aspek spritualitas oleh perawat baik dan terdapat 8 (23,5%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien terpenuhi dengan penerapan aspek spiritualitas oleh perawat baik.

Tabel diatas merupakan tabel hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square, maka didapatkan nilai X2 13.298a pada (df) = 1, dengan α 0,05 dan hasil uji statistik

menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna atau signifikan antara hubungan penerapan aspek spiritualitas oleh perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien rawat inap di RSU H.Sahudin Kutacane Tahun 2016 dengan nilai probabilitas (pv = 0,000 < pv = 0,05).

PEMBAHASAN

Penerapan Aspek Spiritualitas Oleh Perawat

Berdasarkan penelitian diperoleh data tentang penerapan aspek spiritualitas oleh perawat pada pasien rawat inap di RS Islam Malahayati Medan terdapat 21 (61,8%) responden dengan penerapan aspek spiritualitas oleh perawat kurang dan perawat yang mempunyai penerapan aspek spiritualitas oleh perawat baik sebanyak 13 (38,2%) responden. Hal ini disebabkan karena keterbatasan waktu dan tenaga perawat yang sedikit sedangkan mereka harus melayani pasien yang cukup banyak. Hal ini didukung oleh teori Potter & Perry (2005) yang mengatakan bahwa perawat sering menggunakan alasan tidak cukup waktu untuk menerapkan nilai spiritualitas yang dianut untuk kesehatan klien.

Selain itu, kurangnya penerapan spiritualitas oleh perawat disebabkan karena perawat juga memiliki keyakinan spiritual yang berbeda dengan pasien sehingga mereka merasa ragu untuk berbagi keyakinan dengan pasien. Hal ini didukung oleh teori Taylor, Lillis & Le Mone (1997) dalam buku Hamid. A. Y (2009) mengatakan bahwa faktor penerapan aspek spiritualitas oleh perawat kurang karena asuhan keperawatan yang kurang tepat yang artinya bahwa ketika memberikan asuhan keperawatan kepada klien, terkadang perawat sering ragu untuk mendiskusikan masalah spiritual klien karena adanya perbedaan antara agama dan konsep spiritual, dimana mereka yakin bahwa tidak sesuai bagi mereka untuk berbagi keyakinan filosofi atau spiritual mereka dengan klien.

Keraguan inilah yang dapat menghambat perawat untuk memahami kebutuhan spiritual klien sehingga penerapan aspek spritualitas oleh perawatpun kurang. Perawat juga merasa bahwa pemenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama. Sehingga, akibat dari penerapan aspek spiritualitas oleh perawat kurang maka akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan spiritual pasien pada rawat inap di RSU H.Sahudin Kutacane terdapat 20 (58,5%) responden tidak terpenuhi kebutuhan spiritualnya. Oleh karena itu, sebaiknya perawat dan pemuka agama bekerjasama untuk melakukan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien secara bersama – sama.

(9)

Berdasarkan hasil penelitian Abernethy (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Psychoneuroimmunology, Spirituality and Medicine” menyatakan bahwa adanya hubungan yang positif antara kekebalan tubuh dengan spiritulitas, artinya bahwa pasien yang tidak memiliki tuntunan spiritual atau tidak terpenuhinya kebutuhan spiritual pasien akan merasa gelisah, ingin pulang, cemas dan sebagainya, yang justru akan menurunkan respon imunitasnya. Sehingga diharapakan kepada perawat pelaksana untuk dapat melakukan pemenuhan kebutuhan spiritual dalam membantu proses penyembuhan pasien yang rawat inap di RS Islam Malahayati Medan

Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pasien

Berdasarkan penelitian diperoleh data tentang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien terpenuhi 1 (2,9%) dengan penerapan aspek spiritualitas oleh perawat kurang. Hal ini disebabkan karena faktor internal dan eksternal dari pasien itu sendiri. Faktor internal dari pasien itu misalnya, pengalaman hidup sebelumnya, baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya, juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut, krisis dan perubahan dapat menguatkan kedalaman spiritual seseorang (Toth, 1992) dan Craven & Hirnle (1996) sedangkan faktor eksternal dari pasien misalnya, keluarga dan kegiatan keagamaan. Keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari – sehari.

Hal lain yang bisa membantu terpenuhinya kebutuhan spiritual pasien terpenuhi adalah kegiatan keagamaan. Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu mengingatkan keberadaan diri pasien dengan Tuhan, dan selalu mendekatkan diri kepada sang pencipta. Sedangkan terdapat 5 (14,7%) responden yang pemenuhan kebutuhan spiritual pasien tidak terpenuhi dengan penerapan aspek spritualitas oleh perawat baik. Menurut teori Hamid. A. Y (2009) menyatakan bahwa mengingat perawat merupakan orang pertama dan secara konsisten selama 24 jam sehari menjalin kontak dengan pasien, perawat sangat berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien, dengan memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut. Misalnya, mendatangkan pemuka agama sesuai dengan agama yang diyakini pasien, memberi privasi untuk berdoa, maupun memberi kelonggaran bagi pasien untuk berinteraksi dengan orang lain (keluarga, teman, dsb).

Namun, masalah yang sering terjadi tidak terpenuhinya kebutuhan spiritual pasien menurut teori yang dikemukakan oleh Hidayat (2007) adalah distress spiritual yang merupakan suatu keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau berisiko mengalami gangguan dalam kepercayaan atau sistem nilai yang memberikannya kekuatan, harapan, dan arti kehidupan, yang ditandai dengan pasien meminta pertolongan spiritual, mengungkapkan adanya keraguan dalam sistem kepercayaan, adanya keraguan yang berlebih dalam mengartikan hidup,

(10)

mengungkapkan perhatian yang berlebih pada kematian dan sesudah hidup, adanya keputusasaan, menolak kegiatan ritual, dan terdapat tanda – tanda seperti menangis, menarik diri, cemas dan marah, kemudian ditunjang dengan tanda fisik seperti nafsu makan terganggu, kesulitan tidur, dan tekanan darah meningkat (Hidayat, 2007).

Sejalan dengan teori diatas peneliti berpendapat bahwa meskipun penerapan aspek spiritual oleh perawat baik jika pasien tidak mampu bekerjasama dengan perawat dan memahami aspek spiritual yang telah diterapkan maka tidak tercapai pemenuhan kebutuhan spiritual pasien itu sendiri.

Kunci keberhasilan seorang perawat dalam memberikan perawatan dan dukungan spiritual adalah mendapatkan suatu pemahaman tentang dimensi spiritual klien tersebut. Dimana, perawat yang merasa nyaman dengan spiritualitas mereka sendiri cenderung senang melayani kebutuhan spiritual klien mereka (Minner-Williams, 2006). Misalnya, perawat yang memiliki konsep spiritual dan agama yang sama dengan pasien. Sehingga, terdapat bahwa 8 (23,5%) responden yang kebutuhan spiritual mereka terpenuhi dengan penerapan aspek spiritual oleh perawat baik, dimana para pasien yang terbaring itu tidak merasa jenuh dan tidak berontak karena dalam keadaan berbaring pun mereka bisa beribadah. Misalnya, berdoa, berzikir atau mengaji serta sholat, baca kitab suci dengan segala kemampuannya. Sekali perawat berhasil membangun hubungan kepercayaan dengan seorang klien dan mereka mencapai inti dari pembelajaran bersama maka perawatan spiritual dapat terjadi (Taylor, 2003).

Sejalan dengan teori yang dikemukan diatas maka peneliti berpendapat bahwa dengan penerapan aspek spiritualitas yang baik dari perawat telah memberikan pengaruh positif terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual pasien sehingga kebutuhan spiritual pasien terpenuhi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan penerapan aspek spiritualitas oleh perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien rawat inap di RS Islam Malahayati Medan dengan nilai probabilitas (pv = 0,000 < pv = 0,05).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Penerapan spiritualitas oleh perawat mayoritas masih kurang sebanyak 21 (61,8%). 2. Pemenuhan kebutuhan spiritual pasien mayoritas tidak terpenuhi sebanyak 25 (75,5%). 3. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square menunjukkan bahwa ada

hubungan yang bermakna atau signifikan antara hubungan penerapan aspek spiritualitas oleh perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien rawat inap di RS Islam Malahayati Medan dengan nilai probabilitas (pv = 0,000 < pv = 0,05).

Saran

1. Bagi Manajemen Rumah Sakit

Perlunya pelatihan pendidikan bagi perawat pelaksana dalam melakukan penerapan aspek spiritual untuk dapat melakukan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. Perlunya

(11)

pemuka agama di Rumah Sakit serta menyediakan fasilitas ruang doa, sholat dan perlengkapan sembahyang bagi pasien.

2. Bagi Pasien di Rumah Sakit

Diharapkan kepada pasien agar tetap menjalankan kewajiban ibadahnya meskipun tanpa dukungan penuh dari perawat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar dilakukan penelitian lanjutan tentang penerapan aspek spiritual oleh perawat dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien dengan kriteria penyakit yang homogen.

DAFTAR PUSTAKA

Ali H.Z. (2002). Dasar - Dasar Keperawatan Profesional. Widya Medika : Jakarta.

Alimul, Aziz H. (2009). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Salemba Medika : Jakarta.

Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta.

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Dan Aplikasi. Salemba Medika : Jakarta.

Ellis, Gates, Kenworthy. (2000). Penjamin Kualitas Dan Konsep Keperawatan Metode dan Studi Kasus. EGC : Jakarta.

Hamid A.Y. (2008). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarta.

Hawari, Dadang. (2005). Dimensi Religi Dalam Praktek Psikiatri Dan Psikologi. FKUI : Jakarta.

Maryam, Siti, R, dkk. (2007) Kebutuhan Dasar Manusia Berdasarkan Hierarki Maslow dan Penerapannya dalam Keperawatan. Semesta Media : Jakarta.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Rineka Cipta :Jakarta.

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi II. Salemba Medika : Jakarta.

Nursalam, dkk. (2007). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi. Salemba Medika : Jakarta.

Potter dan Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Vol. 1. Edisi IV. EGC : Jakarta.

Potter dan Perry. (2009). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Buku 2. Edisi VII. Salemba Medika : Jakarta.

Tarwoto dan Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan c ross sectional yang meneliti hubungan antara persepsi perawat

Penelitian ini termasuk penelitian jenis deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional yang meliputidomain komunikasi biopsikosial, domain mengenal pasien secara

Penelitian ini adalah merupakan penelitian dengan metode deskriptif analitik korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional, menganalisis hubungan antara

Jenis penelitian merupakan penelitian analiitik kuantitatif menggunakan desain cross sectional yaitu untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan pemenuhan

Jenis penelitian ini adalah penelitian Deskriptif Korelasi dengan pendekatan cross sectional , karena peneliti ingin melihat hubungan kadar kolesterol dengan tekanan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan metode observasional melalui pendekatan cross sectional dengan

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan metode survei melalui pendekatan cross sectional, yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan studi cross sectional. Peneliti melakukan observasi atau mengamati hubungan pelaksanaan