• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI 1. Nyeri Punggung Bawah a. Definisi

Nyeri punggung bawah adalah nyeri pada daerah punggung bawah yang dapat berkaitan dengan masalah pada vertebra lumbar, diskus intervertebralis, ligamentum di antara tulang belakang dengan diskus, medula spinalis, dan saraf, otot pada punggung bawah, organ internal pada pelvis dan abdomen, atau kulit yang menutupi area lumbar (Medical Dictionary)

.

Nyeri punggung bawah (NPB) adalah perasaan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan lokal di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis inferior, dengan atau tanpa disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki / sciatica (Koes, 2006).

Nyeri punggung bawah adalah nyeri di daerah lumbosakral meliputi jarak dari vertebra lumbalis pertama ke vertebra sakralis pertama. Situs yang paling sering mengalami nyeri punggung bawah adalah di segmen lumbal 4 dan 5 (Kravitz & Andrews, 2012) .

Nyeri punggung bawah juga didefinisikan sebagai perasaan nyeri di daerah lumbosacral dan sakroiliakal. NPB ini sering disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki. Mobilitas punggung bawah sangat tinggi, di samping itu juga menyangga beban tubuh, dan sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain ialah traktus digestivus dan traktus

(2)

urinarius. Kedua jaringan atau organ ini apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat menimbulkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah (Harsono, 2005).

Nyeri punggung bawah adalah suatu gangguan neuro muskuloskeletal berupa nyeri yang terbatas pada region thoraco lumbal dan sacral, tapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saja, namum secara luas berasal dari degenerasi diskus intervertebralis lumbalis (Tholib, 2010).

Nyeri punggung bawah miogenik berhubungan dengan stress / strain otot punggung, tendo, ligament yang biasanya ada bila melakukan aktivitas sehari-hari yang berlebihan. Nyeri bersifat tumpul, intensitas bervariasi sering kali menjadi kronik, dapat terlokalisir atau dapat meluas ke area glutea. Nyeri ini tidak disertai dengan parestesi, kelemahan atau deficit neurologis. Bila batuk atau bersin tidak menjalar ke tungkai (Tholib, 2010).

b. Anatomi

Punggung disusun oleh kolumna vertebralis atau tulang belakang yang terdiri dari 7 vertebra servikal, 12 vertebra torakalis dan 5 vertebra lumbalis, sacrum dan koksigis masing-masing 5 dan 4 ruas. Dapat dilihat pada gambar 1.

Struktur penting dari kolumna vertebralis yang dihubungkan dengan NPB adalah Vertebra Lumbal (L1-L5). Vertebra lumbal mempertahankan diri dari beban kompresi yang tiba pada kolumna vertebra bukan saja dari berat badan tetapi juga dari kontraksi otot-otot punggung.

(3)

dihubungkan dengan gejala NPB antara lain cakram diantara lumbal (disc), ikatan sendi (ligaments) disekitar tulang belakang (spine) dan cakram, sumsum tulang belakang (spinal cord) dan syaraf, otot punggung, organ dalam pelvis dan perut dan kulit yang menutupi area lumbal.

Tulang belakang lumbal dirancang sedemikian rupa sehingga lumbal yang disusun bersama dapat menyediakan suatu struktur penunjang yang dapat digerakkan dan juga dengan bersamaan dapat melindungi sumsum tulang belakang dari luka. Setiap lumbal mempunyai sebuah tulang yang menonjol (spinous process) di belakang sumsum tulang belakang yang melindungi jaringan syaraf sumsum. Lumbal juga mempunyai badan yang bertulang kuat di depan sumsum tulang belakang untuk menunjang berat dari semua jaringan di atas bokong.

Cakram adalah bantalan yang bekerja sebagai bantalan antara setiap vertebrae. Cakram membantu meminimalkan tubrukan dari kekuatan-kekuatan penekan (stres) pada kolom tulang belakang.

Ligamen adalah jaringan lunak yang berserabut yang melekatkan tulang dengan tulang secara kuat. Ligamen melekat pada setiap vertebrae dan mengelilingi setiap cakram.

Syaraf menyediakan sensasi dan menstimulasi otot-otot tulang belakang bawah begitu juga dengan kaki, yang keluar dari kolom tulang belakang melalui portal-portal yang bertulang yang disebut dengan foramen.

(4)

begitu juga untuk menggerakkan kaki. Otot punggung ditunjang oleh punggung, perut, pinggang dan tungkai yang kuat dan fleksibel. Semua otot ini berfungsi untuk menahan agar tulang belakang dan cakram tetap dalam posisi normal. Kelemahan pada salah satu otot akan menambah ketegangan pada otot lain dan pada akhirnya akan menimbulkan masalah NPB. Dapat dilihat pada gambar 2.

(5)

Gambar 2.1

Tulang Punggung (Putz & Pabst, 2006) Keterangan :

1. Vertebra cervicales I-VII 2. Vertebra thoracales I-XII 3. Vertebra lumbales I-V 4. Os sacrum 5. Os coccyges 6. Axis 7. Vertebra prominens 8. Foramina intervertebralia 9. Promontorium

(6)

Gambar 2.2

Otot-otot punggung (Putz & Pabst, 2006) Keterangan :

1. M. illiocostalis thoracis 2. M. latissimus dorsi

3. M. serratus posterior inferior 4. M. erector spinae

5. M. spinalis thoracis 6. M. longisimus thoracis 7. M. illiocostalis lumborum 8. Obliquus internus abdominis

(7)

d. Epidemiologi

LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari terutama di negara-negara industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point

prevalence rata-rata 30%. Di AS nyeri ini merupakan penyebab yang urutan paling

sering dari pembatasan aktivitas pada penduduk dengan usia <45 tahun, urutan ke 2 untuk alasan paling sering berkunjung ke dokter, urutan ke 5 alasan perawatan di rumah sakit, dan alasan penyebab yang paling sering untuk tindakan operasi.Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk pulau Jawa Tengah berusia diatas 65 tahun pernah menderita nyeri punggung bawah, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17% (Wagiu, 2005). Berdasarkan survey NPB oleh American Physical Therapy Association (APTA) pada tahun 2012, 61% orang amerika pernah mengalami NPB, dan diantaranya 69% mempengaruhi aktivitas sehari-hari (Wilmarth, 2012).

e. Klasifikasi

Macnab menyusun klasifikasi NPB sebagai berikut (a) viserogenik, (b) neurogenik, (c) vaskulogenik, (d) psikogenik, (e) spondilogenik.

NPB yang bersifat viserogenik disebabkan oleh adanya proses patologik di ginjal atau visera di daerah pelvis, serta tumor retroperitoneal. Nyeri viserogenik ini tidak bertambah berat dengan aktivitas tubuh, dan sebaliknya tidak berkurang dengan istirahat (Harsono, 2005).

(8)

Pada NPB Vaskulogenik, aneurisma atau penyakit vascular perifer dapat menimbulkan nyeri punggung atau nyeri menyerupai iskialgia. Aneurisma abdominal dapat menimbulkan NPB di “bagian dalam”, dan tidak ada hubungannya dengan aktivitas tubuh (Harsono, 2005).

Ada beberapa keadaan patologik yang dapat menyebabkan NPB neurogenik, yang pertama yaitu neoplasma. Pada umumnya gejala pertama adalah rasa nyeri baru kemudian timbul gejala neurologic yaitu gangguan motoric, sensibilitas dan vegetative. Rasa nyeri timbul waktu sedang tidur dan berkurang saat berjalan. Keadaan patologik yang kedua yaitu araknoiditis. Pada araknoiditis terjadi perlengketan-perlengketan. Nyeri timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut. Keadaan patologik yang terakhir adalah stenosis kanalis spinalis, disebabkan oleh karena proses degenerasi diskus intervertebralis dan biasanya disertai oleh ligamentum flavum. Gejala klinik yang timbul ialah adanya klaudikasio intermiten yang disertai rasa kesemutan dan nyeri tetap ada pada saat penderita beristirahat (Harsono, 2005).

Nyeri pada NPB Psikogenik umumnya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan, dan depresi, atau campuran antara kecemasan dan depresi (Harsono, 2005).

Klasifikasi yang terakhir yaitu NPB spondilogenik. Merupakan nyeri yang disebabkan oleh berbagai proses patologik di kolumna vertebralis yang terdiri dari unsur tulang (osteogenik), diskus intervertebralis (diskogenik), dan miofasial (miogenik). NPB osteogenik sering disebabkan oleh infeksi, trauma, keganasan, kongenital, dan metabolic. Pada NPB diskogenik disebabkan oleh spondilosis, HNP, dan spondylitis ankilosa. Sedangkan pada NPB miogenik disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi

(9)

otot, dan hipersensitif (Harsono, 2005).

Ketegangan otot disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulang-ulang pada posisi yang sama akan memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang normal, kontraksi otot mengurangi beban ligamentum dalam waktu yang wajar. Apabila otot-otot menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis akan menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula (Harsono, 2005).

Spasme otot disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba di mana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala yang khas, yaitu dengan adanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi (Harsono, 2005).

Defisiensi otot disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanismeyang berlebihan, tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi (Harsono, 2005).

Otot yang hipersensitif akan “menciptakan” satu daerah kecil yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu (target area). Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu (trigger point). Titik ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri yang bercampur rasa sedikit nyaman (Harsono, 2005).

(10)

f. Patofisiologi

Nyeri punggung bawah terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat perubahan titik berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan nyeri. Ketegangan (strain) otot dan keregangan (sprain) ligamentum tulang belakang merupakan salah satu penyebab utama NPB (Samara, 2004).

Berbagai bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah. Bangunan tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua bangunan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal, akan dijawab dengan pengeluran berbagai mediator inflamasi dan substansi lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan perlangsungan proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan atau lesi yang lebih berat ialah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points), yang merupakan salah satu kondisi nyeri (Meliala, Purba, & Suryamoharja, 2003).

g. Diagnosis Klinis NPB

Diagnosis klinis NPB meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta pemeriksaan penunjang.

a Anamnesis

Anamnesa tentang sifat nyeri, kualitas nyeri, durasi nyeri, lokasi nyeri, faktor pemicu, faktor yang meringankan serta pengobatan sebelumnya sangat diperlukan dalam

(11)

menetapkan diagnosa. Perlu ditanyakan tentang peristiwa sebelumnya yang mungkin menjadi pencetus keluhan, seperti adanya trauma, sikap tubuh yang salah, misalnya waktu mengangkat beban, kegiatan fisik atau olahraga yang tidak biasa, dan penyakit yang dapat berhubungan dengan keluhan nyeri punggung tersebut. Harus diketahui pula gerakan-gerakan mana yang bisa menyebabkan bertambahnya nyeri. Penyebab nyeri punggung ini sangat bervariasi dari yang ringan seperti sikap tubuh yang salah sampai yang berat dan sangat serius, misalnya oleh keganasan. Kondisi psikologis seperti neurosis, histeria dan reaksi konversi mungkin pula berkaitan dengan nyeri punggung bawah (Ismiana, 2011).

b Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat inspeksi, diantaranya yaitu kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbalis, adanya angulasi, pelvis yang asimetris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Hal yang perlu diperhatikan saat observasi punggung yaitu pelvis dan tungkai selama bergerak, ada tidaknya hambatan selama melakukan gerakan, ada tidaknya gerakan yang tidak wajar atau terbatas saat penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian, kemudian observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring dan bangun dari berbaring, dan yang terakhir perlu dicari kemungkinan adanya trofi otot, fasikulasi, pembengkakan, atau perubahan warna kulit (Harsono, 2005).

(12)

Pada palpasi, terlebih dulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan rasa nyerinya, kemudian menuju kea rah daerah yang terasa paling nyeri. Hal yang perlu diperhatikan saat palpasi yaitu ada tidaknya spasme otot atau ketegangan otot.

c Pemeriksaan Motoris

Pemeriksaan motoris harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan memperhatikan miotom yang mempersarafinya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan motoris yaitu kekuatan otot, atrofi otot, serta adanya fasikulasi pada otot-otot tertentu.

d Pemeriksaan Sensorik

Pemeriksaan sensorik ini meliputi pemeriksaan rasa rabaan, rasa sakit, suhu, rasa dalam, dan getaran. Bila ada kelainan maka tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan dermatom mana yang terganggu. Dermatom ini dapat membantu untuk menentukan radiks mana yang terganggu.

e Tanda-tanda perangsangan meningeal. f Test-Test

1) Test Lassegue

Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien (dalam posisi 0°) didorong ke arah muka kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°. 2) Tes Patrick

(13)

Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di punggung dan pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.

3) Test Kontra-Patrick

Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kontra-Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di sakroiliaka.

g. Pemeriksaan penunjang

Ada tiga pemeriksaan penunjang, yaitu foto polos X-ray, Myelografi, CT-scan dan MRI, dan ENMG. X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung bawah. Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan kiri. Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan kanalis spinalis. Myelografi merupakan tindakan invasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nervus, dan jaringan lainnya pada

(14)

punggung. Electro Miography (EMG)/Nerve Conduction Study (NCS) merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki. EMG/NCS dapat memberikan informasi tentang adanya kerusakan pada saraf, lama terjadinya kerusakan saraf (akut atau kronik), lokasi terjadinya kerusakan saraf (bagian proksimalis atau distal), tingkat keparahan dari kerusakan saraf, dan dapat memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf (Ismiana, 2011).

i. Pencegahan

Ada beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya nyeri punggung bawah. Pertama yaitu dengan latihan otot punggung (back exercise). Prinsip latihan otot punggung adalah memperbaiki postur tubuh, mengurangi hiperlordosis lumbal, dan membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan biomekanik tulang punggung. Sesuai operasional pemberian latihan ini ditujukan untuk memperkuat otot-otot fleksor lumbosakral terutama otot-otot dinding abdomen dan otot gluteus, meregangkan otot-otot yang memendek terutama otot-otot punggung dan otot hamstring, mengurangi spasme otot, dan mengurangi gaya yang bekerja pada tulang punggung dengan cara mengurangi berat badan. Berbagai macam teknik latihan dapat dilakukan diantaranya yang sering dilakukan adalah latihan fleksi menurut William (William exercise) atau latihan ekstensi (McKenzi’s exercise) atau beberapa kombinasi dari keduanya (Widodo, 1999).

Pencegahan yang kedua yaitu dengan instruksi pemeliharaan/proteksi punggung. Tujuan pemberian instruksi ini agar penderita menggunakan otot dan tulang/sendi dengan

(15)

cara seefisien mungkin untuk menghindari stress dan strain, dan menggunakan energi yang efisien untuk setiap gerakan tubuh terutama punggung bawah. Pertama, yang harus diperhatikan saat berdiri jangan memakai sepatu dengan tumit tinggi. Bila akan mengambil sesuatu di lantai, janganlah membungkuk, tetapi tekuklah pada lutut dengan punggung tetap lurus. Kedua, berjalanlah dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa-gesa. Ketiga, bila duduk, sebaiknya sendi pinggul, lutut, dan pergelangan kaki pada posisi 90° dan punggung diletakkan pada sandaran kursi. Terakhir, dalam melakukan kegiatan perhatikanlah posisi tulang punggung agar selalu tegak. Bila harus mengangkat benda, dekatkanlah dengan tubuh (Widodo, 1999).

2. Gerakan Sholat A. Definisi Sholat

Secara terminologi sholat adalah perkataan dan perbuatan tertentu/khusus yang dibuka/dimulai dengan takbir (takbiratul ihram) diakhiri/ditutup dengan salam.

Sholat adalah sebuah gerakan yang dimulai dari gerakan berdiri kemudian

membungkuk, sehingga tangan sampai pada lutut, dilanjutkan dengan berdiri kembali dengan tuma’ninah atau kusuk. Latihan fisik yang dilakukan secara tepat, terarah dan teratur akan bermanfaat meningkatkan ketahanan otot tubuh serta menghambat atau memperlambat proses kemunduran akibat menderita suatu penyakit maupun bertambahnya usia (Muttaqin, 2010).

B. Gerakan Sholat dan Manfaat Gerakan Sholat 1. Berdiri tegak

Hal pertama yang dilakukan saat memulai sholat adalah berdiri tegak, simetris antara tubuh bagian kanan dan kiri. Pada saat berdiri tegak berat badan

(16)

menumpu di telapak kaki, di bagi di kedua kaki kanan-kiri sama berat. Cara menumpu yang demikian juga membuat postur tubuh menjadi lurus, serasi, dan tegap. Tulang punggung berada pada posisi tegak alami dalam arti bagian servical melengkung ke depan (lordosis), bagian thorax melengkung ke belakang (kifosis), dan bagian lumbal melengkung ke depan (lordosis). Ini adalah posisi normal yang memungkinkan susunan tersebut berfungsi optimal. Gerakan selanjutnya kaki dibuka, tumit membuka ke luar. Jarak yang perlu diperhatikan pada saat mengkangkangkan kaki adalah selebar jarak bahu kanan-kiri, ini adalah posisi ideal dan stabil maka akan terasa tarikan di sepanjang sisi dalam tungkai. Efek lain dari berdiri tegak yang juga dapat dipertimbangkan adalah tumpuan berat badan yang merata akan membuat kompaksitas susunan tulang-tulang penyangga tubuh menjadi rata. Hal ini bermanfaat terhadap penurunan resiko terjadinya patah tulang (Sagiran, 2007).

Dalam Ilmu Orthopedi terdapat teori trabekulasi tulang. Tekanan pada tulang akan mempengaruhi jalur kompaksitas di dalam tulang, hal ini dinyatakan dalam Hukum Wolf. Berat tubuh yang menumpu di tungkai akan diproyeksikan dan didistribusikan di sepanjang tungkai. Jalur distribusi itu membuat tulang lebih padat, sementara bagian yang berada di luar jalur lebih tipis matriksnya (Sagiran, 2007).

2. Takbiratul Ihram

Takbiratul ihram yaitu gerakan memulai sholat dengan mengangkat tangan sedemikian sehingga telapak menghadap kiblat di samping kanan kiri bahu atau

(17)

wajah kita. Pada saat gerakan takbir, bahu terangkat sedikit, tulang-tulang rusuk ikut terangkat menimbulkan pelebaran rongga dada. Akibatnya tekanan udara di dalam rongga mengecil dan memudahkan udara nafas masuk dengan cepat. Pada saat yang mengucapkan kalimat takbir “Allahuakbar” padahal dinding sedang meregang. Untuk dapat mengucapkan suatu kata, udara harus mengalir keluar guna menggetarkan pita suara, maka tidak lain hal ini hanya bisa dikerjakan oleh diafragma. Sinergitas ini juga berpengaruh terhadap fungsi-fungsi fisiologis lainnya karena di otak terjadi asosiasi dan sinkronisasi pusat-pusat pengaturan gerakan dan kerja organ-organ dalam. Pada saat tabiratul ihram posisi ketiak dalam keadaan terbuka. Ketiak adalah stasiun regional utama bagi peredaran limfe yang merupakan kumpulan dari keseluruhan anggota gerak bagian atas tangan, lengan bawah, lengan atas, dan bahu. Gerakan takbir ini adalah gerakan “active pumping” yang sangat bermanfaat. Setelah takbiratul-ihram kemudian tangan diletakkan di depan dada. Perletakan di dada dengan cara tangan kiri ditempelkan di dada, tangan kanan menempel di luar/atas tangan kiri. Cara demikian ini hanya bisa dilakukan dengan sedikit mengangkat bahu, karena kalau tidak maka tangan akan terletak di perut. Cara ini pula yang dapat mempertahankan posisi ketiak sebagai stasiun peredaran limfe tetap terbuka (Sagiran, 2007).

3. Rukuk

Rukuk adalah membungkukkan badan sedemikian sehingga punggung, leher, dan kepala menjadi posisi horizontal. Pada saat rukuk sempurna, tulang

(18)

belakang menjadi relatif lurus. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan, yang pertama yaitu posisi horizontal. Posisi ini memungkinkan berat badan bergeser ke depan dan tubuh seakan-akan terperosok ke depan. Dengan posisi demikian, kompresi antar ruas-ruas tulang belakang dapat dikurangi. Poin kedua yaitu kedua lengan menyangga, tangan memegang di lutut. Peyanggaan ini lebih mendorong lagi ke depan ruas-ruas tulang belakang sehingga kompresi bukan hanya dikurangi akan tetapi bahkan terjadi gerakan anti-kompresi (peregangan), ini dapat kita rasakan pada saat rukuk seperti ada tarikan di tulang punggung. Sensasi ini hanya terjadi bila rukuk dilakukan cukup waktu, sehingga sudah terjadi relaksasi otot-otot punggung (Sagiran, 2007).

4. Sujud

Sujud adalah adalah satu-satunya posisi di mana otak bisa lebih rendah dari jantung. Gerakan sujud merupakan urut-urutan dari gerakan tubuh merendah dengan menekukkan badan dan lutut, kemudian telapak tangan mencapai lantai, disusul lutut mencapai lantai, jari-jari kaki tertekuk, telapak kaki berdiri tegak, tangan di lantai geser maju ke depan, muka tersungkur menyentuh lantai pada jidat dan hidung, pantat diangkat, paha pada posisi tegak lurus, kedua kaki dirapatkan, dengan tetap berdiri tegak dan jari-jari menekuk sehingga tetap mengarah ke kiblat. Pada gerakan sujud akan terasa tarikan di tulang belakang daerah pertengahan punggung yang disebabkan oleh gravitasi karena pergeseran titik berat batang tubuh. Efek terhadap alignment (pengaturan pelurusan) ruas-ruas tulang belakang sehingga kompresi dikurangi bahkan terjadi gerakan

(19)

anti-kompresi (peregangan). Seperti halnya pada saat rukuk, sensasi ini hanya terjadi bila dilakukan cukup waktu, sehingga terjadi relaksasi otot-otot punggung. Elastisitas pembuluh darah merupakan faktor terpenting yang dapat mempertahankan tekanan darah. Debit darah yang naik karena posisi jantung lebih tinggi dari otak ini merupakan latihan otak menambah elastisitas pembuluh darah, pada gilirannya gerakan sujud bisa merupakan gerakan anti-stroke (Sagiran, 2007).

Pengaruh posisi rukuk dan sujud ini terhadap organ-organ dalam adalah memperkuat ikatan penggantung organ ke dinding rongga tempat organ itu berada. Secara anatomis terutama di dalam perut, organ dalam yang ada penggantungnya akan diperkuat dengan dilatihnya secara terus menerus dengan perubahan posisi berdiri, rukuk, dan sujud (Sagiran, 2007).

5. Duduk dalam Sholat

Al-Qaadah atau Julus adalah posisi duduk dalam shalat yang sangat unik. Posisi tersebut dapat menghentikan aliran pembuluh darah utama di tungkai, sehingga menambah debit aliran darah ke otak dan organ dalam lainnya, pada waktu yang sama mengembangkan sirkulasi melalui pembuluh kolateral di kaki (Sagiran, 2007).

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa gerakan sholat mempunyai banyak manfaat bagi tubuh manusia, termasuk peregangan otot-otot punggung yang terjadi pada gerakan rukuk dan sujud.

(20)

C. Gerakan Sholat dan Nyeri Punggung Bawah

NPB bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu strain otot-otot lumbar, perubahan degeneratif, HNP, osteoporosis, stenosis spinal, spondilolistesis, spondilolisis, trauma, kongenital, tumor, infeksi, dan psikologis. Berdasarkan penyebab-penyebab diatas, strain (ketegangan) otot lumbar memberi kontribusi terbanyak yaitu sebanyak 70% (Stoltz, 2003). Ada beberapa cara yang dapat mencegah NPB, salah satunya yaitu dengan gerakan sholat. Dalam gerakan sholat terdapat gerakan-gerakan yang dapat meregangkan otot punggung, diantaranya yaitu gerakan rukuk dan sujud. Pada gerakan rukuk belakang menjadi relatif lurus. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan, yang pertama yaitu posisi horizontal. Posisi ini memungkinkan berat badan bergeser ke depan dan tubuh seakan-akan terperosok ke depan. Dengan posisi demikian, kompresi antar ruas-ruas tulang belakang dapat dikurangi. Poin kedua yaitu kedua lengan menyangga, tangan memegang di lutut. Peyanggaan ini lebih mendorong lagi ke depan ruas-ruas tulang belakang sehingga kompresi bukan hanya dikurangi akan tetapi bahkan terjadi gerakan anti-kompresi (peregangan), ini dapat kita rasakan pada saat rukuk seperti ada tarikan di tulang punggung, dan pada gerakan sujud juga akan terasa tarikan di tulang belakang daerah pertengahan punggung yang disebabkan oleh gravitasi karena pergeseran titik berat batang tubuh. Efek terhadap alignment (pengaturan pelurusan) ruas-ruas tulang belakang sehingga kompresi dikurangi bahkan terjadi gerakan peregangan (Sagiran, 2007). Dari pernyataan diatas diketahui bahwa dengan melakukan gerakan sholat yang baik dan benar, diharapkan akan mencegah timbulnya nyeri punggung bawah.

(21)

D. Instrumen Penelitian

Intensitas nyeri punggung bawah diukur dengan menggunakan Visual Analogue Scale (VAS). VAS merupakan suatu alat bantu untuk mengukur intensitas nyeri. Skala pada VAS berupa sebuah garis horizontal yang dibagi secara rata menjadi 10 segmen dengan nomor 0-10. Pasien diberi tahu bahwa 0 menyatakan “tidak ada nyeri sama sekali” dan 10 menyatakan “nyeri paling parah yang mereka dapat bayangkan”. Pasien kemudian diminta untuk menandai angka yang menurut mereka paling tepat dapat menjelaskan tingkat nyeri yang mereka rasakan pada suatu waktu. (Wilson & Price, 2006).

Karena pada penelitian ini lebih menekankan pada nyeri punggung karena faktor miogenik, maka untuk menyingkirkan kriteria eksklusi digunakan definisi nyeri punggung bawah secara umuum, definisi NPB miogenik, dan kriteria diagnosis nyeri punggung bawah miogenik.

Definisi nyeri punggung bawah secara umum adalah perasaan nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan lokal di bawah batas kosta dan di atas lipatan glutealis inferior, dengan atau tanpa disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki / sciatica (Koes, 2006).

Definisi NPB miogenik berhubungan dengan stress / strain otot punggung, tendo, ligament yang biasanya ada bila melakukan aktivitas sehari-hari yang berlebihan. Nyeri bersifat tumpul, intensitas bervariasi sering kali menjadi kronik, dapat terlokalisir atau dapat meluas ke area glutea. Nyeri ini tidak disertai dengan parestesi, kelemahan atau deficit neurologis. Bila batuk atau bersin tidak menjalar ke tungkai (Tholib, 2010).

Kriteria diagnosis NPB miogenik diantaranya yaitu adanya riwayat yang mengindikasikan ketegangan otot tunggal atau berulang, kambuhnya nyeri terkait dengan

(22)

ketegangan otot, nyeri punggung terjadi pada ketegangan otot lumbal paravertebral, nyeri pada otot gluteus maksimus yang tegang terasa pada pantat dan paha, nyeri punggung bawah bersifat unilateral, nyeri dan tegang otot meningkat di pagi hari dan setelah beristirahat, rasa nyeri meningkat selama kerja otot yang berkepanjangan dan sangat meningkat sesaat setelah penghentian beban otot, stress lokal ditentukan oleh palpasi pada otot yang terlibat, nyeri bertambah buruk dengan kontraksi otot aktif dan pasif, dan pada MRI dan CT scan tidak menunjukkan perubahan patologis (Victoria, 20111).

E. Analisis Kritis

Penelitian pada tahun 2010 oleh Wahyu Wahid Muttaqin yang berjudul “Pengaruh Gerakan Sholat terhadap Ketahanan / Endurance Otot Extensor Punggung Bawah”. Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan crossectional. Populasi dan subyek dalam penelitian ini adalah santri dari Pondok Pesantren Mahasiswa Istiqomah dan Pondok Pesantren Modern Assallam yang berjumlah 40 santri, subjek berumur 17-24 tahun, tidak sakit yang berkaitan dengan posture, telah melakukan kebiasaan sholat rowatib dan tahajjud lebih dari dua bulan, pengumpulan data dilakukan dengan cara tanya jawab, dan pengukuran dengan metode Sorensen tes untuk mengetahui status endurance otot extensor punggung bawah. Pengambilan endurance otot extensor punggung bawah dengan metode Sorensen tes dengan mengunakan alat stopwatch. Uji stastistik dengan mengunakan mann-whitney. Hasil pengkuran di peroleh data bahwa sholat wajib dan saholat tahajjud memiliki tingkat ketahanan / endurance otot extensor punggung bawah yang lebih baik dibandingkan sholat wajib dan sholat rowatib. Dari pernyataan diatas, peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh gerakan sholat

(23)

terhadap insidensi nyeri punggung bawah. Area yang akan diteliti pada penelitian yang akan diajukan kali ini meliputi nyeri punggung bawah yang disebabkan oleh faktor miogenik. Sedangkan subjek pada penelitian ini adalah masyarakat umum, tempat yang akan diteliti meliputi wilayah kampus UMY, PDHI, dan di sekitar tempat tinggal peneliti.

(24)

B. KERANGKA TEORI NPB Viserogenik Neurogenik Spondilogenik Psikogenik Vaskulogenik Osteogenik Miogenik Diskogenik Hipersensitif otot Defisiensi otot Spasme otot Ketegangan otot Latihan otot punggung Senam punggung Gerakan sholat Instruksi pemeliharaan/ proteksi punggung Upaya pencegahan

(25)

C. KERANGKA KONSEP

Keterangan :

: berhubungan : mencegah D. HIPOTESIS

Gerakan sholat dapat mencegah timbulnya nyeri punggung bawah. Ketegangan otot Spasme otot NPB Peregangan otot punggung Gerakan sholat

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya faktor eksternal yang menjadi hambatan pecalang Desa Pakraman Kalibukbuk dalam menjaga keamanan dan ketertiban Desa Pakraman adalah tidak adanya

 Bagi pengusul yang tidak melakukan seminar hasil penelitian atau terlambat menyerahkan : (1) Laporan Kemajuan Penelitian atau (2) Laporan Akhir Penelitian (tanpa dijilid,

Penelitian yang dilakukan di dua sekolah dasar Islam yang berkualitas di bawah Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) adalah Sekolah Dasar Islam Terpadu Nurul

Pemanfataan potensi dan peluang untuk pengembangan biofuel yang memberikan nilai tambah (added value) masih terbatas hanya pada tanaman kelapa sawit, meskipun beragam

ITU-R 8A-9B/TEMP/52 “Draft workplan for Spectrum Requirement for Broadband Nomadic Wireless Access System” Nomadic Wireless Access didefinisikan sebagai suatu aplikasi layanan

Tanah kosong ini berada pada pusat kota dan memiliki luasan yang besar dan mudah untuk dikembangkan, dalam kondisi sekarang ini sangat sulit menemukan tanah dengan luasan

Pertama, Pada tanggal 28 Desember 2012 sekitar pukul 10.30 WIB petugas KPPBC Pasar Baru dan petugas Subdit Narkotika Dit P2 DJBC, disaksikan petugas kantor pos melakukan pemeriksaan

Pada dimensi perilaku pasar, pangsa pasar UT masih rendah bila dibandingan dengan Perguruan Tinggi lain di Bogor sedangkan jangkauan distribusi di UPBJJ-UT Bogor juga belum