• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

44 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Indomobil Sukses International Tbk. (Perseroan) merupakan suatu kelompok usaha terpadu dengan menerapkan konsep layanan satu atap yang memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang otomotif yang terkemuka di Indonesia. Perseroan didirikan pada tahun 1976 dengan nama PT. Indomobil Investment Corporation dan pada tahun 1997 dilakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT. Indomulti Inti Industri Tbk. Sejak saat itulah status Perseroan berubah menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk, dengan kantor pusatnya di Wisma Indomobil I, lantai 6, Jl. MT. Haryono Kav.8, Jakarta Timur – 13330.

Secara singkat, tonggak sejarah perkembangan Suzuki Group di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut :

 1970 : Untuk menunjukan eksistensi brand Suzuki di Indonesia, maka dibawah bendera PT.INDOHERO STEEL & ENGINERING Co. Memperkenalkan produk Roda 2 Type A 100 & FR 70.

 1976 : Di bawah kepemimpinan Soebronto Laras, Group Suzuki memulai produksi kendaraan roda 4 pertamanya Pick Up ST 10 dan mobil penumpang Suzuki Fronte.

(2)

 1977 : Sejalan dengan program lokalisasi pemerintah, Suzuki mengembangkan kendaraan untuk keperluan komersial yaitu Super Carrti ST 20.

 1979 : Produksi dari kendaraan serba guna Suzuki Jimny LJ 80, dan beberapa tipe sepeda motor antara lain GP 100, GP 125 dan TS 100.  1981 : Suzuki LJ 80 dikembangkan menjadi SJ 410 dengan pemanfaatan

mesin 4 silender 1000 cc yang kemudian hari menjadi mesin standar untuk kendaraan bermotor roda 4 Suzuki di Indonesia.

 1983 : Kendaraan komersial Suzuki ST 100 diluncurkan menggantikan ST 20. Pada waktu yang bersamaan, setiap mesin dari kendaraan roda 4 telah melalui proses standarisasi.

 1986 : Suzuki mendapatkan penghargaan “Market Leader Award” untuk kategori kendaraan roda 4.

 1990 : Kendaraan seperti Suzuki Forsa Amenity mulai diperkenalkan untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat untuk kelas sedan 1300 cc.

 1991 : Peluncuran sepeda motor Suzuki RGR 150, Suzuki Crystal dan Suzuki TRS X-2 di Indonesia. Pada waktu yang sama juga juga diperkenalkan kendaraan roda 4 Suzuki Carry 1.3 dan Suzuki Esteem.  1993 : Kendaraan Suzuki Vitara 1.6 kendaraan serba guna dengan

kenyamanan penumpang dan kapasitas menjelajah penggerak 4 roda (4WD) mulai diperkenalkan ke pasaran.

(3)

1. Kesuksesan Vitara diteruskan dengan memperkenalkan Escudo generasi penerus Vitara dengan penggerak 2 roda.

2. PT. Indomobil Suzuki International memulai bisnis outboard motor, untuk memasarkan outboard motor merek Suzuki di wilayah Indonesia. Untuk itu dibuat divisi baru yang khusus menangani

outboard (sales, service dan spare part) yaitu OUTBOARD

DIVISION.

3. Pemasaran khusus untuk mesin type 2 takt, yaitu type DT 2, DT 2.2, DT 4, DT 8, DT 9.9, DT 15 DT 25, DT 40, DT 60, DT 70, DT 85, DT 115, DT 140 dan DT 200.

 1995 : Pada tahun ini Suzuki Sidekick mulai diperkenalkan dengan harga lebih murah daripada Suzuki Escudo, pada tahun yang sama juga diluncurkan Sepeda Motor Suzuki FD 100 C.

 1996 : Di kelas sedan, Suzuki Esteem 1.6 yang telah berkiprah selama 2 tahun juga mendapatkan perhatian yaitu dengan diluncurkannya Suzuki Baleno 1.6.

 1998 : Penghentian pemasaran DT 2.

 1999 : Untuk meningkatkan kepercayaan International, Suzuki mendapatkan sertifikat ISO, dan meluncurkan tipe baru 1.000 cc Suzuki Karimun, kendaraan city car yang efisien. Suzuki Karimun juga mendapatkan penghargaan sebagai kendaraan terfavorit di Jepang.

(4)

1. Untuk mencapai efisiensi yang tinggi, sejalan dengan kebijakan pemerintah mengenai pajak, maka Suzuki Baleno dan Futura menurunkan kapasitasnya menjadi 1.500 cc dan Baleno Automatic. Pada tahun yang sama Suzuki meluncurkan Shogun dengan mesin 4 tak.

2. Penghentian pemasaran DT 4, DT 9.9, DT 60 dan DT 85. Mulai memasarkan mesin type 4 takt, yang pertama adalah type DF 15L.  2001 : Suzuki memperkenalkan generasi penerus Escudo 2.0 dengan

kapasitas mesin lebih besar (2.000 cc) dan model lebih sporty.  2002 :

1. Dengan munculnya trend baru kendaraan baru MPV, Suzuki mengeluarkan produk handalnya yaitu Suzuki Aerio yang mendapat sambutan hangat di masyarakat. Di samping itu Suzuki juga mengeluarkan motor SMASH yang sangat efisien dan irit.

2. Memasarkan mesin 4 takt, type DF 70, DF 115 dan DF 140.  2003 :

1. Sesuai dengan kondisi pasar yang semakin kondusif, Suzuki meluncurkan produk berteknologi tinggi yaitu Grand Escudo XL-7 ( Extra Large 7 Seater). Sedangkan untuk memenuhi permintaan pasar akan kendaraan SUV kelas menengah dengan harga terjangkau diluncurkan Escudo 1.6. Pada tahun yang sama dilakukan peremajaan pada Suzuki Baleno dengan diluncurkan SX4 Sedan. Sementara itu

(5)

Suzuki Carry yang legendaris itu digarap dengan produksinya yaitu Minibus Personal Van.

2. Memasarkan mesin 4 takt, type DF 30, DF 50, dan DF 250. Penghentian produksi mesin 2 takt seluruh type, kecuali type DT 2.2, DT 15 dan DT 40.

 2004 :

1. Suzuki mendapatkan penghargaan menjadi “Mother Plan Automotive” di kawasan Asia Tenggara dengan memproduksi kendaraan type MPV yang berkelas International, dengan nama APV (Asean Project Vehicle) 1.500 cc. Selain memenuhi permintaan domestik, APV juga di eksport ke beberapa negara lain. Pada tahun yang sama Suzuki meluncurkan kendaraan roda dua 4 takt 125 cc yang handal Di kelasnya yaitu SHOGUN 125 dan Suzuki SMASH SR 110 yang gesit dan irit. Dan di penghujung tahun yang sama juga diluncurkan sepeda motor bertype Hyperunderbone berteknologi tinggi yaitu SATRIA FU 150.

2. Mulai memasarkan type DF 200 dan DF 6.

3. Masih memasarkan type 2 takt hanya untuk type : DT2.2, DT 15 dan DT 40.

 2005 :

1. Permintaan pasar untuk kendaraan APV semakin meningkat, maka diluncurkan APV Automatik yang memudahkan dalam berkendara. Pada tahun yang sama, SHOGUN meluncurkan generasi penerus

(6)

dengan design yang lebih sporty dan berjiwa muda dengan kopling manual yaitu Suzuki SHOGUN 125 SP (Sport Production).

2. Mulai memasarkan mesin 4 takt, type DF 225 dan DF 175. 3. Penghentian produksi mesin 2 takt untuk type DT 2.2.  2006 :

1. Mulai memasarkan type DF 6.

2. Masih memasarkan type 2 takt hanya untuk type : DT 15 dan DT 40.  2007 : Dengan tingginya permintaan pasar terhadap mobil Swift maka

Suzuki memproduksi dan meluncurkan mobil Swift versi CKD. Sama halnya dengan kendaraan roda 4 berjenis MPV, APV Arena yang merupakan minor change dari APV, diluncurkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan pasar yang tinggi. Kendaraan berjenis city car pun turut diluncurkan di tahun ini yakni Karimun Estilo. Kemudian, mobil SX4 sebagai pioneer kendaraan ber-platform Cross Over di dunia ini diluncurkan untuk menambah line up produk Suzuki.

 2008 : Guna memenuhi permintaan yang melonjak terhadap kendaraan berjenis Cross Over maka Suzuki memproduksi SX4 versi CKD dan SX4 model notch back, SX4 Sedan/Neo Baleno untuk melengkapi model SX4.  2009 : Suzuki meluncurkan produk kendaraan roda 4 yang berjenis MPV

yaitu APV SGX Luxury. Produk ini merupakan minor change dari produk APV sebelumnya yang sudah ada di market, APV dan APV Arena. Bukan hanya itu saja, produk mobil berjenis SUV, Grand Vitara 2.4 ini

(7)

merupakan minor change dari Grand Vitara 2.0 dan jenis city car yaitu New Karimun Estilo (sebelumnya adalah Karimun Estilo).

Bidang Usaha utama Perseroan dan anak perusahaan meliputi : pemegang lisensi merek, distributor penjualan kendaraan, layanan purna jual, perakitan kendaraan bermotor, produsen komponen otomotif, dan distributor spare part. Selain itu, untuk membantu konsumen dalam memenuhi kebutuhan kendaraannya, Perseroan dan anak perusahaan juga menawarkan layanan jasa pembiayaan kendaraan bermotor, distribusi minyak pelumas serta kelompok usaha pendukung lainnya.

Semua produk dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasaan pelanggan dengan standar kualitas yang dijamin oleh perusahaan prinsipal serta didukung oleh layanan purna jual yang prima melalui jaringan-jaringan 3S (Sales,

Service, dan Spareparts) yang tersebar di seluruh Indonesia. Perseroan mengelola

merk-merk terkenal dengan reputasi internasional yang meliputi Audi, Chery, Foton, Great Wall, Hino, Kalmar, Liugong, Manitou, Nissan, Renault, Ssangyong, Suzuki, Volkswagen, Volvo, Volvo Truck, dan Mack Truck. Produk-produk yang ditawarkan meliputi jenis kendaraan bermotor roda dua, kendaraan bermotor roda empat, bus, truk, forklift, dan alat angkut beban lainnya.

Sinergi dari 4.974 karyawan tetap yang tersebar di seluruh anak perusahaan di Indonesia telah mampu menopang Perseroan menjadi salah satu perusahaan di bidang otomotif yang terkemuka. Hal ini merupakan hasil kerja keras Perseroan dalam mengembangkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman nilai-nilai yang secara terus menerus dijalankan melalui program

(8)

pelatihan baik yang diselenggarakan di dalam maupun di luar Perseroan, program konseling, coaching, seminar, dan praktek kerja lapangan (on the job training). Pengembangan kompetensi, jenjang karir, dan kompensasi telah menjadi satu prioritas kegiatan Perseroan dan telah dikemas dalam suatu sistem yang dievaluasi secara terus menerus.

4.1.2. Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan otomotif terhandal dan terpercaya di dalam negeri. Sedangkan Misi dari perusahaan adalah :

1. Mengembangkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara berkesinambungan untuk meningkatkan profesionalisme bagi kepuasan pelanggan.

2. Memberikan konstribusi dan berupaya sepenuhnya bagi pengembangan usaha Indomobil.

3. Memberikan komitmen dan nilai terbaik bagi seluruh pihak yang berkepentingan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.

4.1.3. Budaya Kerja Perusahaan

Budaya kerja yang telah dicanangkan dan ditindaklanjuti bersama, merupakan kunci sukses Perseroan dalam mewujudkan peningkatan kinerjanya dari tahun ke tahun. Perseroan terus menerus memberikan pembekalan yang berkelanjutan pada karyawan tentang budaya kerja Perseroan yang berisi nilai-nilai yang diyakini dapat memberikan warna tersendiri.

(9)

Berlandaskan pada budaya kerja tersebutlah, berbagai program pengembangan sumber daya manusia (SDM) dilakukan. Dengan demikian karyawan dapat menjadi pribadi yang memegang teguh etika, memiliki dedikasi yang tinggi, memiliki kemampuan yang sesuai dengan bidang tugasnya, memiliki kemauan dan semangat bekerja yang tinggi, mengutamakan kerja sama sehingga berhasil mencapai tujuan Perseroan.

Mengacu pada kenyataan di atas, maka untuk rencana kerja pada tahun buku baru telah dicanangkan budaya kerja sebagai berikut :

1. Beretika

Tugas karyawan adalah untuk bekerja, tapi tidak sebagai budak. Pekerjaan adalah sumber kebebasan. "Selalu lakukan tugas dengan baik, tanpa pamrih" (Bhagavad Gita)

2. Berdedikasi

Inti dari filosofi Bhagavad Gita juga mendasari sikap kerja dengan: Peranan dan tindakan bila dilaksanakan secara moral, benar dan penuh perhatian akan memberikan kebebasan dan tidak takut atau menghindar. Adanya niat dari dalam diri sendiri untuk melaksanakan dan menyelesaikan setiap tugas akan memberikan rasa bebas dan nyaman dalam bekerja.

3. Berdaya

Berdaya adalah modal untuk melangkah, dalam arti kata mempunyai kemampuan. Kemampuan yang pada akhirnya diterjemahkan menjadi kemauan.

(10)

4. Berupaya

"Kemauan saja tidaklah cukup, kita harus juga mau melakukan" (Johan Wolfgang von Goethe). Ini menjelaskan bahwa kita tidak hanya berkehendak saja, namun untuk mewujudkan rencana dan angan-angan, kita harus mewujudkannya dengan tindakan nyata.

5. Bersama

Persaingan adalah baik adanya dan untuk memenangkan persaingan adalah dengan menggerakkan manusia / orang-orang. "The Only Way We Can Beat The Competition is With People" (CEO Chrysler Robert J. Eaton). Sumber Daya Manusia harus dipupuk, dibina dan senantiasa ditumbuh kembangkan kemampuannya, karena hanya bermodalkan ini kita dapat unggul dalam persaingan.

6. Berhasil

Bila kita lakukan tugas dan tanggung-jawab kita terhadap perusahaan dengan landasan moral, dedikasi, segala daya dan upaya secara bersama-sama niscaya kita akan mencapai hasil yang diinginkan dan kemungkinan bahkan di atas harapan kita.

4.1.4. Sumber Daya Manusia

Dalam rangka menghadapi era globalisasi, Perseroan dan Anak Perusahaan berupaya untuk memperkuat kualitas sumber daya manusia yang dimiliki dengan memberikan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan secara berkesinambungan. Sebagai salah satu perwujudannya Perseroan

(11)

mengembangkan Indomobil Strategic Sales Optimizing Program (ISSOP). Program ini merupakan kombinasi antara training atau seminar yang disertai tantangan serta pengakuan dan perayaan atas keberhasilan yang telah dilakukan. Untuk meningkatkan komunikasi antara manajemen dan karyawan ke arah tercapainya tujuan, Perseroan dan Anak Perusahaan secara rutin mengadakan sosialisasi atas setiap program kerja yang ditetapkan.

4.1.5. Kinerja Penjualan

Selama tahun 2008, Perseroan dan anak perusahaan telah menjual sebanyak 36.825 kendaraan roda empat mengalami kenaikan sebesar 69,23% dibandingkan tahun 2007 dan untuk kendaraan roda dua sebesar 27.748 mengalami kenaikan sebesar 13,91% dibandingkan tahun 2007.

Kenaikan penjualan kendaraan roda empat terutama disebabkan oleh naiknya penjualan Nissan Grand Livina dan Hino. Kontribusi penjualan terbesar untuk jenis mobil berasal dari model MPV dan SUV yaitu sebesar 83,53% dan selebihnya berasal dari model sedan hingga pick-up yang mencapai 16,47%. Untuk kategori sepeda motor, hampir seluruh kontribusi penjualan berasal dari jenis motor bebek (underbone).

4.1.6. Kinerja Keuangan

Dalam tahun 2008, Perseroan dan anak perusahaan mencatat penghasilan bersih konsolidasi sebesar Rp. 8,20 trilyun, ini berarti terdapat kenaikan sebesar 61,23% dibandingkan dengan periode tahun 2007. Kontribusi terbesar dalam

(12)

Penghasilan bersih konsolidasi Perseroan berasal dari kendaraan bermotor sebesar Rp. 6.693 milyar atau 81.64%, diikuti oleh usaha jasa keuangan sebesar Rp. 530 milyar atau 6.47%, suku cadang dan pelayanan purna jual Rp. 686 milyar atau 8,37% dan aneka industri sebesar Rp. 288 milyar atau 3,52%.

Seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak dan aktivitas penjualan, maka beban usaha mengalami kenaikan sebesar 24,84% menjadi Rp. 825,27 milyar. Walaupun menghadapi berbagai kendala, Perseroan masih membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp. 23,05 milyar.

4.2. Hasil Penelitian

Data primer tentang responden dalam penelitian ini dikumpulkan melalui kuesioner yang disebarkan untuk memperoleh pendapat responden yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Kuesioner sendiri disebarkan kepada 50 orang responden yang termasuk dalam kriteria penelitian. Setelah data terkumpul, dilakukan proses editing terhadap data dan selanjutnya dilakukan analisis data. Untuk gambaran dari responden penelitian sendiri, analisis data dilakukan secara deskriptif melalui tabel frekuensi dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows.

4.2.1. Identitas Responden

Identitas responden dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin responden, usia reponden, pendidikan terakhir yang ditempuh responden, masa kerja di PT.

(13)

Indomobil Sukses International Tbk. hingga saat ini, dan jabatan yang dipegangnya saat ini di perusahaan.

1. Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.1.

Jenis Kelamin Responden n=50

No Jenis Kelamin Frekuensi %

1 Laki-kaki 42 84

2 Perempuan 8 16

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Identitas Responden no. 1 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan analisis data pada tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah karyawan dari jenis kelamin laki-laki di PT. Indomobil Sukses International Tbk. lebih banyak daripada karyawan dari jenis kelamin perempuan. Dimana berdasarkan tabel di atas, jumlah karyawan laki-laki sebanyak 42 orang (84 %) dan jumlah karyawan perempuan sebanyak 8 orang (16 %).

2. Usia Responden

Analisis data berdasarkan kesesuaian hasil kuesioner, ditemukan bahwa usia responden termuda dalam penelitian ini adalah kurang dari 25 tahun, sedangkan usia tertua adalah mereka yang berusia lebih dari 35 tahun. Adapun penggambarannya adalah sebagai berikut :

(14)

Tabel 4.2. Usia Responden n=50 No Usia Frekuensi % 1 < 25 tahun 9 18 2 25 - 35 tahun 26 52 3 > 35 tahun 15 30 Total 50 100

Sumber : Kuesioner Identitas Responden no. 2 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan analisis data pada tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa usia responden terbanyak ada pada kelompok usia 25 tahun – 35 tahun dengan total jumlah responden sebanyak 26 orang (52 %). Mereka yang berusia lebih dari 35 tahun terdapat sebanyak 15 orang (30 %). Sedangkan usia responden paling sedikit ada pada kelompok usia kurang dari 25 tahun dengan total jumlah responden sebanyak 9 orang (18 %).

Jika melihat usia keseluruhan jumlah responden dalam penelitian, dimana yang termuda adalah kurang dari 25 tahun dan tertua lebih dari 35 tahun, maka dapat dikatakan di sini bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah individu yang berusia dewasa awal.

(15)

3. Pendidikan Responden Tabel 4.3. Pendidikan Responden n = 50 No Tingkat Pendidikan Frekuensi % 1 D3 4 8 2 S1 34 68 3 S2 12 24 Total 50 100

Sumber : Kuesioner Identitas Responden no. 3 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan analisis data pada tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir dari karyawan di PT. Indomobil Sukses International Tbk. terbanyak adalah mereka yang bergelar S1 dengan jumlah 34 orang (68 %). Jumlah terbanyak kedua adalah mereka yang bergelar S2 berjumlah 12 orang (24 %). Yang paling sedikit adalah, karyawan dengan tingkat pendidikan D3 dengan jumlah hanya 4 orang (8 %). Secara keseluruhan dapat dikatakan di sini bahwa mayoritas karyawan di PT. Indomobil Sukses International Tbk. yang menjadi responden dalam penelitian ini berada pada tingkat pendidikan yang tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan mendominasinya karyawan dengan tingkat pendidikan S1 dan S2 yang menjadi responden dalam penelitian ini.

(16)

4. Masa Kerja Reponden

Tabel 4.4.

Masa Kerja Responden n=50

No Masa kerja Frekuensi %

1 1-5 tahun 2 4

2 6-10 tahun 9 18

3 > 10 tahun 39 78

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Identitas Responden no. 4 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Analisis data pada tabel 4.4 di atas, secara umum menunjukkan lamanya responden bekerja sebagai karyawan di PT. Indomobil Sukses International Tbk. Berdasarkan analisis data di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak ada pada karyawan yang telah bekerja PT. Indomobil Sukses International Tbk. telah lebih dari 10 tahun, yaitu dengan jumlah responden sebanyak 39 orang (78 %). Jumlah kedua ada pada karyawan yang telah bekerja antara 5 sampai dengan 10 tahun, dengan jumlah 9 responden (18 %). Jumlah terkecil ada pada karyawan yang telah bekerja antara 1 sampai dengan 5 tahun, dengan jumlah 2 responden (4 %)..

Jika lamanya bekerja merupakan bentuk loyalitas dari karyawan terhadap perusahaannya, maka mereka yang menjadi responden dalam penelitian ini terbilang cukup loyal untuk bekerja di PT. Indomobil Sukses International Tbk. Hal ini dapat diketahui melalui dominannya jumlah karyawan yang telah bekerja di PT. Indomobil Sukses International Tbk. selama kurun waktu lebih dari 10 tahun.

(17)

5. Jabatan Responden

Tabel 4.5. Jabatan Responden

n=50

No Jabatan Pekerjaan Frekuensi %

1 Staff 34 68

2 Supervisor 10 20

3 Manager 6 12

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Identitas Responden no. 5 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Analisis data pada tabel 4.5 di atas, secara umum menunjukkan jabatan responden di perusahaan. Berdasarkan analisis data di atas menunjukkan bahwa jumlah responden terbanyak ada pada karyawan dengan jabatan sebagai staff, yaitu dengan jumlah responden sebanyak 34 orang (68 %). Jumlah kedua ada pada responden yang mempunyai jabatan sebagai supervisor, dengan jumlah 10 responden (20 %). Di urutan ketiga adalah responden yang mempunyai jabatan sebagai manager dengan jumlah responden sebanyak 6 orang (12 %).

4.2.2. Deskripsi Jawaban atas Variabel Efektivitas Peran Public Relations Seperti telah dijelaskan sebelumnya, peran PR di sini meliputi : (1) Peran sebagai Teknisi komunikasi (communication technician); (2) Peran sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber); (3) Peran sebagai Fasilitator Komunikasi. (Communication Facilitator); dan (4) Peran sebagai Fasilitator Proses Pemecahan Masalah. (Problem Solving Process Fasilitator).

(18)

Masing-masing peran ini digambarkan dalam tabel frekuensi sesuai dengan jawaban responden, setelah itu dari kategori jawaban ini dihitung untuk mengetahui efektivitas masing-masing peran PR di perusahaan.

4.2.2.1. Peran sebagai Teknisi komunikasi (communication technician)

Dalam kuesioner penelitian Indikator atas Peran PR sebagai Teknisi komunikasi (communication technician) terdiri dari 5 pernyataan. Masing jawaban dari responden atas peran PR dalam hal ini adalah :

Tabel 4.6.

PR Melayani Media dengan Baik n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju - 0

3 Ragu-ragu 10 20

4 Setuju 11 22

5 Sangat Setuju 29 58

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 1 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 10 orang (20 %) menjawab Ragu-ragu, 11 orang (22 %) menjawab Setuju, dan 29 orang (58 %) responden menjawab Setuju. Tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju dan Tidak Setuju.

(19)

Tabel 4.7.

PR Mempunyai Jaringan Media yang Luas n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 13 26

3 Ragu-ragu 25 50

4 Setuju 7 14

5 Sangat Setuju 5 10

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 2 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 13 orang (26 %) menjawab Tidak Setuju, 25 orang (50 %) menjawab Ragu-ragu, 7 orang (14 %) responden menjawab Setuju, dan 5 orang (10 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Tabel 4.8.

PR Mempunyai Kemampuan Menulis n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 16 32

3 Ragu-ragu 14 28

4 Setuju 19 38

5 Sangat Setuju 1 2

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 3 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 16 orang (32 %) menjawab Tidak Setuju, 14 orang (28 %) menjawab Ragu-ragu, 19

(20)

orang (38 %) responden menjawab Setuju, dan 1 orang (2 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Tabel 4.9.

PR selalu Memantau Berita mengenai Perusahaan yang Beredar di Media Massa

n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 8 16

3 Ragu-ragu 14 28

4 Setuju 11 22

5 Sangat Setuju 17 34

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 4 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 8 orang (16 %) menjawab Tidak Setuju, 14 orang (28 %) menjawab Ragu-ragu, 11 orang (22 %) responden menjawab Setuju, dan 17 orang (34 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Tabel 4.10.

PR Mempunyai Kemampuan untuk Membuat Press Release n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 19 38

3 Ragu-ragu 11 22

4 Setuju 5 10

5 Sangat Setuju 15 30

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 5 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

(21)

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 19 orang (38 %) menjawab Tidak Setuju, 11 orang (22 %) menjawab Ragu-ragu, 5 orang (10 %) responden menjawab Setuju, dan 15 orang (30 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Variabel Peran PR sebagai Teknisi komunikasi (communication

technician) terdiri dari 5 pernyataan sehingga skor tertinggi yang diperoleh adalah

5 x 5 = 25 (dengan asumsi responden menjawab dengan "sangat setuju" untuk semua pernyataan yang ada) sedangkan skor terendah yang diperoleh adalah 1 x 5 = 5 (dengan asumsi responden menjawab dengan "sangat tidak setuju" untuk semua pernyataan yang ada). Dengan demikian akan diperoleh kelas interval sebagai berikut :

R (range) = skor tertinggi – skor terendah interval

Berdasarkan formulasi di atas, maka perhitungannya adalah sebagai berikut : R (range) = 5 . 5 - 5 . 1 = 25 - 5 = 20 = 4

5 5 5

selanjutnya hasil yang diperoleh berdasarkan pemberian skor pada jawaban responden adalah :

 1 – 5 : Sangat Tidak efektif  6 – 9 : Tidak Efektif

 10 – 14 : Cukup Efektif  15 – 19 : Efektif

 20 – 25 : Sangat Efektif

Tabel frekuensi dari jawaban pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh responden dalam penelitian, dapat digambarkan berikut ini :

(22)

Tabel 4.11. Efektivitas Peran PR sebagai Teknisi komunikasi (communication technician)

n=50

No Tingkat Efektivitas Frekuensi %

1 1 – 5 (Sangat Tidak Efektif) - 0

2 6 – 9 (Tidak Efektif) 2 4

3 10 – 14 (Cukup Efektif) 10 20

4 15 – 19 (Efektif) 32 64

5 20 – 25 (Sangat Efektif) 6 12

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 1-5 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Analisis data menunjukkan bahwa, 2 orang (4 %) menganggap peran PR sebagai Teknisi komunikasi (communication technician) tidak efektif, 10 orang (20 %) menganggap cukup efektif, 32 orang (64 %) menganggapnya efektif, dan 6 orang (12 %) menganggap peran PR adalah sangat efektif.

Berdasarkan analisis data pada tabel 4.10 di atas dapat dikatakan di sini bahwa karyawan di PT. Indomobil Sukses International Tbk. menilai bahwa peran PR sebagai Teknisi komunikasi (communication technician) sudah efektif.

4.2.2.2. Peran sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber)

Dalam kuesioner penelitian Indikator atas Peran PR sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber) terdiri dari 4 pernyataan. Masing jawaban dari responden atas peran PR dalam hal ini adalah :

(23)

Tabel 4.12.

PR Mempunyai Pengalaman yang Cukup di Bidangnya n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 14 28

3 Ragu-ragu 25 50

4 Setuju 5 10

5 Sangat Setuju 6 12

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 6 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 14 orang (28 %) menjawab Tidak Setuju, 25 orang (50 %) menjawab Ragu-ragu, 5 orang (10 %) responden menjawab Setuju, dan 6 orang (12 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Tabel 4.13.

PR Memiliki Kemampuan Memberikan Solusi dalam Penyelesaian Masalah Hubungan dengan Publik

n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 13 26

3 Ragu-ragu 25 50

4 Setuju 6 12

5 Sangat Setuju 6 12

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 7 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 13 orang (26 %) menjawab Tidak Setuju, 25 orang (50 %) menjawab Ragu-ragu, 6

(24)

orang (12 %) responden menjawab Setuju, dan 6 orang (12 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Tabel 4.14.

PR Memiliki Kemampuan

Memberikan Nasehat/Masukan ke Perusahaan n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 17 34

3 Ragu-ragu 22 44

4 Setuju 3 6

5 Sangat Setuju 8 16

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 8 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 17 orang (34 %) menjawab Tidak Setuju, 22 orang (44 %) menjawab Ragu-ragu, 3 orang (6 %) responden menjawab Setuju, dan 8 orang (16 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Tabel 4.15.

PR Memiliki Wawasan yang Luas n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 18 36

3 Ragu-ragu 12 24

4 Setuju 15 30

5 Sangat Setuju 5 10

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 9 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

(25)

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 18 orang (36 %) menjawab Tidak Setuju, 12 orang (24 %) menjawab Ragu-ragu, 15 orang (30 %) responden menjawab Setuju, dan 5 orang (10 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Variabel Peran PR sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber) terdiri dari 4 pernyataan sehingga skor tertinggi yang diperoleh adalah 5 x 4 = 20 (dengan asumsi responden menjawab dengan "sangat setuju" untuk semua pernyataan yang ada) sedangkan skor terendah yang diperoleh adalah 1 x 4 = 4 (dengan asumsi responden menjawab dengan "sangat tidak setuju" untuk semua pernyataan yang ada). Dengan demikian akan diperoleh kelas interval sebagai berikut :

R (range) = skor tertinggi – skor terendah interval

Berdasarkan formulasi di atas, maka perhitungannya adalah sebagai berikut : = 4 . 5 - 4 . 1 = 20 - 4 = 16 = 3,2... ≈ 3 (dibulatkan menjadi 3) 5 5 5

selanjutnya hasil yang diperoleh berdasarkan pemberian skor pada jawaban responden adalah :

 1 – 4 : Sangat Tidak Efektif  5 – 8 : Tidak Efektif

 9 – 12 : Cukup Efektif  13 – 16 : Efektif

 17 – 20 : Sangat Efektif

Tabel frekuensi dari jawaban pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh responden dalam penelitian, dapat digambarkan berikut ini :

(26)

Tabel 4.16. Efektivitas Peran PR sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber)

n=50

No Tingkat Efektivitas Frekuensi %

1 1 – 4 (Sangat Tidak Efektif) - 0

2 5 – 8 (Tidak Efektif) 1 2

3 9 – 12 (Cukup Efektif) 28 56

4 13 – 16 (Efektif) 20 40

5 17 – 20 (Sangat Efektif) 1 2

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 6-9 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Analisis data menunjukkan bahwa, 1 orang (2 %) menganggap peran PR sebagai sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber) tidak efektif dan sangat efektif, 28 orang (56 %) menganggap cukup efektif, dan 20 orang (40 %) menganggap peran PR adalah efektif.

Berdasarkan analisis data pada tabel 4.16 di atas dapat dikatakan di sini bahwa karyawan di PT. Indomobil Sukses International Tbk. menilai bahwa peran PR sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber) sudah efektif.

4.2.2.3. Peran sebagai Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator) Dalam kuesioner penelitian Indikator atas Peran PR sebagai Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator) terdiri dari 4 pernyataan. Masing jawaban dari responden atas peran PR dalam hal ini adalah :

(27)

Tabel 4.17.

PR telah Berperan sebagai Komunikator yang Baik n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju - 0

3 Ragu-ragu 29 58

4 Setuju 18 36

5 Sangat Setuju 3 9

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 10 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 29 orang (58 %) menjawab Ragu-ragu, 18 orang (36 %) responden menjawab Setuju, dan 3 orang (6 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju dan tidak setuju.

Tabel 4.18.

PR telah Berperan sebagai Mediator yang Baik n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 2 4

3 Ragu-ragu 20 40

4 Setuju 22 44

5 Sangat Setuju 6 12

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 11 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 2 orang (4 %) menjawab Tidak Setuju, 20 orang (40 %) menjawab Ragu-ragu, 22 orang (44 %) responden menjawab Setuju, dan 6 orang (12 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

(28)

Tabel 4.19.

PR Mempunyai Kemampuan untuk Menjelaskan

Keinginan, Kebijakan dan Harapan Organisasi kepada Publiknya n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 3 6

3 Ragu-ragu 21 42

4 Setuju 21 42

5 Sangat Setuju 5 10

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 12 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 3 orang (6 %) menjawab Tidak Setuju, 21 orang (42 %) menjawab Ragu-ragu, 21 orang (42 %) responden menjawab Setuju, dan 5 orang (10 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Tabel 4.20.

PR telah Berhasil Membangun Komunikasi Dua Arah n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 17 34

3 Ragu-ragu 23 46

4 Setuju 6 12

5 Sangat Setuju 4 8

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 13 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 17 orang (34 %) menjawab Tidak Setuju, 23 orang (46 %) menjawab Ragu-ragu, 6

(29)

orang (12 %) responden menjawab Setuju, dan 4 orang (8 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Variabel Peran PR sebagai Fasilitator Komunikasi (Communication

Facilitator) terdiri dari 4 pernyataan sehingga skor tertinggi yang diperoleh

adalah 5 x 4 = 20 (dengan asumsi responden menjawab dengan "sangat setuju" untuk semua pernyataan yang ada) sedangkan skor terendah yang diperoleh adalah 1 x 4 = 4 (dengan asumsi responden menjawab dengan "sangat tidak setuju" untuk semua pernyataan yang ada). Dengan demikian akan diperoleh kelas interval sebagai berikut :

R (range) = skor tertinggi – skor terendah interval

Berdasarkan formulasi di atas, maka perhitungannya adalah sebagai berikut : = 4 . 5 - 4 . 1 = 20 - 4 = 16 = 3,2... ≈ 3 (dibulatkan menjadi 3) 5 5 5

selanjutnya hasil yang diperoleh berdasarkan pemberian skor pada jawaban responden adalah :

 1 – 4 : Sangat Tidak Efektif  5 – 8 : Tidak Efektif

 9 – 12 : Cukup Efektif  13 – 16 : Efektif

 17 – 20 : Sangat Efektif

Tabel frekuensi dari jawaban pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh responden dalam penelitian, dapat digambarkan berikut ini :

(30)

Tabel 4.21. Efektivitas Peran PR sebagai Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator)

n=50

No Tingkat Efektivitas Frekuensi %

1 1 – 4 (Sangat Tidak Efektif) - 0

2 5 – 8 (Tidak Efektif) - 0

3 9 – 12 (Cukup Efektif) 16 32

4 13 – 16 (Efektif) 30 60

5 17 – 20 (Sangat Efektif) 4 8

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 10-13 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Analisis data menunjukkan bahwa, 16 orang (32 %) menganggap peran PR sebagai Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator) cukup efektif, 30 orang (60 %) menganggap efektif, dan 4 orang (8 %) menganggap peran PR adalah sangat efektif.

Berdasarkan analisis data pada tabel 4.21 di atas dapat dikatakan di sini bahwa karyawan di PT. Indomobil Sukses International Tbk. menilai bahwa Peran PR sebagai Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator) sudah efektif.

4.2.2.4. Peran sebagai Fasilitator Proses Pemecahan Masalah. (Problem

Solving Process Fasilitator)

Dalam kuesioner penelitian Indikator atas Peran PR sebagai Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Fasilitator) terdiri dari 4 pernyataan. Masing jawaban dari responden atas peran PR dalam hal ini adalah :

(31)

Tabel 4.22.

PR Mampu Bekerja Sama dengan

Departemen Lain untuk Menyelesaikan Masalah yang Terjadi n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 28 56

3 Ragu-ragu 10 20

4 Setuju 5 10

5 Sangat Setuju 7 14

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 14 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 28 orang (56 %) menjawab Tidak Setuju, 10 orang (20 %) menjawab Ragu-ragu, 5 orang (10 %) responden menjawab Setuju, dan 7 orang (14 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Tabel 4.23.

PR dapat Membantu Perusahaan untuk Mengatasi Masalah n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 19 38

3 Ragu-ragu 11 22

4 Setuju 7 14

5 Sangat Setuju 13 26

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 15 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 19 orang (38 %) menjawab Tidak Setuju, 11 orang (22 %) menjawab Ragu-ragu, 7

(32)

orang (14 %) responden menjawab Setuju, dan 13 orang (26 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Tabel 4.24.

PR dapat Berperan Mengatasi Krisis yang Terjadi di Perusahaan

n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 12 24

3 Ragu-ragu 24 48

4 Setuju 6 12

5 Sangat Setuju 8 16

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 16 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 12 orang (24 %) menjawab Tidak Setuju, 24 orang (48 %) menjawab Ragu-ragu, 6 orang (12 %) responden menjawab Setuju, dan 8 orang (16 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Tabel 4.25.

Keputusan PR Menjadi Solusi yang Baik bagi Perusahaan n = 50

No Penilaian Responden Frekuensi %

1 Sangat Tidak Setuju - 0

2 Tidak Setuju 10 20

3 Ragu-ragu 21 42

4 Setuju 8 16

5 Sangat Setuju 11 22

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 17 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

(33)

Berdasarkan jawaban responden dalam tabel tersebut di atas terdapat 20 orang (40 %) menjawab Tidak Setuju, 21 orang (42 %) menjawab Ragu-ragu, 8 orang (16 %) responden menjawab Setuju, dan 11 orang (22 %) menjawab Sangat Setuju, serta tidak ada responden yang menjawab Sangat Tidak Setuju.

Variabel Peran PR sebagai Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Fasilitator) terdiri dari 4 pernyataan sehingga skor tertinggi yang diperoleh adalah 5 x 4 = 20 (dengan asumsi responden menjawab dengan "sangat setuju" untuk semua pernyataan yang ada) sedangkan skor terendah yang diperoleh adalah 1 x 4 = 4 (dengan asumsi responden menjawab dengan "sangat tidak setuju" untuk semua pernyataan yang ada). Dengan demikian akan diperoleh kelas interval sebagai berikut :

R (range) = skor tertinggi – skor terendah interval

Berdasarkan formulasi di atas, maka perhitungannya adalah sebagai berikut : = 4 . 5 - 4 . 1 = 20 - 4 = 16 = 3,2... ≈ 3 (dibulatkan menjadi 3) 5 5 5

selanjutnya hasil yang diperoleh berdasarkan pemberian skor pada jawaban responden adalah :

 1 – 4 : Sangat Tidak Efektif  5 – 8 : Tidak Efektif

 9 – 12 : Cukup Efektif  13 – 16 : Efektif

 17 – 20 : Sangat Efektif

Tabel frekuensi dari jawaban pernyataan-pernyataan yang diberikan oleh responden dalam penelitian, dapat digambarkan berikut ini :

(34)

Tabel 4.26. Efektivitas Peran PR sebagai Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process Fasilitator)

n=50

No Tingkat Efektivitas Frekuensi %

1 1 – 4 (Sangat Tidak Efektif) - 0

2 5 – 8 (Tidak Efektif) 2 4

3 9 – 12 (Cukup Efektif) 23 46

4 13 – 16 (Efektif) 21 42

5 17 – 20 (Sangat Efektif) 4 8

Total 50 100

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 14-17 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Analisis data menunjukkan bahwa, 2 orang (4 %) menganggap Peran PR sebagai Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process

Fasilitator) tidak efektif, 23 orang (46 %) menganggap cukup efektif, 21 orang

(42 %) menganggap efektif, dan 4 orang (8 %) menganggap peran PR adalah sangat efektif.

Berdasarkan analisis data pada tabel 4.26 di atas dapat dikatakan di sini bahwa karyawan di PT. Indomobil Sukses International Tbk. menilai bahwa Peran PR sebagai Fasilitator Proses Pemecahan Masalah (Problem Solving Process

Fasilitator) sudah efektif.

4.3. Pembahasan

Praktisi humas senantiasa dihadapkan pada tantangan dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya. Perkembangan komunikasi tidak memungkinkan lagi bagi suatu organisasi untuk menutup-nutupi suatu fakta. Oleh karena itu, para personilnya kini jauh lebih dituntut untuk mampu menjadikan orang-orang lain memahami suatu pesan, demi menjaga reputasi atau

(35)

citra perusahaan yang diwakilinya.

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan melalui efektivitas peran humas di PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk., dapat dikatakan di sini bahwa temuan data serta analisis data yang dilakukan dapat dikatakan bahwa peran

Public Relations di PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. dinilai sudah efektif

dalam menjalankan strateginya di perusahaan ke dalam 4 perannya, yaitu (1) Peran sebagai Teknisi komunikasi (communication technician); (2) Peran sebagai Penasehat Ahli (Expert Prescriber); (3) Peran sebagai Fasilitator Komunikasi. (Communication Facilitator); dan (4) Peran sebagai Fasilitator Proses Pemecahan Masalah. (Problem Solving Process Fasilitator).

Efektivitas berasal dari kata efektif, yang memiliki arti berhasil guna atau membawa hasil yang positif. Apabila dihubungkan dengan komunikasi, maka komunikasi yang efektif adalah bagaimana penyebar pesan (komunikator) dengan penerima pesan (komunikan) dapat menimbulkan suatu pengertian yang sama tentang suatu pesan (efek). Perubahan yang terjadi disebut efek positif atau efektivitas.

Melalui penjabaran efektivitas peran humas pada 4 kegiatan tersebut, selanjutnya penulis juga menggambarkan efektivitas peran humas secara keseluruhan di PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. Perhitungan dari efektivitas peran humas ini diperoleh melalui nilai rata-rata dari keseluruhan jawaban responden. Berikut ini adalah tabel dari penggambaran efektivitas peran humas PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk. :

(36)

Tabel 4.27.

Analisis Keseluruhan Efektivitas Peran Humas di PT. Indomobil Sukses International Tbk.

Atribut Nilai

Rata-rata

No Deskripsi

1 PR mampu melayani media dengan baik 4.38

2 PR sudah mempunyai jaringan media yang luas 3.08

3 PR sudah mempunyai kemampuan menulis 3.10

4 PR selalu memantau berita mengenai perusahaan yang beredar di

media massa 3.74

5 PR mempunyai kemampuan untuk membuat siaran pers (press

release) 3.32

6 PR mempunyai pengalaman yang cukup di bidangnya 3.06

7 PR memiliki kemampuan memberikan solusi dalam

penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya 3.10

8 PR mampu memberikan nasehat/masukan ke perusahaannya 3.04

9 PR memiliki wawasan luas 3.14

10 PR telah berperan sebagai komunikator yang baik 3.48

11 PR telah berperan sebagai Mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginkan dan

diharapkan oleh publiknya 3.64

12 PR mempunyai kemampuan untuk menjelaskan keinginan dan

kebijakan dan harapan organisasi kepada publiknya 3.56

13 PR berhasil membangun komunikasi dua arah sehingga tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai dan mendukun dan

toleransi yang baik dari perusahaan kepada publiknya 2.94

14 PR mampu bekerja bersama dengan departemen lainnya untuk

menyelesaikan masalah yang terjadi 2.82

15 PR dapat Membantu perusahaan untuk mengatasi masalah secara

rasional dan professional 3.28

16 PR dapat berperan mengatasi krisis yang terjadi di perusahaan 3.20

17 Keputusan PR menjadi solusi yang baik bagi perusahaan 3.40

Total 56.28

Sumber : Kuesioner Efektivitas Peran PR no. 1-17 Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 16.0

Berdasarkan analisis data di atas diketahui bahwa nilai rata-rata terendah dari efektivitas peran humas di PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk., berada pada atribut ke-14 yaitu pernyataan yang mengatakan bahwa “PR mampu bekerja bersama dengan departemen lainnya untuk menyelesaikan masalah yang terjadi”. Sedangkan nilai rata-rata tertinggi dari efektivitas peran humas di PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk., berada pada atribut ke-1 yaitu pernyataan yang

(37)

mengatakan bahwa “PR mampu melayani media dengan baik”.

Untuk mengetahui penilaian dari responden terhadap efektivitas peran PR, selanjutnya dicari skor maksimum dan minimum dengan cara seperti pada penilaian terhadap efektivitas keempat peran PR. Variabel efektivitas Peran PR dalam kuesioner penelitian terdiri dari 17 pernyataan sehingga skor tertinggi yang diperoleh adalah 5 x 17 = 85 (dengan asumsi responden menjawab dengan "sangat setuju" untuk semua pernyataan yang ada) sedangkan skor terendah yang diperoleh adalah 1 x 17 = 17 (dengan asumsi responden menjawab dengan "sangat tidak setuju" untuk semua pernyataan yang ada). Melalui perhitungan ini selanjutnya dibuat skala dengan penggambaran sebagai berikut :

 1 x 17 x 50 = 850 : Sangat Tidak Efektif  2 x 17 x 50 = 1700 : Tidak Efektif

 3 x 17 x 50 = 2550 : Cukup Efektif  4 x 17 x 50 = 3400 : Efektif

 5 x 17 x 50 = 4250 : Sangat Efektif

Selanjurnya berdasarkan nilai rata-rata dari efektivitas peran PR secara keseluruhan di PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk., dapat digambarkan dalam skala penilaian berikut ini :

Gambar 4.1.

Skala Penilaian Efektivitas Peran PR di PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk.

Sangat tidak cukup sangat tidak efektif efektif efektif efektif efektif 850 1700 2550 3400 4250

Melalui penggambaran di atas dapat dilihat bahwa nilai sebesar 2814 2814

(38)

berada pada penilaian yang cukup efektif dan efektif, sehingga sama halnya dengan efektivitas peran humas pada ke-4 perannya, maka pada hasil keseluruhan efektivitas peran humas di PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk., dinilai efektif.

Secara umum, sasaran kegiatan PR adalah menciptakan opini publik yang menguntungkan perusahaan atau lembaga yang bersangkutan. Untuk mencapai tujuan atau sasaran tersebut, perlu diupayakan hubungan yang harmonis antara

public relations dan lingkungannya (“…to establish harmony between the subject and its environtment”). Public relations mempunyai fungsi timbal-balik, ke luar

dan ke dalam. Ke luar, PR harus mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran (image) masyarakat yang positif terhadap segala tindakan dan kebijakan organisasi atau lembaganya. Ke dalam, PR berusaha mengenali, mengidentifikasi hal-hal yang dapat menimbulkan sikap dan gambaran yang negatif (kurang menguntungkan) dalam masyarakat sebelum suatu tindakan atau kebijakan itu dijalankan. Ini berarti PR harus mengetahui dari dekat apa yang terjadi di dalam perusahaan atau lembaganya, termasuk ketentuan kebijakan dan perencanaan tindakan. PR berperan dalam membina hubungan baik antara lembaga atau organisasinya dengan masyarakat dan dengan media massa. Fungsi pokoknya adalah mengatur lalu lintas, sirkulasi informasi internal dan eksternal, dengan memberikan informasi serta penjelasan seluas mungkin kepada publik (masyarakat) mengenai kebijakan, program, serta tindakan-tindakan dari lembaga atau organisasinya, agar dapat dipahami sehingga memperoleh public support dan

Gambar

Tabel 4.2.  Usia Responden  n=50  No  Usia  Frekuensi  %  1  &lt; 25 tahun  9  18  2  25 - 35 tahun  26  52  3  &gt; 35 tahun  15  30  Total  50  100
Tabel 4.11. Efektivitas Peran PR sebagai Teknisi  komunikasi  (communication technician)
Tabel 4.16. Efektivitas Peran PR sebagai  Penasehat Ahli (Expert Prescriber)
Tabel 4.21. Efektivitas Peran PR sebagai  Fasilitator Komunikasi (Communication Facilitator)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hal demikian berlaku seperti halnya peralatan di industri yang digunakan sesuai dengan kebutuhan termasuk untuk kepentingan sertifikasi dalam mempertahankan atau menjaga

Roll merupakan kesalahan yang terjadi akibat sapuan atau biasa disebut swath sounder yang dihasilkan dari transduser tidak menyapu secara tegak lurus terhadap permukaan

Sebelumdilaksanakannya upacara mepandes terlebih dahulu dilakukan upacara pengekeban atau ngekeb.Ngekebberasal dari kata nyekeb yang berarti meredam unsur-unsur yang

learning melibatkan siswa dalam berpendapat sehingga aktivitas siswa akan muncul sesuai dengan teori dari Hamalik (2011) bahwa pembelajaran discovery berorientasi

Berikut adalah analisis data yang mendeskripsikan tentang pelnggaran prinsip kerja sama, implikatur percakapan, dan tema yang digunakan dalam wacana humor politik

Sebagaimana dapatan kajian oleh Sendil (2015) dan Sahin (2011), kajian ini menunjukkan bahawa program pendidikan guru berjaya membentuk amalan pemikiran reflektif dalam

Pada subbab di atas, kalian telah mempelajari tentang keunggulan dan keterbatasan antarruang dalam permintaan, penawaran, teknologi serta pelaku ekonomi. Keunggulan

Obyektif iklan Gamelan United adalah untuk membangun citra gamelan sebagai instrumen musik yang dapat menjadi media berekspresi generasi muda berusaha dicapai