• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KINERJA DAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK/GURU DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : TONIC UDA Dosen FKIP Universitas Palangka Raya ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KINERJA DAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK/GURU DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : TONIC UDA Dosen FKIP Universitas Palangka Raya ABSTRAK"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KINERJA DAN PROFESIONALISME TENAGA PENDIDIK/GURU DI KOTA PALANGKA RAYA

Oleh : TONIC UDA

Dosen FKIP Universitas Palangka Raya ABSTRAK

Salah satu komponen utama yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah guru. Peran guru sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki guru dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Guru yang memiliki kompetensi sebagai pendidik akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dibanding dengan guru yang tidak memiliki kompetensi. Keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran akan meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas pendidikan harus dimulai dari peningkatan kualitas guru.

Guru yang berkualitas adalah guru yang profesional dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Guru yang profesional mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran, serta menilai hasil pembelajaran. Dengan kata lain bahwa guru yang berkualitas adalah guru yang mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung-jawab dan layak atau guru yang memiliki kinerja yang baik.

Kinerja guru merupakan prestasi yang dapat ditunjukkan oleh guru. Ia merupakan hasil yang dapat dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu yang tersedia. Wujud dari kinerja guru direalisasikan oleh kompetensi atau profesionalismenya (Riduwan, 2009). Berdasarkan ungkapan tersebut berarti kinerja guru (teacher performance) berkaitan dengan profesionalisme guru, artinya untuk memiliki kinerja yang baik guru harus didukung dengan profesionalisme atau kompetensi yang baik pula. Esensi dari kinerja guru tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau profesionalisme yang dimilikinya dalam dunia kerjannya. Dunia kerja guru adalah membelajarkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

(2)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Definisi ini menunjukkan bahwa pendidikan mencakup ranah pengetahuan, ketrampilan, dan sikap, yang kuncinya adalah mengembangkan potensi peserta didik menjadi berkemampu-an untuk hidup di masyarakat.

Salah satu komponen utama yang menentukan keberhasilan pendidikan adalah guru. Peran guru sangat menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki guru dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Guru yang memiliki kompetensi sebagai pendidik akan lebih berhasil dalam melaksanakan pembelajaran dibanding dengan guru yang tidak memiliki kompetensi. Keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran akan meningkatkan prestasi belajar peserta didik yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kualitas pendidikan harus dimulai dari peningkatan kualitas guru.

Guru yang berkualitas adalah guru yang profesional dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Guru yang profesional mampu merancang dan melaksanakan pembelajaran, serta menilai hasil pembelajaran. Dengan kata lain bahwa guru yang berkualitas adalah guru yang mampu melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung-jawab dan layak atau guru yang memiliki kinerja yang baik.

Kinerja guru merupakan prestasi yang dapat ditunjukkan oleh guru. Ia merupakan hasil yang dapat dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu yang tersedia. Wujud dari kinerja guru direalisasikan oleh kompetensi atau profesionalismenya (Riduwan, 2009). Berdasarkan ungkapan tersebut berarti kinerja guru (teacher performance) berkaitan dengan profesionalisme guru, artinya untuk memiliki kinerja yang baik guru harus didukung dengan profesionalisme atau kompetensi yang baik pula. Esensi dari kinerja guru tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau profesionalisme yang dimilikinya dalam dunia kerjannya. Dunia kerja guru adalah membelajarkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Program peningkatan kinerja dan profesionalisme guru dimulai dengan penetapan standar minimum kompetensi guru. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 39 ayat 2 menjelaskan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat bagi

(3)

pendidik pada perguruan tinggi. Selanjutnya pada pasal 42 ayat 1 dijelaskan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut pendidik harus memiliki kompetensi minimum.

Menurut pasal 28 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional dan pasal 10 ayat 1 UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi pendidik/guru terdiri dari: 1) Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2) Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

3) Kompetensi profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

4) Kompetensi sosial.

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Dengan latar belakang di atas, maka penilaian kinerja guru merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian serius khususnya oleh pemerintah daerah. Evaluasi kinerja guru, merupakan salah satu komponen penting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pada tahun 2012 Badan Perencanaan dan Pembangunan daerah (Bappeda) Kota Palangka Raya bermaksud melaksanakan kajian terhadap peningkatan kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik atau guru di Kota Palangka Raya, sehingga dapat dilakukan upaya-upaya konkrit ke depan untuk pengembangan dan pembinaan guru di Kota Palangka Raya.

RUANG LINGKUP DAN METODE 2.1. Ruang Lingkup Kegiatan

Lingkup kegiatan kajian peningkatan kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik/guru di Kota Palangka Raya ini adalah evaluasi terhadap kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik/guru pada berbagai satuan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), dan Sekolah

(4)

2.2. Tahapan Pelaksanaan

Adapun berbagai rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam kajian ini adalah sebagai berikut:

1) Tahap persiapan

 Pembentukan Tim Kerja

 Menyusun laporan pendahuluan

 Melakukan seminar pendahuluan 2) Tahap pelaksanaan

 Menyusun instrumen pengumpulan data lapangan

 Melakukan survei dan pengumpulan data

 Menganalisis data

 Melakukan studi banding ke luar daerah yang dianggap representatif untuk merumuskan program aksi

3) Tahap pelaporan

 Menyusun laporan hasil evaluasi kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik/guru di Kota Palangka Raya

 Melakukan seminar laporan akhir

 Revisi laporan akhir, penjilidan, dan pendistribusian.

2.3. Waktu Pelaksanaan

Kegiatan kajian peningkatan kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik/guru di Kota Palangka Raya ini dilaksanakan dalam triwulan I sampai triwulan III tahun 2012. Waktu kegiatan tersebut mencakup tahap persiapan, tahap pengumpulan data, dan tahap pelaporan.

2.4. Metode Pengumpulan Data

Kajian ini merupakan lingkup penelitian survei, dimana data diambil dari sejumlah sampel/responden melalui teknik sampling yang representatif sehingga mampu menggambarkan kondisi populasi yang sebenarnya. Populasi dalam kajian ini adalah tenaga pendidik/guru baik yang sudah bersertifikasi maupun yang belum bersetitifkasi pendidik.

Pengumpulan data kinerja tenaga pendidik/guru dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner yang disusun dan dirancang untuk mampu mengungkapkan kinerja dan profesionalisme tenaga pendidik/guru di Kota Palangka Raya dalam menjalankan kompetensinya. Kuesioner tersebut diisi oleh berbagai pihak, baik di lingkup Dinas Pendidikan, di lingkup sekolah yaitu oleh kepala sekolah dan guru, dan oleh pengawas sekolah pada satuan pendidikan yang bersangkutan.

(5)

Melakukan peninjauan secara langsung di sekolah dengan mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh beberapa orang guru di sekolah. 3. Studi Banding

Melakukan kegiatan studi banding ke luar daerah atau dinas pendidikan di luar daerah yang dianggap representatif untuk mendapatkan gambaran atau upaya-upaya pembinaan dan pengembangan kinerja dan profesionalisme guru yang lebih baik. Hasilnya akan menjadi bahan masukan untuk penyusunan rencana aksi atau program.

2.5. Metode Analisis Data

Hasil pengumpulan data lapangan selanjutnya dilakukan analisis secara mendalam dan komprehensif dengan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. 1. Analisis deskriptif kuantitatif, dimaksudkan untuk menyajikan data berupa

ukuran sentral dan ukuran penyebaran dari masing-masing indikator secara tunggal. Penyajian data berupa ukuran sentral yang terdiri dari: mean (rata-rata); median (nilai tengah); modus (nilai yang sering muncul); skor minimum dan skor maksimum, rentang skor dan total skor. Ukuran penyebaran berupa varians dan simpangan baku (standard deviasi).

2. Analisis statistik kuantitatif

a. Tingkat kinerja dan profesionelisme tenaga pendidik/guru

Perhitungan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan interval kelas dengan formulasi sebagai berikut:

NR = NST – NSR PI = NR : JIK Keterangan:

NR = Nilai Range

NST = Nilai Skor Tertinggi NSR = Nilai Skor Terendah JIK = Jarak Interval Kelas PI = Panjang Interval Kelas

Hasil perhitungan interval kelas tersebut, selanjutnya disusun dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, seperti tabel berikut:

No Kategori Interval Kelas Frekuensi

1 Sangat baik/sangat tinggi [... sd ...] [...] % 2 Baik/tinggi [... sd ...] [...] % 3 Biasa/cukup [... sd ...] [...] % 4 Tidak baik/rendah [... sd ...] [...] % 5 Sangat tidak baik/sangat

rendah

[... sd ...] [...] %

(6)

bersetifikasi pendidik. Dilakukan dengan Uji T (Independent Sample T

Test) pada taraf signifikansi 95%.

3. Analisis deskriptif kualitatif

Dilakukan untuk mengungkapkan permasalahan aktual mengenai berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru dalam meningkatkan kinerja dan profesionalismenya, serta merumuskan program-program aksi secara konkrit untuk memperbaiki kinerja guru di Kota Palangka Raya.

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Letak dan Luas Wilayah

Kota Palangka Raya merupakan wilayah di Provinsi Kalimantan Tengah, yang secara geografis terletak pada posisi 1º40’ hingga 2º30’ Lintang Selatan dan 6º40’ hingga 7º20 Bujur Timur. Kota Palangka Raya secara geografis mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara berbatasan

dengan Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah

Sebelah Timur berbatasan

dengan Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah

Sebelah Selatan berbatasan

dengan Kabupaten Pulang Pisau, Provinsi Kalimantan Tengah

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan

Tengah

Kota Palangka Raya mempunyai luas wilayah sekitar 2.678,51 Km² atau 267.851 Ha. Wilayah Kota Palangka Raya tersebut hingga tahun 2008 meliputi 5 (lima) kecamatan dan 30 (tiga puluh) kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah Rakumpit meliputi 7 kelurahan, Bukit Batu meliputi 7 kelurahan, Jekan

Raya meliputi 4 kelurahan, Pahandut meliputi 6 kelurahan, dan Sebangau

meliputi 6 kelurahan. Secara rinci luas wilayah Kota Palangka Raya menurut kecamatan dan kelurahan, sebagaimana terlihat pada Tabel 3.1.

Sebagaimana pada Tabel 3.1, terlihat bahwa Kecamatan Rakumpit merupakan kecamatan yang mempunyai wilayah paling luas (105.314 Ha atau 39,32%) dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Sementara itu, Kecamatan Jekan Raya dan Pahandut sebagai kecamatan yang berada di pusat kota hanya memiliki luas wiilayah masing-masing 35.262 Ha (13,16%) dan 11.725 Ha (4,38%). Bila dilihat dari luas wilayah kelurahan, terlihat bahwa Kelurahan Petuk Bukit, Kecamatan Rakumpit mempunyai wilayah paling luas yaitu mencapai

Posisi Geografis Kota Palangka Raya

(7)

28.367 Ha atau 10,59%, sedangkan Kelurahan Pahandut Seberang, Kecamatan Pahandut mempunyai wilayah paling kecil yaitu hanya 725 Ha atau 0,27%.

Tabel 3.1. Luas wilayah Kota Palangka Raya menurut Kecamatan dan Kelurahan

Kecamatan Kelurahan Luas

Ha % Rakumpit 1. Mungku Baru 18.725 6,99 2. Bukit Sua 14.326 5,35 3. Petuk Barunai 14.710 5,49 4. Panjehang 3.943 1,47 5. Gaung Baru 5.908 2,21 6. Pager 19.335 7,22 7. Petuk Bukit 28.367 10,59 Jumlah 105.314 39,32 Bukit Batu 1. Marang 12.400 4,63 2. Habaring Hurung 7.358 2,75 3. Tumbang Tahai 4.484 1,67 4. Tangkiling 7.864 2,94 5. Banturung 5.644 2,11 6. Sei Gohong 8.900 3,32 7. Kanarakan 10.550 3,94 Jumlah 57.200 21,36 Jekan Raya 1. Petuk Katimpun 5.975 2,23 2. Bukit Tunggal 23.712 8,85 3. Palangka 2.475 0,92 4. Menteng 3.100 1,16 Jumlah 35.262 13,16 Pahandut 1. Langkai 1.000 0,37 2. Panarung 2.350 0,88 3. Tanjung Pinang 4.400 1,64 4. Pahandut 950 0,35 5. Pahandut Seberang 725 0,27 6. Tumbang Rungan 2.300 0,86 Jumlah 11.725 4,38 Sebangau 1. Kereng Bangkirai 27.050 10,10 2. Sebaru 15.225 5,68 3. Kalampangan 4.625 1,73 4. Bereng Bengkel 1.850 0,69 5. Kameloh Baru 5.350 2,00 6. Danau Tundai 4.250 1,59

(8)

3.2. Topografi

Keadaan topografi Kota Palangka Raya meliputi 2 (dua ) tipe, yaitu daerah dataran dan daerah berbukit. Daerah berbukit pada umumnya terdapat di bagian utara wilayah Kota Palangka Raya, dengan ketinggian tempat mencapai 135 – 197 meter dari permukaan laut (mdpl). Tingkat kemiringan tempat di daerah yang berbukit ini mencapai 40%. Sedangkan daerah dataran yang meliputi dataran rendah dan rawa, terdapat di bagian selatan wilayah Kota Palangka Raya, dengan ketinggian

tempat kurang dari 40 mdpl. Tingkat kemiringan tempat daerah dataran ini berkisar 0–8% (Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun 2010).

3.3. Iklim

Kota Palangka Raya sebagai daerah yang beriklim trofis, rata-rata mendapatkan penyinaran matahari di atas 50%. Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, tipe iklim Kota Palangka Raya termasuk tipe iklim B1, yaitu wilayah bulan basah (curah hujan > 200 mm/bulan) terjadi antara 7 – 9 bulan dan bulan kering (curah hujan < 100 mm/bulan) kurang dari 2 bulan (Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun 2010).

Curah hujan tahunan di wilayah Kota Palangka Raya selama 10 tahun (tahun 1997-2006) berkisar 2.086 – 6.235 mm, dengan rata-rata curah hujan mencapai 3.487 mm. Sementara itu, suhu udara rata-rata berkisar 26,5 – 27,5 ºC, dengan suhu maksimum rata-rata 32,5 ºC dan suhu minimum rata-rata 22,5 ºC. Sedangkan kelembaban nisbi udara relatif tinggi, dengan rata-rata tahunan di atas 80% (Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun 2010).

3.4. Geologi dan Tanah

Berdasarkan Peta Geologi lembar Palangka Raya tahun 1613 (Bappeda Kota Palangka Raya, 2007), formasi geologi Kota Palangka Raya, tersusun atas formasi Aluvium (Qa) yang terbentuk sejak zaman Holosen dan formasi Batuan Api (Trv). Formasi Aluvium merupakan formasi yang tersusun dari bahan-bahan liat kaolinit dan debu berpasir, gambut, kerakal, bongkahan lepas, endapan sungai dan rawa. Sementara

Bukit Tangkiling di Kecamatan Bukit Batu (Topografi daerah berbukit)

Tanah Gambut di Kalampangan (Salah satu jenis tanah di Kota Palangka Raya)

(9)

formasi Batuan Api, merupakan formasi yang tersusun dari bahan breksi gunung api berwarna kelabu kehujauan yang mengandung komponen andesit, basal, rinjang, dan lain sejenisnya.

Jenis tanah yang ada di Kota Palangka Raya mengikuti pola kondisi topografinya. Di bagian selatan Kota Palangka Raya, jenis tanah yang dominan adalah tanah Gambut dan tanah Alluvial. Sedangkan di bagian utara Kota Palangka Raya, jenis tanah didominasi oleh tanah Podsolik Merah Kuning, Podsol, dan Alluvial yang berasal dari endapan sungai. Secara rinci, luas tanah menurut jenisnya di Kota Palangka Raya sebagaimana terlihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Luas tanah di Kota Palangka Raya menurut jenisnya

No Jenis tanah Luas

Ha % 1 Podsol 7.528 2,86 2 Regosol 89.955 34,13 3 Organosol 141.088 53,53 4 Alluvial 24.635 9,35 5 Litosol 180 0,07 6 Podsolik kuning 179 0,07 Total 263.565 100,00

Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun 2010 3.5. Tata Guna Lahan

Kota Palangka Raya yang mempunyai luas sekitar 2.678,51 Km² atau 267.851 Ha, sebagian besarnya (2.485,75 Km² atau 92,80%) masih berupa kawasan hutan. Sementara itu meskipun sebagai kawasan perkotaan maupun pusat pemerintahan, Kota Palangka Raya hanya mempunyai kawasan permukiman seluas 45,54 Km² atau 1,70% (BPS Kota Palangka Raya, 2007). Secara terinci, tata guna lahan di Kota Palangka Raya tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Tata guna lahan di Kota Palangka Raya

No Penggunaan Luas Km² % 1 Kawasan hutan 2.485,75 92,80 2 Tanah pertanian 12,65 0,47 3 Permukiman 45,54 1,70 4 Areal perkebunan 22,30 0,83

5 Sungai dan danau 42,86 1,60

6 Lain-lain 69,41 2,59

Total 2.678,51 100,00

(10)

3.6. Kependudukan

3.6.1. Jumlah Penduduk dan Keluarga

Kota Palangka Raya asalnya hanya sebuah desa kecil bernama Pahandut. Ketika awalnya dicanangkan dan dipilih menjadi ibukota Provinsi Kalimantan Tengah tahun 1957, Pahandut adalah ibukota Kecamatan Kahayan Tengah dengan jumlah penduduk 1.717 jiwa dan masih relatif homogen. Heterogenitas dan pertumbuhan penduduk terasa mulai meningkat setelah kedudukan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah resmi dipindahkan dari Banjarmasin ke Palangka Raya sekitar tahun 1959. Dan sejak 1 Januari 1960 semua dinas/jawatan/instansi tingkat Provinsi Kalimantan Tengah secara resmi telah dipindahkan ke Kota Palangka Raya.

Pada tahun 2010, penduduk Kota Palangka Raya telah mencapai 220.962 jiwa. Jumlah penduduk ini meningkat sebesar 19.964 jiwa atau meningkat sekitar 9,04% dari jumlah penduduk Kota Palangka Raya pada tahun 2009 (200.998 jiwa). Dilihat dari komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin, penduduk Kota Palangka Raya antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan relatif berimbang. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kota Palangka Raya tahun 2010 masing-masing sebanyak 113.005 jiwa (51,14%) dan 107.957 jiwa (48,86%).

Tabel 3.4. Jumlah Penduduk dan Keluarga di Kota Palangka Raya

No Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Keluarga Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Pahandut 39.391 37.820 77.211 19.807 2 Sabangau 7.415 6.891 14.306 3.545 3 Jekan Raya 58.437 56.122 114.559 31.037 4 Bukit Batu 6.200 5.732 11.932 2.960 5 Rakumpit 1.562 1.392 2.954 710 Jumlah 113.005 107.957 220.962 58.059

(11)

Penduduk Kota Palangka Raya sebesar 220.962 jiwa tersebut sebagian besar masih terkonsentrasi di pusat kota yaitu di Kecamatan Jekan Raya dan Kecamatan Pahandut. Jumlah penduduk di Kecamatan Jekan Raya tahun 2010 mencapai 114.559 jiwa atau sekitar 51,85%, sementara itu di Kecamatan Pahandut sebesar 77.211 jiwa atau sekitar 34,94%. Tingginya jumlah penduduk pada kedua kecamatan ini memang cukup beralasan antara lain tuntutan akan pekerjaan dan juga tuntutan akan dunia pendidikan yang semakin dibutuhkan.

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 77,211 14,306 114,559 11,932 2,954

Jumlah Penduduk Kota Palangka Raya

Tahun 2010

(12)

Dilihat dari sisi jumlah keluarga atau rumah tangga, jumlah keluarga di Kota Palangka Raya tahun 2010 mencapai 58.059 keluarga. Jumlah keluarga terbanyak juga terdapat di Kecamatan Jekan Raya sebanyak 31.037 keluarga (53,46%) dan di Kecamatan Pahandut sebanyak 19.807 keluarga (34,12%). Pada kecamatan lainnya jumlah keluarga berkisar 1,22 – 6,11%.

3.6.2. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

Dalam masa perkembangan selama 5 tahun terakhir (2006-2010), perkembangan penduduk Kota Palangka Raya rata-rata 3,62% per tahun. Dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk pada lima tahun sebelumnya (2001-2005) yang rata-rata mencapai 1,97% per tahun, maka pertumbuhan penduduk tersebut semakin mengalami perkembangan. Secara terinci keadaan pertumbuhan penduduk Kota Palangka Raya selama tahun 2006-2010, sebagaimana terlihat pada Tabel 3.5.

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 19,807 3,545 31,037 2,960 710

Jumlah Keluarga di Kota Palangka Raya

Tahun 2010

(13)

Tabel 3.5. Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Palangka Raya Tahun 2006-2010 Tahun Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan (%) Luas Wilayah (Km²) Kepadatan (Jiwa/Km²) 2006 182.802 (0,25) 2.678,51 68 2007 188.123 2,83 2.678,51 70 2008 191.014 1,51 2.678,51 71 2009 200.998 4,97 2.678,51 75 2010 220.962 9,04 2.678,51 82 Rata-rata -- 3,62 -- 73

Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun 2010

(0.25) 2.83 1.51 4.97 9.04 (2.00) -2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 2006 2007 2008 2009 2010

Petumbuhan Penduduk Kota Palangka Raya

Tahun 2006-2010 (dalam %)

(14)

Sementara itu dengan jumlah penduduk yang semakin berkembang, maka tingkat kepadatan penduduk di Kota Palangka Raya juga semakin besar. Pada tahun 2010, tingkat kepadatan penduduk Kota Palangka Raya telah mencapai 85 jiwa/km² atau mengalami peningkatan sebesar 9.04% dari tahun 2009.

Dilihat kepadatan penduduk menurut kecamatan, kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Pahandut (659 jiwa/km²), diikuti selanjutnya oleh Kecamatan Jekan Raya (325 jiwa/km²). Sedangkan kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Rakumpit (3 jiwa/km²). Hal ini menunjukkan pula bahwa penyebaran penduduk di Kota Palangka Raya masih belum merata, dan tampaknya sebagian besar masih terkonsentrasi di pusat kota.

3.6.3. Struktur Umur Penduduk

Stuktur penduduk Kota Palangka Raya menurut kelompok umur tergolong struktur umur muda. Dengan banyaknya jumlah penduduk Kota Palangka Raya yang tergolong muda (balita, usia sekolah, belum berpenghasilan), maka menuntut perhatian baik pemerintah maupun masyarakat terkait dengan masalah pendidikan, kesehatan, dan peningkatan pendapatan keluarga. Keadaan penduduk Kota Palangka Raya tahun 2010 menurut kelompok umur tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel 3.6.

Golongan umur muda tersebut yang paling besar pada tahun 2010 adalah pada kelompok umur 20-24 tahun yang mencapai 12,32% dan diikuti oleh kelompok umur 15-19 tahun dengan jumlah 10,17%. Sementara itu kelompok usia

-100 200 300 400 500 600 700 659 25 325 21 3

Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Palangka

Raya menurut Kecamatan tahun 2010

(15)

dewasa (25 tahun lebih), berkisar 0,68 – 10,19%. Khusus untuk kelompok Balita dan usia sekolah dasar (0 – 14 tahun), jumlahnya berkisar 8,47–9,31%.

Tabel 3.6. Jumlah Penduduk di Kota Palangka Raya menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2010

Kelompok Umur Laki-laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Total (Jiwa) % terhadap total 0-4 11.369 10.686 22.055 9,98 5-9 10.699 9.879 20.578 9,31 10-14 9.549 9.170 18.719 8,47 15-19 10.822 11.656 22.478 10,17 20-24 13.424 13.808 27.232 12,32 25-29 11.248 11.278 22.526 10,19 30-34 10.419 9.630 20.049 9,07 35-39 9.044 8.262 17.306 7,83 40-44 7.573 7.101 14.674 6,64 45-49 6.191 5.517 11.708 5,30 50-54 4.872 4.068 8.940 4,05 55-59 3.253 2.514 5.767 2,61 60-64 1.862 1.615 3.477 1,57 65-69 1.216 1.119 2.335 1,06 70-74 733 760 1.493 0,68 75+ 731 894 1.625 0,74 Jumlah 113.005 107.957 220.962 100,00

Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun 2010

3.7. Perekonomian

3.7.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Pada tahun 1957, Kota Palangka Raya yang masih baru di resmikan pembangunannya sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Tengah, belum memiliki sarana dan prasarana ekonomi yang memadai sebagai sebuah kota. Permukiman penduduk masih berpusat di kampung Pahandut. Bangunan pemerintah provinsi di Kota Palangka Raya baru selesai dan ditempati tahun 1960. Prasarana pasar pada tahun 1960-an hanya 2 buah, yaitu pasar Palangka Sari dan pasar Kameloh. Setelah Kota Palangka Raya diresmikan menjadi Kotapraja pada tahun 1965, maka perekonomian mulai berkembang.

(16)

111 | V o l u m e 3 N o m o r 1 J u n i 2 0 1 5 - I S S N 2 3 5 5 - 0 2 3 6

Indikasi ekonomi ini sebagaimana dapat dilihat dari angka pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Palangka Raya yang tampak semakin membaik. Sebagaimana tahun 2010, PDRB atas dasar harga berlaku sebesar 3.588,03 milyar rupiah atau meningkat 15,45% dari tahun sebelumnya (3.107,86 milyar rupiah). PDRB atas dasar harga konstan 2000, terjadi kenaikan sebesar 6,95% dari tahun sebelumnya yaitu 1.564,42 milyar rupiah.

Tahun 2010 di Kota Palangka Raya, sektor jasa-jasa memberi-kan sumbangan yang terbesar dalam pembentuk-an PDRB. Sumbangan sektor jasa-jasa mencapai 34,99%. Kemudian disusul secara berturut-turut oleh sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 18,99%, sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar 15,96%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaam sebesar 7,75%, dan sektor bangunan sebesar 6,67%.

5.51

5.69

6.09

5.55

6.95

0 1 2 3 4 5 6 7 8

2006

2007

2008

2009

2010

Laju Pertumbuhan PDRB Kota Palangka

Raya Atas Dasar Harga Konstan (dalam %)

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, … Pertambangan & Penggalian

Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Jasa Prsh Jasa-jasa 6.38 1.63 4.96 2.68 6.67 15.96 18.99 7.75 34.99

Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Kota

Palangka Raya Tahun 2010 atas dasar harga berlaku

(17)

3.7.2. Pendapatan Regional Perkapita

Pendapatan regional perkapita masyarakat Kota Palangka Raya pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 12.631.304,02 dan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp. 5.412147,90. Baik atas dasar harga konstan maupun harga berlaku, pendapatan regional perkapita mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, yaitu meningkat 11,06% atas dasar harga berlaku dan 3,32% atas dasar harga konstan 2000. Secara rinci pendapatan regional perkapita Kota Palangka Raya tersebut sebagaimana terlihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7. Pendapatan Regional Perkapita Kota Palangka Raya atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000

Tahun

Pendapatan Regional Perkapita Atas dasar harga berlaku (Rp) Persentase kenaikan Atas dasar harga konstan 2000 (Rp) Persentase kenaikan 2010 12.631.304,02 11,06 5.412.147,90 3,32 2009 11.373.407,81 8,81 5.238.448,65 3,43 2008 10.452.485,45 14,29 5.064.939,73 0,23 2007 9.145.520,47 9,39 5.053.567,62 2,86 2006 8.360.549,99 17,30 4.912.967,84 2,45 2005 7.127.382,26 7,02 4.795.471,48 -0,62 2004 6.660.073,39 9,83 4.825.508,85 1,92 2003 6.064.189,59 7,96 4.734.608,27 0,26 Rata-rata 8.976.864,12 10,71 5.004.707,54 1,73 Sumber: Kota Palangka Raya dalam Angka Tahun 2010

Secara umum selama tahun 2003 sampai dengan tahun 2010 pendapatan regional perkapita atas dasar harga berlaku selalu mengelami kenaikan. Selama kurun waktu tersebut yang mengalami kenaikan paling rendah adalah tahun 2005 sebesar 7,02%, sedangkan kenaikan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 17,30% yaitu dari 7,1 juta rupiah pada tahun 2005 menjadi 8,3 juta rupiah pada tahun 2006. Sedangkan pendapatan regional perkapita atas dasar harga konstan 2000 pertumbuhannya mengalami fluktuasi atau turun naik. Kenaikan yang paling besar terjadi pada tahun 2009 sebesar 3,43%.

KINERJA DAN PROFESIONALISME GURU

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas pembelajaran di sekolah adalah variabel guru. Guru mempunyai pengaruh yang cukup dominan terhadap kualitas pembelajaran di kelas, bahkan sebagai penyeleggara pendidikan di sekolah. Menurut Dedi Supriadi (1999), diantara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu pendidikan (yang ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Faktor guru yang paling dominan mempengaruh kualitas pembelajaran adalah kinerja dan profesionalisme guru.

(18)

pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Sedangkan penelitian lain seperti oleh Darling dan Hammond (2000) menunjukkan bahwa secara kuantitatif kualitas guru mempunyai korelasi yang sangat kuat terhadap prestasi belajar siswa. Menurut Ceuickshank (2006), kinerja guru yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap proses pembelajaran adalah kinerja guru dalam kelas atau teracher

classroom performance.

Dari berbagai penelitian dan pendapat tersebut diketahui bahwa kinerja guru merupakan faktor yang dominan dalam menentukan kualitas pembelajaran. Artinya kalau guru yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai kinerja yang bagus, akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Meningkatkan kualitas pembelajaran, akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dipahami karena guru yang profesional dan berkinerja bagus dalam kelas akan mampu menjelaskan pelajaran dengan baik, mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa, mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik, mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran sehingga siswa semangat, senang, dan merasa mudah memahami materi yang diberikan oleh guru.

Istilah kinerja dimaksudkan sebagai terjemahan dari istilah “performance”. Menurut Kane (1986), kinerja bukan merupakan karakteristik seseorang, seperti bakat atau kemampuan, tetapi merupakan perwujudkan dari bakat atau kemampuan itu sendiri. Lebih lanjut Kane mengungkapkan, kinerja dalam kaitannya dengan jabatan diartikan sebagai hasil yang dicapai berkaitan dengan fungsi jabatan dalam periode tertentu.

Suryadi Prawirosentono (1999) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dalam rangka upaya mencapai tujuan secara legal. Berdasarkan ungkapan tersebut di atas berarti kinerja guru berkaitan dengan komptensi guru. Artinya untuk memiliki kinerja yang baik guru harus didukung dengan kompetensi yang baik. Tanpa memiliki kompetensi yang baik seorang guru tidak akan mungkin memiliki kinerja yang baik.

Esensi dari kenerja guru tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau kompetensi yang dimiliki dalam dunia kerja yang sebenarnya. Dunia kerja guru yang sebenarnya adalah membelajarkan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

Menurut pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan pasal 10 ayat 1 Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi guru terdiri dari: a) kompetensi pedagogik; b) kompetensi kepribadian; c) kompetensi profesional; dan d) kompetensi sosial.

Hasil evaluasi atau penelitian terhadap kinerja dan profesionalisme pendidik/guru di Kota Palangka Raya sebagaimana tercermin dalam pembahasan terhadap empat kompetensi sebagaimana yang disajikan dan diuraikan berikut ini.

(19)

5.1. Kompetensi Pedagogik Guru

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Untuk penelitian ini, beberapa indikator penilaian yang dilakukan terhadap kompetensi pedagogik guru di Kota Palangka Raya, meliputi:

a) Kemampuan mengenal siswa yang mengikuti pelajarannya b) Kemampuan memperlakukan siswa sesuai dengan ciri-cirinya c) Kesiapan memberikan pelajaran dan/atau praktek/praktikum d) Keteraturan dan ketertiban menyelenggarakan pembelajaran e) Kemampuan menghidupkan suasana kelas

f) Pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran g) Keanekaragaman cara penilaian hasil belajar siswa h) Memberikan umpan balik terhadap tugas

i) Kesesuaian materi ujian dan/tugas dengan tujuan mata pelajaran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan bahwa kompetensi pedagogik guru di Kota Palangka Raya sebagian besar sudah tergolong baik. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa terdapat sekitar 19,38% kompetensi pedagogik guru tergolong sangat baik, 73,43% tergolong baik, 6,98% tergolong cukup baik, terdapat 0,23% yang rendah atau kurang baik, sementara yang sangat rendah tidak ada.

10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 SANGAT BAIK

BAIK CUKUP RENDAH SANGAT

RENDAH

19,37

73,42

6,98

0,23

-

TINGKAT KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI

KOTA PALANGKA RAYA (dalam %)

(20)

Secara khusus aspek dari kompetensi pedagogik guru di Kota Palangka Raya yang tergolong masih lemah atau di bawah rata-rata adalah; a) kemampuan

mengenal siswa yang mengikuti pelajarannya; b) kemampuan memperlakukan siswa sesuai dengan ciri-cirinya, dan c) keragaman cara menilaian hasil belajar siswa. Kemampuan mengenal dan

memperlakukan siswa sesuai ciri-cirinya hal yang penting diperhatikan guru, karena agar guru dapat membuat strategi dan standar belajar yang dapat diikuti oleh semua siswanya. Keanekaragaman cara penilaian hasil belajar juga penting diperhatikan, karena dengan beragamnya cara menilaian maka semua potensi siswa akan semakin optimal digali oleh guru, dan selanjutnya guru dapat mengembangkan metode pembelajaran yang beragaman.

Jika dilihat tingkat kompetensi guru antara yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi, tampak bahwa guru yang bersertifikasi memiliki kompotensi pedagogik yang sedikit lebih baik dari yang belum bersertifikasi. Kompetensi pedagogik pada guru yang sudah bersertifikasi mulai dari baik hingga sangat baik, sedangkan guru belum sertifikasi mulai dari rendah hingga sangat baik. Guru yang kompetensi pedagogiknya tergolong sangat baik, yaitu 33,78% pada guru bersertifikasi dan 4,95% pada guru belum bersertifikasi.

5.2. Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Untuk penelitian ini, beberapa indikator penilaian yang dilakukan terhadap kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya, meliputi: a) Kemampuan menjelaskan pokok bahasan/ topik secara tepat

-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT

RENDAH 33.78 66.22 - - -4.95 85.14 9.46 0.45

-TINGKAT KOPETENSI PEDAGOGIK GURU SUDAH DAN BELUM BERSERTIFIKASI (dalam %)

SUDAH SERTIFIKASI BELUM SERTIFIKASI

(21)

b) Kemampuan menjawab pertanyan siswa dengan jelas dan sesuai dengan permasalahan yang ditanyakan

c) Kemampuan memberikan contoh yang relevan dengan materi yang diajarkan

d) Kemampuan menjelaskan keterkaitan bidang/ topik yang diajarkan dengan bidang/topik lain

e) Kemampuan menjelaskan keterkaitan bidang/ topik yang diajarkan dengan konteks kehidupan

f) Penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan g) Kemampuan menggunakan beragaman teknologi komunikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya sebagian besar sudah tergolong baik. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa terdapat sekitar 22,07% kompetensi profesional guru tergolong sangat baik, 73,87% tergolong baik, 4,05% tergolong cukup baik, sementara itu yang rendah atau kurang baik, dan sangat rendah tidak ada.

Secara khusus aspek dari kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya yang tergolong masih lemah atau di bawah rata-rata adalah; a) penguasaan

akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan; dan b) kemampuan menggunakan beragaman teknologi komunikasi. Penguasaan isu-isu

mutakhir terkait bidang yang diajarkan oleh guru merupakan hal yang penting, mengingat ilmu pengetahuan sekarang ini sangat berkembang pesat, sehingga dibutuhkan ketekunan guru untuk mengikuti perkembangan tersebut. Jika guru

- 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH 22.07 73.87 4.05

-TINGKAT KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI KOTA PALANGKA RAYA (dalam %)

(22)

baik. Sementara itu pemnguasaan teknologi komunikasi dalam mengajar sekarang ini menjadi penting, sebagai bentuk dari era keterbukaan yang semakin berkembang pesat dalam berbagai bidang tidak terkecuali bidang pendidikan. Guru harus selalu dibekali dengan penguasaan TIK agar kualitas pembelajaran semakin baik. Tidak hanya itu tentunya perlu didukung oleh ketersediaan fasilitas TIK itu sendiri.

Jika dilihat tingkat kompetensi guru antara yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi, tampak bahwa guru yang bersertifikasi memiliki kompotensi profesional yang sedikit lebih baik dari yang belum bersertifikasi. Kompetensi profesional pada guru yang sudah bersertifikasi mulai dari baik hingga sangat baik, sedangkan guru belum sertifikasi mulai dari cukup baik hingga sangat baik. Guru yang kompetensi profesionalnya tergolong sangat baik, yaitu 26,13% pada guru bersertifikasi dan 4,95% pada guru belum bersertifikasi. Sedangkan untuk golongan baik, terdiri dari 73,87% pada guru bersertifikasi dan 86,94% pada guru belum bersertifikasi. Untuk golongan sedang atau cukup baik hanya terdapat pada guru belum bersertifikasi yaitu sebesar 8,11%.

5.3. Kompetensi Kepribadian Guru

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Untuk penelitian ini, beberapa indikator penilaian yang dilakukan terhadap kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya, meliputi: a) Kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi

b) Satu kata dan tindakan

c) Kewibawaan sebagai pribadi guru d) Kearifan dalam mengambil keputusan

-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00

SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT

RENDAH 26.13 73.87 - - -4.95 86.94 8.11 -

-TINGKAT KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SUDAH DAN BELUM BERSERTIFIKASI DI KOTA PALANGKA RAYA (dalam %)

SUDAH SERTIFIKASI BELUM SERTIFIKASI

(23)

e) Menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku f) Adil dalam memperlakukan siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi kepribadian guru di Kota Palangka Raya sebagian besar sudah tergolong baik. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa terdapat sekitar 28,60% kompetensi kepribadian guru tergolong sangat baik, 66,22% tergolong baik, 5,18% tergolong cukup baik, sementara itu yang rendah atau kurang baik, dan sangat rendah tidak ada. Kompetensi kepribadian guru sangat dominan pada aspek adil dalam

memperlakukan siswa, dan menjadi contoh dalam bersikap dan berperilaku.

Secara khusus aspek dari kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya yang tergolong masih lemah atau di bawah rata-rata adalah: a) kemampuan

mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi; b) satu kata dan tindakan; dan c) kearifan dalam mengambil keputusan. Kemampuan

mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan kondisi merupakan kontrol diri dalam menjalankan tugas sebagai guru khususnya menghadapi perilaku siswa yang cenderung negatif. Hal ini perlu bagi guru karena siswa perlu didekati secara sosial agar siswa merasa dirinya dihargai oleh guru. Satu kata dan tindakan merupakan wujud komitmen guru agar apa yang diucapkan selalu diwujudkan dalam tindakan yang tepat. Sedangkan kearifan dalam mengambil keputusan merupakan suatu sikap kehati-hatian dalam bertindak atau membuat keputusan,

-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00

SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT

RENDAH 28.60 66.22 5.18

-TINGKAT KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DI KOTA PALANGKA RAYA (dalam %)

(24)

memiliki kompotensi kepribadian yang juga lebih baik dari yang belum bersertifikasi. Kompetensi kepribadian pada guru yang sudah bersertifikasi mulai dari baik hingga sangat baik, sedangkan guru belum sertifikasi mulai dari cukup baik hingga sangat baik. Guru yang kompetensi kepribadiannya tergolong sangat baik, yaitu 45,95% pada guru bersertifikasi dan 11,26% pada guru belum bersertifikasi. Sedangkan untuk golongan baik, terdiri dari 54,05% pada guru bersertifikasi dan 78,38% pada guru belum bersertifikasi. Untuk golongan sedang atau cukup baik hanya terdapat pada guru belum bersertifikasi yaitu sebesar 10,36%.

5.4. Kompetensi Sosial Guru

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Untuk penelitian ini, beberapa indikator penilaian yang dilakukan terhadap kompetensi profesional guru di Kota Palangka Raya, meliputi: a) Kemampuan menyampaikan pendapat

b) Kemampuan menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain c) Kemampuan bergaul dengan siswa maupun teman sejawat d) Toleransi terhadap keberagaman siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan kompetensi sosial guru di Kota Palangka Raya sebagian besar sudah tergolong baik. Dari hasil evaluasi diperoleh bahwa terdapat sekitar 32,88% kompetensi sosial guru tergolong sangat baik, 64,64% tergolong baik, 2,48% tergolong cukup baik, sementara itu yang rendah atau kurang baik, dan sangat rendah tidak ada.

-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH 45.95 54.05 - - -11.26 78.38 10.36 -

-TINGKAT KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU SUDAH DAN BELUM BERSERTIFIKASI DI KOTA PALANGKA RAYA (dalam %)

SUDAH SERTIFIKASI BELUM SERTIFIKASI

(25)

Kompetensi sosial guru sangat dominan pada aspek toleransi terhadap

keberagaman siswa, dan kemampuan bergaul dengan siswa maupun teman sejawat.

Secara khusus aspek dari kompetensi sosial guru di Kota Palangka Raya yang tergolong masih lemah atau di bawah rata-rata adalah: a) kemampuan

menyampaikan pendapat; dan b) kemampuan menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain. Kemampuan menyampaikan pendapat merupakan suatu

kemampuan untuk mengungkapkan pendapat kepada orang lain secara logis dan tepat. Kemampuan berpendapat tidak hanya ditunjukkan dari cara berpendapat tetapi bagaimana pendapat tersebut dapat diterima oleh orang lain atau dalam hal ini siswa secara benar tanpa ada persepsi yang berbeda. Kemampuan menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain merupakan hal yang sering menjadi sulit jika guru selalu menganggap dirinya benar atau mempunyai pandangan negatif terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain. Dalam hal ini siswa yang berpendapat dalam kelas semestinya didengar oleh guru sebagai wujud perhatian kepada siswanya.

Jika dilihat tingkat kompetensi guru antara yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi, tampak bahwa guru yang bersertifikasi memiliki kompotensi sosial yang juga lebih baik dari yang belum bersertifikasi. Kompetensi kepribadian pada guru yang sudah bersertifikasi mulai dari baik hingga sangat baik, sedangkan guru belum sertifikasi mulai dari cukup baik hingga sangat baik. Guru yang kompetensi sosialnya tergolong sangat baik, yaitu 46,40% pada guru bersertifikasi dan 19,37% pada guru belum bersertifikasi. Sedangkan untuk golongan baik, terdiri dari 53,60% pada guru bersertifikasi dan

-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00

SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT

RENDAH 32.88

64.64

2.48

-TINGKAT KOMPETENSI SOSIAL GURU DI KOTA PALANGKA RAYA

(26)

5.5. Tingkat Kinerja dan Profesionalisme Guru

Sebagaimana yang telah diungkapkan mengenai hasil evaluasi terhadap berbagai kompetensi guru di atas, maka kesemuan kompetensi guru baik pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial menunjukkan hasil yang dominan baik. Sehubungan dengan itu maka kinerja guru di Kota Palangka Raya sudah dapat dipastikan rata-rata pada tingkat yang baik. Hal ini dapat ditunjukkan sebagaimana tabel berikut ini.

Tabel 5.1. Tingkat Kinerja dan Profesionalisme Tenaga Pendidik/Guru di Kota Palangka Raya

No Kategori Interval Frekuensi (%) Rata-rata

1 Sangat baik 109,2 – 130,0 24,32 115,94

2 Baik 88,4 – 109,1 72,97 101,39

3 Cukup baik 67,6 – 88,3 2,70 83,92

4 Rendah 46,8 – 67,5 - -

5 Sangat rendah 26,0 – 46,7 - -

Sebagaimana hasil evaluasi yang dituangkan pada Tabel 5.1 tersebut, terlihat bahwa kinerja dan profesionalisme guru di Kota Palangka Raya sebagian besar atau sekitar 72,97% sudah tergolong “baik”. Namun yang juga cukup mengembirakan jumlah guru yang tergolong “sangat baik” relatif banyak yaitu 24,32%. Sementara itu yang tergolong “cukup baik” hanya 2,70% bahkan tidak ada yang tergolong “rendah” dan “sangat rendah”. Jadi sesungguhnya kinerja dan profesionalisme guru-guru di Kota Palangka Raya dapat menjadi jaminan bagi peningkatan kualitas pendidikan sehingga apa yang menjadi visi dan misi Pemerintah Kota untuk menjadi Kota Pendidikan akan semakin terbuka lebar.

-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT RENDAH 46.40 53.60 - - -19.37 75.68 4.95 -

-TINGKAT KOMPETENSI SOSIAL GURU SUDAH DAN BELUM BERSERTIFIKASI DI KOTA PALANGKA RAYA (dalam %)

SUDAH SERTIFIKASI BELUM SERTIFIKASI

(27)

Tingkat kinerja dan profesionalisme guru yang tergolong baik di Kota Palangka Raya tersebut merupakan kontribusi atau dibentuk oleh keempat kompetensi guru, yaitu: a) pedagogik sebesar 24%; b) profesional sebesar 25%; c) kepribadian sebesar 25%; dan d) sosial sebesar 26%. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa keempat komptensi tersebut memberikan kontribusi yang hampir seimbang dalam membentuk kinerja guru di Kota Palangka Raya. Oleh sebab itu peningkatan kinerja guru di Kota Palangka Raya tidak dapat hanya memperhatikan salah satu aspek kompetensi saja, namun harus memperhatikan kesemua aspek kompetensi guru secara berimbang dan proporsional.

-10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00

SANGAT BAIK BAIK CUKUP RENDAH SANGAT

RENDAH 24.32

72.97

2.70

-TINGKAT KINERJA DAN PROFESIONALISME GURU DI KOTA

(28)

Jika dikaji lebih jauh mengenai kinerja dan profesionalisme antara guru yang sudah bersertifikasi dengan guru yang belum bersertifikasi, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa guru yang bersertifikasi lebih baik dari guru yang belum bersertifikasi. Secara kuantitatif nilai rata-rata untuk kinerja guru yang bersertifikasi sebesar 16,77 dan untuk guru yang belum bersertifikasi sebesar 15,56. Secara statistik dengan Uji T (Independent Sample T Test), terdapat perbedaan yang nyata antara kinerja guru yang bersertifikasi dengan yang belum bersertifikasi. Hal ini sebagaimana yang ditunjukan oleh nilai thitung > ttabel (4,885 > 2,262) dan P value (0,001 < 0,05). Artinya bahwa nilai kuantitatif bahwa kinerja guru yang bersertifikasi lebih tinggi dari yang belum bersertifikasi adalah benar.

Tabel 5.2. Kontribusi Kompetensi Guru terhadap Pembentukan Kinerja dan Profesionalisme Guru di Kota Palangka Raya

No Kompetensi Guru Bersertifikasi

Guru belum bersertifikasi Rerata % Rerata % 1 Pedagogik 4,07 24 3,78 24 2 Profesional 4,14 25 3,83 25 3 Kepribadian 4,28 26 3,95 25 4 Sosial 4,28 25 4,00 26 Jumlah 16,77 100 15,56 100 PEDAGOGIK 24% PROFESIONAL 25% KEPRIBADIAN 25% SOSIAL 26%

KONTRIBUSI KOMPETENSI TERHADAP PEMBENTUKAN KINERJA GURU DI KOTA PALANGKA RAYA

(29)

Namun yang juga menarik dari hasil evaluasi kinerja dan profesionalisme guru baik yang bersertifikasi maupun yang belum bersertifikasi adalah tidak adanya kompetensi yang dominan atau tidak dominan dalam membentuk kinerja guru. Keempat kompetensi yang dievaluasi baik untuk guru yang bersertifikasi dan belum bersertifikasi hampir sama besar berkontribusi terhadap pembentukan kinerja dan profesionalisme guru di Kota Palangka Raya.

Hal ini tentunya akan memenjadi hal yang baik bagi Pemerintah Kota Palangka Raya untuk mengembangkan kinerja dan profesionalisme gurunya. Dengan kondisi seperti yang disebutkan diatas, program-program dapat menjadi efisiensi dan efektif karena dapar relatif homogen antara berbagai kualifikasi guru tersebut.

5.6. Permasalahan yang ditemu kenali

Berbagai permasalahan yang berhasil diidentifikasi dan dapat berdampak terhadap peningkatan kinerja dan profesionalisme guru di Kota Palangka Raya sebagai berikut:

 Data guru di Kota Palangka Raya dapat dikatakan lebih dari cukup, namun yang menjadi kendala adalah penyebarannya yang belum merata. Guru sebagian besar masih bertumpuk di kota, sementara di daerah pedalaman/kelurahan luar kota masih kurang. Dalam hal ini tentunya bagi guru yang di luar kota untuk meningkatkan kinerjanya pada berbagai kompetensi yang dibutuhkan untuk itu.

 Selain penyebaran jumlah guru yang belum merata, juga belum meratanya penyebaran guru bidang studi. Pada sekolah-sekolah di luar kota masih banyak kekurangan guru bidang studi, sehingga guru-guru di luar kota merangkap mengajar bidang studi yang di luar keilmuannya. Hal ini tentunya akan mengurangi kualitas pembelajaran mata pelajaran yang diberikan untuk siswa.

 Tertumpuknya guru-guru di kota juga menjadi masalah tersendiri, dimana banyak para guru di kota yang terbatas kesempatannya untuk mengembangkan kinerja dan profesionalismenya. Ini tentunya akibat terjadinya persaingan yang sangat ketat, sehingga guru-guru yang kurang berkualitas akan sulit bersaing dan dampaknya guru tersebut akan berkembang lebih lambat dari guru yang lain yang sudah berkualitas.

 Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi langsung terhadap pelaksanan tugas guru disekolah, diperoleh hal-hal sebagai berikut:

a) Pada umumnya guru belum menggunakan media dan tegnologi pembelajaran dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

b) Metode pembelajaran yang digunakan masih dominan pada metode ceramah dan tanya jawab.

c) Kemampuan pengayaan materi masih relatif kurang terutama penguasaan akan isu-isu mutakhir dalam bidang yang diajarkan. d) Media dan sarana belajar masih relatif kurang terutama pada jenjang

(30)

5.7. Program Peningkatan Kinerja Guru

a) Beberapa hal yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kota palangka Raya dalam rangka meningkatkan Kinerja Guru/Kepala Sekolah di Kota Palangka Raya:

1. Pemetaan Kompetensi Guru

Pemetaan Kompetensi guru ini dilakukan terhadap Guru , Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah baik guru SD, SMP, SMA dan SMK, bekerja sama dengan pihak LPMP Provinsi Jawa Timur. Pemetaan kompetensi ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana keadaan kompetensi guru, Kepala Sekolah dan Pengawas sekolah. Dengan adanya data dari pemetaan tersebut akan diketahui dimana letak kelemahan/kompetensi yang perlu ditingkatkan baik terhadap Guru, Kepala Sekolah maupun terhadap pengawas Sekolah. Sehingga memudahkan pihak Dinas Pendidikan untuk melakukan pembinaan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

2. Melakukan Suvervisi dan Pengawasan Ke Sekolah

Suvervisi dan pengawasan dilakukan oleh pengawas sekolah terhadap pelaksanaan tugas guru secara berkala dan terus menerus. Tujuan dari suvervisi dan pengawasan ini bertujuan melakukan pembinaan terhadap guru serta melihat bagaimana persiapan dan kesiapan guru dalam memberikan pelajaran (Perangkat dan alat pembelajaran, RPP, LKS)

3. Menggiatkan Pembinaaan Kegiatan MKKS, MGMP, LKG

Pihak Dinas Pendidikan terus menggiatkan pembinaan terhadap kegiatan MKKS, MGMP dan LKG. Kegiatan MKKS ini dimaksudkan agar kepala sekolah dapat meningkatkan kinerjanya serta dapat melakukan pembinaan terhadap guru dan dapat mengelola sekolah dengan baik. Sedangkan kegiatan MGMP (Guru SLTA/SLTP) dan LKG (Guru SD) ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan kemampuan/kompetensi guru sehingga mampu mempersiapkan alat dan perangkat pembelajaran serta mampu melaksanakan pembelajaran yang berkualitas.

4. Penghargaan dan Promosi

Bagi guru yang berprestasi Pemerintah Kota Palangka Raya dapat memberikan penghargaan yaitu dipromosi atau diangkat jadi Kepala Sekolah. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi bagi guru agar terus meningkatkan kinerjanya yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas lulusannya.

5. Kepala Sekolah

Untuk diangkat menjadi seorang Kepala Sekolah, harus menunjukan prestasi yang tinggi serta telah mengikuti beberapa Pelatihan/Seminar/Lokakarya dan kegiatan Lomba Guru berprestasi.

(31)

Seleksi kepala sekolah tersebut dilaksanakan secara ketat oleh pihak Dinas Pendidikan. Dengan adanya persyaratan dan seleksi tersebut diharapkan kepala sekolah yang terpilih benar-benar kepala sekolah yang mempunyai kemampuan manajerial yang tinggi, mempunyai dedikasi dan integritas yang tinggi serta serta kemampuan akademik yang baik, sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas lulusan sekolah dimana dia bertugas.

b) Pembinaan Yang dilakukan Oleh Sekolah terhadap Guru:

1. Guru diwajibkan setiap minggu menyampaikan laporan pelaksanaan tugas, termasuk alat dan perangkat pembelajaran (RPP, Media, Soal Ulangan harian/ujian serta hasil penilaian) Apabila guru yang bersangkutan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka guru tersebut diberi pembinaan dan bimbingan baik oleh kepala sekolah/wakil kepala sekolah atau guru senior yang lebih berpengalaman.

2. Untuk mengembang potensi diri guru, pihak sekolah dapat juga menjalin hubungan kerjasama dengan pihak Pemerintah Kota Palangka Raya, terutama untuk mendatangkan narasumber ke sekolah mereka. Disamping itu pula pihak sekolah juga dapat menjalin kerjasama dengan lembaga pelatihan dan perusahaan terutama dalam hal pengadaan alat bantu praktik, promosi produk dan penyerapan tenaga kerja alumni sekolah tersebut.

3. Melaksanakan seminar bagi guru-guru baik ditingkat sekolah maupun di tingkat kota dan kalau memungkinkan mengikuti seminar di tingkat nasional.

4. Melaksanakan pertemuan guru bidang studi untuk membahas materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa serta tukar pengalaman dan ilmu dengan guru-urunya guru lainnya, pertemuan ini dilaksanakan secara rutin setiap bulan.

5. Bagi guru yang kurang jam mengajarnya dapat mengajar di sekolah lain dengan mendapat ijin dari kepala sekolah dan dinas pendidian setempat. Hal ini dilakukkan untuk membantu guru sudah sertifikasi yang kekurangan jam mengajarnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

(32)

Tertata dan Berwawasan Lingkungan, menuju masyarakat sejahtera sesuai Falsafah Budaya Betang”. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya juga

2. Secara operasional visi dan misi Pembangunan Kota Palangka Raya tersebut telah dijabarkan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Palangka Raya melalui visinya “Terwujudnya Kota Palangka Raya sebaga Kota Pendidikan”, dan berbagai arah kebijakannya.

3. Fasilitas pendidikan terutama sekolah di Kota Palangka Raya mulai dari tingkat Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA/MA/SMK) sudah tersedia di seluruh wilayah kecamatan, sehingga memungkinkan setiap anak untuk bersekolah. Hal ini tentu sangat baik bagi upaya menuntaskan wajib belajar, minimal sekolah dasar di Kota Palangka Raya.

4. Ketersediaan tenaga pendidik/guru di Kota Palangka Raya mulai dari tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas sudah cukup memadai untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Palangka Raya. Namun yang tampak masih menjadi kendala adalah penyebaran guru antara di wilayah kota dengan di luar kota masih belum merata. Hal ini akan dapat berdampak terhadap ketidak seimbangan kualitas siswa antar kedua wilayah dimaksud.

5. Guru-guru di Kota Palangka Raya memiliki tingkat senioritas yang sudah relatif baik, hal ini sebagaimana terlihat dengan sebagian besar guru di Kota Palangka Raya memiliki jenjang kepangkatan yang sebagian besar golongan IV dan golongan III. Dalam hal ini berarti guru di Kota Palangka Raya mempunyai pengalaman yang sudah cukup dalam mengajar.

6. Guru-guru di Kota Palangka Raya mempunyai jenjang pendidikan yang sudah relatif baik, dimana sebagian besar (65,47%) berpendidikan Sarjana (S1). Hal ini merupakan potensi yang menjadi kekuatan bagi Kota Palangka Raya untuk meningkatan kualitas pendidikan. Namun demikian jenjang pendidikan ini masih perlu di tingkatkan terutama bagi guru yang belum berpendidikan S1.

7. Guru-guru di Kota Palangka Raya yang sudah tersertifikasi masih relatif sedikit yaitu 27,86%. Hal ini perlu menjadi perhatian Pemerintah Kota untuk meningkatkan kuota peserta sertifikasi, serta mempersiapkan dengan sebaik-baiknya guru-guru yang belum tersertifikasi agar nantinya layak untuk disertifikasi.

8. Guru-guru di Kota Palangka Raya rata-rata memiliki kompetensi yang tergolong baik (pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial). Meskipun demikian masih ada sebagian kecil yang tergolong sedang, terutama pada guru yang belum tersertifikasi. Kompetensi guru di Kota Palangka Raya yang bersertifikasi selatif masih lebih baik dari kompetensi guru yang belum bersertifikasi.

9. Tingkat kinerja dan profesionalisme guru-guru di Kota Palangka Raya secara umum sudah tergolong baik. Tingkat kinerja dan profesionalisme guru di

(33)

Kota Palangka Raya yang bersertifikasi juga relatif lebih baik dari guru yang belum bersertifikasi.

10. Kinerja dan profesionalisme guru-guru di Kota Palangka Raya merupakan kontribusi yang relatif merata dari semua kompetensi yang dimiliki guru, yaitu pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial. Hal ini juga terjadi baik untuk guru yang sudah dan belum bersertifikasi.

6.2. Saran-saran

1. Program Pemerintah Kota Palangka Raya melalui Guru Silang merupakan program yang perlu mendapatkan dukungan berbagai pihak. Program ini dipandang cukup strategis untuk mendapatkan pembelajaran bermutu oleh guru di kelas secara merata, khususnya bagi sekolah yang berada di luar kota dan masih kekurangan guru-guru bidang studi tertentu. Program ini juga dapat meningkatkan kinerja guru di kota yang masih kekurangan jam mengajar. Sehubungan itu maka diperlukan pula tata kelola atau sistem pengelolaan guru silang yang mengakomodir peran dan fungsi Pengawas Sekolah dalam implementasinya.

2. Pemerintah Kota Palangka Raya hendaknya terus melakukan upaya pemerataan guru, baik guru kelas maupun guru bidang studi secara proporsional antara sekolah-sekolah di pusat kota dengan sekolah-sekolah di luar pusat kota, maupun antar sekolah negeri dengan sekolah swasta.

3. Peran Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah dalam meningkatkan kinerja dan profesional guru sangatlah penting. Untuk itu hendaknya Pemerintah Kota lebih selektif dalam melakukan pengangkatan Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah dengan mengacu kepada ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Kelompoka Kerja Guru Bidang Studi hendaknya lebih digalakkan dan diaktifkan untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru serta meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Palangka Raya.

5. Peningkatan kinerja dan profesionalisme guru sebaiknya tidak hanya memperhatikan sisi peningkatan kemampuan mengajar guru, tetapi harus dilakukan secara seimbang dengan program lain seperti peningkatan kompetensi kepribadian guru, dan peningkatan kompetensi sosial guru. Hal ini penting karena kinerja dan profesionalisme guru yang baik terjadi karena guru memiliki kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial yang baik secara simultan.

6. Perlu peran aktif dari Pemerintah Kota melalui Dinas Pendidikan secara periodik dan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru.

7. Perlu peran aktif dari sekolah masing-masing secara periodik dan berkesinambungan untuk meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru di sekolah tersebut.

(34)

DAFTAR PUSTAKA

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Palangka Raya. 2011. Kota Palangka Raya Dalam Angka Tahun 2010. Kerjasama dengan Badan Pusat Statistik Kota Palangka Raya. Palangka Raya.

5. Pemerintah Kota Palangka Raya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Palangka Raya Tahun 2008-2013. Palangka Raya.

6. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Palangka Raya. Rangkuman Data Pokok Pendidikan Kota Palangka Raya Tahun 2010/2011. Palangka Raya.

7. Dedi Supriadi. 1999. Meningkatkan Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

8. Nana Sudjana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

9. Darling, L. dan Hammond. 2000. Teacher Quality and Student Achievement: A Review of State Policy Evidence. Education Policy Analysis Archives. Volume 8 Number 1.

10. Cruichshank, D.R. 1990. The Work Ethics: Working Values and Value that Work. New York: Amacom.

11. Kane, J.S. 1986. Performance Distribution Assessment. Baltimore: The Johns Hopkins University Press.

12. Suryadi Prawirosentono. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan, Kiat Membangun Organisasi Kompetitif Menjelang Perdagangan Bebas. Yogyakarta: BPFE.

Gambar

Tabel 3.1.  Luas  wilayah  Kota  Palangka  Raya  menurut  Kecamatan  dan  Kelurahan
Tabel 3.2.  Luas tanah di Kota Palangka Raya menurut jenisnya
Tabel 3.4.  Jumlah Penduduk dan Keluarga di Kota Palangka Raya
Tabel 3.5.  Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk di Kota Palangka Raya  Tahun 2006-2010  Tahun  Penduduk  (Jiwa)  Pertumbuhan (%)  Luas Wilayah (Km²)  Kepadatan  (Jiwa/Km²)  2006  182.802  (0,25)  2.678,51  68  2007  188.123  2,83  2.678,51  70  2008  191.01
+5

Referensi

Dokumen terkait

Terjadinya interaksi pada kombinasi perlakuan dosis pupuk hayati dan pupuk fosfat pada parameter pengamatan berat biji per tanaman di saat panen umur 95 hst di

a. Mengetahui tingkat keanekaragaman burung Ordo Ciconiiformes di kawasan konservasi mangrove Tambaksari Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak. Mempelajari jenis

Faktor – faktor yang mempengaruhi konflik keluarga – pekerjaan terhadap kepuasan kerja yaitu (1) Jenis Pekerjaan karena pekerjaan sebagai dosen awalnya bukan merupakan

Yanchuik inia nukurinkia tuke nii nawantrin unuinin armiayi tsankuran penker pujusmi tusar, tura yanchuikia inia juntrinkia kajeu armiayi turau asamti tuke nawan

Dina prosés nyiptakeunana, rumpaka kawih miboga unsur-unsur saperti: (1) unsur basa, (2) unsur sastra, (3) eusi sastra, jeung (4) wangun sastra. Rumpaka kawih dina ieu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi proses bisnis yang berjalan pada sistem ERP (Enterprise Resource Planning), terutama pada departemen terkait yang berhubungan dengan

Pertumbuhan Kredit Bank Umum Konvensional dan pembiayaan Bank Umum Syariah yang juga terus tumbuh membaik setiap tahunnya diharapkan dapat mendorong keberhasilan

Hasil penelitian menunjukan bahwa peluang pengembangan Sistem Informasi Akademik Dalam Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan terletak pada kebijakan dan isu