• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kinerja Keuangan Cicha Ersa Fitriani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Kinerja Keuangan Cicha Ersa Fitriani"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN

USAHA PETERNAKAN KAMBING PERAH

(STUDI KASUS DI SALAH SATU PERUSAHAAN KAMBING PERAH DI KECAMATAN CIJERUK KABUPATEN BOGOR)

FINANCIAL PERFORMANCE ANALYSIS UPON BUSINESS OF DAIRY GOAT

(CASE STUDY OF DAIRY GOAT IN A UPON BUSINESS IN CIJERUK SUB DISTRICT, BOGOR DISTRICT)

Cicha Ersa Fitriani*, Hasni Arief**, Dadi Suryadi**

Universitas Padjadjaran

*Alumni Fakutas Peternakan Universitas Padjajaran Tahun 2017

** Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Sumedang. Jl. Raya Bandung-Sumedang Km 21. Tlp. (022) 7798241 Fax. (022) 7798212 Jatinangor Sumedang 45363

e-mail: Cersha@ymail.com

Abstrak

Penelitian dilaksanakan di Peternakan Bangun Karso Farm bertempat di Kampung Babakan RT 01/07 Desa Palasari Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor pada bulan Mei-Juni 2016. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui performa teknis dan menganalisis kinerja keuangan usaha peternakan kambing perah di peternakan Bangun Karso Farm. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Data yang diambil untuk penelitian ini adalah laporan keuangan satu tahun yaitu Bulan Oktober 2015 - September 2016. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti meliputi data primer yaitu observasi langsung dan wawancara kepada pemilik, manajer, dan karyawan; dan data sekunder, yaitu hasil studi literatur dan berbagai instansi yang terkait yang mendukung penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif yang berupa hitungan analisis rasio dari neraca dan laporan laba rugi. Hasil penelitian diperoleh bahwa performa teknis usaha peternakan Bangun Karso Farm sudah sesuai dengan standar, bahkan melebihi standar yang ditetapkan berdasarkan pada panca usaha ternak kecuali pada struktur populasi dan kinerja keuangan usaha peternakan kambing perah untuk perhitungan likuiditas, solvabilitas, dan profibilitas (GPM) menunjukkan kinerja yang baik sedangkan pada perhitungan NPM kurang baik dan perhitungan ROI dan ROE sangat tidak baik.

Kata kunci: performa teknis, kinerja keuangan, kambing perah.

Abstract

The research was conducted at the Bangun Karso Farm in Kampung Babakan RT 01/07, Palasari Village, Cijeruk Sub District, Bogor District on May, 2016 to June 2016.

This study aimed to find out technical performance and analyze its financial performance in business at Bangun Karso Farm. The research method used was a case study. Data taken for this study are the financial statements of one year (October 2015 - September 2016). The Data were collected by primary data which include direct observation and interviews with owners, managers, and employees as well as secondary which included the results of literature

(2)

2 study and other related agencies that supported the research. To analyze the data analyzed using qualitative and quantitative analysis in the form count ratio analysis of the balance sheet and income statement. The result showed that the technical performance of farm business Bangun Karso Farm already befit with standard in fact overbear which stadanrd determination at five livestock except at the population structure and the financial performance of farm dairy goats for the account of liquidity, solvency, and profibilitas (GPM) showed performance a good while in the less well NPM account and account of ROI and ROE is not very good.

Keywords: technical performance, financial performance, dairy goat

1. Pendahuluan

Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini didasarkan pada manfaat susu sebagai bahan pangan fungsional yang bergizi tinggi. Produksi susu secara nasional belum mencukupi kebutuhan konsumsi masyarakat, sehingga pemerintah perlu mengimpor susu dan produk asal susu dari luar negeri. Susu dan produk asal susu yang diimpor mencapai 76% dari total kebutuhan dalam negeri (Atabany, 2013).

Salah satu ternak penghasil susu yaitu kambing perah. Kambing perah memiliki potensi dan prospek yang semakin berkembang karena mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup tinggi. Selain itu, kambing perah dapat memenuhi kebutuhan susu dalam negeri, mengurangi impor susu dan menyediakan lapangan pekerjaan. Bangsa kambing penghasil susu yang banyak dipelihara dan dikenal oleh masyarakat diantaranya yaitu kambing etawa dan kambing PE (Peranakan Etawa).

Jawa Barat merupakan sentra peternakan kambing terbesar ketiga di Indonesia. Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra peternakan kambing terbesar di Jawa Barat dan memiliki potensi lahan dalam perkembangan usaha peternakan. Peternakan kambing perah memiliki peranan besar dalam mendukung kegiatan perekonomian di Kabupaten Bogor. Kegiatan produksinya diutamakan untuk menghasilkan susu kambing. Perkembangan populasi kambing perah di Kabupaten Bogor pada Tahun 2013 yaitu 6.237 ekor dan pada Tahun 2014 yaitu 6.517 ekor (Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2015). Berdasarkan pernyataan tersebut adanya peningkatan jumlah populasi dari tahun sebelumnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa peternak kambing perah di Kabupaten Bogor bahwa permintaan susu kambing cukup tinggi khususnya di perkotaan. Hal ini berdasarkan adanya kepercayaan konsumen terhadap susu kambing perah yang diyakini mampu membantu dalam mengatasi masalah kesehatan sehingga memberi andil besar dalam perkembangan peternakan usaha kambing perah di Kabupaten Bogor.

(3)

3 Beberapa usaha peternakan di Kabupaten Bogor yang bergerak dalam pemeliharaan kambing perah memiliki tujuan utama untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya dalam penjualan susu. Salah satunya yaitu Bangun Karso Farm yang bertempat di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Peternakan ini terus mengalami perrkembangan, yang mana hal ini dapat terlihat pertambahan populasi ternak kambing dari tahun ke tahun dan teknis manajemen pemeliharaan yang semakin inovatif guna menghasilkan produksi susu yang tinggi dan berkualitas. Peternakan ini juga mampu bertahan ditengah lesunya kondisi usaha kambing perah yang membutuhkan biaya produksi tinggi.

Suatu usaha peternakan dapat mencapai keberhasilan usahanya dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas usahanya. Salah satu indikator dalam mencapai keberhasilan usaha peternakan kambing perah yaitu meningkatkan kualitas dan kuantitas performa teknis usaha peternakan kambing perah. Performa teknis usaha peternakan kambing perah yaitu penampilan yang menunjukan sistem pemeliharaan dalam usaha peternakan kambing perah. Performa teknis dapat menunjang terhadap kinerja keuangan yang lebih baik. Hal ini ditujukan jika performa teknis baik maka kinerja keuangannya juga meningkat dan perusahaan dituntut untuk memperhatikan kondisi perusahaan terutama dalam segi kinerja keuangan. Oleh karena itu, maka manajemen keuangan yang profesional dan efesien merupakan kunci keberhasilan suatu usaha peternakan.

Terkait dengan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap analisis kinerja keuangan usaha peternakan kambing perah ditinjau dari performa teknis dan laporan keuangan pada peternakan kambing perah.

2. Objek dan Metode Penelitian Objek Penelitian

Objek penelitian adalah performa teknis dan kinerja keuangan peternakan Bangun Karso Farm dan subjek penelitian adalah pemilik Bangun Karso Farm yang bertempat di Kampung Babakan RT 01/07 Desa Palasari Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus karena objek penelitiannya adalah perusahaan dimana strategi penelitian di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu laporan dari peforma teknis usaha dan kinerja keuangan. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

(4)

4 Data yang diambil untuk penelitian ini adalah laporan keuangan selama satu tahun (Oktober 2015- September 2016).

Analisis Data

Performa teknis dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk mengungkapkan keadaan, fenomena yang terjadi di lapangan yang diperoleh dari hasil In-dept interview dan

kinerja keuangan dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara komponen-komponen yang ada dalam laporan neraca dan laporan laba rugi dalam waktu satu

tahun selanjutnya dianalisis menggunakan analisis rasio keuangan yaitu rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas.

3. Hasil dan Pembahasan

Performa Teknis Usaha Peternakan a) Stuktur Populasi

Populasi ternak di peternakan BKF pada saat penelitian lapangan terdapat sebanyak 211 ekor. Imbangan populasi ternak produktif dan non produktif di Peternakan BKF dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Imbangan Populasi Kambing Perah Produktif dan Non Produktif di Peternakan Bangun Karso Farm Satu Tahun (Oktober 2015- September 2016)

Produktif Jumlah (%) Jumlah (Ekor)

Laktasi 6,64 14

Kering 28,91 61

Total 35,55 75

Non Produktif Jumlah (%) jumlah (Ekor)

Dara 3,32 7

Cempe 7,58 16

Pejantan 53,55 113

Total 64,45 136

Tabel 2 menunjukkan bahwa imbangan antara ternak produktif dan non produktif yaitu 35.55% : 64.45% dari total populasi sebanyak 211 ekor. Menurut Foley, dkk. (1978) standar imbangan ternak produktif dan non produktif yang ideal yaitu 70% : 30% dan imbangan yang ideal untuk ternak ternak produktif (laktasi : kering) yaitu 85% : 15%, sementara kenyataan kondisi di peternakan BKF menunjukan angka terbalik dari standar yang

(5)

5 ideal. Hal ini disebabkan karena peternakan BKF lebih banyak memelihara jantan untuk tujuan penggemukan karena permintaan pasar pada saat Idul Adha meningkat.

b) Pakan

Pemberian pakan kambing di Peternakan BKF berupa pakan alami (hijauan) sebagai pakan sumber serat dan pakan tambahan. Hijauan yang diberikan ternak di Peternakan BKF berupa hijauan yang sudah di fermentasi. Pakan yang diberikan pada kambing perah diantaranya fermentasi jagung, fermentasi daun singkong karet, indigofera, daun nangka, ampas tahu dan ampas bir.

Pemberian pakan yang memenuhi syarat baik secara kualitas maupun kuantitas pada usaha kambing perah sangat diperlukan agar mendapatkan hasil yang optimal. Jumlah pemberian pakan hijauan pada kambing perah di BKF sebanyak 10% dari BB ternak, dengan rata-rata pemberian per ekor sebanyak 3,1 kg/ekor/hari. Pakan hijauan yang diberikan sebanyak dua kali dalam sehari yaitu pagi pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 16.00 WIB. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Mentri Pertanian Republik Indonesia (2014) bahwa Jumlah kebutuhan pakan berupa hijauan dan leguminosa diberikan sebanyak 10-20% dari bobot tubuh. Kaleka dan Haryadi (2013) juga berpendapat bahwa pemberian pakan hijauan pada kambing diberikan 2-3 kali sehari. Selain pakan hijauan peternakan BKF memberikan pakan tambahan yang berupa konsentrat. Konsentrat merupakan pakan sumber protein yang dapat meningkatkan berat badan dan produksi susu. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2011), konsentrat disebut juga pakan penguat yang diharapkan dapat memberikan tambahan berat badan per hari dan juga akan meningkatkan mutu serta jumlah produksi susu bagi kambing perah. Peternakan BKF memberikan pakan konsentrat sebanyak 0,71 kg/ekor hari sebanyak satu kali dalam sehari. Murtidjo (2002) menyatakan bahwa kebutuhan konsentrat untuk kambing adalah 0,5-1 kg/ekor/hari. Kaleka dan Haryadi (2013) juga berpendapat bahwa pemberian konsentrat pada kambing perah sebanyak satu sampai dua kali dalam sehari.

c) Perkandangan

Tata letak kandang kambing perah di BKF dapat memberikan perlindungan dan kenyamanan baik bagi peternak maupun untuk ternak. Tata letak kandang kandang berada jauh dari tempat tinggal dengan jarak 100-150 m, memiliki tempat yang kering, sirkulasi udara baik, sinar matahari baik, mudah memperoleh sumber air dan memiliki akses jalan baik dan mudah. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia

(6)

6 (2014) bahwa tata letak kandang kambing perah yang memenuhi persyaratan antara lain kandang dan bangunan lainnya terletak di samping atau belakang rumah peternak berjarak minimal 30 m, tempat kering dan tidak tergenang air saat hujan, mudah memperoleh sumber air, sirkulasi udara baik dan cukup sinar matahari pagi.

Kontruksi kandang di BKF dibuat dengan bahan besi, semen, dan kayu agar kandang kokoh, atap dibuat untuk memberikan perlindungan yang efektif dari sinar matahari, memiliki pinggiran atap bagian bawah, Lantai dibuat dari kayu lebih tinggi dari permukaan tanah dengan tinggi 2,5 m dari permukaan tanah, ruang berpagar ukuran 48 m x 10 m dapat menampung 300 ekor. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2014) bahwa kontruksi kandang kambing perah memiliki kandang yang kokoh dibuat dari bahan semen, logam atau kawat ,lantai yang kuat, tahan lama dibuat lebih tinggi dari tanah dengan ukuran 1-1,5 m diatas permukaan tanah, ruang berpagar berukuran 12 x 18 meter dapat menampung 100-125 ekor kambing, bahan atap dapat memberikan perlindungan yang efektif terhadap sinar matahari dan memiliki pinggiran atap bagian bawah panjang satu meter. Hal ini menunjukan bahwa manajemen kandang pada kambing perah di BKF sudah sesuai dengan standar kandang yang digunakan untuk kambing perah.

d) Pembibitan

Peternakan BKF melakukan seleksi dalam memilih kambing perah dengan tujuan untuk mendapatkan kambing dengan beberapa sifat unggul yaitu memilih bibit unggul, tingkat kesuburan tinggi yakni dalam dua tahun mampu tiga kali beranak, memiliki kemampuan daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan sehingga tidak mudah terserang.

Perkawinan secara alami atau kawin alam dilakukan dengan rasio (1:10). Peternakan BKF biasanya melakukan kawin silang antara kambing bangsa PE dengan Saanen sehingga mengahasilkan anak yaitu Sapera. Persilangan ini bertujuan untuk menghasilkan produksi susu yang tinggi dan kualitas susu yang baik. Pemilik dan pegawai BKF mengawinkan kambing perah pertama kali pada umur sekitar antara 10-11 bulan dengan berat badan kambing minimal 25 kg. Peternakan BKF melakukan pencatatan perkawinan antara jantan dan betina, bertujuan untuk menghindari terjadinya Inbreeding.

Peternakan BKF melakukan pencatatan (recording) dengan rutin pada seluruh ternak diantaranya melakukan pencatatan kelahiran, produksi susu, perkawinan, pengobatan, kematian, penjualan dan pembelian. Hal sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik

(7)

7 Indonesia (2014) bahwa pencatatan (recording) dilakukan pada seluruh ternak diantaranya melakukan pencatatan riwayat hidup ternak (mengetahui silsilah), reproduksi ternak, kesehatan ternak, dan produksi susu.

e) Kesehatan Ternak

Peternakan BKF melakukan pencegahan penyakit untuk menjaga kesehatan pada kambing yang dipeliharanya yaitu memberikan pakan yang bagus yang memiliki kualitas dan kuantitas memadai, kambing perah dimandikan satu kali dalam seminggu, dilakukan pemotongan kuku dua bulan sekali, memberikan obat cacing pada kambing saat kering kandang, memisahkan kambing yang baru masuk dan membersihkan kandang setiap hari. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2014) bahwa pencegahan penyakit pada kambing perah dapat dilakukan dengan memperhatikan kebersihan kambing dan kandang, dilakukan vaksinasi secara teratur, mencatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu kesehatan ternak, pemotongan kuku dilakukan apabila diperlukan, pemberian obat cacing dilakukan secara rutin tiga kali dalam setahun, lahan yang digunakan untuk memelihara kambing perah harus bebas dari penyakit menular, kambing yang baru masuk sebaiknya dimasukkan ke kandang karantina dulu dengan perlakuan khusus

Peternakan BKF melaksanakan biosekuriti pada ternak dan manusia yang ada di kandang yaitu sebelum memerah kambing harus mandi terlebih dahulu, memakai baju yang bersih, memakai APD (masker, wearpack,sarung tangan), melakukan desinfeksi kandang, mengeluarkan ternak yang sakit untuk segera diobati dan tidak setiap orang boleh keluar masuk kandang. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia (2014) bahwa pelaksanaan biosecurity dalam usaha pembibitan kambing harus memperhatikan beberapa aspek seperti lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar dan bebas dari hewan peliharaan lainnya yang dapat menularkan penyakit, melakukan desinfeksi kandang dan peralatan dengan menyemprotkan desinfektan, menjaga agar tidak setiap orang dapat bebas keluar masuk kandang ternak yang memungkinkan terjadinya penularan penyakit, membakar atau mengubur bangkai ternak yang mati karena penyakit menular dan mengeluarkan ternak yang sakit dari kandang untuk segera diobati atau dipotong.

(8)

8 Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur antara komponen-komponen yang ada dalam laporan neraca dan laporan laba rugi dalam waktu satu

tahun. Selanjutnya, dari komponen-komponen neraca dan laporan rugi laba tersebut yang akan digunakan dalam mengukur kinerja keuangan dalam bentuk rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas.

1. Neraca Keuangan Usaha Peternakan BKF

Neraca pada satu tahun (Oktober 2015-Sepember 2016) di Peternakan BKF sebagai berikut:

Tabel 3. Neraca Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm Satu Tahun (Oktober 2015-September 2016)

Pos-Pos Neraca Jumlah

(Rp/Tahun) Pos-Pos Neraca

Jumlah (Rp/Tahun)

AKTIVA PASSIVA

Aktiva Lancar 1.407.032.500 Hutang Usaha 408.000.000 Aktiva Tetap 5.886.241.667 Modal 6.885.274.167

Total Aktiva 7.293.274.167 Total Passiva 7.293.274.167

Aktiva lancar merupakan hasil dari penjumlahan kas selama satu tahun dan aset bergerak selama satu tahun. Kas merupakan jumlah uang yang didapatkan dari hasil penjualan ternak, susu, dan feses sedangkan aset bergerak merupakan jumlah ternak pada akhir tahun. Berdasarkan perhitungan jumlah penjualan lebih besar dibandingkan dengan jumlah aset bergerak yaitu penjualan kambing perah jantan dalam satu tahun sebanyak 283 ekor senilai Rp. 723.035.000 kemudian penjualan susu dalam satu tahun sebanyak 4.421.5 liter senilai Rp. 128.997.500 dan penjualan feses selama satu tahun sebanyak 600 karung atau 24.000 kg senilai Rp. 7.200.000, sedangkan aset bergerak sebanyak 211 ekor senilai Rp. 547.800.000.

Aktiva tetap merupakan sumber kekayaan yang digunakan oleh peternakan BKF selama kegiatan usaha berupa tanah, bangunan kandang, kantor, gudang pakan, kendaraan, dan peralatan. Tanah yang dimiliki untuk usaha peternakan kambing perah seluas 4.5 Ha senilai Rp. 4.950.000.000, satu unit bangunan kandang seluas 480 m2 senilai Rp. 800.000.000,

(9)

9

satu unit gudang pakan senilai Rp. 30.000.000, satu unit bangunan kantor senilai Rp. 37.500.000, satu unit kendaraan pick up Tahun 2012 senilai Rp. 85.000.000, satu unit

motor astrea grand tahun 1998 senilai Rp. 3.000.000. dan seluruh peralatan yang digunakan senilai Rp. 44.625.000. Jumlah investasi terbesar yaitu tanah disebabkan memiliki keuntungan selain digunakan untuk usaha, tanah dapat di investasi jangka panjang dan memiliki kenaikan nilai setiap tahunnya.

Total passiva merupakan pejumlahan dari nilai hutang usaha selama satu tahun dan modal usaha selama satu tahun. Nilai hutang usaha sebesar Rp. 408.000.000 merupakan

jumlah dari pinjaman pokok dengan bunga. Pinjaman pokok yang harus dibayar sebesar Rp. 300.000.000 dan bunga flat yang harus dibayar sebesar Rp. 108.000.000.

2. Laporan Laba Rugi Peternakan BKF

Laporan laba rugi pada satu tahun (Oktober 2015-Sepember 2016) di Peternakan BKF sebagai berikut:

Tabel 4. Laporan Laba Rugi Peternakan Kambing Perah Satu Tahun (Oktober 2015- September 2016)

Komponen-Komponen Jumlah (Rp/tahun)

Penjualan 859.232.500

Harga Pokok Penjualan 436.840.000

Laba Kotor 422.392.500

Beban Operasional 89.055.000

Biaya Variabel 245.066.160

Biaya Lainnya 26.298.000

Laba Bersih 61.973.340

Harga pokok penjualan dalam usaha peternakan kambing perah BKF merupakan hasil dari jumlah persediaan awal ternak dan pembelian ternak selama kegiatan usaha dikurangi dengan jumlah persediaan akhir ternak. Persediaan ternak pada awal tahun sebanyak 166 ekor yang terdiri dari jantan dewasa sebanyak 66 ekor dengan bobot rata-rata 31.5 kg, Betina 86 ekor dengan bobot rata-rata 32.5 kg dan Cempe 24 ekor dengan bobot rata-rata 10 kg memiliki nilai total sebesar Rp. 383.440.000. Ditambah pembelian ternak yang dibeli dari Jawa dan Malang yaitu jantan sebanyak 334 ekor dengan bobot rata-rata 30 kg dan lima ekor

kambing betina dengan bobot rata-rata 30 kg memiliki nilai keseluruhan sebesar Rp. 601.200.000. Lalu, dikurangi persediaan ternak akhir tahun sebanyak 211 ekor yang

(10)

10 terdiri dari Betina 61 ekor dengan bobot rata-rata 35 kg, Betina laktasi 14 ekor dengan bobot rata-rata 34 kg, Betina Muda 7 ekor dengan bobot rata-rata 26.5 kg, Jantan Dewasa 113 ekor dengan bobot rata-rata 35 kg dan Cempe 16 ekor dengan bobot rata-rata 6 kg memiliki nilai total sebesar Rp. 547.800.000. Hal ini sesuai dengan pendapat Firdaus (2009) bahwa harga pokok penjualan ditentukan dengan menghitung persediaan awal, ditambah seluruh pembelian dikurangi persediaan akhir pada periode akhir akuntasi bersangkutan.

Beban operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternakan BKF selama proses produksi berupa biaya gaji, beban listrik, beban pulsa, beban BBM dan beban sumbangan selama satu tahun. Jumlah biaya gaji dalam satu tahun sebesar Rp. 78.000.000 terdiri dari lima tenaga kerja yaitu manajer, kepala kandang, dan tiga anak kandang. Beban

listrik selama satu tahun sebesar Rp. 1.380.000. Beban pulsa dalam satu tahun sebesar Rp. 1.500.000. Beban BBM dalam satu tahun sebesar Rp. 7.500.000 dan beban sumbangan

selama satu tahun sebesar Rp. 375.000.

Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternakan BKF selama proses produksi yang terdiri dari biaya pakan selama satu tahun, biaya obat-obatan selama satu tahun dan biaya pembelian kemasan susu selama satun tahun. Biaya pakan selama satu tahun

sebesar Rp. 237.059.160 terdiri dari pakan konsentrat sebanyak 54.537,6 kg senilai Rp. 141.797.760, pakan hijauan sebanyak 222.456 kg senilai Rp. 88.982.400 dan ampas tahu

sebanyak 25.116 kg senilai Rp. 6.279000. Biaya obat-obatan selama satu tahun sebesar Rp. 6.00.7000 dan biaya kemasan plastik susu dalam satu tahun sebesar Rp. 2.000.000. Hal

ini sesuai dengan Sukirno (2005) bahwa biaya variabel adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya.

Biaya lainnya merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternakan BKF untuk kegiatan usaha selama satu tahun berupa biaya pajak bumi bangunan dan pajak kendaraan. Biaya pajak bumi bangunan sebesar Rp. 25.000.000, pajak kendaran yang terdiri dari satu unit mobil sebesar Rp. 1.200.000 dan satu unit motor sebesar Rp. 98.000.

Laba bersih merupakan hasil yang diperoleh dari laba kotor selama satu tahun dikurangi beban/biaya operasional selama satu tahun. Hasil laba yang didapatkan oleh peternakan BKF sebesar Rp. 61,973,340 memiliki nilai angka positif yang berarti peternakan

(11)

11 BKF memperoleh keuntungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukirno (2010) bahwa apabila hasil yang diperoleh positif maka perusahaan tersebut memperoleh keuntungan tetapi jika hasil yang diperoleh negatif maka perusahaan tersebut mengalami kerugian.

Bertitik tolak dari kondisi keuangan di atas, maka analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut:

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas peternakan BKF dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5. Rasio Likuiditas Peternakan Bangun Karso Farm Satu Tahun (Oktober 2015-September 2016)

Jenis rasio Satu

periode Kriteria Likuiditas

CR 3,4 Baik

QR 2,1 Baik

Tabel 5 menunjukkan bahwa Current Ratio (yang selanjutnya disingkat CR)/rasio lancar merupakan rasio yang membagi nilai aktiva lancar dengan kewajiban. Berdasarkan hasil perhitungan rasio likuiditas pada rasio lancar pada satu tahun 3,4 kali dalam kriteria baik, yang berarti setiap satu rupiah hutang lancar dijamin oleh 3,4 rupiah aktiva lancar. Munawir (2010) berpendapat bahwa jika CR ≥ 2, dinyatakan baik. Menurut pendapat tersebut jika dibandingkan dengan peternakan BKF nilai rasio lancar yang dimiliki jauh lebih besar yang berarti keadaan usaha peternakan BKF dalam keadaan sangat baik atau dalam keadaan likuid karena mampu memenuhi seluruh kewajiban yang dimilikinya.

Quick ratio (yang selanjutnya disingkat QR)/ rasio cepat merupakan rasio yang mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan dan membagi hasilnya dengan hutang lancar yang dimiliki oleh peternakan BKF. Berdasarkan perhitungan rasio likuiditas pada rasio cepat pada satu tahun sebanyak 2,1 kali dalam kriteria baik, yang berarti setiap satu rupiah hutang

lancar dijamin oleh 2,1 rupiah aktiva lancar. Munawir (2010) berpendapat bahwa jika QR ≥ 1,5 dinyatakan baik. Menurut pendapat tersebut, jika dibandingkan dengan nilai rasio

(12)

12 mampu memenuhi kewajiban yang dimilikinya disebabkan peternakan BKF memiliki nilai aktiva yang besar dibandingkan dengan hutang yang dimilikinya.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas peternakan BKF dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 6. Rasio Solvabilitas Peternakan Bangun Karso Farm Satu Tahun (Oktober 2015-September 2016)

Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil perhitungan Debt ratio pada satu tahun adalah 5,59% dalam kriteria baik. Kasmir (2012) berpendapat bahwa jika Debt ratio ≤ 35%, dinyatakan baik. Menurut pendapat tersebut jika dibandingkan dengan peternakan BKF yang memiliki nilai Debt ratio jauh lebih kecil yang berarti peternakn BKF memiliki jumlah hutang yang sedikit dibandingkan dengan jumlah aktiva yang dimilikinya.

3. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas peternakan BKF dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 7. Rasio Profitabilitas Peternakan Bangun Karso Farm Satu Tahun (Oktober 2015-September 2016)

Jenis rasio Satu

periode Kriteria Profitabilitas

GPM 49,2% Baik

NPM 7,2% Kurang baik

ROI 0,8 % Sangat tidak baik

ROE 0,9% Sangat tidak baik

Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil perhitungan Gross profit margin (yang selanjutnya disingkat GPM), menunjukkan laba relatif terhadap perusahaaan. Berdasarkan hasil perhitungan GPM pada satu tahun sebesar 49,2% dalam kriteria baik. Syamsuddin (2009) berpendapat bahwa jika GPM > 20%, dinyatakan baik. Menurut pendapat tersebut, jika dibandingkan dengan peternakan BKF nilai GPM yang dimiliki lebih besar yang berarti peternakan BKF dalam memperoleh laba tahun ini dinyatakan sangat baik disebabkan harga pokok penjualan relatif rendah dibandingkan dengan penjualan. Hal ini sesuai dengan

Jenis rasio Satu periode Kriteria Solvabilitas

(13)

13 pendapat Syamsuddin (2009) bahwa semakin besar Gross profit margin akan semakin baik keadaan operasi pada perusahaan, disebabkan karena hal tersebut menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan penjualan. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah gross profit margin akan semakin kurang baik operasi pada perusahaan.

Net profit margin ( yang selanjutnya disingkat NPM), menunjukkan pendapatan bersih

yang didapatkan oleh peternakan BKF atas hasil penjualan yang didapatkan. Berdasarkan hasil perhitungan NPM pada satu tahun sebesar 7,2% dalam kriteria kurang baik. Sawir (2009) berpendapat bahwa jika NPM < 10% - 5%, dinyatakan kurang baik. Menurut pendapat tersebut jika dibandingkan dengan peternakan BKF nilai NPM yang dimiliki relatif kecil yang berarti peternakan BKF dalam memperoleh margin tahun ini dinyatakan kurang baik disebabkan oleh unsur biaya variabel yang besar khususnya pada biaya pakan, sebab peternakan BKF menggunakan pakan yang ideal sehingga memungkinkan mengeluarkan biaya yang besar dan masih dalam tahap memperluas usaha dan hasil penjualan yang didapatkan kecil sehingga memiliki nilai NPM yang rendah.

Return on Investment ( yang selanjutnya disingkat ROI) menunjukkan produktivitas dari seluruh dana yang digunakan oleh peternakan BKF, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Berdasarkan hasil perhitungan ROI pada satu tahun sebesar 0,85 % dalam kriteria sangat tidak baik. Syamsuddin (2009) berpendapat bahwa jika ROI < 1 %, dinyatakan sangat tidak baik. Menurut pendapat tersebut jika dibandingkan dengan nilai ROI yang dimiliki peternakan BKF sangat kecil yang berarti peternakan BKF dalam menghasilkan keuntungan sangat kecil dibandingkan dengan aktiva yang dimilikinya. Hal ini disebabkan peternakan BKF sedang dalam proses pembangunan sehingga banyak mengeluarkan biaya dan penambahan aktiva selain itu juga peternakan BKF dalam hasil penjualan yang didapatkan kecil sehingga nilai ROI yang didapatkan rendah.

Return On Equity (yang selanjutnya disingkat ROE) menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri yang digunakan oleh peternakan BKF. Berdasarkan hasil perhitungan ROE pada satu tahun menunjukkan bahwa tingkat pengembalian diperoleh

(14)

14 ROE < 1 %, dinyatakan sangat tidak baik. Menurut pendapat tersebut, jika dibandingkan dengan nilai ROE yang dimiliki oleh peternakan BKF jauh lebih kecil yang berarti dalam pengembalian modal sendiri peternakan BKF sangat lambat dan dalam mengelola modal sendiri kurang efektif disebabkan dalam kegiatan usahanya peternakan BKF lebih besar mengeluarkan biaya variabel khususnya pada pakan selain itu juga dalam menggunakan peralatan dan bahan bangunan yang baik dan terjamin sehingga mengeluarkan modal yang besar dibandingkan dengan pendapatan yang kecil sehingga keuntungan yang dimiliki sangat kecil.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa:

Performa teknis usaha peternakan Bangun Karso Farm sudah sesuai dengan standar bahkan melebihi standar yang ditetapkan berdasarkan pada panca usaha ternak kecuali pada

struktur populasi dan kinerja keuangan usaha peternakan kambing perah untuk perhitungan likuiditas, solvabilitas, dan profibilitas (GPM) menunjukkan kinerja yang baik sedangkan pada perhitungan NPM kurang baik dan perhitungan ROI dan ROE sangat tidak baik.

5. Saran

Berdasarkan hasil studi kasus di Bangun Karso Farm dapat disarankan bahwa:

Performa teknis usaha peternakan kambing perah di BKF sudah sesuai dengan standar bahkan melebihi standar yang ditetapkan, tetapi terkait dengan struktur populasi alangkah baiknya jika peternakan BKF lebih memahami manejemen usaha ternak sehingga dapat mengefesiensi biaya dengan cara tidak melakukan pembelian ternak tetapi menyediakan Replacement Stock; dan sebaiknya fokus terhadap satu usaha sehingga kinerja keuangan usaha dari sudut pandang pengembalian investasi dan ekuitas akan menjadi baik, dengan begitu dapat membuka usaha baru.

6. Ucapan Terimakasih

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Dr. Hasni Arief, S.Pt., MP., selaku dosen pembimbing utama dan dosen pembimbing anggota

(15)

15 Prof. Dr. Ir. Dadi Suryadi, MS., yang telah membantu, meluangkan tenaga, waktu, dan pikiran dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga penyusunan penulisan skripsi dapat terselesaikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Bangun Dioro selaku pemilik peternakan Bangun Karso Farm dan seluruh pegawai yang telah membantu dan bekerja sama pada saat penelitian berlangsung dan kepada kedua orang tua tercinta Nono Marsono dan Ibunda Tuti Herawati, yang telah mendidik, mendoakan, menyemangati, memberikan segala pengorbanan, waktu, dan kasih sayangnya, serta senantiasa mengingatkan dalam hal kebaikan dan menegur dalam hal keburukan serta kepada sahabat yang telah membantu dan memberi motivasi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga Allah selalu merahmati kita dan selalu menuntun dalam jalan kebaikan dan kebenaran.

7. Daftar Pustaka

Atabany, Afton. 2013. Berternak Kambing Peranakan Etawah. Bogor: PT IPB Press.

Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. 2015. Data Statistik Peternakan Kabupaten Bogor. Bogor.

Firdaus, M. 2009. Manajemen Agribisnis. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Foley, R.C. D.L. Bath, F.N. Dickinson. H.A. Tucker and R D, Appleman. 1978. Dairy cattle: “Principles, Practices, Problems, Profits” Third Edition. Lea and Febinger, Philadelphia.

Kaleka, Norbertus dan N.K. Haryadi. 2013. Kambing Perah. Yogyakarta: PT Pustaka Baru. Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Munawir. 2010 . Analisa Keuangan. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.

Murtidjo, B.A. 2002. Kambing Sebagai Ternak Potong dan Perah. Yogyakarta: Kanisius. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 102/Permentan/Ot.140/7/2014. 2014.

Pedoman Pembibitan Kambing Dan Domba Yang Baik. Jakarta. Sarwono, B. 2011. Kambing Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.

Sawir, A. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Syamsuddin, L. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan :Konsep Aplikasi Dalam Perenanaan, Pengawasan, dan Proses Pengambilan Keputusan (Edisi Baru). PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta

Sukirno, S. 2005. Mikro Ekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grasindo Perseda.

_________. 2010. Makro Ekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grasindo Perseda.

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu, fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan norma (norm- referenced assessment)..

Tujuan dalam kegiatan ini untuk mengetahui nilai tahanan impedansi instalasi sistem paging setiap zona dan digunakan untuk menghitung daya power amplifier setiap

Jika dibandingkan dengan sistem lama yaitu dengan memasang media cetak untuk menunjukkan dan menginformasikan lokasi- lokasi wisata di kota klaten, aplikasi yang akan

Penelitian dilakukan di Kelurahan Gedongkiwo Kecamatan Mantrijeron Kota Yogyakarta yang menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta tahun 2011 pada kejadian DBD

Kompensasi mungkin memiliki pengaruh terhadap komitmen seseorang karyawan dalam organisasi.Kompensasi merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia (SDM)

Hasil Penelitian ini adalah ada model integratif dalam rekognisi hak masyarakat adat dalam konstitusi yaitu integrasi antara tata pemerintahan masyarakat adat, kebudayaan

al (2017) dalam jurnal penelitiannya menunjukkan bahwa belajar menggunakan animasi dan gambar statis menghasilkan hasil yang tidak meyakinkan, disatu sisi mengungkapkan

Arsitektur Organik sebagai pendekatan yang digunakan dalam Perancangan Taman Wisata Alam di Mlalo menjadi tolak ukur dalam perancangan yang terintegrasi dengan