• Tidak ada hasil yang ditemukan

MORFOFISIOLOGI RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum Cv Riversdale) PADA TARAF NAUNGAN DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MORFOFISIOLOGI RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum Cv Riversdale) PADA TARAF NAUNGAN DAN DOSIS PUPUK YANG BERBEDA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MORFOFISIOLOGI RUMPUT BENGGALA (Panicum

maximum Cv Riversdale) PADA TARAF NAUNGAN DAN DOSIS

PUPUK YANG BERBEDA

(Morphophysioology of Guinena Grass (Panicum maximum cv Riversdale)

on Different Shading Level and Fertilizer Dosage)

JUNIAR SIRAIT1,NURHAYATI D.PURWANTARI2danPANCA DEWI3

1Loka Penelitian Kambing Potong, PO Box 1 Galang Sei Putih, Deli Serdang 20585 2Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

3Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680

An experiment was conducted in Indonesian Research Institute for Animal Production (IRIAP) Bogor, West Java. The objective of this study was to determine the morphology and physiology adaptation of Panicum maximum cv Riversdale (Guinena grass) on different shading and fertilization. The experiment was arranged in Split Plot Design contents two factors with 3 replications and each factor has 3 levels. Main factor is level of shading (0, 38,56%) and second factor is dosage of nitrogen fertilizer (0, 100, 200 kg ha-1).

Data were analyzed by analysis of variance. The results showed that plant height, the number of tiller, and leaf area were not significantly different on different shading level and fertilizer dosage. Plant height and number of tillers on 38% shading level were not significantly different from 56% shading level. Leaf area, total chlorophyll, and relative growth rate were increased by increasing of shading level. There is no significantly difference of chlorophyll a/b ratio on different shading and fertilization. Guinena grass was a shade plant till 56% shading level. There is no interaction effect of two factors on Guinena grass morphophysiology.

Key Words: Shading, Fertilization, Morphophysiology, Guinena Grass ABSTRAK

Suatu penelitian telah dilaksanakan di Balai Penelitian Ternak Bogor, Jawa Barat dengan tujuan mempelajari adaptasi morfofisiologi Panicum maximum cv Riversdale (rumput Benggala) pada taraf naungan dan dosis pupuk yang berbeda. Rancangan yang digunakan adalah rancangan petak terbagi terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan, masing-masing faktor dengan 3 taraf. Petak utama adalah taraf naungan (0, 38, 56%) dan anak petak adalah dosis pupuk nitrogen (0, 100, 200 kg ha-1). Data dianalisis menggunakan analisis

keragaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman, jumlah anakan dan luas daun tidak berbeda nyata pada taraf naungan maupun dosis pupuk yang berbeda. Tidak terdapat perbedaan nyata tinggi tanaman dan jumlah anakan pada taraf naungan 38 dengan 56%. Luas daun, jumlah klorofil serta tingkat pertumbuhan relatif meningkat dengan bertambahnya taraf naungan. Tidak terdapat perbedaan nyata nisbah klorofil a/b pada ketiga taraf naungan dan pemupukan. Rumput Benggala dapat beradaptasi dengan baik hingga taraf naungan 56%. Tidak terdapat pengaruh nyata interaksi perlakuan naungan dan dosis pupuk terhadap aspek morfofisiologi rumput benggala.

Kata Kunci: Naungan, Pemupukan, Morfofisiologi, Rumput Benggala

PENDAHULUAN

Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia, baik berupa rumput, leguminosa maupun hijauan lainnya yang berasal dari tanaman pangan serta limbah pertanian. Diantara hijauan makanan ternak tersebut, rumput merupakan sumber pakan

utama yang merupakan andalan petani untuk ternak peliharaannya. Penyediaan hijauan pakan untuk ruminansia menghadapi masalah terkait dengan semakin terbatasnya jumlah lahan yang tersedia. Peruntukan pemanfaatan lahan untuk penanaman tanaman pakan ternak masih kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan tanaman pangan maupun

(2)

perkebunan. Dalam kondisi seperti ini perlu pengembangan suatu produk yang sifatnya terpadu dan menyertakan komoditas peternakan, khususnya ternak ruminansia seperti domba, kambing dan sapi. Lahan usahatani perkebunan dapat dimanfaatkan untuk menanam hijauan pakan yang toleran terhadap naungan. Perkembangan kanopi tanaman kebun menyebabkan terjadinya perubahan jumlah sinar matahari yang dapat diterima oleh hijauan yang ditanam di lahan perkebunan. Padahal cahaya matahari memegang peran yang sangat penting untuk berlangsungnya fotosintesis bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Faktor ini merupakan hal yang paling dominan dalam mempertahankan kelanjutan sistem integrasi tanaman kebun dan ternak, karena secara langsung mempengaruhi ketersediaan hijauan pakan. Oleh karena perlu diketahui spesies hijauan pakan ternak yang lebih toleran terhadap naungan untu dapat ditanam di lahan perkebunan.

Tanaman sangat membutuhkan nitrogen untuk mendukung pertumbuhannya karena nitrogen merupakan unsur esensial pada berbagai senyawa penyusun tanaman. Nitrogen merupakan salah satu unsur penyusun klorofil, dimana klorofil merupakan sebagian dari pigmen yang berfungsi sebagai antena, mengumpulkan cahaya serta mentransfer energi ke pusat reaksi pada proses fotosintesis (TAIZ dan ZEIGER, 1991). Pemberian pupuk urea untuk memenuhi kebutuhan nitrogen merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi maupun nilai nutrisi hijauan makanan ternak.

Sebelum integrasi tanaman hijauan pakan ternak di lahan perkebunan, perlu kiranya diketahui sampai sejauh mana rumput Benggala toleran terhadap naungan melalui adaptasi morfologi maupun fisiologi pada taraf naungan dan pemupukan yang berbeda. Penelitian bertujuan untuk mempelajari adaptasi morfofisiologi rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda.

MATERI DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Balai Penelitian Ternak, Bogor pada bulan

Desember 2003 hingga April 2004. Dilanjutkan dengan analisis klorofil yang dilakukan di Laboratorium Pusat Studi Pemuliaan Tanaman (PSPT) Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Penelitian dilakukan dengan Rancangan Petak-Terbagi (Split-plot design). Petak utama adalah naungan, terdiri dari 3 taraf yaitu: (1) N0 = taraf naungan 0%, (2) N1 = taraf naungan 38% dan (3) N2 = taraf naungan 56%. Anak petak adalah dosis pemupukan terdiri atas 3 taraf yakni: (1) P0 = pupuk nitrogen 0 kg/ha, (2) P1 = pupuk nitrogen 100 kg/ha, dan (3) P2 = pupuk nitrogen 200 kg/ha. Terdapat 9 kombinasi perlakuan naungan dengan pemupukan; setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga jumlah unit percobaan pada penelitian ini sebanyak 27 pot. Metode pengacakan perlakuan dilakukan sesuai dengan petunjuk GOMEZ dan GOMEZ (1995).

Prosedur percobaan

Penelitian menggunakan media tanam (tanah) yang diambil dari kebun percobaan Balai Penelitian Ternak. Tanah dan pupuk dasar berupa pupuk kandang dengan dosis 10 ton/ha diisi dalam pot kapasitas 8 kg. Penanaman menggunakan pols/anakan. Pot langsung ditempatkan pada naungan buatan menggunakan paranet pada saat penanaman rumput Benggala.

Taraf naungan ditentukan dengan mengukur radiasi secara bersamaan pada kondisi naungan dan kondisi terbuka dengan menggunakan solarimeter tabung. Pengukuran radiasi dilakukan setiap minggu pertama pada bulan Januari - April 2004 selama 4 hari berturut-turut antara pukul 09-12 WIB. Penentuan taraf naungan dihitung berdasarkan formula MONSI dan SAEKI dalam DONALD (1963) sebagai berikut:

Taraf naungan (%) = 1 – (I1/I0)

I1 = Pembacaan radiasi pada solarimeter yang ditempatkan di naungan

I0 = Pembacaan radiasi pada solarimeter yang ditempatkan di kondisi terbuka

Dilakukan trimming (penyeragaman tinggi tanaman) 2 minggu setelah tanam dan pemupukan diaplikasikan sehari setelah

(3)

trimming. Pupuk yang digunakan sebagai

sumber nitrogen adalah urea dengan kandungan 46% N. Pengamatan tinggi tanaman dan jumlah anakan dilakukan seminggu setelah

trimming selama 12 minggu. Tinggi vertikal

tanaman diukur dari bagian atas permukaan tanah sampai ujung tanaman yang paling tinggi dengan menegakkan tanaman. Jumlah anakan dihitung setiap minggu secara kumulatif.

Luas daun diukur dengan menggunakan alat leaf area meter. Rataan luas daun diperoleh dengan cara membagi total luas daun dengan jumlah helai daun. Laju pertumbuhan relatif (LPR) diperoleh dengan mengalikan laju assimilasi bersih dengan rataan luas daun. Kandungan klorofil a, b, total dan nisbah klorofil a/b dianalisis pada saat pelaksanaan panen sesuai prosedur yang dilakukan YOSHIDA (1981).

Analisis data

Data diolah dengan analisis keragaman (Analysis of Variance) untuk mengetahui perbedaan respon tanaman antara perlakuan naungan dan pemupukan serta interaksi antara perlakuan naungan dengan pemupukan. Bila terdapat perbedaan nyata, dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test/DMRT (STEEL dan TORRIE, 1993). Adapun model linier analisis keragaman pada penelitian ini adalah:

Yijk = µ + Ai + error (a)+ Bj + ABij + error (b) Yijk = Respon tanaman terhadap naungan ke-i,

pemupukan ke-j dan ulangan ke-k µ = Rataan umum

Ai = Pengaruh naungan ke-i (i =1,2,3) Bj = Pengaruh pemupukan ke-j (j =1,2,3) ABij= Pengaruh interaksi antara naungan ke-i

dengan pemupukan ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi vertikal tanaman

Hasil analisis keragaman menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0,05) perlakuan naungan dan pemupukan terhadap tinggi tanaman P. maximum cv Riversdale namun tidak terdapat pengaruh nyata interaksi naungan dengan pemupukan. Tinggi tanaman pada perlakuan tanpa naungan (N0) nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dengan tanaman pada naungan 38% (N1) dan 56% (N2) seperti disajikan dalam Tabel 1.

Tanaman pada perlakuan naungan lebih tinggi dibanding tanpa naungan disebabkan terjadinya proses etiolasi pada tanaman yang dinaungi. Menurut DEVLIN dan WITHAM (1983) hal ini disebabkan meningkatnya produksi hormon gibbrellin pada tanaman yang dinaungi, dimana plastisitas dinding sel mudah meningkat yang merangsang pemanjangan sel. Hal ini sesuai dengan pendapat TAIZ dan ZEIGER (1991) dimana daun yang ternaungi mengabsorpsi sedikit saja pada infra merah sehingga menyebabkan perubahan karakteristik fitokrom dan tanaman jadi lebih tinggi. Disamping itu tanaman yang ditanam pada perlakuan naungan juga dipengaruhi oleh hormon auxin yang merangsang pemanjangan sel dan batang. Dengan demikian tanaman yang tumbuh dalam naungan menjadi lebih tinggi.

Tabel 1. Tinggi vertikal rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda

Tinggi vertikal rumput (cm) Dosis pupuk nitrogen (kg/ha) Taraf naungan (%) 0 100 200 Rata-rata 0 51,43 58,67 61,03 57,04b 38 72,50 99,33 99,17 90,33a 56 82,70 93,83 91,77 89,43a Rata-rata 71,29b 81,53ab 83,99a

Superskript yang berbeda dalam satu lajur atau baris, berbeda nyata pada P<0,05 dengan menggunakan DMRT

(4)

Tinggi vertikal rumput P. maximum cv Riversdale meningkat seiring dengan peningkatan dosis pupuk nitrogen (Tabel 1). Tinggi tanaman pada perlakuan pemupukan 200 kg N/ha (P2) lebih tinggi dan tidak berbeda nyata dengan pemupukan 100 kg N/ha (P1) tetapi berbeda nyata dengan tanpa perlakuan pupuk (P0).

Jumlah anakan

Perlakuan naungan dan pemupukan memberikan pengaruh nyata terhadap rataan jumlah anakan rumput P. maximum cv Riversdale tertera pada Tabel 2, sementara interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata. Rataan jumlah anakan pada perlakuan tanpa naungan (2,83) sangat nyata lebih tinggi (P<0,01) dibandingkan dengan naungan 38 dan 56%, sedangkan antara naungan 38 dan 56% tidak berbeda nyata. Dosis pemupukan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rataan jumlah anakan, dimana rataan jumlah anakan pada pemupukan 100 kg N/ha (2,56) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa perlakuan pemupukan namun tidak berbeda nyata dengan pemupukan 200 kg N/ha.

Rataan jumlah anakan terbanyak diperoleh pada perlakuan tanpa naungan dimana diperoleh tinggi tanaman yang terendah tertera pada Tabel 1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jumlah anakan berbanding terbalik dengan tinggi tanaman. Fotosintat yang dihasilkan pada perlakuan tanpa naungan lebih banyak ditranslokasikan untuk pembentukan perakaran dan anakan dibandingkan dengan pertambahan tinggi tanaman.

Luas daun

Hasil analisis keragaman menunjukkan tidak ada perbedaan nyata rataan luas daun pada perlakuan naungan, pemupukan maupun interaksinya. Meskipun berdasarkan angka rataan luas daun meningkat seiring dengan meningkatnya taraf naungan maupun pemupukan, namun secara statistik tidak ditemukan adanya perbedaan nyata.

Memperluas daun untuk menambah jumlah cahaya yang ditangkap merupakan salah satu bentuk adaptasi tanaman terhadap naungan. Daun naungan umumnya berukuran lebih besar tapi lebih tipis dibandingkan dengan sun plants (SALISBURY dan ROSS, 1995; MARLER et al., 1994). RLD secara keseluruhan sebesar 5,55 cm2, lebih rendah dibandingkan dengan RLD pada perlakuan naungan 56 dan 38%, tetapi lebih tinggi dari RLD pada perlakuan tanpa naungan hanya sebesar 4,58 cm2 tertera pada Tabel 3. RLD pada pemupukan 200 kg N/ha (5,79 cm2) lebih tinggi daripada 100 kg N/ha (5,67 cm2) dan tanpa pemupukan (5,24 cm2). Dosis pupuk tidak berpengaruh terhadap rataan luas daun.

Kandungan klorofil

Hasil analisis keragaman menunjukkan adanya pengaruh nyata perlakuan naungan maupun dosis pupuk nitrogen terhadap kandungan klorofil a rumput Benggala, meskipun interaksi keduanya tidak nyata. Terjadi peningkatan klorofil a dengan meningkatnya taraf naungan. Klorofil a tertinggi diperoleh pada taraf naungan 56%

Tabel 2. Jumlah anakan rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda

Dosis pupuk nitrogen (kg/ha) Taraf naungan (%) 0 100 200 Rata-rata 0 2,50 3,33 2,67 2,83a 38 1,67 2,33 2,50 2,17b 56 2,00 2,00 2,17 2,06b Rata-rata 2,06b 2,56a 2,44a

(5)

Tabel 3. Luas daun rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda

Dosis pupuk nitrogen (kg/ha) Taraf naungan (%) 0 100 200 Rata-rata --- cm2/helai --- 0 4,77 4,20 4,77 4,58a 38 5,01 6,32 6,43 5,92a 56 5,95 6,49 6,01 6,15a Rata-rata 5,24a 5,67a 5,79a

Superskript yang berbeda dalam satu lajur atau baris, berbeda nyata pada P<0,05 dengan menggunakan DMRT

Tabel 4. Klorofil a rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogenyang berbeda

Dosis pupuk nitrogen (kg/ha) Taraf naungan (%) 0 100 200 Rata-rata --- mg/g --- 0 1,02 1,44 1,11 1,19c 38 0,96 2,34 2,21 1,84b 56 3,12 3,13 2,89 3,04a Rata-rata 1,70b 2,30a 2,07ab

Superskript yang berbeda dalam satu lajur atau baris, berbeda nyata pada P<0,05 dengan menggunakan DMRT

sebesar 3,04 mg/g daun segar dan berbeda nyata dengan perlakuan naungan lainnya tertera pada Tabel 4. Hal ini sesuai dengan pendapat ROTUNDO et al. (2004) yang menyatakan terjadinya peningkatan kandungan klorofil dengan adanya naungan. Sementara pada perlakuan pemupukan, klorofil tertinggi diperoleh pada dosis pupuk 100 kg N/ha sebesar 2,30 g/mg daun segar, nyata lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa perlakuan pupuk, namun tidak berbeda nyata dengan pemupukan 200 kg N/ha.

Pengaruh nyata taraf naungan juga ditemukan pada kandungan klorofil b tertera pada Tabel 5. Kandungan klorofil b pada taraf naungan 56% (N2) sebesar 1,63 mg/g daun segar sangat nyata lebih tinggi dibandingkan dengan naungan 38% (N1) maupun tanpa naungan (N0), tetapi antara naungan 38% (N1) dan tanpa naungan (N0) tidak terdapat perbedaan nyata kandungan klorofil. Pada perlakuan pemupukan, dosis pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil

b, dimana kandungan klorofil b pada ketiga dosis pupuk tidak berbeda nyata.

Total klorofil diantara ketiga perlakuan naungan sangat berbeda nyata. Perbedaan ini disebabkan oleh meningkatnya klorofil a dan b dengan meningkatnya taraf naungan sebagai bentuk adaptasi tanaman untuk memaksimalkan pemanenan cahaya yang mengenai daun. Jumlah klorofil tertinggi diperoleh pada naungan 56% (N2) sebesar 4,67 mg/g. Hal ini didukung oleh SALISBURY dan ROSS (1995) yang menyebutkan bahwa daun naungan umumnya mempunyai klorofil lebih banyak terutama karena tiap kloroplas mempunyai lebih banyak grana dibandingkan dengan daun sun plants.

Hasil analisis keragaman menunjukkan adanya perbedaan nyata (P<0,05) perlakuan pemupukan terhadap kandungan klorofil a dan total klorofil tertera pada Tabel 6, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil b maupun nisbah klorofil a/b. Dalam penelitian ini peningkatan kandungan klorofil hanya diperoleh hingga taraf pemupukan 100 kg

(6)

N/ha, sementara dengan pemupukan 200 kg N/ha tidak ditemukan adanya perbedaan nyata dibandingkan dengan pemupukan 100 kg N/ha maupun tanpa pemupukan. Dengan keadaan seperti ini taraf pemupukan rumput P.

maximum cv Riversdale cukup sampai

pemberian nitrogen sebanyak 100 kg/ha. Kandungan klorofil a, klorofil b dan total klorofil tertinggi diperoleh pada taraf naungan yang paling tinggi yakni pada perlakuan naungan 56%. Berbeda halnya dengan nisbah klorofil a/b tertera pada Tabel 7, dimana semakin tinggi taraf naungan nisbah klorofil a/b semakin rendah, meskipun secara statistik

tidak terdapat perbedaan nyata pada ketiga taraf naungan.

Rendahnya nisbah klorofil a/b disebabkan semakin bertambahnya jumlah klorofil b dengan meningkatnya taraf naungan. Salah satu bentuk adaptasi secara fisiologis tanaman terhadap penyinaran rendah adalah dengan menurunkan rasio klorofil a/b melalui peningkatan jumlah klorofil b yang berfungsi sebagai penyerap energi radiasi yang kemudian diteruskan ke klorofil a yang berpartisipasi langsung dalam reaksi pengubahan energi radiasi menjadi energi kimia.

Tabel 5. Klorofil b rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda

Dosis pupuk nitrogen (kg/ha) Taraf naungan (%) 0 100 200 Rata-rata --- mg/g --- 0 0,40 0,55 0,42 0,46b 38 0,40 1,01 1,03 0,81b 56 1,60 1,63 1,66 1,63a Rata-rata 0,80a 1,06a 1,03a

Superskript yang berbeda dalam satu lajur atau baris, berbeda nyata pada P<0,05 dengan menggunakan DMRT

Tabel 6. Total klorofil rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda

Dosis pupuk nitrogen (kg/ha) Taraf naungan (%) 0 100 200 Rata-rata --- mg/g--- 0 1,43 1,98 1,53 1,65c 38 1,36 3,34 3,24 2,65b 56 4,72 4,75 4,55 4,67a Rata-rata 2,50b 3,36a 3,10ab

Superskript yang berbeda dalam satu lajur atau baris, berbeda nyata pada P<0,05 dengan menggunakan DMRT

Tabel 7. Nisbah klorofil a/b rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda

Dosis pupuk nitrogen (kg/ha) Taraf naungan (%) 0 100 200 Rata-rata 0 2,56 2,66 2,68 2,63a 38 2,31 2,34 2,98 2,54a 56 1,97 1,98 1,75 1,90a Rata-rata 2,28a 2,33a 2,47a

(7)

Laju pertumbuhan relatif (LPR)

Berdasarkan analisis keragaman, tidak diperoleh adanya perbedaan nyata (P>0,05) laju pertumbuhan relatif rumput P. maximum cv Riversdale baik untuk perlakuan naungan, pemupukan maupun interaksinya. Namun demikian, secara angka terdapat peningkatan LPR dengan meningkatnya taraf naungan, dimana LPR pada naungan 56% (2,1 g BK/mg) lebih tinggi dari naungan 38% (2,0 g BK/mg) dan LPR pada naungan 38% lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa naungan (1,8 g BK/mg). Hal ini menunjukkan bahwa rumput

P. maximum cv Riversdale dapat ditanam pada

kondisi cekaman naungan dengan pertumbuhan yang relatif baik.

LPR tertinggi diperoleh pada perlakuan pemupukan 100 kg N/ha (P1) sebesar 2,2 g BK/mg diikuti oleh perlakuan tanpa pemupukan sebesar 2,1 g BK/mg (P0) dan yang terendah pada pemupukan 200 kg N/ha (P2) sebesar 2,0 g BK/mg namun diantara ketiganya tidak terdapat perbedaan nyata.

KESIMPULAN DAN SARAN

Rumput Benggala (Panicum maximum cv Riversdale) menunjukkan adaptasi secara morfologi dan fisiologi yang baik hingga taraf naungan 56% (N2). Pemupukan nitrogen yang terbaik pada dosis 100 kg/ha (P1). Rumput Benggala, yang merupakan rumput potongan, dapat diintegrasikan di lahan perkebunan, khususnya di perkebunan yang tidak diberi izin untuk menggembalakan ternak. Penelitian lanjutan untuk jangka waktu yang lebih lama pada kondisi lapangan di lahan perkebunan

perlu dilakukan guna memperoleh data yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

DEVLIN, R.M. and F. WITHAM. 1983. Plants and

Environment. John Wiley and sons, Inc.,

London.

DONALD, C.M. 1963. Competition among crop and pasture plants: Advances in Agronomy. Norman AG, editor. Academic Pr.

GOMEZ, K.A. and A.A. GOMEZ. 1995. Prosedur

Statistik untuk Penelitian Pertanian. Penerjeman: SJAMSUDDIN, E. dan J.S.

BAHARSJAH.Jakarta: UI Press, Jakarta. MARLER,T.E.,B.SHAFFER, and J.H.CRANE. 1994.

Developmental light level affects growth, morphology, and leaf physiology of young carambola trees. J Amer Soc Horti Sci 119(4): 711–718.

ROTUNDO,A.,M.FORLANI and C.DI VAIO. 2004. Influence of shading net on vegetative and productive characteristics, gas exchange and chlorophyll content of the leaves in two blackberry (Rubus ulmifolius Schott) cultivar. ISHS Acta Horticulture 457.

SALISBURY, F.B. and C.W. ROSS. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid I. Penerjemah: LUKMAN dan

D.R.SUMARYONO. ITB Press, Bandung. STEEL, R.G.D. and J.H.TORRIE. 1993. Prinsip dan

Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik. Penerjemah: SUMANTRI, B.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

TAIZ, L. and E. ZEIGER. 1991. Plant Physiology. USA: Benyamin/Cummings.

YOSHIDA, S. 1981. Fundamental of rice. Crops Sci.

IRRI. Philliphines: Los Banos.

DISKUSI Pertanyaan:

Bagaimana trend kadar N terhadap naungan? Pemupukan N 100 kg/ha untuk waktu berapa lama?

Jawaban:

Kadar nitrogen meningkat dengan bertambahnya taraf naungan. Hal ini terkait dengan kelembaban tanah yang lebih baik/tinggi dibandingkan dengan kondisi terbuka (tanpa naungan). Dengan demikian aktivitas mikroorganisme tanah dalam proses mineralisasi lebih tinggi. Pupuk 100 kg/ha dalam penelitian ini adalah untuk jangka waktu empat tahun.

Gambar

Tabel 1. Tinggi vertikal rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda  Tinggi vertikal rumput (cm)
Tabel 2. Jumlah anakan rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda  Dosis pupuk nitrogen (kg/ha)
Tabel 4. Klorofil a rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogenyang berbeda  Dosis pupuk nitrogen (kg/ha)
Tabel 5. Klorofil b rumput Benggala pada taraf naungan dan dosis pupuk nitrogen yang berbeda  Dosis pupuk nitrogen (kg/ha)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini disusun oleh May Linda (1501036051) dengan judul: Strategi Takmir Masjid al-Azhar Permata Puri Ngaliyan Semarang dalam Peningkatan Jumlah Jamaah

Berbagai pendapat dan fatwa yang berani tersebut dalam upaya menghalalkan riba dalam bentuk bunga bank telah melibatkan jutaan kaum Muslimin ke dalam kegiatan perbankan..

rung memilih strategi akuntansi yang kurang konservatif daripada perusahaan yang jarang memutuskan perjanjian utang. 3) Makin besar ukuran perusahaan maka

Menggunakan kesembilan model ini, simulasi dilakukan untuk mempelajari efek dari ketidakmurnian Sr, kesetabilan sistem, momen magnetik, serta kurva densitas elektron dari

Salah satu bentuk formulasi yang dapat dikembangkan dalam perlakuan benih tanaman rempah dan obat berupa setek, seperti benih tanaman lada dan nilam, adalah dengan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dan beberapa ulasan yang ada terkait GHQJDQ SHULODNX NRQVXPVL GDQ SURGXN GHSRVLWR \DQJ DGD GL EDQN V\DUL¶DK VHEDJDL instrumen

Untuk menjawab permasalahan itu membutuhkan sistem teknologi yang berbasis internet yang dapat mempresentasikan bengkel yang menjadi kebutuhan dari pengguna

Berdasarkan perhitungan hasil pengukuran kerangka dasar horisontal dan pengukuran Waterpass akan didapat sebuah peta lokasi pekerjaan dalam bentuk peta situasi dan peta