• Tidak ada hasil yang ditemukan

9.htm (accessed 18 agustus 2013).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "9.htm (accessed 18 agustus 2013)."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

45

1. Azizahwati, Maryati Kurniadi, Heidi Hidayati, analisis zat warna sintetik terlarang unuk makanan yang beredar di pasaran. Available from: URL: http://journal.ui.ac.id/index.php/mik/article/download/1185/1091

(accessed 7 februari 2013)

2. Ditjend POM Depkes RI,1990 Nomor : 00386/C/SK/II/90 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor ; 239/ Menkes/Per/V/85 tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya.

3. Depkes RI, 1988. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/Menkes/Per/IX/1988 tentang Bahan Tambahan Makanan. Jakarta. 4. Soleh, sardjono,K. dan wisnu, C. Identifikasi zat warna yang dilarang

(Rhodamin dan Methanyl Yellow) pada produk makanan dan minuman. Bandung. Jurusan Teknologi Pangan, FT-universitas pasudan; 2003. 5. Penyusun. Patologi Ginjal dan Saluran Kemih. 2008. Semarang: Badan

Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

6. Risma Dumiri Manurung. Manfaat Pemberian Madu Terhadap Perubahan Kadar Ureum dan Kreatinin serta Makroskopik Ginjal dan Histopatologi Tubulus Proksimal Ginjal Menci (Mus musculus L.) Jantan yang diberi Rhodamin B. Magister Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan. 2011.

7. Umi Fatimah. Struktur Histologis Hepar dan Ren Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Feminina Gravid Setelah Pemberian Rhodamin B secara oral. Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012.

(2)

8. Ariani. Studi Toksisitas dan Bioakumulasi Senyawa Rhodamine B. Skripsi. Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Kimia Universitas Indonesia; 2004.

9. Sciencelab . Material Safety Data Sheet Rhodamine B, O MSDS . Available from: URL:

http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924812

10. Astuti R, Meikawati W, Siti S. Penggunaan Zat Warna “Rhodamin B” pada Terasi Berdasarkan Pengetahuan dan Sikap Produsen Terasi di Desa Bonang Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang. 2010. Available from : URL : http://jurnal.unimus.ac.id

11. S. Hamdani. Rhodamine B. Available from: URL:

http://catatankimia.com/catatan/rhodaminb.html (accessed 23 november 2013)

12. Chemical Product of Rhodamine B. Available from: URL:

http://www.chemicalbook.com/ChemicalProductProperty_EN_CB748556 9.htm (accessed 18 agustus 2013).

13. N. Bhadusha, T. Ananthabaskaran. Kinetic, Thermodynamic and Equilibrium Studies on Uptake of Rhodamine B onto ZnCl2 Activated Low Cost Carbon.2011;9(1) Available from : URL:

downloads.hindawi.com/journals/chem/2012/873026.pdf

14. Pamela Iryanti Widjanarko. Kinetika Absorpsi Zat Warna Congo Red dan Rhodamine B dengan Menggunakan Serabut Kelapa dan Ampas Tebu. Jurnal Teknik Kimia Indonesia.2006;5(3):416

15. Aroni, Rijali. Kajian Penghambatan Efek Toksik Karmoisin dan Rhodamin Terhadap Proliferasi Sel Limfosit Tikus Oleh Ekstrak Daun Jelatang (Urtica dioica L.). 2011. p. 4-6. Available from:

http://repository.ipb.ac.id.

16. Santa Cruz. Material Safety Data Sheet of Rhodamine B. Available from; URL : http://datasheets.scbt.com/sc-203756.pdf.

(3)

17. Dr. Ir. Wisnu Cahyadi, M.Si. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. 1st ed. Jakarta. Ikrar Mandiriabadi; 2009

18. Sylvia AP, Lorraine MW. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 1 Edisi 6. Jakarta : EGC :2005 : p.868-994

19. Rhodamine B. http://id.scribd.com/doc/92982912/Rhodamin-B

20. Drake et Al. Gray’s Anatomy for Students 2nd Edition. 2010. Philadephia: Elsenvier. p. 355-59

21. Gartner, L. Hiatt. Color Textbook of Histology 3rd Edition. 2007. Available from : www.studentconsult.com

22. Macfarlane, Reid, Callander. Pathology Illustrated 5th Edition. Philadephia: Elsenvier. p. 429-32

23. Victor P. Eroschenko, Atlas Histologi Di Fiore. Edisi 9. Jakarta : EGC :2003 :p.247-255

24. Penyusun, Lecture Notes Histologi 2. 2010. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

25. Stuktur Histologi Ginjal. Available from: URL: http://www.proteinatlas.org/dictionary/normal/kidney/detail+1/magnificati on+1

26. Robbins SL, Kumar V, Oswari J, editor. Buku ajar patologi I (Basic Pathology). Jakarta: EGC; 1995

27. Sarjadi, Wijaya I, Endro PB, Sandhana U. Panduan praktikum patologi anatomi. Ed 2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro; 2003 28. Underwood JCE. Ginjal dan traktus urinarius. In: Sarjadi, editor. Patologi

umum dan sistemik. 2nd ED. Jakarta: EGC; 1999. P.665-668.

29. Macfarlane, Reid, Callander. Pathology Illustrated 5th Edition. Available from: URL: http://www.freebook4u.net/2011/04/pathology-illustrated.html 30. Sudigdo S, Sofyan I. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi 2.

Jakarta: Sagung Seto; 2002

31. MacSween RNM, Whaley Keith, editor. Muir’s textbook of pathology. 13th ed. Great Britain; 1992

(4)

32. Hudgson E, Levi PE, A textbook of modern toxicology. 2nd ed. New York: The McGraw-Hill; 2001: 492-500

33. Robbins SL, Kumar V, Oswari J, editor. Buku ajar patologi II (Basic Pathology). Jakarta: EGC; 1995

34. Wijaya I, Miranti IP. Patologi ginjal & saluran kemih. Ed 3. Semarang: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2005

(5)
(6)
(7)

Lampiran 3. Cara perhitungan dosis

1) Berat molekul sebesar 479 g/mol

2) Dosis lethal Rhodamine B tikus wistar = 887 mg/kgBB/hari

a) Perlakuan pertama (kelompok kontrol) = 0 Dosis lethal = 0 x 887 = 0 mg/kgBB/hari

b) Perlakuan kedua = 1/16 Dosis lethal = 1/16 x 887 = 55,44 mg/kgBB/hari

c) Perlakuan ketiga = 1/8 Dosis lethal = 1/8 x 887 = 110,88 mg/kgBB/hari.

d) Perlakuan keempat = 1/4 Dosis lethal = 1/4 x 887 = 221,75 mg/kgBB/hari

e) Perlakuan kelima = 1/2 Dosis lethal = 1/2 x 887 = 443,5 mg/kgBB/hari.

(8)

Lampiran 4. Metode baku histologis pemeriksaan jaringan

A. Cara pengambilan jaringan dan fiksasi

1) Mengambil jaringan sesegera mungkin setelah tikus wistar diterminasi dengan cara dislokasi leher (maksimal 2 jam)

2) Kemudian memasukkan ke dalam larutan fiksasi dengan urutan sebagai berikut:

a) Fiksasi dalam larutan formalin 10%

b) Dehidrasi dengan alcohol 30% selama 20 menit I, 20 menit II, dan 20 menit III

Lalu lanjutkan dengan Alkohol 40% 1 jam Alkohol 50% 1 jam Alkohol 70% 1 jam Alkohol 80% 1 jam Alkohol 90% 1 jam Alkohol 96% 1 jam

(alkohol 70-80% dapat ditunda sampai keesokan harinya

c) Larutan xylol alcohol 1 : 1 dengan waktu kurang lebih 24 jam d) clearing dengan larutan xylol 1,2,3 dengan waktu masing-masing 20 menit, sehingga jaringan terlihat tembus pandang

e) xylol parafin 1 : 1 selama 20 menit/24 jam dengan dipanaskan dalam oven 60o celcius

(9)

f) Embeding dan bloking : parafin 1,2,3 selama 20 menit, lalu jaringan dicetak blok parafin kemudian didinginkan, sehingga cetakan dapat dibuka

g) Trimming: memotong balok-balok parafin sehingga jaringan mudah dipotong

B. Cara pemotong blok (sectioning)

1) Menyiapkan kaca objek bersih

2) Kaca objek diberi albumin ditengahnya

3) Blok yang sudah disiapkan dipotong dengan ketebalan 5 mikron, lalu dimasukkan dalam air panas kurang lebih 60o celcius. Setelah jaringan mengembang, jaringan diambil dengan kaca objek yang sudah diberi albumin

4) keringkan

5) parafin yang ada pada kaca objek atau jaringan dihilangkan dengan dipanaskan dalam oven 60o celcius atau drngan tungku

C. Pewarnaan HE

Slide jaringan dimasukkan dalam :

1) Xylol 1, xylol 2, xylol 3 masing-masing 10 menit 2) Rebidrasi dengan alcohol xylol selama 5 menit

3) Bilas alcohol 30-96% masing-masing kurang lebih 30 menit 4) Bilas aquades 1x kurang lebih 10 menit

(10)

5) Rendam dalam hematoksilin kurang lebih 10 menit 6) Bilas dengan air mengalir sampai bersih

7) Bilas aquades, lalu acid alcohol (alcohol+Nacl 0,9%) 8) Bilas alkohol 50-96%

9) Eosin kurang lebih 2-5% 10) Bilas alkohol 96% 2x 11) Bilas alkohol xylol

12) Keringkan dengan kertas saring, langsung dibersihkan kotoran-kotoran yang ada disekitar jaringan

13) Xylol 1 (5 menit), xylol 2 (5 menit), tetesi asam Canada, langsung ditutup kaca penutup

14) Preparat sudah siap untuk diamati

D. Pewarnaan PAS JONES

1) Lakukan deparafinisasi dan hidrasi dengan aquadest selama 10 menit

2) Rendam dalam periodic acid 0,5% selama 30 menit 3) Bilas dengan aquadest

4) Rendam dalam larutan GMS yang berisi aquadest, methenamine silver 6% AgNO3 2,5% dan borak 5%, panaskan dalam oven dengan suhu 600 C, selama 30 menit, cek tiap 10 menit sampai warna berubah menjadi coklat kayu

(11)

6) Tetesi Gold chloride 0,2 %, 5 tetes selama 1 menit atau sampai berwarna abu-abu

7) Bilas dengan aquadest

8) Tetesi Na thio sulfa 1% selama 1 menit 9) Cuci dalam air

10) Rendam dalam hematoksilin selama 10 menit 11) Cuci dalam air

12) Rendam dalam eosin selama 5 menit

(12)

Lampiran 5. Jumlah tubulus normal dalam 5 lapangan pandang

KELOMPOK lapangan pandang

1 2 3 4 5 total K1 54 54 49 59 50 266 K2 55 52 54 49 56 266 K3 48 47 51 46 45 237 K4 49 49 46 50 45 239 K5 53 52 51 55 56 267 P1-A 35 34 38 36 35 178 P1-B 33 33 35 32 34 167 P1-C 36 35 34 36 33 174 P1-D 35 36 34 34 35 174 P1-E 36 36 36 34 33 175 P2-A 23 22 26 21 22 114 P2-B 24 22 23 23 26 118 P2-C 23 23 29 25 24 124 P2-D 22 26 23 24 23 118 P2-E 23 24 21 23 23 114 P3-A 11 12 13 10 16 62 P3-B 12 14 17 15 14 72 P3-C 16 16 16 10 13 71 P3-D 14 16 11 11 13 65 P3-E 10 12 10 14 14 60 P4-A 13 14 10 12 11 60 P4-B 12 10 13 12 13 60 P4-C 10 10 13 10 11 54 P4-D 11 14 11 12 11 59 P4-E 10 10 13 15 11 59

(13)

Lampiran 6. Hasil Analisis Pengamatan Histologis Tubulus Normal

Explore

Case Processing Summary

kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tubulus normal kontrol 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

perlakuan 1 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

perlakuan 2 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

perlakuan 3 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

perlakuan 4 5 100.0% 0 .0% 5 100.0%

Descriptives

kelompok Statistic Std. Error

tubulus normal kontrol Mean 255.00 6.950

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 235.70 Upper Bound 274.30 5% Trimmed Mean 255.33 Median 266.00 Variance 241.500 Std. Deviation 15.540 Minimum 237 Maximum 267 Range 30 Interquartile Range 29 Skewness -.615 .913 Kurtosis -3.273 2.000

(14)

perlakuan 1 Mean 173.60 1.806 95% Confidence Interval for

Mean Lower Bound 168.59 Upper Bound 178.61 5% Trimmed Mean 173.72 Median 174.00 Variance 16.300 Std. Deviation 4.037 Minimum 167 Maximum 178 Range 11 Interquartile Range 6 Skewness -1.263 .913 Kurtosis 2.709 2.000 perlakuan 2 Mean 117.60 1.833

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 112.51 Upper Bound 122.69 5% Trimmed Mean 117.44 Median 118.00 Variance 16.800 Std. Deviation 4.099 Minimum 114 Maximum 124 Range 10 Interquartile Range 7 Skewness 1.022 .913 Kurtosis .918 2.000 perlakuan 3 Mean 66.00 2.387

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 59.37

Upper Bound 72.63

(15)

Median 65.00 Variance 28.500 Std. Deviation 5.339 Minimum 60 Maximum 72 Range 12 Interquartile Range 11 Skewness .164 .913 Kurtosis -2.654 2.000 perlakuan 4 Mean 58.40 1.122

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 55.28 Upper Bound 61.52 5% Trimmed Mean 58.56 Median 59.00 Variance 6.300 Std. Deviation 2.510 Minimum 54 Maximum 60 Range 6 Interquartile Range 4 Skewness -2.017 .913 Kurtosis 4.225 2.000 Tests of Normality kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tubulus normal kontrol .360 5 .032 .725 5 .017

perlakuan 1 .339 5 .061 .875 5 .287

(16)

perlakuan 3 .226 5 .200* .903 5 .429

perlakuan 4 .394 5 .011 .710 5 .012

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Karena data signifikansinya tidak normal (p < 0.05) , maka data ditransformasikan

Explore

Case Processing Summary

kelompok

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tubulus_trans kontrol 5 100.0% 0 .0% 5 100.0% perlakuan 1 5 100.0% 0 .0% 5 100.0% perlakuan 2 5 100.0% 0 .0% 5 100.0% perlakuan 3 5 100.0% 0 .0% 5 100.0% perlakuan 4 5 100.0% 0 .0% 5 100.0% Descriptives

kelompok Statistic Std. Error

tubulus_trans kontrol Mean 2.4059 .01198

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.3726 Upper Bound 2.4392 5% Trimmed Mean 2.4065 Median 2.4249 Variance .001 Std. Deviation .02680 Minimum 2.37

(17)

Maximum 2.43 Range .05 Interquartile Range .05 Skewness -.616 .913 Kurtosis -3.267 2.000 perlakuan 1 Mean 2.2395 .00456

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.2268 Upper Bound 2.2521 5% Trimmed Mean 2.2398 Median 2.2405 Variance .000 Std. Deviation .01019 Minimum 2.22 Maximum 2.25 Range .03 Interquartile Range .02 Skewness -1.307 .913 Kurtosis 2.780 2.000 perlakuan 2 Mean 2.0702 .00670

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 2.0516 Upper Bound 2.0888 5% Trimmed Mean 2.0696 Median 2.0719 Variance .000 Std. Deviation .01499 Minimum 2.06 Maximum 2.09 Range .04 Interquartile Range .03 Skewness .970 .913

(18)

Kurtosis .755 2.000

perlakuan 3 Mean 1.8184 .01569

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.7749 Upper Bound 1.8620 5% Trimmed Mean 1.8185 Median 1.8129 Variance .001 Std. Deviation .03508 Minimum 1.78 Maximum 1.86 Range .08 Interquartile Range .07 Skewness .110 .913 Kurtosis -2.596 2.000 perlakuan 4 Mean 1.7661 .00858

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.7423 Upper Bound 1.7899 5% Trimmed Mean 1.7673 Median 1.7709 Variance .000 Std. Deviation .01918 Minimum 1.73 Maximum 1.78 Range .05 Interquartile Range .03 Skewness -2.036 .913 Kurtosis 4.292 2.000

(19)

Tests of Normality

kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

tubulus_trans kontrol .361 5 .032 .725 5 .017

perlakuan 1 .343 5 .055 .870 5 .266

perlakuan 2 .255 5 .200* .866 5 .249

perlakuan 3 .225 5 .200* .908 5 .453

perlakuan 4 .398 5 .009 .703 5 .010

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Karena setelah data diransformasikan lalu dilakukan uji normalitas tetap tidak normal ( p < 0.05), maka selanjutnya dilakukan uji non parametrik yaitu uji kruskal wallis.

Kruskal-Wallis Test

Ranks

kelompok N Mean Rank

tubulus normal kontrol 5 23.00

perlakuan 1 5 18.00

perlakuan 2 5 13.00

perlakuan 3 5 7.80

perlakuan 4 5 3.20

(20)

Test Statisticsa,b tubulus normal

Chi-Square 22.979

df 4

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: kelompok

Di dapatkan hasil p = 0.000 (p > 0.05) yang berarti ada beda bermakna dan signifikan

Mann-Whitney Test

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

tubulus normal kontrol 5 8.00 40.00

perlakuan 1 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statisticsb tubulus normal Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.627

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

(21)

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

tubulus normal kontrol 5 8.00 40.00

perlakuan 2 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statisticsb tubulus normal Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.635

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

tubulus normal kontrol 5 8.00 40.00

perlakuan 3 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statisticsb tubulus normal Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.619

(22)

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

tubulus normal kontrol 5 8.00 40.00

perlakuan 4 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statisticsb tubulus normal Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.635

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

tubulus normal perlakuan 1 5 8.00 40.00

perlakuan 2 5 3.00 15.00

(23)

Test Statisticsb

tubulus normal

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 15.000

Z -2.635

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

tubulus normal perlakuan 1 5 8.00 40.00

perlakuan 3 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statisticsb tubulus normal Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.619

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

(24)

perlakuan 4 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statisticsb tubulus normal Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.635

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

tubulus normal perlakuan 2 5 8.00 40.00

perlakuan 3 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statisticsb tubulus normal Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.627

Asymp. Sig. (2-tailed) .009

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

(25)

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

tubulus normal perlakuan 2 5 8.00 40.00

perlakuan 4 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statisticsb tubulus normal Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 15.000 Z -2.643

Asymp. Sig. (2-tailed) .008

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Ranks

kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

tubulus normal perlakuan 3 5 7.80 39.00

perlakuan 4 5 3.20 16.00 Total 10 Test Statisticsb tubulus normal Mann-Whitney U 1.000 Wilcoxon W 16.000 Z -2.440

(26)

Asymp. Sig. (2-tailed) .015

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a

a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: kelompok

Lampiran 7. Dokumentasi penelitian

Gambar 14. Proses penelitian

a. Pemilihan tikus sesuai kriteria inklusi dan ekskusi; b.tikus diberi kandang secara terpisah; c.tikus diberi Rhodamine B selama 12 minggu; d. Preparat; e. Fiksasi preparat; f. pengecatan

(27)

Gambar 15. Pengamatan jaringan dengan setelah organ dijadikan preparat di

lab.PA, pengamatan menggunakna mikroskop perbesaran 100x dan kemudian difoto dengan menggunakan alat eyepiece camera.

Lampiran 8. Biodata penulis Identitas

Nama :Seia Mahanani

NIM :G2A009059

Tempat/tanggal lahir :Semarang, 5 september 1991 Jenis kelamin :Perempuan

Alamat :Jl. Hanoman Raya no.419 krapyak semarang

No.hp :085659070700

Email :seia_mahanani@yahoo.com

Riwayat Pendidikan Formal

1.SD :MI Pembangunan UIN JKT Lulus tahun : 2003 2.SMP :MTS Pembangunan UIN JKT Lulus tahun : 2006 3.SMA : SMA Negeri 3 JKT Lulus tahun : 2009

Gambar

Gambar 14. Proses penelitian
Gambar  15.  Pengamatan  jaringan  dengan  setelah  organ  dijadikan  preparat  di  lab.PA,  pengamatan  menggunakna  mikroskop  perbesaran  100x  dan  kemudian  difoto dengan menggunakan alat eyepiece camera

Referensi

Dokumen terkait

Faktor penyebab non infeksi adalah paparan substansi toksik, (amonia, aspirasi asma dan cairan lambung,.. Faktor imun yang terlibat belum diketahui dengan pasti karena

Universitas Negeri Yogyakarta Jl... Universitas Negeri

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat SIMRS adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur

Website ini dibangun dengan menggunakan perangkat lunak Macromedia Flash MX yang digunakan untuk pembuatan animasi didalam halaman web, sehingga halaman web menjadi lebih

Keberadaan situs ini diharapkan tidak hanya dapat memenuhi tuntutan era globalisasi tapi juga dapat menjawab keinginan para praktikan terhadap suatu media komunikasi yang

Therefore, we can distinguish clearly between the authority of state organs based on the constitutionally entrusted power, and the authority of state organs that are

Yang mampu merubah bumi ini kearah yang lebih baik.Hal yang menjadikan manusia sebagai khalifah adalah karena manusia memiliki kelebihan yang tidak dimiliki

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yesus atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Persepsi Pegawai