• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penetapan Kadar Air

Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan yang dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau gravimetri yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang besarnya kandungan air dalam bahan , dimana nilai maksimal atau rentang yang diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi (Dirjen POM, 2000).

Penetapan kandungan air dapat dilakukan beberapa cara, hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu 105-1100C selama 3 jam atau didapat berat yang konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Untuk bahan-bahan yang tidak tahan panas, seperti bahan berkadar gula tinggi, minyak, daging, kecap, dan lain-lain pemanasan dilakukan dalam oven vakum dengan suhu yang lebih rendah. Kadang -kadang pengeringan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksikator dengan H2SO4 pekat sebagai

pengering, hingga mencapai berat yang konstan .

Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung senyawa-senyawa yang mudah menguap ( volatile ) seperti sayuran dan susu, menggunakan cara destilasi dengan pelarut tertentu, misalnya toluen, xilol, dan heptana yang berat jenisnya lebih rendah daripada air. Contoh (sample) dimasukkan

(2)

dalam tabung bola (flask), kemudian dipanaskan. Air dan pelarut menguap, diembunkan, dan jatuh pada tabung Aufhauser yang berskala. Air yang mempunyai berat jenis lebih besar ada di bagian bawah, sehingga jumlah air yang diuapkan dapat dilihat pada skala tabung aufhauser tersebut.

Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur dengan menggunakan refraktometer di samping menentukan padatan terlarutnya pula. Dalam hal ini, air dan gula dianggap sebagai komponen-komponen yang mempengaruhi indeks refraksi.

Di samping cara-cara fisik, adapula cara-cara kimia untuk menentukan kadar air. Mc. Neil mengukur kadar air berdasarkan volume gas asetilen yang dihasilkan dari reaksi kalsium karbonat dengan bahan yang akan diperiksa. Cara ini dipergunakan untuk bahan-bahan seperti sabun, tepung, bubuk biji vanili, mentega dan sari buah. Karl fischer pada tahun 1935 mengunakan cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari bahan basah dengan larutan iodin, sulfur dioksida, dan piridina dalam metanol. Perubahan warna menunjukan titik akhir titrasi (Winarno ,1992 ).

Pereaksi dan larutan yang digunakan peka terhadap air, hingga harus dilindungi dari pengaruh kelembaban udara.

Pereaksi Karl fischer disimpan dalam botol yang diperlengkapi dengan buret otomatik. Untuk melindungi dari pengaruh kelembaban udara, buret dilengkapi dengan tabung pengering. Labu titrasi kapasitas lebih kurang 60 ml, dilengkapi dengan 2 elektroda platina, sebuah pipa pengalir nitrogen, sumbat berlubang untuk

(3)

ujung buret dan sebuah tabung pengering. Zat yang diperiksa dimasukkan ke dalam melalui pipa pengalir nitrogen atau melalui pipa samping yang dapat disumbat. Pengadukan dilakukan dengan mengalirkan gas nitrogen yang telah dikeringkan atau dengan mengaduk magnit. Petunjuk titik akhir terdiri dari betere kering 1,5 volt atau 2 volt yang diihubungkan dengan tahanan variabel lebih kurang 2.000 ohm. Tahanan diatur sedemikian rupa sehingga arus utama yang cocok yang melalui elektroda platina berhubungan secara seri dengan mikrometer.

Setelah setiap kali penembahan pereaksi Karl fischer, penunjuk mikrometer menyimpang akan tetapi segera kembali kedudukkan semula. Pada titik akhir, penyimpangan akan tetap selama waktu yang lebih lama.

Untuk zat-zat yang melepaskan air secara perlahan-lahan, maka pada umumnya dilakukan titrasi tidak langsung. Kecuali dinyatakan lain dalam monografi maka penetapan kadar air dilakukan dengan titrasi langsung (MMI, 1989).

2.2 Obat Tradisional

Obat Tradisional adalah obat jadi atau ramuan bahan alam yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.

Obat Tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan

(4)

kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Obat tradisional saat ini banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bias dicerna oleh tubuh.

Obat Tradisional yang diperlukan oleh masyarakat obat tradisional yang mengandung bahan atau ramuan bahan yang dapat memelihara kesehatan, mengobati gangguan kesehatan, serta dapat memulihkan kesehatan.

Obat Tradisional dibuat atau diramu dari bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian (galenik), atau campuran bahan-bahan tersebut. Obat tradisional secara turun-temurun telah digunakan untuk kesehatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah digunakan oleh berbagai aspek masyarakat mulai dari tingkat ekonomi atas sampai tingkat bawah, karena obat tradisional mudah didapat, harganya yang cukup terjangkau dan berkhasiat untuk pengobatan, perawatan dan pencegahan penyakit.

Keamanan dan mutu obat tradisional tergantung dari bahan baku, bangunan, prosedur, dan pelaksanaan pembuatan, peralatan yang digunakan, pengemasan termasuk bahan serta personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional.

Untuk meningkatkan mutu suatu obat tradisional, maka pembuatan obat tradisional haruslah dilakukan dengan sebaik-baiknya mengikutkan pengawasan menyeluruh yang bertujuan untuk menyediakan obat tradisional yang senantiasa memenuhu persyaratan yang berlaku (Dirjen POM, 1994).

(5)

Bahan-bahan ramuan obat tradisional seperti bahan tumbuh-tumbuhan, bahan hewan, sediaan sarian atau galenik yang memiliki fungsi, pengaruh serta khasiat sebagai obat, dalam pengertian umum kefarmasian bahan yang digunakan sebagai obat disebut simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan (MMI, 1995).

Menurut Materia Medika Indonesia (1995), simplisia dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:

1. Simplisia hewan

Simplisia hewan adalah simplisia yang berupa hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

2. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.

3. Simplisia pelikan (mineral)

Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan-bahan pelikan (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Zat kimia berkhasiat (obat) tidak diperbolehkan digunakan dalam campuran obat tradisional karena obat tradisional diperjualbelikan secara bebas. Dengan sendirinya apabila zat berkhasiat (obat) ini dicampurkan

(6)

dengan ramuan obat tradisional dapat berakibat buruk bagi kesehatan (Dirjen POM, 1986).

2.3 Tanaman Obat

Menurut para ahli tanaman obat didefenisikan sebagai jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obat-obatan.

Para ahli tersebut mengelompokkan tanaman obat berkhasiat menjadi tiga kelompok sebagai berikut:

1. Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercayai masyarakat memiliki khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional.

2. Tumbuhan obat modern merupakan spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibukt ikan telah mengandung senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggung jawabkan secara klinis.

3. Tumbuhan obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat tetapi belum dibuktikan penggunaannya secara ilmiah media sebagai bahan obat.

(7)

Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat yang di Simplisia dari bahan tumbuhan terdiri dari:

a. Kulit (cortex)

Korteks adalah kulit bagian terluar dari tanaman tingkat tinggi yang berkayu.

b. Kayu (lignum)

Simplisia kayu merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang.

c. Daun (folium)

Folium merupakan jenis simplisia yang paling umum digunakan sebagai baku ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri.

d. Herba

Simplisia herba pada umumnya berupa produk tanaman obat dari jenis herbal yang bersifat herbaceous.

e. Bunga (flos)

Bunga sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk, bagian dari bunga majemuk serta komponen penyusun bunga.

f. Akar (radix)

Akar tanaman yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal dari tanaman yang umumnya berbatang lunak dan memiliki kandungan air yang tinggi.

(8)

g. Umbi (bulbus)

Bulbus atau bulbi adalah produk berupa potongan rajangan umbi lapis, umbi akar, atau umbi batang. Bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung dari jenis tanamannya.

h. Rimpang (rhizoma)

Rhizoma atau rimpang adalah produk tanaman obat berupa potongan-potongan atau irisan rimpang.

i. Bunga (flos)

Simplisia buah ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang lunak akan menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda, khususnya bila buah masih dalam keadaan segar. j. Kulit buah (perikarpium)

Sama halnya dengan simplisia buah, simplisia kulit buah pun ada lunak, keras bahkan adapula yang ulet dengan bentuk bervariasi. k. Biji semen

Semen (biji-bijian) diambil dari buah yang telah masak sehingga

umumnya sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-macam tergantung dari jenis tanaman (Widyastuti, 2004). 2.4 Bentuk sediaan Obat Tradisional

Obat tradisional tersedia dalam berbagai bentuk yang dapat diminum atau ditempelkan pada permukaan kulit. Tetapi tidak tersedia dalam bentuk suntikan atau aerosol.

(9)

Dalam bentuk sediaan obat-obat tradisional ini dapat berbentuk serbuk yang menyerupai obat modern, kapsul tablet, larutan ataupun pil (BPHN, 1993).

2.4.1 Larutan

Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka padatan tadi terbagi sacara molekuler dalam cairan tersebut. Zat cair atau cairan biasanya ditimbang dalam botol yang digunakan sebagai wadah yang diberikan. Cara melarutkan zat ada 2 cara yakni zat-zat yang mudah larut dilarutkan dalam botol dan zat-zat yang agak sukar larut dilarutkan dalam pemanasan. Contoh jamu akar dewa (Anief, 2000).

2.4.2 Serbuk

Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukan.Pada pembuatan serbuk kasar, terutama simlisia nabati, digerus lebih dahulusampai derajat halus tertentu setelah itu dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 500 C. Serbuk obat yang mengandung bagian yang mudah menguap dikeringkan dengan pertolongan bahan pengering yang cocok, setelah itu diserbuk dengan jalian digiling, ditumbuk dan digerus sampai diperoleh serbuk yang mempunyai derajat halus sesuai yang tertera pada pengayak dan derajat halus serbuk. Contohnya yaitu macho M. (Anief, 2000)

(10)

2.4.3 Tablet

Tablet adalah sediaan padat, disebut secara kempa-cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah. Contohnya yaitu tablet antalgin.

2.4.4 Pil

Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg sampai 500 mg. Untuk membuat pil diperlukan zat tambahan seperti seperti zat pengisi untuk memperbesar volume, zat pengikat dan zat pembasah dan bila perlu ditambah penyalut. Contohnya pil ginseng (Anief, 2000).

2.4.5 Kapsul

Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut . Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati dan bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil (5) sampai nomo paling besar (000), dan ada juga kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan panjang memanjang (dikenal sebagai usuran OE), yang memberikan kapasitas isi yang lebih besar tanpa peningkatan diameter (Farmakope IV, 1995).

(11)

2.5. Simplisia Yang Terdapat Dalam Jamu - Andrographis Herba

Tanaman sambiloto adalah Andrografis peniculata suku Acanthaceae. Mengandung flavonoid,alkane, keton, aldehid, dan beberapa mineral seperti kalium,kalsium , dan natrium.

Tanaman ini berkhasiat sebagai anti radang, analgetik, dan penawar racun. - Curcuma Rhizoma

Temulawak adalah Curcuma xanthorrhiza suku Zingirberaceae. Mengandung pati, kurkuminoid, dan minyak atsiri.

Temulawak berkhasiat sebagai antiradang, anti sembelit, tonikum, dan diuretik.

- Coriandri Fruktus

Ketumbar adalah Coriandrum sativum suku Apiaceae.

Ketumbar berkhasiat untuk meredakan pusing, muntah-muntah, influensa, Wasir, radang lambung, campak, masuk angin, tekanan darah tinggi dan lemah syahwat.

- Myristicae Semen

Buah pala adalah Myristica fragrans suku Myristicaceae. Mengandung minyak atsiri, zat samak, dan zat pati.

(12)

Buah pala berkhasiat sebagai obat diare, kembung, mual serta untuk menetapkan daya cerna dan selera makan, yang kaya akan vitamin C, Kalsium, dan posfor.

Senyawa kimia buah pala tersebut terdapat dikulit, daging, biji pala hingga bunganya.

- Piperis Nigri Fruktus

Lada hitam adalah Piper nigrum suku Piperaceae

Mengandung saponin, flavonoida ,minyak atsiri, kavisin, resin, amilum. Lada hitam berkhasiat untuk memperlancar menstruasi, meredakan serangan asma, meringankan gejala ramatik, mengatasi perut kembung, serta me- nyembuhkan sakit kepala (Prapta Utama, 2003).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk melatih keterampilan proses sains dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning pada

Kurang lebih, demikian proses mengurus surat nikah secara umum. Di beberapa tempat mungkin ada beberapa aturan yang berbeda sedikit. Setelah proses mengurus

Secara operasional peneliti ini mene liti “Pengaruh Terapi Musik Islami untuk Menurunkan Kecenderungan Burnout pada Pekerja Praktik Dokter di Sobontoro-

Dengan menggunakan input fetch efektif untuk masing-masing arah dan kecepatan angin tiap jam, maka dari hasil proses hindcasting didapat data gelombang terbesar untuk tiap

Berdasarkan isu, permasalahan yang terdapat di Kelurahan Tode Kisar diantaranya, adalah masih terjadinya degradasi terhadap terumbu karang, menurunnya hasil tangkapan, abrasi,

(c) dalam menjalankan rencana, subjek yang satu tidak menggunakan metode pembuktian yang telah direncanakan pada langkah merencanakan pemecahan masalah sedangkan

Tujuan penelitian : (1) Untuk memperoleh lokasi-lokasi yang layak dan sesuai untuk dibudidayakan tanaman jarak pagar menggunakan system informasi geografis,(2) Untuk

(7) Imum Mukim mengajukan Rancangan Peraturan Mukim tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Mukim tahun anggaran yang bersangkutan berdasarkan alasan perubahan