• Tidak ada hasil yang ditemukan

A B C. 2 cm 2 cm 2 cm

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A B C. 2 cm 2 cm 2 cm"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Tengkorak orangutan Kalimantan jantan dewasa berukuran relatif besar dengan permukaan tulang yang terlihat kasar. Tengkorak mempunyai panjang ± 24,5 cm, lebar ± 19,5 cm dan tinggi ± 19 cm, serta bobot 1,3 kg. Selain itu, struktur bangun tengkorak terlihat sangat kompak dan keras, mengindikasikan sangat kuat dan kokoh. Pengamatan dari arah kranial memperlihatkan tengkorak berbentuk persegi, sedangkan dari arah dorsal terlihat memanjang dari corpus

alveolaris dan meninggi sampai di crista nuchae (kaudal os parietale).

Tengkorak orangutan terdiri atas tengkorak bagian atas dan bawah.

Tengkorak bagian atas disusun oleh beberapa tulang, yaitu os frontale,

os temporale, os parietale, os occipitale, os sphenoidale, os ethmoidale, os maxilla, os incisivum, os palatinum, os pterygoideum, os nasale, os vomer, os lacrimale, dan os zygomaticum, sedangkan tengkorak bagian bawah hanya

dibentuk oleh satu tulang, yaitu os mandibula. Pada tengkorak terdapat suatu garis tengah (midline) yang memotong tengkorak menjadi dua bagian kiri dan kanan. Hal ini memperlihatkan bahwa tengkorak berbentuk simetri bilateral yang disusun oleh tulang-tulang yang saling berpasangan. Akan tetapi, terdapat beberapa pasang tulang yang posisinya berdampingan saling menyatu sehingga terlihat seperti sebuah tulang, contohnya adalah os frontale, os incisivum, os sphenoidale,

os occipitale, os vomer, os palatinum, dan os mandibula. Diantara tulang-tulang

penyusun tengkorak ini dihubungkan oleh sutura, tetapi pada preparat ini suturanya kurang jelas, bahkan sudah tidak terlihat sama sekali. Berbeda dengan tengkorak orangutan koleksi Museum Zoologi LIPI Cibinong suturanya masih jelas terlihat (Gambar 5).

Tengkorak merupakan tulang yang sangat kompleks karena terdiri atas beberapa tulang yang menjadi satu kesatuan sehingga berbentuk seperti satu tulang yang kompak. Berdasarkan daerahnya, tulang tengkorak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pars neurocranii dan pars splanchnocranii. Batas antara dua kelompok tulang ini adalah garis transversal yang ditarik pada bagian dorsal

(2)

A  B  C

4.1 Pars neurocranii

Pars neurocranii adalah bagian tengkorak yang turut membentuk ruang

otak (cavum cranii) dan disusun oleh beberapa tulang, yaitu os occipitale,

os parietale, os temporale, os frontale, os sphenoidale, dan os ethmoidale. Bagian

tengkorak ini berada di sebelah dorsal tengkorak, yang terdiri atas calvaria (atap tengkorak), dinding lateral, dinding kaudal dan basis tengkorak (Gambar 6).

Bagian calvaria tengkorak ini dibentuk oleh beberapa tulang, yaitu

os frontale, os parietale, dan os temporale. Os frontale adalah tulang yang

membentuk daerah kening (kranial calvaria). Tulang ini berbentuk segitiga (piramida) dan memiliki posisi miring terhadap garis tegak lurus kepala. Di ventral tulang ini, yang berbatasan dengan orbita disebut daerah supraorbitalis. Daerah ini memiliki permukaan yang lebih kasar dan sedikit mengalami penonjolan untuk melingkari orbita. Namun, pada daerah ini tidak terdapat torus

supraorbitalis dan foramen supraorbitalis. Selanjutnya, pada masing-masing sisi

lateral tulang ini terdapat suatu rigi, yaitu crista frontalis (Gambar 6).

Pada tengkorak kepala orangutan jantan dewasa crista frontalis terlihat sangat berkembang. Rigi ini relatif tinggi, permukaannya sangat kasar dan tidak rata, berjalan ke kaudal dan bersatu pada garis tengah tengkorak yang memisahkan antara sepasang os parietale. Pada daerah ini, rigi berubah nama menjadi crista sagittalis (parietalis) externa. Selanjutnya, rigi ini terbagi dua dan

 

2 cm  2 cm  2 cm

Gambar 5 Komparasi tengkorak orangutan Kalimantan.

A. Tengkorak orangutan Kalimantan jantan muda dan B. Tengkorak orangutan Kalimantan betina muda yang masih tampak sutura (panah hitam), C Tengkorak orangutan Kalimantan jantan tua yang tidak tampak lagi suturanya (A dan B: tengkorak koleksi Museum Zoology LIPI Cibinong, C: koleksi Laboratorium Anatomi FKH IPB) (Bar A: 2,5 cm, Bar B dan C: 2 cm).

        

                 

C

(3)

berjalan ke arah kaudolateral sisi tengkorak. Rigi berbentuk konkaf dan memisahkan antara os parietale dengan os occipitale, yang disebut crista nuchae. Permukaan rigi ini pada bagian kaudomedial calvaria terlihat tebal, luas, dan kasar, sedangkan pada bagian kaudolateral calvaria terlihat tipis, tajam, dan melengkung ke arah kranial. Rigi berjalan ke arah lateroventral sampai pada

os temporale (Gambar 6).   9  10   11         a        b         c         f         7         3         1         2              e                 6         4         g         5     d   8 9 10

Gambar 6 Tengkorak bagian atas tampak dorsal.

a. Os parietale, b. Os temporale, c. Os frontale, d. Os nasale, e. Os maxilla, f. Os zygomaticum, g. Os incisivum, 1. Crista sagittalis externa, 2. Crista frontalis, 3. Crista nuchae, 4. Orbita 5. Cavum nasi, 6. Processus temporale (os zygomaticum), 7. Processus zygomaticus (os temporale), 8. Corpus ossis incisivi, 9. Dentes incisivi, 10. Dentes canini (Bar: 2 cm).

Os parietale pada tengkorak orangutan merupakan sepasang tulang yang

berbentuk konveks yang sebagian besar membentuk calvaria. Tulang ini terletak di kaudal os frontale dan di dorsal os temporale. Dilihat dari morfologi eksterna tulang ini, terlihat lebih bulat jika dibandingkan dengan os frontale dan terlihat

(4)

lebih menonjol, licin, dan terang jika dibandingkan dengan os temporale. Oleh karena itu, perbedaan ini dapat dijadikan dasar untuk membedakan tulang-tulang ini karena sutura yang menghubungkannya sudah tidak terlihat jelas (Gambar 6).

Os temporale adalah tulang yang sebagian besar membentuk dinding

lateral tengkorak dan hanya menempati sebagian kecil daerah calvaria. Tulang ini terdiri atas tiga bagian, yaitu pars squamosa, pars tympanica, dan pars petrosa.

Pars squamosa tulang ini memiliki permukaan yang kasar seperti sisik dan pada

bagian ventral membentuk fossa mandibularis. Di sebelah kranial dari lekukan ini terdapat suatu penjuluran, yaitu processus zygomaticus dari os temporale. Penjuluran ini kemudian di kraniomedial tengkorak bertemu dengan penjuluran dari os zygomaticum, yaitu processus temporalis dari os zygomaticum. Pertemuan antara dua penjuluran ini membentuk suatu lengkungan yang disebut dengan

arcus zygomaticus. Lengkungan ini pada tengkorak orangutan terlihat sangat kuat

dan kokoh dengan permukaan bagian dorsalnya terlihat lebih kasar (Gambar 7).

Pars tympanica dari os temporale terdapat di bagian kaudal dari fossa mandibularis. Daerah ini ditandai dengan suatu lubang yang disebut dengan meatus acousticus externus. Lubang ini merupakan muara dari lubang telinga luar.

Bagian kranial dan kaudal dari lubang ini dibatasi oleh dua penjuluran, yaitu

processus retroarticularis pada bagian kranial dan processus mastoideus pada

bagian kaudal. Pada bagian kranial processus retroarticularis dan bagian ventral

processus zygomaticus terdapat suatu lekukan yang mengadakan persendian

dengan caput mandibulae, yaitu fossa mandibularis. Persendian ini disebut

dengan articulatio temporomandibulae (Gambar 7). Pars petrosa dari

os temporale adalah bagian tulang yang berada di interna terkorak, yang berada di

antara os occipitale dan os parietale. Sebagian besar dari bagian ini terdapat di

cavum cranii (ruang otak).

Pada sisi lateral tengkorak juga terlihat os sphenoidale. Tulang ini berada di ventral (basis) tengkorak yang mengalami penjuluran sampai ke lateral tengkorak. Penjuluran tulang ini ke arah lateral tengkorak ini disebut dengan

os presphenoidale yang memiliki dua pasang sayap (ala), yaitu satu pasang ala orbitalis dan satu pasang ala temporalis. Ala orbitalis menjulur ke dorsolateral

(5)

os temporale. Pada ala orbitalis terdapat suatu peninggian tulang yang berjalan

kaudoventral disebut dengan crista infratemporale, dengan bagian ventral yang menjorok disebut dengan fissura orbitale inferior. Pada bagian medial lekah ini,

terdapat foramen rotundum. Pada ala temporalis terdapat penjuluran

os sphenoidale pada sisi lateral os pterygoideum, sehingga penjuluran ini disebut

dengan processus pterygoideus dari os sphenoidale (Gambar 7).

Gambar 7 Tengkorak bagian atas tampak lateral.

Insert gambar A dan B: Os sphenoidale pada lateral tengkorak

a. Os parietale, b. Os temporale (pars squamosa), c. Os frontale, d. Os sphenoidale, e. Os occipitale, f. Os zygomaticum, g. Os maxilla, h. Os incisivum, i. Os mandibula, 1. Crista sagittalis externa,

2. Crista frontalis, 3. Processus mastoideus, 4. Processus retroarticularis, 5. Fossa mandibularis, 6. Meatus acusticus externus, 7. Arcus zygomaticus,

8. Processus coronoideus, 9. Incisura mandibulae, 10. Processus condylaris,

11. Facies buccalis, 12. Ramus mandibulae, 13. Angulus mandibulae, 14. Corpus mandibulae, 15. Foramen mentale, 16. Dentes incisivi,

17. Dentes canini, 18. Dentes premolares, 19. Dentes molares,

20. Margo alveolaris, 21. Crista infratemporale dari ala sphenoidale, 22. Fissura orbitale inferior, 23. Foramen rotundum,

24. Processus pterygoideus dari os sphenoidale, 25. Hamulus pterygoideus (Bar: 2 cm).     3          23             22         21        d   24  25  22 23 21 24   d        a        c          7          8          9         10          14        11         13         12         15         5         16        17         18                  19           20          f        i         1          2                  4        e         h     g        b            6  3    B    A

(6)

Dinding kaudal tengkorak dibentuk oleh os temporale dan os occipitale.

Os temporale pada dinding kaudal tengkorak terdapat di sisi lateral os occipitale

dan hanya menempati sebagian kecil daerah kaudal tengkorak. Tulang ini memiliki permukaan yang tidak rata. Pada bagian ventral, tulang ini membentuk suatu penjuluran, yaitu processus mastoideus. Penjuluran tulang ini berbentuk agak bulat dan terlihat cukup berkembang pada tengkorak ini (Gambar 8).

       3         2        4         5         b         7        6         8         1        9        10        a 

Gambar 8 Tengkorak bagian atas tampak kaudal.

a. Os occipitale, b. Os mandibula, 1. Condylus occipitalis, 2. Foramen magnum, 3. Protuberantia occipitalis externa, 4. Processus mastoideus, 5. Angulus mandibulae, 6. Processus pterygoideus os sphenoidale, 7. Foramen mandibulae, 8. Arcus zygomaticus,

9. Foramen mastoideus, 10. Meatus acousticus externus

(Bar: 2 cm).

Os occipitale pada dinding kaudal tengkorak disebut dengan squama occipitalis. Tulang ini merupakan sepasang tulang yang dipisahkan oleh suatu

garis medial tengkorak yang berjalan dari dorsal tulang ini sampai dorsal foramen

magnum. Pada bagian dorsal, tulang ini dipisahkan dari os parietale oleh crista nuchae. Di ventral rigi ini terdapat dua buah penonjolan tulang yang terlihat

(7)

sangat berkembang dan memiliki permukaan yang kasar, disebut dengan

protuberantia occipitalis externa. Jarak antar dua buah penonjolan tulang ini

adalah ± 2 cm. Foramen magnum adalah suatu liang yang besar dan bulat, dengan diameter liang bagian ventral terlihat lebih luas dibandingkan dengan diameter liang bagian dorsalnya. Liang ini berada di ventral os occipitale dan merupakan tempat keluarnya jaringan saraf yang berasal dari otak, yaitu medula spinalis. Bagian kiri dan kanan liang ini dibatasi condylus occipitalis (Gambar 8).

Daerah basis tengkorak pada pars neurocranii dibentuk oleh os occipitale dan os sphenoidale. Pada perbatasan antara dua tulang ini terdapat suatu penonjolan tulang, yaitu tuberculum musculare. Pada daerah ini, os occipitale

disebut dengan pars basillaris, sedangkan os sphenoidale disebut dengan

os basis sphenoidale. Pada daerah lateral dari kedua tulang ini banyak terdapat

lubang dan penjuluran tulang, sehingga permukaan tulang pada daerah ini terlihat sangat kasar. Beberapa lubang yang terdapat pada daerah ini, yaitu foramen

jugulare, canalis n. hypoglossi, foramen mastoideum, foramen lacerum, foramen ovale, foramen spinosum dan canalis caroticus. Lubang ini terdapat lebih di

medial dari posterior basis tengkorak. Foramen jugulare berada di sisi lateral dari

pars basilaris os occipitale dengan bentuk yang tidak beraturan. Di sisi medial

dari lubang ini terdapat canalis n. hypoglossi dan di sisi lateralnya, yaitu pada

processus mastoidea terdapat foramen mastoideum yang mengarah ke

laterokaudal basis tengkorak. Di antara foramen jugulare dan foramen

mastoideum terdapat suatu penjuluran tulang yang berbentuk duri dan terlihat

kurang berkembang, yaitu processus styloideus. Penjuluran ini berada di anterior dari perbatasan dua lubang ini. Kemudian di bagian kranial penjuluran ini terdapat dua buah lubang, yaitu canalis caroticus pada bagian kraniomedial dan foramen

spinosum pada bagian kraniolateral. Setelah itu, lebih ke anterior lagi sampai ke

lateral tuberculum musculare os sphenoidale juga terdapat dua pasang lubang, yaitu foramen lacerum di bagian medial dan foramen ovale di bagian lateral (Gambar 9).

Selain beberapa pasang lubang, pada basis tengkorak ini juga terdapat tiga pasang penjuluran, yaitu processus jugularis, processus styloideus, processus

(8)

terlihat kurang berkembang. Processus styloideus posisinya lebih di medial basis tengkorak yaitu di sebelah kaudal canalis caroticus, sedangkan processus

mastoideus dan processus retroarticularis lebih ke lateral basis tengkorak. Processus mastoideus terdapat di bagian kaudal meatus acousticus externus

sedangkan processus retroarticularis terdapat di bagian ke kranial meatus

acousticus externus. Processus styloideus pada orangutan terlihat kurang

berkembang jika dibandingkan dengan processus mastoideus dan processus

retroarticularis (Gambar 9).

Gambar 9 Tengkorak bagian atas tampak ventral dari sudut pandang posterior.

Insert gambar A: beberapa foramen di basis tengkorak

a. Os occipitale, b. Os sphenoidale, 1. Foramen magnum, 2. Condylus occipitalis, 3. Pars basilaris os occipitale, 4. Proccessus styloideus, 5. Foramen jugulare, 6. Canalis caroticus, 7. Canalis n. hypoglossi, 8. Foramen lacerum, 9. Foramen ovale, 10. Foramen spinosum, 11. Foramen mastoideum, 12. Processus mastoideus, 13. Meatus acousticus externus, 14. Proccessus retroarticularis, 15. Fossa articulatio temporomandibulae, 16. Tuberculum musculare (Bar: 2 cm).

4.2 Pars splanchnocranii

Pars splanchnocranii adalah tulang-tulang yang membentuk daerah wajah

dan mulut. Bagian tengkorak ini terlihat sangat berkembang, terutama pada daerah mulutnya yang terlihat sangat subur dan menonjol (prognatous). Bagian tengkorak ini disusun oleh beberapa tulang, yaitu os maxilla, os zygomaticum,

os lacrimale, os nasale, os incisivum, os palatinum, os pterygoideum, os vomer

dan os mandibula (Gambar 10).

     5 10    A       1        4       6       2            8     9      5     7       11        10     1       2        3        4       12       14     15       16     a     b        13 

(9)

Gambar 10 Tengkorak bagian atas tampak kranial.

a. Os parietale, b. Os frontale, c. Os nasale, d. Os maxilla, e. Os zygomaticum, f. Os incisivum, g. Os mandibulla, 1. Crista nuchae, 2. Crista sagittalis (perietalis) externa, 3. Crista frontalis, 4. Foramina zygomaticofaciale, 5. Foramen infraorbitale, 6. Processus temporalis (os zygomaticum), 7. Processus zygomaticum (os frontalis), 8. frontalis (os zygomaticum), 9. Foramen mentale,

10. Cavum nasi, 11. Orbita (ruang mata), 12. Sutura zygomaticomaxillaris, 13. Processus zygomaticus dari os maxilla (Bar: 2 cm).

Tulang wajah dibentuk oleh os maxilla pada bagian medial dan

os zygomaticus pada bagian lateral. Dua tulang ini dihubungkan oleh suatu sutura,

yaitu sutura zygomaticomaxillaris. Os maxilla pada daerah wajah tidak memiliki

tuber faciale dan crista facialis, sehingga pipi hewan ini terlihat lebih datar. Pada

daerah pipi, kira-kira 2 cm di ventral orbita terdapat suatu lubang tempat pembersitan saraf dan pembuluh darah senama, yaitu foramen infraorbitale. Lubang ini terlihat berukuran cukup besar pada tengkorak ini. Selanjutnya, tulang ini melakukan penjuluran ke arah os zygomaticum, yaitu processus zygomaticum dari os maxilla. Disamping itu, os zygomaticus yang berada di lateral tulang ini, juga menjulur ke arah kaudal, penjuluran tersebut adalah processus temporalis (os zygomaticum). Penjuluran ini pada sisi lateral tengkorak bertemu dengan

   12    13    b 2        1    f     g  9        5    4   8     6     3    11     10    c    d    e    a     12    13    7 

(10)

penjuluran dari os temporale, yaitu processus zygomaticus (os temporale) dan membentuk arcus zygomaticus (Gambar 10).

Orbita merupakan mangkok mata yang terletak di bagian dorsal os maxilla. Pada orangutan, posisinya menghadap ke anterior dengan orbita kiri

dan kanan saling berdekatan. Orbita ini dibatasi oleh empat bagian, yaitu batas

orbita dorsal, lateral, ventral, dan medial. Batas orbita dorsal dibentuk oleh os frontale, yang biasanya dikenal dengan daerah alis mata (supraorbitalis). Os frontale pada batas orbita dorsal terlihat cukup berkembang (menonjol) dan

memiliki permukaan yang kasar. Batas orbita lateral dibentuk oleh os frontale pada bagian laterodorsal orbita dan processus frontale dari os zygomaticum pada bagian lateroventral orbita. Dua tulang ini pada bagian lateromedial orbita dihubungkan oleh sutura frontozygomatica. Permukaan tulang pada laterodorsal batas orbita ini terlihat lebih kasar dibandingkan dengan permukaan yang di lateroventralnya. Kemudian, batas orbita ventral dibentuk oleh os maxilla pada bagian ventromedial dan os zygomaticum pada bagian ventrolateral. Di bagian ventrolateral batas orbita ventral terdapat dua sampai tiga buah lubang dengan ukuran yang hampir sama, yaitu foramina zygomaticofaciale. Selanjutnya, batas

orbita medial dibentuk oleh crista lacrimale dan processus frontalis dari os maxilla pada bagian medioventralnya dan os frontale pada bagian mediodorsal

bagian ini. Batas orbita ini berada di antara orbita kanan dan kiri, oleh karena itu daerah ini disebut juga dengan daerah interorbitalis. Permukaan tulang pada daerah ini terlihat kasar. Di medial processus frontalis dari os maxilla terdapat

processus dari os nasale, yang merupakan penjuluran os nasale ke arah os frontale (Gambar 10).

Rongga lain yang terdapat pada daerah wajah adalah rongga hidung (cavum nasi). Cavum nasi adalah sebuah rongga berbentuk piriform yang terdapat pada bagian ventromedial orbita. Rongga ini berbentuk piriform karena diameter bagian ventral rongga terlihat lebih luas dari pada bagian dorsalnya. Rongga ini dibatasi oleh tiga tulang, yaitu os nasale di bagian dorsal, os maxilla di bagian lateral, dan os incisivum di bagian ventral. Os nasale pada hewan ini merupakan sepasang tulang yang posisinya dimulai dari regio interorbitalis sampai daerah laterodorsal cavum nasi. Tulang ini memiliki bidang tulang yang terlihat kecil,

(11)

tipis, runcing, dan berbentuk segitiga. Tetapi, pada tengkorak ini sutura yang menghubungkan sepasang os nasale tidak terlihat jelas, sehingga hanya terlihat sebagai satu keping tulang saja. Tulang ini pada orangutan tidak mengalami peninggian sehingga terlihat sejajar dengan os maxilla yang berada di lateralnya (Gambar 10).

Pars splanhcnocranii ini selain terlihat dari daerah anterior wajah, juga

terlihat pada basis tengkorak, yaitu daerah langit-langit (palatum). Beberapa tulang yang terlihat dari daerah ini adalah os incisivum, os maxilla, os palatinum,

os pterygoideum, dan os vomer. Os incisivum pada basis tengkorak ini berada di

anterior dari os maxilla. Kedua tulang ini dihubungkan oleh suatu sutura, yaitu

sutura maxilloincisiva. Tulang ini pada daerah langit-langit disebut dengan facies palatina dari os incisivum. Permukaan tulang ini terlihat tidak rata karena pada

tulang ini terdapat corpus ossis incisivi sebagai tempat tertanamnya dentes incisivi rahang atas. Pada bagian medial tulang ini terdapat suatu lekukan tulang yang berukuran kecil, yaitu fossa incisivus. Lekukan ini sejajar dengan dentes canini (Gambar 11).

Os maxilla pada basis tengkorak berada di anterior os palatinum. Tulang

ini membentuk daerah langit-langit dan disebut juga dengan processus palatinus. Pada bagian posterior tulang ini, berjalan suatu lekukan tulang berbentuk parit yang tidak dalam, yang disebut dengan sulcus palatinus. Lekukan ini ke arah kaudal dilanjutkan menjadi foramen palatinus majus, yang sejajar dengan dentes

(12)

V

Gambar 11 Tengkorak tampak ventral.

A. Tengkorak tampak ventral dengan os mandibula, B. Tengkorak tampak ventral tanpa os mandibula,

a. Os occipitale, b. Os sphenoidale, c. Os vomer, d. Os palatinum, e. Os maxilla, f. Os mandibula, g. Os pterygoideum, 1. Foramen magnum, 2. Condylus occipitalis, 3. Pars basilaris (os occipitale), 4. Processus pterygoideus dari os sphenoidale, 5. Tuberculum musculare, 6. Processus mastoideus, 7. Meatus acousticus externus, 8. Processus retroarticularis, 9. Processus condylaris, 10. Angulus mandibulae, 11. Arcus zygomaticus, 12. Foramen palatinum majus, 13. Dentes incisivi, 14. Dentes canini, 15. Dentes premolares,16. Dentes molares (Bar: 2 cm).

Daerah basis tengkorak pada bagian posterior os palatinum ditandai dengan suatu celah yang menuju cavum nasi. Celah ini pada bagian medialnya dipisahkan oleh suatu sekat yang membentuk daerah posteroinferior septum nasi, yaitu

os vomer. Pada bagian anterior celah ini terdapat suatu penjuluran tulang yang

berbentuk duri, yaitu spina nasalis caudalis. Celah ini pada bagian lateral dibatasi oleh os pterygoideum, yaitu sebuah lempeng tulang yang tipis, panjang dan bagian anteriornya menjulur ke arah ventral sehingga berbentuk sebuah duri (hamulus

pterygoideus). Namun, duri ini kurang jelas terlihat pada tengkorak ini.

          6      11       7     17     17    I    a    II     3      b      C      d      F           e      1    14     1        C      e     d     b      3    2      4                7   7          8     9       11                  12   2  12    4      8   10        16           15     g    g  14  13   5     6     5     6     11 A  B

(13)

Selanjutnya, pada bagian lateral dari os pterygoideum terdapat penjuluran dari

os sphenoidale yang terlihat seperti sebuah lempeng tulang yang lebar, tipis dan

seperti sayap, yaitu processus pterygoideus dari os sphenoidale. Penjuluran tulang ini terlihat sangat berkembang pada tengkorak ini (Gambar 11).

Os mandibula adalah tulang yang membentuk rahang bawah dan merupakan

tulang terbesar yang menyusun tengkorak. Tulang ini terdiri atas sepasang badan (korpus) dan cabang (rami) yang terlihat sangat kuat dan kompak (Gambar 12). Badan dari tulang ini, jika dilihat dari arah kranial berbentuk huruf V (V shape). Badan tulang ini terlihat sangat tebal dan kompak dengan permukaan yang terlihat relatif lebih halus dibandingkan dengan permukaan tulang disekitarnya. Permukaannya pada bagian kranial ini disebut juga dengan facies mentalis. Permukaan tulang ini merupakan bagian yang langsung berhubungan dengan bibir. Pada bagian lateral facies ini terdapat foramen mentalis yang merupakan tempat permuaraan canalis mandibulae dari foramen mandibulae. Selain itu, pada bagian dorsal dari badan tulang ini terdapat limbus sebagai tempat tertanamnya

dentes incisivi rahang bawah (Gambar 12).

Os mandibula membentuk dua percabangan ke arah lateral yang

memanjang dari corpus mandibulae (anterior) sampai ke angulus mandibulae (posterior). Percabangan tulang ini disebut dengan ramus mandibulae. Cabang tulang ini terdiri atas dua bagian, yaitu pars molaris yang memanjang horizontal dan pars articularis yang memanjang vertikal. Pars molaris ditempati oleh dentes

molares dan premolares sehingga permukaan tulang pada daerah ini terlihat

sedikit kasar. Pars articularis adalah bagian os mandibula yang mengadakan persendian dengan os temporale yang disebut dengan articulatio

temporomandibulae. Tulang ini terdiri atas dua bagian, yaitu processus coronoideus dan condylus mandibulae yang dipisahkan oleh incisura mandibulae. Processus coronoideus terlihat lebih tipis dan runcing, sedangkan condylus mandibulae terlihat lebih besar dan tumpul. Pada tampak dorsal, processus coronoideus hanya berbentuk suatu garis saja tetapi processus condylaris terlihat

terlihat elips karena memiliki suatu caput dengan posisi oblique yang disebut dengan caput mandibulae (Gambar 12).

(14)

  15 2  1       3   4              5    6      7                   8 1  2   16     13  12    10    9    11   13   12  14    15

Gambar 12 Sudut pandang lateral dan kranial os mandibula.

A. Os mandibula tampak lateral, B. Os mandibula tampak kranial,

1. Dentes incisivi, 2. Dentes canini, 3. Dentes premolares, 4. Dentes molares, 5. Processus coronoideus, 6. Incisura mandibulae, 7. Collum mandibulae, 8. Processus condylaris, 9. Facies buccalis, 10. Ramus mandibulae, 11. Angulus mandibulae, 12. Corpus mandibulae, 13. Foramen mentale, 14. Margo interalveolaris, 15. Margo alveolaris, 16. Facies mentalis (Bar: 2 cm).

Susunan gigi orangutan berbentuk huruf U (U shape) dengan jenis gigi pada tengkorak ini ada empat, yaitu dentes incisivi, canini, premolares, dan

molares. Gigi orangutan berjumlah 32, dengan formula gigi 2 (I 2/2, C 1/1, P 2/2,

M 3/3). Gigi orangutan sangat baik perkembangannya dengan ukuran relatif besar terutama dentes canini. Ukuran gigi yang relatif besar menjadikan area mulut orangutan terlihat luas dan menonjol (prognatous). Gigi-gigi ini membersit pada tiga tulang, yaitu pada os maxilla, os incisivum dan os mandibula. Untuk gigi rahang atas membersit pada dua tulang, yaitu pada os incisivum membersit dentes

incisivi dan pada os maxilla membersit dentes canini, dentes premolares dan dentes molares, sedangkan pada gigi rahang bawah semuanya membersit pada os mandibula (Gambar 13).

(15)

Gambar 13 Susunan gigi rahang atas dan rahang bawah.

A. Susunan gigi pada rahang atas, B. Susunan gigi pada rahang bawah,

a. Os incisivum, b. Os maxilla, c. Os mandibula, 1. Dentes incisivi, 2. Dentes canini, 3. Dentes premolares, 4. Dentes molares,

8. Facies lingualis (Bar: 2 cm).

Tempat pembersitan gigi pada tulang disebut juga dengan limbus

alveolaris. Limbus ini memiliki kedalaman yang bervariasi tergantung dari jenis

gigi yang tertanam di bagian ini. Pada tengkorak ini, limbus alveolaris dari dentes

canini dindingnya tertanam lebih dalam dibandingkan dengan limbus alveolaris

dari gigi yang lain (Gambar 13).

    4      A       B     4 4 3 3 c 2 2 1 1  I    II   A    B   a    b 

Gambar

Gambar 5 Komparasi tengkorak orangutan Kalimantan.
Gambar 6  Tengkorak bagian atas tampak dorsal.
Gambar 7 Tengkorak bagian atas tampak lateral.
Gambar 8  Tengkorak bagian atas tampak kaudal.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dapat diartikan bahwa faktor yang mempengaruhi produktivitas adalah mental dan kemampuan fisik karyawan serta hubungan antara atasan dengan bawahan hal tersebut

Diketahui hasil pengujian perbandingan sistem penentuan peminatan siswa dengan hasil yang diperoleh dari data guru BK MAN 2 Kota Serang dengan tingkat akurasi sebesar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecepatan aliran fluida dalam heat exchanger sistem untai melalui simulasi ansys fluent dan menganalisa perpindahan kalor yang

Teropong bintang menghasilkan perbesaran 30 kali saat digunakan oleh seseorang yang bertitik dekat 25 cm dengan mata akomodasi maksimum.. Jika jarak fokus lensa obyektifnya 150

Dengan demikian harta pewarisan yang pada awalnya adalah merupakan Pusaka Rendah akan menjadi Pusaka Tinggi bila diwariskan berdasarkan sistem matrilineal yang dianut

Halaman Pemesanan Saya Pada Gambar 11, merupakan halaman pemesanan saya yang diakses oleh member setelah melakukan pemesanan untuk melihat data pemesanan yang belum

Jenis penelitian adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM) yang dikemukakan oleh Venkatesh & Davis (2000) yaitu

Aspek nilai, bahwa situs Kali Raja merupakan situs yang memiliki arti penting bagi sejarah terbentuknya Raja Ampat; aspek idiologi, bahwa situs ini sebagai gambaran jati diri