• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK-ASPEK REVITALISASI KAWASAN SITUS KALI RAJA KABUPATEN RAJA AMPAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASPEK-ASPEK REVITALISASI KAWASAN SITUS KALI RAJA KABUPATEN RAJA AMPAT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK-ASPEK REVITALISASI KAWASAN SITUS KALI RAJA

KABUPATEN RAJA AMPAT

Sri Chiirullia Sukandar (Balai Arkeologi Jayapura)

Abstrak

Kali Raja site has the potential to be developed as a tourist destination. Thus it is necessary to revitalize the cultural heritage sites in the Kali Raja. As for the goal of this research is the potential for archaeological sites in Kampung Wawiyai, District of South Waigeo like of them in the cliff wall paintings, and Telur Raja as part of the origin of Raja Ampat, which is located on the banks of Kali Raja. Research targets primarily spatial sites, cultural potential around the site, the potential of natural resources, public opinion and the role of government as policy makers. Kali Raja revitalization site is intended to regrow important values such as cultural sites. Kali Raja order site is also useful for the general public and in particular to the Raja Ampat current generation and the generations to come the following aspects have been identified, namely the aspect of value, ideological aspects, aspects of knowledge is science, socio-cultural, economic aspects, public participation aspects, and aspects of development.

Key words: Kali Raja sites, revitalization, aspect of value

Latar Belakang

Kabupaten Raja Ampat terdiri dari empat pulau besar, yaitu Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool, dan lebih dari 600 buah pulau kecil, 34 pulau diantaranya sudah berpenghuni. Posisi Kabupaten Raja Ampat cukup strategis karena berada di bagian barat Pulau Papua dan menghubungkan dengan wilayah Indonesia lainnya, sehingga memungkinkan di wilayah tersebut akan banyak ditemukan beragam jenis warisan budaya, baik yang berasal dari masa prasejarah maupun masa sejarah.

(2)

Sejak jaman dahulu manusia telah mengekspresikan dirinya dalam berbagai bentuk karya cipta seperti dalam bentuk seni cadas, penguburan ceruk dan Situs Kali Raja yang terletak di wilayah Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat. Peninggalan-peninggalan tersebut berdasarkan hasil penelitian arkeologi memiliki arti penting bagi perjalanan sejarah peradaban manusia di wilayah Raja Ampat, sehingga perlu dilindungi dan dijaga kelestariannya, serta dapat juga dimanfaatkan dengan dikembangkan menjadi salah satu objek daya tarik wisata karena memiliki keunikan dan kekhasan maupun cerita-cerita yang melekat padanya yang mampu memikat orang untuk mengunjunginya. Seperti Situs Kali Raja yang memiliki kaitan erat dengan cerita asal usul terbentuknya Raja Ampat. Situs ini masih difungsikan untuk kegiatan-kegiatan ziarah maupun ritul dalam hubungannya dengan penggantian kelambu dan pemandian telur ‘raja’. Jika ditinjau dari keadaan situs maupun ceritanya menunjukkan bahwa Situs Kali Raja memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata.

Dengan demikian diperlukan adanya revitalisasi terhadap peninggalan sejarah budaya di kawasan situs Kali Raja. Sesuai dengan amanat dalam UU No. 11 Tahun 2010, bahwa revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat. Selain itu juga harus memberi manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mempertahankan ciri budaya lokal. Oleh sebab itu ada beberapa aspek yang diperlukan guna menunjang rencana revitalisasi kawasan Situs Kali Raja di Kampung Wawiyai bagi kepentingan publik.

Permasalahan

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang diajukan adalah:

1. Aspek-aspek apa saja yang berkaitan dengan revitalisasi kawasan situs potensial di Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo Selatan bagi kepentingan publik?

2. Bagaimana pandangan masyarakat dengan maksud revitalisasi tersebut?

(3)

Tujuan dan Sasaran Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah:

(1) Untuk mengetahui aspek-aspek yang berkaitan dengan revitalisasi kawasan situs potensial di Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo Selatan untuk kepentingan publik, dan

(2) Untuk mengetahui pandangan masyarakat dengan maksud revitalisasi kawasan situs tersebut.

Adapun yang menjadi sasaran penelitian ini adalah potensi situs arkeologi di Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo Selatan seperti di antaranya berupa lukisan dinding tebing, dan Telur Raja sebagai bagian dari asal usul Raja Ampat, yang terletak di tepi Kali Raja. Sasaran penelitian terutama tata ruang situs, potensi budaya sekitar situs, potensi sumberdaya alam, pandangan masyarakat dan peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan.

Kerangka Pemikiran

Mengacu pada pasal 1 ayat 31 Undang-Undang No.11 Tahun 2010 menyatakan bahwa revitalisasi adalah kegiatan pengembangan yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan penyesuaian fungsi ruang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat. Pasal 82 menyatakan revitalisasi Cagar Budaya harus memberi mamfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mempertahankan ciri budaya lokal.

Dalam penelitian ini revitalisasi yang dimaksud adalah upaya untuk memelihara dan melestarikan lingkungan atau aktivitasnya ke arah terpeliharanya kualiatas dan kesinambungan nilai sejarah, sosial dan budaya situs Kali Raja.

Sehubungan dengan itu, perlu diketahui pandangan masyarakat mengenai situs, yaitu penilaian atau pemahaman masyarakat terhadap situs Kali Raja. Sejauh mana mereka mengetahui tentang keberadaan, cerita/sejarah serta aktivitas yang berlangsung di situs tersebut.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam revitalisasi cagar budaya perlu suatu tujuan yang jelas dan tahap-tahap yang jelas pula untuk mencapai tujuan tersebut, oleh karena itu diawali dengan tahap identifikasi kondisi situs cagar budaya dan mengenali jenis masalah maupun bentuk kegiatan yang akan dilakukan (Tanudirjo, 1998: 14-17).

(4)

Karena ini berhubungan dengan situs cagar budaya yang merupakan warisan masyarakat maka untuk mencapai tujuan revitalisasi, pelibatan masyarakat sangat penting karena harus disikapi secara bijaksana dengan tetap berpatokan pada upaya pelestarian (ibid).

Pengidentifikasian aspek-aspek dalam upaya merevitalisasi kawasan situs ditujukan sebagai arah kebijakan dalam pelaksanaannya. Hal ini sesuai dengan Pasal 82 Undang-Undang No.11 Tahun 2010 bahwa revitalisasi harus memberi manfaat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mempertahankan ciri budaya lokal.

Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Semua data dan informasi yang berhasil dihimpun dalam penelitian ini akan dijadikan acuan untuk melakukan analisis.

Lokasi penelitian di Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah karena mudah dijangkau dan posisi objek yang berada dekat dengan pemukiman penduduk, sehingga nantinya memudahkan untuk mendiskusikannya dengan masyarakat.

Pengumpulan data dilakukan melalui observasi di lapangan yang meliputi pengamatan langsung terhadap beberapa objek di situs-situs yang berada di wilayah Kampung Wawiyai untuk mengidentifikasi jenis-jenis masalah yang ada pada objek kajian dan lingkungan sekitarnya dan untuk melihat kemungkinan kegiatan yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut.

Wawancara dan FGD (Focus Group Discusion) yang melibatkan para stakeholder yang telah dipilih yang meliputi masyarakat setempat, aparat pemerintah, LSM, siswa sekolah, dan guru sekolah. Dalam FGD ini lebih mengarahkan pada upaya menggali berbagai pengetahuan dan pandangan pihak-pihak terkait dalam rencana revitalisasi situs cagar budaya, di samping itu juga untuk mengenali masalah yang mungkin akan muncul jika situs kawasan dikembangkan untuk tujuan pariwisata serta memposisikan setiap stakeholders berdasarkan peran dan fungsinya masing-masing. Studi pustaka berupa telaah beberapa literatur, buku, dokumen-dokumen yang berhubungan langsung dengan kegiatan revitalisasi situs cagar budaya dan studi kasus di daerah lain yang mungkin dapat dijadikan pembanding.

(5)

Seluruh data yang terkumpul akan dideskripsikan berdasarkan tingkatan persoalannya, kemudian dianalisis untuk mengetahui penyebabnya dan kemungkinan jalan keluar yang dapat diambil sebagai hasil keputusan bersama dari para stakeholders sehingga tujuan revitalisasi situs-situs di wilayah Kampung Wawiyai, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat dapat terlaksana dengan baik, yang pada akhirnya diperoleh suatu model pelaksanaan revitalisasi yang dapat dijadikan acuan atau panduan.

Hasil dan Pembahasan

Kabupaten Raja Ampat merupakan salah satu daerah yang kaya akan keragaman sumberdaya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya budaya. Disamping potensi sumberdaya alam bawah lautnya yang menakjubkan, sumberdaya budayanya juga tidak kalah menarik. Dengan demikian perlu dilakukan upaya pengelolaan terhadap sumberdaya budaya tersebut agar memiliki nilai yang tinggi.

Cultural Resources Management (CRM) merupakan suatu usaha untuk pengelolaan suatu sumber daya budaya (Widhi dan Widarto, 1998:19). Dalam ketentuan umum Undang-Undang Cagar Budaya No.11 Tahun 2010, pengelolaan diartikan sebagai upaya terpadu untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan Cagar Budaya melalui kebijakan pengaturan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Dengan demikian masyarakat luas penting untuk dilibatkan dalam pengelolaan sumberdaya budaya.

Pengembangan cagar budaya yang termasuk dalam upaya terpadu pengelolaan diartikan sebagai peningkatan potensi nilai, informasi, dan promosi cagar budaya serta pemanfaatannya melalui penelitian, revitalisasi, dan adaptasi secara berkelanjutan serta tidak bertentangan dengan tujuan pelestarian. Tujuan pelestarian ini tertuang dalam Undang-Undang Cagar Budaya No.11 Tahun 2010 Bab II tentang asas, tujuan, dan lingkup. Pada pasal 3 dalam bab tersebut disebutkan mengenai tujuan pelestarian cagar budaya, yaitu:

a. melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia; b. meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar Budaya; c. memperkuat kepribadian bangsa;

d. meningkatkan kesejahteraan rakyat; dan

(6)

Selanjutnya revitalisasi diartikan sebagai upaya untuk memelihara dan melestarikan lingkungan atau aktivitasnya ke arah terpeliharanya kualitas dan kesinambungan nilai sejarah, sosial dan budaya situs Kali Raja.

Berkaitan dengan revitalisasi yang bertujuan untuk memelihara dan melestarikan aktifitas dan nilai-nilai penting situs Kali Raja, maka ada beberapa aspek yang teridentifikasi untuk dipertimbangkan sebagai arah kebijakan dalam pelaksanaannya. Aspek-aspek tersebut adalah:

a. Aspek nilai b. Aspek idiologi

c. Aspek ilmu pengetahuan d. Aspek sosial budaya e. Aspek ekonomi

f. Aspek partisipasi masyarakat g. Aspek pengembangan

Aspek Nilai

Situs Kali Raja dapat megaktualisasikan suatu nilai sejarah terbentuknya Raja Ampat. Masyarakat Wawiyai meyakini bahwa raja-raja yang berkuasa di wilayah Raja Ampat berasal dari daerah Wawiyai dimana tempat ditemukannya telur-telur raja. Menurut legendanya telur-telur tesebut menetas dan menjadi manusia, empat di antaranya menjadi raja di Raja Ampat. Hanya satu telur yang tidak menetas yang kemudian memiliki sebutan sebagai Telur Raja.

Aspek Ideologi

Situs ini menjadi gambaran persatuan, gotong-royong, dan toleransi yang memperkuat jati diri penduduk asli Raja Ampat. Hal ini dapat dilihat ketika upacara adat penggantian kelambu berlangsung. Masyarakat bahu membahu untuk melancarkan acara tersebut. Toleransi telihat dari diijinkannya semua masyarakat yang ingin berpartisipasi dengan mengikuti aturan-aturan yang ada. Orang yang memandikan telur juga tidak hanya dari kalangan Muslim saja tetapi pernah juga dari kalangan Kristen. Situs Kali Raja menjadi simpul pemersatu masyarakat Raja Ampat dalam mewujudkan stabilitas wilayah yang merupakan modal utama pembangunan.

(7)

Aspek Ilmu Pengetahuan

Cerita sejarah budaya dan tinggalan-tinggalan budaya yang terdapat di Kali Raja pada khususnya dan di Raja Ampat pada umumnya dapat dijadikan sebagai sumber bahan dalam materi muatan lokal bagi anak-anak sekolah. Situs Kali Raja merupakan sarana pendidikan yang sangat positif bagi pelajar dan generasi muda, terutama dalam upaya menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap bangsa dan tanah airnya. Pemanfaatan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, selain untuk kepentingan disiplin arkeologi sendiri, sumber daya arkeologi dapat pula dimanfaatkan sebagai objek penelitian disiplin lain.

Dari hasil wawancara dan diskusi, para guru dan murid menyambut baik dan merasa perlu adanya muatan lokal mengenai sejarah budaya dan tinggalan-tinggalan budaya terutama yang terdapat di Raja Ampat. Dari pihak LSM konservasi laut (CoreMap) juga membutuhkan informasi tentang keberadaan cagar budaya yang terdapat di Raja Ampat agar mereka juga dapat ikut melindunginya.

Aspek Sosial Budaya

Situs Kali Raja ini sampai sekarang masih difungsikan sebagai pusat kegiatan ritual. Kegiatan tersebut berupa acara penggantian kelambu dan pemandian telur raja. Dalam ritual ini biasanya disertai nyanyi-nyanyian adat dan juga tari-tarian. Dari nyanyi-nyanyian dan tari-tarian tersebut diharapkan dapat menghidupkan kembali dan melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat setempat.

Dari hasil diskusi dengan masyarakat Wawiyai sebagai pelaksana kegiatan ritual, nyanyi-nyanyian adat hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu saja. Di sini perlu adanya regenerasi untuk menguasai nyanyian adat tersebut agar tidak punah dengan mengajarkannya pada orang yang dianggap mampu menguasainya.

Aspek Ekonomi

Dilihat dari aspek ekonomi situs Kali Raja ini bisa dijadikan objek wisata budaya yang dapat dipadu dengan wisata minat khusus seperti menyelam di sekitar daerah Teluk Kabui. Selain itu masyarakat Wawiyai juga memiliki hasil kerajinan berupa noken dan senat, yaitu alas duduk seperti tikar yang terbuat dari pelepah daun sagu yang diiris tipis kulitnya.

(8)

Pada saat diselenggarakannya upacara penggantian kelambu dan pemandian telur raja bisa dijadikan sebagai wisata budaya bagi para wisatawan. Momen ini bisa juga digunakan untuk mempromosikan hasil kerajinan masyarakat Wawiyai berupa noken dan senat. Pada hari-hari biasa sering juga ada wisatawan yang ingin mengunjungi situs Kali Raja ini, biasanya mereka minta bantuan orang Wawiyai untuk diantar ke lokasi, namun mereka dilarang untuk meminta retribusi.

Aspek Partisipasi Masyarakat

Dalam upaya revitalisasi ini tentu saja memerlukan dukungan dan partisipasi dari masyarakat di mana situs ini berada. Masyarakat sendiri juga ingin terlibat dalam upaya ini, misalnya apabila akan dilakukan pembenahan terhadap bangunan pelindung telur raja, mereka siap membantu. Sikap hidup bagi masyarakat Wawiyai dalam memperlakukan keberadaan situs Kali Raja, yang pada saat menjelang perayaan pergantian kelambu, bergotong royong membersihkan situs. Pada saat-saat itulah rasa atau jiwa solidaritas sosial dan integritas masyarakat akan selalu terbangun dan terbina, yang makin lama akan semakin kokoh.

Pada hakikatnya pelibatan masyarakat dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan serta aspirasi mereka. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan terjadinya dampak negatif. Partisipasi masyarakat tidak hanya sebagai cara untuk menghindari dan meredam berbagai konflik di kemudian hari tetapi juga sebagai upaya untuk memperoleh masukan dari masyarakat tentang segala sesuatu yang menyangkut situs Kali Raja.

Aspek Pengembangan

Dalam hal pengembangan situs tidak bisa dilepaskan dari upaya untuk melestarikan situs itu sendiri, dengan cara antara lain melalui penataan kawasan, penetapan situs sebagai Cagar Budaya dan penyuluhan.

Penataan kawasan

Penataan kawasan di situs Kali Raja tentu saja harus memperhatikan kelestarian lingkungan hidup, terlebih lagi situs ini berada di daerah pinggir sungai. Pada kawasan

(9)

situs Kali Raja, saat ini terdapat dua bangunan yaitu bangunan pelindung tempat diletakkannya telur raja dan bangunan rumah yang baru saja selesai dibangun pada tahun 2011 ini. Adanya rumah ini yang terletak di sebelah selatan bangunan situs, menghalangi pandangan ke arah situs, sehingga pengunjung yang datang dari arah selatan tidak bisa langsung melihat situs karena terhalang bangunan rumah ini.

Untuk mempertahankan kesakralan situs ada baiknya apabila bangunan rumah berada di sisi timur sungai. Sehingga di sisi barat sungai hanya diperuntukkan bagi bangunan pelindung telur raja dan ruang kosong yang ada di sebelah selatannya bisa dimanfaatkan untuk ruang atraksi budaya, yaitu tempat untuk melaksanakan tari-tarian saat diadakan acara penggantian kelambu dan pemandian telur. Saat acara berlangsung ruang kosong yang ada di sekitar situs juga berguna untuk menampung para pengunjung. Perlu juga dibangun dermaga untuk memudahkan pengunjung menuju lokasi situs.

Penataan kawasan ini sebaiknya dilakukan oleh dinas terkait seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat dan berkoordinasi dengan BP3 Ternate yang wilayah kerjanya juga mencakup daerah Papua Barat. Tidak kalah penting adalah koordinasi dengan pemilik situs dan masyarakat setempat. Hal ini penting karena situs ini masih dianggap keramat oleh masyarakat setempat, sehingga pembangunan atau pengaturan apapun harus sepengetahuan mereka, karena masyarakatlah yang paling tahu tentang tempat tersebut. Dulu pernah ada rencana untuk membangun pagar mengelilingi bangunan pelindung telur raja, namun masyarakat menolaknya karena dianggap akan membatasi ruang keramat.

(10)

Pembagian Ruang Sesuai Peruntukannya Bangunan pelindung telur Bangunan

rumah (baru) Dermaga Kamar Mandi/ wc Ruang atraksi budaya

Saat ini Sebelah barat

sungai Sebelah barat sungai Tidak ada Sebelah barat sungai bangunan Sekitar pelindung telur Rencana Penataan Tetap Sebelah timur

sungai bagian barat Tepi sungai dan timur

Sebelah timur

sungai Ruang kosong di sebelah selatan bangunan situs

Tabel Penataan Kawasan Situs Kali Raja

Penetapan Situs Sebagai Cagar Budaya

Situs Kali Raja memiliki arti penting bagi masyarakat Raja Ampat pada umumnya dan masyarakat Wawiyai pada khususnya karena memiliki makna sejarah mengenai terbentuknya Raja Ampat. Dengan demikian situs ini dapat diusulkan menjadi Cagar Budaya. Namun seyogyanya, menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, pengusulan ini perlu mendapatkan persetujuan dari pemilik situs yaitu Bapak Taher Arfan.

Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan penting dilakukan guna penyadaran masyarakat terhadap arti penting suatu cagar budaya. Dengan adanya penyuluhan mengenai cagar budaya diharapkan masyarakat mampu memahami arti penting tersebut sehingga cagar budaya yang ada dapat lestari dan terlindungi untuk saat ini dan masa yang akan datang. Sasaran penyuluhan adalah masyarakat di sekitar situs dan tokoh-tokoh masyarakatnya. Lembaga atau instansi yang melakukan penyuluhan adalah BP3 Ternate dan Balai Arkeologi Jayapura bekerja sama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Raja Ampat dan Dinas-Dinas yang terkait.

Kesimpulan

Saat ini kondisi situs Kali Raja telah mengalami penambahan bangunan baru di sebelah selatan bangunan pelindung telur raja, berupa bangunan rumah. Pepohonan hutan tumbuh dengan baik di sekitar situs. Namun situs ini harus tetap dilestarikan pada masa

(11)

kini maupun pada masa yang akan datang, mengingat nilai penting situs bagi pencitraan jati diri masyarakat Raja Ampat.

Revitalisasi situs Kali Raja dimaksudkan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting situs seperti budaya yang ada misalnya tari-tarian dan nyanyi-nyanyian, juga tidak kalah pentingnya untuk dilestarikannya budaya tersebut. Agar situs Kali Raja ini juga bermanfaat bagi masyarakat umumnya dan masyarakat Raja Ampat khususnya untuk generasi saat ini dan generasi yang akan datang maka aspek-aspek berikut yang telah teridentifikasi, yaitu aspek nilai, aspek idiologi, aspek ilmu pengetauan, aspek sosial budaya, aspek ekonomi, aspek partisipasi masyarakat, dan aspek pengembangan.

Aspek nilai, bahwa situs Kali Raja merupakan situs yang memiliki arti penting bagi sejarah terbentuknya Raja Ampat; aspek idiologi, bahwa situs ini sebagai gambaran jati diri penduduk asli Raja Ampat; aspek ilmu pengetahuan, bahwa cerita sejarah budaya dan tinggalan-tinggalan budaya yang terdapat di wilayah Raja Ampat dapat dijadikan sebagai materi dalam muatan lokal bagi anak-anak sekolah; aspek sosial budaya, bahwa situs ini masih tetap difungsikan sebagai pusat kegiatan rutual dalam bentuk acara penggantian kelambu dan pemandian telur raja; aspek ekonomi, bahwa terdapat beberapa bentuk kerajinan dari masyarakat Wawiyai seperti noken dan senat yang bisa dipasarkan, situs ini juga dapat dijadikan objek wisata budaya yang dapat dipadukan dengan wisata minat khusus; aspek partisipasi masyarakat, bahwa masyarakat ingin terlibat dalam upaya pelestarian dan pengembangan situs; aspek pengembangan, perlu penataan ulang situs Kali Raja dengan tetap mempertahankan kelestarian objek.

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. 2008. Metode Penelitian Arkeologi. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional Tanudirdjo, Daud Aris. 1987. Laporan Penelitian Penerapan Etnoarkeologi di Indonesia.

Yogyakarta: Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada.

Tanudirjo, Daud Aris. 1998. “Cultural Resource Management sebagai Manajemen Konflik”, dalam Majalah Artefak No.19/Februari 1998, hlm. 14 – 17.

(12)

Undang-undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Widi, C.P. dan Widarto. 1998. “Cultural Resource Management”, dalam Majalah Artefak No.19/Februari 1998, hlm. 18 - 20.

Gambar

Tabel Penataan Kawasan Situs Kali Raja

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Dalam Oxfam HK & ILO Indonesia (2007) juga menjelaskan bahwa Hong Kong telah menjadi tujuan utama bagi sebagian besar pekerja migran Indonesia karena gaji yang

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari dua sumber. 1) Kajian Pustaka, kajian ini dilakukan untuk mendapatkan data berupa landasan teori dan

Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh pembaptisan dalam kematian, supaya, seperti halnya Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh

Jika kalimat tersebut dipasifkan dapat menjadi kalimat “gawiannya haja diulahiakan inyatu amun sudah jagaran baduduk.” Selanjutnya, ketransitifan verba manimpas dapat

18 Surat keterangan dari desa/kelurahan dan/atau dinas terkait dengan usaha yang bersangkutan (untuk pembiayaan mikro diatas Rp. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang

Rekening buku besar yang sudah diisi selama periode akuntansi, tapi akhir periode harus ditutup dan kemudian dibukukan kembali pada awal periode berikutnya.Menutup buku

All of owners or employees from Pempek Api Ahyong, Pempek Akiun, Kemplang & Kerupuk Maulana 88, RM Ayam Kalasan Udin, Pecel Lele Mas Imam, Bakoel Durian, Bakso Solo

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan penyesuaian sosial ditinjau dari status tempat tinggal dan jenis kelamin pada remaja cacat