• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (F-AHP) Dalam Penentuan Peminatan di MAN 2 Kota Serang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (F-AHP) Dalam Penentuan Peminatan di MAN 2 Kota Serang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

2109

Implementasi Metode Fuzzy Analytic Hierarchy Process (F-AHP) Dalam

Penentuan Peminatan di MAN 2 Kota Serang

Muhammad Fajri1, Rekyan Regasari Mardhi Putri2, Lailil Muflikhah3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Email: 1mfajri20@gmail.com, 2rekyan.rmp@ub.ac.id,

lailil@ub.ac.id

Abstrak

Program peminatan diperkenalkan sebagai upaya untuk lebih mengarahkan siswa berdasarkan bakat, minat, dan kemampuan akademiknya. Terdapat empat kelompok peminatan di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Serang, yaitu IPA, IPS, Bahasa, dan Agama. Peminatan IPA diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kecenderungan dalam ilmu pasti. Peminatan IPS diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kecenderungan ilmu sosial. Peminatan Bahasa diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kecenderungan gemar berbahasa. Dan peminatan Agama diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kecenderungan ilmu agama. Dalam penentuan peminatan siswa, MAN 2 Kota Serang menggunakan lima aspek peminatan diantaranya nilai penerimaan peserta didik baru (PPDB), nilai ujian nasional, nilai rapor, hasil tes psikologi, dan minta peserta didik. Namun di dalam penentuan peminatan belum ada standardisasi pembobotan dalam setiap aspek peminatan sehingga hasil yang diperoleh tidak

maksimal. Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP) sanggup mengatasi kelemahan pada kriteria

yang memilki sifat subjektif lebih banyak pada metode AHP. Logika Fuzzy sendiri adalah logika yang

memiliki nilai kesamaran antara dua nilai. Pada penelitian ini, akurasi yang dihasilkan adalah 76,67% dengan 30 data uji untuk penentuan peminatan di MAN 2 Kota Serang.

Kata kunci: Fuzzy, AHP, Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP), Peminatan peserta didik

Abstract

Specialization programs are introduced as an effort to better lead students based on their talents, interests, and academic abilities. There are four groups of specialization in Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Serang, namely IPA, IPS, Language, and Religion. The specialization of IPA is for students who have a tendency in the science of certainty. IPS specialization is for students with social science tendencies. Language specialization is for students who have a tendency to speak the language. And religious interest is for students who have religious inclination. In the determination of student interest, MAN 2 Kota Serang uses five aspects of specialization such as the value of acceptance of new learners (PPDB), the value of national examination, the value of report cards, the results of psychological tests, and ask students. But in the determination of specialization there is no standardization of weighting in every aspect of specialization so that the results obtained are not maximal. Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP) is able to overcome the weaknesses in criteria that have more subjective properties on the AHP method. Fuzzy logic itself is a logic that has a value of disguise between two values. In this study, the resulting accuracy is 76.67% with 30 test data for the determination of specialization in MAN 2 Kota Serang.

Keywords:

Student interest,

fuzzy, AHP, Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP),.

1. PENDAHULUAN

Penyelenggaraan program peminatan

kurikulum 2013 SMA/MA dilaksanakan di kelas X semester satu. Pemilihan peminatan yang diselenggarakan di SMA/MA merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan besar dampaknya bagi masa depan siswa. Hal ini

disebabkan peminatan akan menggiring siswa untuk memilih jurusan di perguruan tinggi yang

kelak akan mengarahkan siswa untuk

menentukan dan memilih profesi kedepannya. Program peminatan diperkenalkan sebagai

upaya untuk lebih mengarahkan siswa

berdasarkan bakat, minat, dan kemampuan

(2)

peminatan di Madrasah Aliyah 2 Kota Serang, yaitu IPA, IPS, Bahasa, dan Agama. Peminatan IPA diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kecenderungan dalam ilmu pasti. Peminatan IPS diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kecenderungan ilmu sosial. Peminatan Bahasa diperuntukkan bagi siswa yang memiliki

kecenderungan gemar berbahasa. Dan

peminatan Agama diperuntukkan bagi siswa yang memiliki kecenderungan ilmu agama.

Dalam penentuan peminatan siswa, MAN 2 Kota Serang menggunakan lima aspek peminatan diantaranya nilai penerimaan peserta didik baru (PPDB), nilai ujian nasional, nilai rapor, hasil tes psikologi, dan minta peserta didik. Namun di dalam penentuan peminatan belum ada standardisasi pembobotan dalam setiap aspek peminatan sehingga hasil yang diperoleh tidak maksimal.

Oleh karena itu, pada penelitian ini

penentuan kelompok peminatan siswa

dilakukan dengan menggunakan model/sistem pendukung keputusan yang dapat menentukan kelompok peminatan siswa yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh pihak sekolah atau pengambil keputusan. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendukung sistem

pendukung keputusan adalah Analytical

Hierarchy Process (AHP).

AHP ialah metode yang memperhatikan faktor-faktor subyektifitas seperti persepsi,

preferensi, pengalaman, dan intuisi.

(Mahargiyak,2013) Metode AHP

memungkinkan individu untuk secara eksplisit menentukan peringkat kriteria terhadap satu sama lain untuk tujuan memilih prioritas, penataan masalah dari tujuan utama untuk tingkat sekunder kriteria dan alternatif (Chang Dkk., 2008). Meskipun metode AHP banyak digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam pengambilan keputusan (Cheng, 1997 ; Chan dkk., 2000), namun metode AHP memiliki kelemahan. Metode AHP memiliki

ketidakpastian dalam skala AHP yang

berbentuk nilai crisp.

Untuk menutupi kelemahan dari metode AHP, terdapat suatu metode dengan pendekatan konsep Triangular Fuzzy Number (TFN) terhadap skala AHP, metode tersebut ialah Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP). selain itu F-AHP sanggup mengatasi kelemahan pada kriteriayang memiliki sifat subjektif lebih banyak pada metode AHP.

Berdasarkan penelitian Sistem Pendukung Keputusan sebelumnya yang menggunakan

metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP), seperti Implementasi Metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP) untuk Pemilihan Sumber Daya Manusia dalam

Kepanitiaan Organisasi Mahasiswa

(Mahargiyak, 2013). Dalam penelitian tersebut membahas tentang pemilihan sumberdaya

manusia dalam kepanitiaan organisasi

mahasiswa dengan studi kasus pemilihan Panitia PEMILWA 2013 PTIIK UB. Pada penelitian tersebut mempunyai tingkat akurasi keberhasilan yang cukup baik yaitu sebesar 89.28%.

Berdasarkan tulisan dan penelitian yang sudah dijelaskan diatas dan kelebihan metode serta keakuratan dari metode yang akan digunakan, sehingga pada penelitian ini akan dibuatlah sebuah sistem “Pendukung Penentuan

peminatan Menggunakan Metode Fuzzy

Analytical Hierarchy Process” di MAN 2 Kota Serang. Dan diharpkan dapat membantu

Instansi dalam pengambilan keputusan

menentukan kelompok peminatan siswa yang tepat sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat serta prestasi akademik.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Peminatan Peserta Didik

Sebelum kurikulum 2013, pendidikan di SMA dan SMK memiliki program penjurusan peserta didik yang mana pada bangku SMA dilaksanakan pada kelas XI dan pada bangku SMK dilaksanakan pada awal penerimaan.

Peminatan peserta didik sendiri adalah pemilihan peminatan pembelajaran berdasarkan keinginan peserta didik yang terdapat dalam suatu instansi pendidikan yang berfungsi untuk membantu dan memfasilitasi peserta didik dalam proses keberhasilan dalam belajar mengajar sebagaimana juga merupakan tujuan pendidikan nasional.

2.2. Macam Peminatan Peserta Didik

Pada peserta didik MAN 2 Kota Serang, terdapat empat macam peminatan peserta didik yaitu peminatan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) , Peminatan ilmu pengetahuan sosial (IPS), Peminatan ilmu budaya dan Bahasa (IBB), Peminatan Agama.

2.3. Aspek Peminatan

Pada proses pemilihan dan penetapan peminatan peserta didik yang dilakukan di

(3)

MAN 2 Kota Serang, aspek yang dipertimbangkan adalah aspek: hasil penilaian penerimaan peserta didik baru yang terdiri dari nilai PPDB IPA, nilai PPDB IPS, nilai PPDB bahasa, dan nilai PPDB agama. Prestasi belajar (rapor) terdiri dari nilai rapor IPS dan rapor agama, nilai ujian nasional yang terdiri dari nilai UN IPA, nilai UN matematika, nilai UN Bahasa Indonesia dan nilai UN Bahasa Inggris, hasil psikotes, dan pernyataan minat peserta didik.

2.4. Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) diperkenalkan oleh DR.Thomas L. Saaty di awal tahun 1970. Pada saat itu, AHP digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan pada beberapa organisasi dan perusahaan.

AHP merupakan prosedur yang memiliki basis matematis sangat baik dan sesuai untuk

mengevaluasi berbagai atribut kualitatif.

Atribut-atribut tersebut secara matematik

dikuantitatifkan dalam sebuah perbandingan berpasangan, yang kemudian digunakan untuk

pengembangan berbagai prioritas secara

keseluruhan untuk penyusunan

alternatif-alternatif pada urutan ranking/prioritas.

Langkah-langkah metode AHP, adalah sebagai berikut (Kusrini, 2007).

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan

solusi kedalam struktur hirarki.

2. Membuat perbandingan berpasangan.

Tabel 1. Skala Penilaian Kepentingan Intensitas

Kepentingan Keterangan

1 Kedua elemen sama penting 3 Elemen yang satu lebih penting dari

elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu lebih penting

daripada yang lainnya 7 Satu elemen jelas lebih mutlak

penting daripada elemen lainnya 9 Satu elemen mutlak penting penting

daripada elemen lainnya 2, 4, 6, 8

Nilai diantara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang

berdekatan

Kebalikan

Nilai Kebalikan, A(I,j)=1/A(j,i). Dimana A adalah matriks perbandingan berpasangan antar elemen baik kriteria, sub kriteria

maupun alternatif tujuan.

3. Menentukan prioritas elemen.

Tahap dalam menentukan prioritas elemen

adalah :

 menyusun matriks perbandingan

berpasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan.

 Matriks perbandingan berpasangan diisi

dengan menggunakan bilangan untuk

merepresentasikan kepentingan relatif dari setiap elemen.

Tabel 2. Susunan Matriks Perbandingan Berpasangan C1 C2 … Ci C1 1 C12 ... Cji C2 Cij 1 ... Cji ... ... ... … Cji Cj Cij Cij Cij 1

Formula perhitungan untuk mengisi kolom Cij adalah dengan Persamaan 1.

𝐶𝑖𝑗 = 1

𝐶𝑗𝑖 (1)

4. Normalisasi Matriks

Langkah normalisasi matriks adalah :

 Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom

pada matriks.

 Membagi setiap nilai dari kolom dengan

total kolom yang bersangkutan untuk

memperoleh normalisasi matriks.

Perhitungan normalisasi matriks

menggunakan persamaan 2.

Nilai elemen baru =Nilai elemen matriks

Jumlah kolom elemen (2)

5. Pembobotan (Eigen Vektor)

Pembobotan dengan menjumlahkan nilai

dari setiap baris dan membaginya dengan

jumlah kriteria dengan persamaan 3.

Bobot Prioritas = Jumlah baris

Jumlah kriteria (3)

6. Mengukur konsistensi

Bertujuan untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak

menginginkan keputusan berdasarkan

pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Tahap-tahap dalam mengukur konsistensi adalah sebagai berikut :

 Mengalikan setiap nilai pada kolom pertama

dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya.

 Tiap baris dijumlahkan dan hasilnya dibagi

(4)

 Hasil bagi tersebut dijumlahkan untuk

mendapatkan nilai λmax. Untuk menghitung

λmax menggunakan persamaan (4).

λ max =𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑝𝑟𝑖𝑜𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝐴𝑋)

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑒𝑟𝑖𝑎 (𝑋) (4)

7. Menghitung Consistency Index (CI)

menggunakan persamaan (5).

𝐶𝐼 =λ max − 𝑛

𝑛−1 (5)

8. Menghitung Consitency Ratio (CR)

menggunakan persamaan (6). 𝐶𝑅 =𝐶𝐼 𝑅𝐼 (6) Dimana : CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index

RI = Random Consistency Index

Ratio index (RI) yang umum digunakan untuk setiap ordo matriks ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Tabel Random Consistency Index

N RI 1 0 2 0 3 0,58 4 0,9 5 1,12 6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49 11 1,51 12 1,48 13 1,56 14 1,57 15 1,59

Memeriksa konsistensi hierarki

berdasarkan tabel ratio index. Jika nilai < 0,1

maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar, namun jika > 0,1 maka penilaian data harus diperbaiki.

2.5. Logika Fuzzy

Logika fuzzy pertama kali dikenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Logika ini memiliki nilai kesamaran antara benar. Dalam himpunan tegas, nilai keanggotaan

hanya mempunyai dua kemungkinan, yaitu 0 atau 1. Himpunan fuzzy menyediakan cara yang efektif untuk mengatasi ketidakpastian selain teori probabilitas karena terdapat kemungkinan terjadinya keangotaan sebagian.

2.6. Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP)

F-AHP merupakan gabungan metode AHP dengan pendekatan konsep Fuzzy. F-AHP menutupi kelemahan yang terdapat pada AHP, yaitu permasalahan terhadap kriteria yang

memiliki sifat subjektif lebih banyak.

Ketidakpastian bilangan direpresentasikan

dengan urutan skala.

Penentuan derajat

keanggotaan

Fuzzy

AHP

yang

dikembangkan

menggunakan

fungsi

keanggotaan segitiga (Triangular

Fuzzy

Number/TFN). Fungsi keanggotaan segitiga

merupakan gabungan antara dua garis

(linear). langkah-langkah metode

Fuzzy

AHP, adalah:

1. Membuat struktur hirarki masalah yang akan

diselesaikan dan menentukan perbandingan matriks berpasangan antar kriteria dengan

skala TFN

seperti pada Tabel 4

.

Tabel 4. Tabel Fuzzifikasi Perbandingan antar Dua Kriteria

Skala AHP

Skala Fuzzy Invers Skala Fuzzy 1 1= (1,1,1) = jika diagonal (1,1,3) = selainnya (1/3, 1/1, 1/1) 3 3 = (1,3,5) (1/5, 1/3, 1/1) 5 5 = (3,5,7) (1/7, 1/5, 1/3) 7 5 = (3,5,7) (1/9, 1/7, 1/5) 9 9 = (7,9,9) (1/9, 1/9, 1/7) 2 4 6 8 2 = (1,2,4) 4 = (2,4,6) 6 = (4,6,8) 8 = (6,8,9) (1/4, 1/2, 1/1) (1/6, 1/4, 1/2) (1/8, 1/6, 1/4) (1/9, 1/8, 1/6)

Skala fuzzifikasi perbandingan

kepentingan antara dua kriteria dapat digambarkan dalam bentuk grafik seperti pada gambar 1.

(5)

Gambar 1. Grafik Fuzzifikasi Skala F-AHP

2. Menentukan nilai sintesis fuzzy (Si)

prioritas dengan persamaan 7 , 8, dan 9.

𝑺𝒊 = ∑𝒎 𝑴𝒈𝒊𝒋 𝒙 𝒋=𝟏 [ ∑𝒏𝒋=𝟏 ∑ 𝑴𝒈𝒊 𝒋 𝒎 𝒋=𝟏 ]−𝟏 (7) Dimana : ∑𝒎 𝑴𝒈𝒊𝒋 = 𝒋=𝟏 [ ∑𝒎𝒋=𝟏𝒍𝒋, ∑𝒎𝒋=𝟏𝒎𝒋 , ∑𝒎𝒋=𝟏𝒖𝒋 ] (8) Sedangkan, 𝟏 ∑𝒏𝒊=𝟏∑𝒎𝒋=𝟏𝑴𝒊𝒋= ( 𝟏 ∑𝒏𝒊=𝟏𝒖𝒊 , 𝟏 ∑𝒏𝒊=𝟏𝒎𝒊 , 𝟏 ∑𝒏𝒊=𝟏𝒍𝒊 (9)

Dimana ∑𝑗=1 𝑚 𝑀𝑔𝑖𝑗 adalah penjumlahan baris

pada matriks berpasangan, 𝑀𝑖 𝑗𝑚 𝑗=1 𝑛 𝑖=1

adalah penjumlahan kolom pada perbandingan matriks berpasangan.

Keterangan :

M = Objek (kriteria, subkriteria, atau alternatif) i = baris ke-i, j = kolom ke-j, l = nilai lower, m = nilai medium, u = nilai upper

3. Menentukan nilai vektor (V) dan nilai

ordinat defuzzifikasi (d’). jika hasil yang

didapatkan pada matriks fuzzy, M2 ≥ M1

dimana M1 = (l1, m1, u1) dan M2 = (l2, m2, u2) maka nilai vektor dapat dilihat pada persamaan (10).

V(M2 ≥ M1) =

sup[min(µM1(x), min(µM2(y)))] (10)

Dimana sub merupakan batas atas terkecil dari hasil minimal vector. Atau seperti yang ditunjukkan pada persamaan (11) untuk menentukan nilai vektor.

𝑽(𝑴𝟐 ≥ 𝑴𝟏) = { 𝟏 𝒊𝒇 𝒎𝟐≥𝒎𝟏 𝟎 𝒊𝒇 𝒍𝟏≥𝒖𝟐 𝒍𝟏−𝒖𝟐 (𝒎𝟐−𝒖𝟐)−(𝒎𝟏−𝒍𝟏), 𝒍𝒂𝒊𝒏𝒏𝒚𝒂 (11)

Jika hasil nilai fuzzy lebih besar dari k,

Mi, (i=1,2,,k) maka nilai vektor dapat

didefinisikan sebagai persamaan (12).

V( M ≥ M1, M2, ….., Mk) = V (M ≥ M1) dan V(M ≥ M2) dan

V (M ≥ Mk) = min V(M ≥ Mi) (12)

Ordinat defuzzyfikasi didefinisikan pada persamaan (13).

d’(Ai) = min V (Si ≥ Sk) (13)

untuk k = 1,2,…, n; k ≠ i, maka diperoleh nilai bobot vektor seperti pada persamaan (14).

W’ = (d’(A1), d’(A2),…, d’(An))T (14)

Dimana Ai = 1,2,…n adalah vektor fuzzy

(W)

4. Normalisasi nilai bobot vektor fuzzy (W)

Setelah dilakukan normalisasi dari

persamaan (2.20) maka nilai bobot vektor

yang ternormalisasi adalah seperti

persamaan (15):

W (d(A1), d(A2),…, d(An),)T (15)

2.7. Akurasi

Akurasi merupakan seberapa dekat suatu angka hasil pengukuran terhadap angka sebenarnya. Dalam penelitian ini akurasi keputusan dihitung dari jumlah keputusan yang tepat dibagi dengan jumlah data yang diuji. Tingkat akurasi diperoleh dengan persamaan (16).

𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖(%) =∑ 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑈𝑗𝑖 𝐵𝑒𝑛𝑎𝑟

∑ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑈𝑗𝑖 x 100% (16) 3. METODOLOGI

menjelaskan metode mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam implementasi

metode fuzzy analytic hierarchy proces

(F-AHP) dalam penentuan peminatan di MAN 2 Kota Serang. Untuk lebih jelas dalam memahami alur penelitian dan cara kerja sistem

yang akan dibangun, Metode penelitian pada

bab ini dapat diilustrasikan pada gambar berikut.

(6)

Gambar 2 Diagram alur metodologi penelitian

Penjelasan dari diagram alir penelitian adalah sebagai berikut:

1. Studi literatur: menjelaskan dasar teori

yang digunakan untuk menunjang

penulisan penelitian.

2. Analisis kebutuhan dan pengumpulan data:

penentuan kebutuhan apa saja yang diperlukan dalam penyelesaian masalah untuk mementukan pemintan di MAN 2 Kota Serang

3. Perancangan sistem: menjelaskan

mengenai proses-proses yang berjalan pada sistem

4. Implementasi: menjelaskan implementasi

dari penelitian ini sesuai dengan

perancangan.

5. Pengujian: menjelaskan pengujian yang

dilakukan untuk mendapatkan akurasi sistem yang telah dibuat.

6. Kesimpulan: Melakukan evaluasi dan

analisis hasil pengujian terhadap sistem. Kemudian menyimpulkan serta memberi saran yang berkenaan dengan hasil yang telah dicapai guna memperbaiki kesalahan untuk pengembangan yang akan datau atau pengembangan lebih lanjut

Secara umum alur proses penerapan metode F-AHP untuk peminatan dapat digambarkan kedalam bentuk flowchart pada gambar 3.

Gambar 3 Flowchart Perhitungan F-AHP. 4. HASIL PENELITIAN

Dalam hasil penelitian akan dijelaskan mengenai proses pengujian sistem. sistem diuji

menggunakan pengujian fungsional dan

pengujian akurasi. Pada pengujian fungsional digunakan untuk mengukur apakah metode

fuzzy-AHP yang diterapkan pada sistem berjalan dengan baik. Dan pengujian akurasi digunakan untuk mengukur tingkat akurasi dari hasil yang dihasilkan oleh sistem dengan membandingkan data pakar dengan data

keluaran dari sistem.data yang digunakan

4.1.Pengujian Fungsional

Pengujian fungsional dilakukan untuk

memastikan apakah metode fuzzy-AHP yang

diterapkan pada sistem berjalan baik dan mencari kesalahan atau kekurangan pada sistem dalam penentuan peminatan siswa di MAN 2

Kota Serang. Pengujian fungsional dilakukan

dengan pengujian black box. Pengujian black

box digunakan untuk menguji langkah-langkah

Kriteria_peminatan

Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan

Rasio ≤ 0.1

Nilai Bobot Akhir Alternatif Transformasi TFN terhadap Skala

AHP

Menghitung Nilai Sintesis Fuzzy (Si)

Menghitung Nilai Vektor (V) dan Ordinat Defuzzyfikasi (d’)

Normalisasi Bobot Vektor (W)

Menghitung Rasio Konsistensi (CR)

Menghitung Nilai Bobot Alternatif Ya

Tidak Mulai

(7)

dari metode fuzzy-AHP dari sistem penentuan

peminatan yang dirancang.Pengujian ini hanya

mengevaluasi hanya dari tampilan luarnya tanpa mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses detailnya.

4.2 Pengujian Akurasi Sistem

Pengujian akurasi dilakukan untuk

mengetahui performa implementasi metode F-AHP dalam penentuan peminatan di MAN 2 Kota Serang. Pengujian dilakukan dengan membandingkan data hasil keputusan sistem dengan data siswa baru MAN 2 Kota Serang tahun 2016/2017. Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan beberapa nilai matriks

perbandingan yang berbeda-beda untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh matriks

perbandingan berpasangan terhadap nilai

akurasi yang akan dihasilkan oleh sistem. Diketahui hasil pengujian perbandingan sistem penentuan peminatan siswa dengan hasil yang diperoleh dari data guru BK MAN 2 Kota Serang dengan tingkat akurasi sebesar 63,33%. Proses pengujian akurasi tersebut menggunakan data siswa baru MAN 2 Kota Serang tahun 2016/2017 sebanyak 30 data siswa. Dari hasil peminatan 30 data siswa, keluaran yang dihasilkan sistem tedapat 19 data yang sesuai dan 11 data siswa yang tidak sesuai dengan hasil dari data guru BK MAN 2 Kota Serang.

4.3. Pengujian Pengaruh Bobot Kriteria Terhadap Akurasi

Pada pengujian pengaruh bobot kriteria terhadap akurasi dilakukan pengujian dengan mengubah nilai bobot matriks perbandingan berpasangan sebanyak dua kali dari masing-masing peminatan. Tujuan pengujian ini untuk mendapatkan nilai akurasi yang lebih baik pada penentuan peminatan siswa menggunakan metode fuzzy-AHP.

Pada pengujian ini bobot yang diubah pada setiap matriks perbandingan kriteria peminatan adalah nilai bobot yang berhubungan dengan peminatan tersebut. contoh nilai bobot yang diubah pada percobaan pertama peminatan IPA ialah nilai bobot matriks perbandingan kriteria 1 terhadap kriteria 5 sampai kriteria 15, kriteria 11 terhadap kriteria 1 sampai kriteria 15, kriteria 9 terhadap kriteria 11 sampai kriteria 15, kriteria 10 terhadap kriteria 11 sampai kriteria 15, dan kriteria 12 terhadap kriteria 13

sampai kriteria 15. Contoh Matriks

perbandingan kriteria percobaan pertama

pengujian skenario pengaruh bobot kriteria

terhadap akurasi untuk peminatan IPA

ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5. Matriks Perbandingan Berpasangan Peminatan IPA Percobaan 1

keterangan:

K1 = PPDB IPA K9 = UN Matematika

K2 = PPDB Bahasa K10 = UN IPA

K3 = PPDB IPS K11 = Psikotes

K4 = PPDB Agama K12 = Minat IPA

K5 = Rapor IPS K13 = Minat IPS

K6 = Rapor Agama K14 = Minat Bahasa

K7 = UN B. Indonesia K15 = Minata Agama K8 = UN B. Inggris

Hasil pengujian percobaan pertama dan kedua dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.

Tabel 6. Hasil Pengujian Pengaruh Bobot Kriteria Terhadap Akurasi Percobaan 1 Data MAN 2

Kota Serang Data Sistem

Hasil No Pemiantan No Peminatan 1 IBB 1 IPA Tidak sesuai 2 IPA 2 IPA Sesuai

3 AGAMA 3 AGAMA Sesuai

4 IPS 4 IPA Tidak sesuai 5 IPA 5 IPA Sesuai

6 IPS 6 IPS Sesuai

7 IPS 7

IPS

Sesuai

8 IPA 8 IPA Sesuai

9 IPA 9 IPA Sesuai 10 IBB 10 IBB Sesuai 11 IPA 11 IPA Sesuai

12 IPA 12 IPA Sesuai

13 IPA 13 IPA Sesuai K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 K15 K1 1 2 2 2 1 1 1 1 0,5 0,5 2 0,333 1 1 1 K2 0,5 1 1 1 0,333 0,333 0,333 0,333 0,25 0,25 0,333 0,167 0,2 0,2 0,2 K3 0,5 1 1 1 0,333 0,333 0,333 0,333 0,25 0,25 0,333 0,167 0,2 0,2 0,2 K4 0,5 1 1 1 0,333 0,333 0,333 0,333 0,25 0,25 0,333 0,167 0,2 0,2 0,2 K5 1 3 3 3 1 1 1 1 0,5 0,5 0,5 0,25 0,333 0,333 0,333 K6 1 3 3 3 1 1 1 1 0,5 0,5 0,5 0,25 0,333 0,333 0,333 K7 1 3 3 3 1 1 1 1 0,5 0,5 0,5 0,25 0,333 0,333 0,333 K8 1 3 3 3 1 1 1 1 0,5 0,5 0,5 0,25 0,333 0,333 0,333 K9 2 4 4 4 2 2 2 2 1 1 3 0,5 2 2 2 K10 2 4 4 4 2 2 2 2 1 1 3 0,5 2 2 2 K11 0,5 3 3 3 2 2 2 2 0,333 0,333 1 0,25 1 1 1 K12 3 6 6 6 4 4 4 4 2 2 4 1 3 3 3 K13 1 5 5 5 3 3 3 3 0,5 0,5 1 0,333 1 1 1 K14 1 5 5 5 3 3 3 3 0,5 0,5 1 0,333 1 1 1 K15 1 5 5 5 3 3 3 3 0,5 0,5 1 0,333 1 1 1

(8)

14 AGAMA 14 AGAMA Sesuai

15 IPS 15 IPS Sesuai

16 IBB 16 IBB Sesuai 17 IPS 17 IPS Sesuai 18 IPA 18 IBB Tidak sesuai 19 IBB 19 AGAMA Tidak sesuai 20 IBB 20 IBB Sesuai 21 IPS 21 IPA Tidak sesuai 22 IPA 22 IPA Sesuai 23 IPA 23 IPA Sesuai 24 IPS 24 IPA Tidak sesuai 25 IPS 25 IBB Tidak sesuai 26 IPS 26 IPS Sesuai 27 AGAMA 27 AGAMA Sesuai 28 AGAMA 28 AGAMA Sesuai 29 AGAMA 29 AGAMA Sesuai 30 AGAMA 30 AGAMA Sesuai Tabel 7. Hasil Pengujian Pengaruh Bobot Kriteria Terhadap Akurasi Percobaan 2 Data MAN 2

Kota Serang

Data Sistem Hasil

No Pemiantan No Peminatan

1 IBB 1 IPA Tidak

sesuai

2 IPA 2 IPA Sesuai

3 AGAMA 3 AGAMA Sesuai

4 IPS 4 IPA Tidak

sesuai

5 IPA 5 IBB Tidak

sesuai

6 IPS 6 IPS Sesuai

7 IPS 7 IPS Sesuai

8 IPA 8 IPA Sesuai

9 IPA 9 IPA Sesuai

10 IBB 10 IBB Sesuai

11 IPA 11 IPA Sesuai

12 IPA 12 IPA Sesuai

13 IPA 13 IPA Sesuai

14 AGAMA 14 AGAMA Sesuai

15 IPS 15 IPS Sesuai

16 IBB 16 IBB Sesuai

17 IPS 17 IPS Sesuai

18 IPA 18 IBB Tidak

sesuai

19 IBB 19 AGAMA Tidak

sesuai

20 IBB 20 IBB Sesuai

21 IPS 21 IPA Tidak

sesuai

22 IPA 22 IPA Sesuai

23 IPA 23 IPA Sesuai

24 IPS 24 IPA Tidak

sesuai

25 IPS 25 IBB Tidak

sesuai

26 IPS 26 IPS Sesuai

27 AGAMA 27 AGAMA Sesuai

28 AGAMA 28 AGAMA Sesuai

29 AGAMA 29 AGAMA Sesuai

30 AGAMA 30 AGAMA Sesuai

Pada pengujian pengaruh nilai bobot kriteria terhadap akurasi didapatkan bahwa pengujian pada percobaan pertama dengan mengubah beberapa nilai bobot kriteria perbandingan berpasangan yang sesuai dengan kriteria

masing-masing peminatan menghasilkan

tingkat akurasi sebesar 76,67%. Dan pengujian pada percobaan kedua dengan mengubah beberapa nilai bobot kriteria perbandingan berpasangan yang sesuai dengan kriteria masing-masing peminatan namun memiliki bobot nilai yang berbeda menghasilkan tingkat akurasi sebesar 73,33%. Dari analisis tersebut, dapat diketahui bahwa perubahan bobot kriteria mempengaruhi akurasi yang dihasilkan dengan akurasi terbesar 76,67% pada percobaan pertama, sehingga dari hasil percobaan diatas dapat membuktikan bahwa nilai bobot matriks

perbandingan berpasangan berpengaruh

terhadap sistem penentuan peminatan siswa di MAN 2 Kota Serang. Untuk mendapatkan hasil akurasi yang lebih baik diperlukan metode optimasi dalam menentukan nilai bobot matriks perbandingan berpasangan yang terbaik.

(9)

5. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulan bahwa

1. metode fuzzy analytical hierarchy process

(F-AHP) dapat diimplementasikan dalam

penentuan peminatan siswa dengan

keluaran sistem hasil peminatan siswa dengan tahapan yaitu, membuat matriks perbandingan berpasangan dengan skala AHP, transformasi matriks perbandingan

berpasangan ke dalam skala TFN,

menghitung nilai sintesis fuzzy (Si), nilai

vektor (V) dan ordinat defuzzyfikasi (d’),

normalisasi, menghitung rasio konsistensi, dan menghitung nilai bobot alternatif akhir.

2. Hasil pengujian fungsional sistem

penentuan peminatan di MAN 2 Kota

Serang memilliki tingkat presentase

sebesar 100%.

3. Hasil pengujian akurasi berdasarkan perbandingan hasil penentuan peminatan dari sistem dengan hasil penentuan peminatan dari MAN 2 Kota Serang adalah sebesar 63,33% dengan jumlah data yang sesuai sebanyak 21 data, dari total 30 data uji.

4. Pada pengujian pengaruh nilai bobot

matriks perbandingan berpasangan

dilakukan dua percobaan, percobaan

pertama menghasilkan akurasi sebesar

76,67% dan percobaan kedua

menghasilkan akurasi sebesar 73,33%. Dapat disimpulkan bahwa perubahan nilai bobot matriks perbandingan berpasangan mempengaruhi akurasi sistem penentuan peminatan di MAN 2 Kota Serang.

6. DAFTAR PUSTAKA

Ansori, Yusuf., 2012. Pendekatan Triangular

Fuzzy Number dalam Metode Analytic Hierarchy Process. Jurnal Ilmiah Foristek Vol. 2, No. 1.

Bhusan, N., Rai, K., 2004. Strategic Decision

Making Applying the Analytic

Hierarchy Process. Springer.

Fauziah M, I., 2014. Sistem pendukung

keputusan seleksi beasiswa ppa dan

bbm menggunakan metode fuzzy

AHP.Universitas Brawijaya.

Handayani, D., N,. dkk.,2014.Sistem pendukung

keputusan untuk pemilihan jurusan menggunakan fuzzy multiple atribute decision making dengan metode simple

additive weighting studi kasus pada sma islam sultan agung 1 semarang.

Kusumadewi, S., & Purnomo, H. 2010. Aplikasi

Logika Fuzzy untuk Pendukung

Keputusan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

2013. Pedoman Peminatan Peserta

Didik. Jakarta.

Mahargiyak, E., 2013. Implementasi Metode

Fuzzy Analytical Hierarchy Process (F-AHP) untuk Pemilihan Sumber Daya

Manusia dalam Kepanitiaan

Organisasi Mahasiswa. Univerista Brawijaya.

Marimin, 2004. Teknik Dan Aplikasi

Pengambilan Keputusan Kriteria

Majemuk. Jakarta: PT. Grasindo.

Prabowo A., G., Novanita B., 2015. Sistem

Pendukung Keputusan Penentuan

Peminatan Peserta Didik Menggunakan Metode Weighted Product Berbasis Web (Studi Kasus : Sma Negeri 1 Purwodadi Grobogan). Universitas Diponegoro.

Putri, Maharani., 2014. Sistem Pendukung

Keputusan Seleksi Penerimaan Siswa Baru Menggunakan Metode Electre -

Weighted Product. Universitas

Brawijaya.

https://filkom.ub.ac.id/apps : Template

Proposal. (diakses pada tanggal 3 Februari 2016).

Susanti. A,. 2015. Perancangan sistem

pendukung keputusan penentuan

jurusan siswa sma negeri 2 kutacane berbasis web dengan menggunakan metode analytical hierarchy process (AHP). Pelita Informatika Budi Darma Volume : IX, Nomor: 1.

Gambar

Tabel 1. Skala Penilaian Kepentingan  Intensitas
Tabel 4. Tabel  Fuzzifikasi Perbandingan antar Dua  Kriteria
Gambar 1. Grafik Fuzzifikasi Skala F-AHP  2.  Menentukan    nilai    sintesis    fuzzy    (Si)
Gambar 2 Diagram alur metodologi penelitian  Penjelasan dari diagram alir penelitian adalah  sebagai berikut:
+3

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi Pedagang Gula Merah Berdasarkan Kategori Sikap tentang Penggunaan Bahan Tambahan Pangan, Zat Pewarna, Zat Pengawet, Rhodamin B dan Formalin di Pasar Tradisional

mutu pembelajaran guru di Pondok Pesantren Putri Sunan. Pandanaran

Soft skills yang dibangun dalam diri siswa tidak sebatas sikap untuk mempersiapkan mental saat menghadapi bencana, namun juga sikap peduli terhadap sesame

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa kelas IV sekolah dasar yang diajar menggunakan model Guided Discovery Learning

mempertimbangkan regulasi serta hasil pertimbangan dari beberapa regulasi terkait, sebagaimana disajikan dalam tabel 3.2. Regulasi dan Pertimbangan Dalam

Konsep dasar model I-O Leontief didasarkan atas: (1) struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor (industri) yang satu sama lain saling berinteraksi melalui

Ia punya impian untuk membuat replica perahu cadik samuderaBorobudur dan kemudian melayarkannya napak tilas rute kayu manis (the cinnamonroute) untuk membuktikan bahwa di di

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan data seksi silang (cross section) dengan data runtun waktu, atau disebut juga data panel yang terdiri