BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTHESIS
2.1. KEPEMIMPINAN
Para peneliti telah banyak sepakat bahwa pemimpin merupakan suatu seni untuk mempengaruhi, baik secara individu maupun sosial (Lekka, C & Healey, N. 2012:). Lebih jauh Yukl mengungkapkan Kepemimpinan dalam organisasi sebagai fenomena sosial yang kompleks dengan melihat pada ciri-ciri kepribadian, gaya perilaku pemimpin, dan faktor kontigensi dan juga melihat Pengaruh terhadap karyawan yang diarahkan untuk mencapai tujuan (Yukl & Van Fleet, 1992; Yukl, 1989; Hersey, 2008). Secara praktis untuk memberikan pengaruh seorang pemimpin harus melihat tiga demensi yaitu pemimpin itu sendiri, situasi, dan karyawan.
2.1.1. Kepemimpinan Di Organisasi Publik
Mengingat karakter organisasi publik yang pertama adalah dekat dengan politik dan kedua adalah dengan admisnistrasi yang ketat, untuk itu digambarkan oleh Ketll (2000) dua pandangan mengenai kepemimpinan di organisasi publik. Pertama adalah pemimpin yang berdasarkan dengan politik tradisional dengan administrasi yang ketat serta hierarki yang berdasarkan birokrasi. Langkah yang dapat diambil oleh pemimpin adalah bagaimana seorang pemimpin
mampu menyusun perencanaan strategis sesuai dengan kebutuhan dalam organisasi publik (Nartisa dkk, 2012).
2.1.2. Gaya Kepemimpinan
Melihat perkembangan kepemimpinan saat ini, seorang
pemimpin mempunyai gaya yang berbeda dalam
mempengaruhi dan menjalankan perannya sebagai pemimpin. Gaya kepemimpinan dipahami sebagai pendekatan yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam memperlakukan pengikutnya (Bryman, 1996) diperjelas dengan Lemay (2009) menyebutkan ada dua gaya kepemimpinan dalam organisasi publik untuk meraih kolektivitas yaitu transformasional dan transaksional. Namun, dalam penelitian ini ditambahkan situasional leadership, mengingat dinamika dalam BUMD yang menuntut untuk dapat memberikan langkah yang menyesuaikan dengan situasi.
Transformational leadership, Pemimpin dengan gaya
kepemimpinan ini lebih menekankan kepada kolektivitas daripada individu (Bass, 1995). Tranformasional sendiri mempunyai empat dimensi yaitu charisma, includes idealized
influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized consideration (Bass, 1990, 1999) meskipun
begitu kepemimpinan transformasional memberikan
paradigma baru untuk mempelajari teori kepemimpinan yaitu pemimpin-terfokus dan hierarkis.
Transaksional leadership, pemimpin dengan gaya ini
lebih memotivasi dengan menggunakan reward, penghargaan dan perjanjian. Metode transaksional leadersip ini memuat kesepakatan antara pemimpin dan karyawan, apabila karyawan mencapai tujuan kerja mereka akan dihargai (Oduntude, Oladimeji. 2013). Antonakis, Avolio, & Sivasubramaniam (2003) membagi transactional dalam tiga dimensi yaitu contingent rewards, management by exception (active) and management by exception (passive).
Situational Leadership, pemimpin dengan gaya ini tidak
menganut istilah satu cara terbaik dan selalu merubah pendekatan dalam memberikan arahan baik kepada individu maupun kelompok untuk dapat mengingkatkan perfomanya (Harsley at all, 2009). Kepemimpinan jenis ini dapat berjalan baik jika adanya kesiapan dan wiilingness untuk menjalankan tugas (harsley at all, 1996)
2.2. Hierarchical Behavior Taxonomy
Pendekatan Hierarchical Behavior dapat digunakan oleh seorang pemimpin untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dimana diarahkan sesuai dengan tujuan akhir.
Herarchical behavior taxonomy menggunakan empat pendekatan yaitu task oriented, relation oriented, change
oriented, dan external oriented (Yulk, 2012) secara lebih jelas
Tabel 2.1 Hierarchical Behavior Taxonomy Task Oriented Clarifying Planning Monitoring operations Problem solving Relationship Oriented Supporting Developing Recognizing Empowering Change Oriented Advocating change Envisioning change Encouraging innovation Focilitating collective learning External Oriented Networking External monitoring Representing Sumber : Yulk 2012
Task oriented berfokus pada pekerjaan dengan
menyelesaikan seefisien mungkin dan dengan jalan yang paling reliable. Dengan menitik beratkan pada seluruh resource baik SDM, perlengkapan dan resource yang lain untuk dapat lebih effisien dalam mencapai misi dan tujuan organisasi. Komponen spesifik adalah mengorganisir dan merencanakan unit kerja, mengkalirifikasi aturan dan tujuan, memonitori operasional kerja, dan mencari permasalah yang muncul.
Relation oriented berfokus pada pengembangan
kualitas Human Resouce dan peningkatan hubungan yang biasa disebut juga dengan human capital. Resource diarahkan untuk terus mengembangkan skill dan kepasitasnya dan
menekankan kepada kedekatan baik anggota maupun pemimpin. Unsur-unsur yang ada dalam relation oriented adalah supporting, developing, recognizing, dan empowering.
Change oriented berfokus pada pengembangan
innovasi, colective learning, dan adaptasi terhadap lingkungan ekternal. Dimana komponen spesifiknya adalah advocating
change, articulating an inspiring vision, encouraging innovation, dan encouraging collective learning
External oriented mencari informasi dan resource di
luar organisasi dan memilah yang sesuai dengan organisasi. Unsur-unsurnya adalah networking, external monitoring, dan
representing.
2.3. Personality Type
Personlity seorang pemimpin menentukan pendekatan di tempat kerja, dengan beragam orang dengan kemampuan dan keterikatan yang berbeda, serta melihat bagaimana cara berkomunikasi (Hayges, 2012) Personality mempunyai keterikatan dengan kepemimpinan, tentang bagaimana pemimpin menggunakan skillnya dan juga melihat dan mengembangan skill yang dimiliki oleh karyawan (Brant, 2013).
Sulit untuk dapat memahami personality seseorang, untuk itu diperlukan sebuah alat dan pendekatan agar dapat memudahkan untuk mengerti lebih jauh. Sebuah klasifikasi personality dapat diangap sebagia salah satu metode yang
tepat. Salah satu pembagian tipe personality yang dapat di kembangkan adalah MBTI (Myers-Briggs Type Indicator). Pemilihan indikator ini karena mengukur respon terhadap beberapa pertanyaan dan mengidentivikasi cara seseorang berperilaku dengan pendekatan psikology (Aranda, 2013). Mayers Briggs telah mengembangkan dan menggabungkan dalam sebuah model dalam ranah psikologi praktis (Helmes dkk, 2012;). MBTI terbagi dalam empat dimensi yaitu introvesion dengan ekstroversion, sensing dengan intuitif, thinking dengan feeling, daan judging dengan perceiving, (Behaz A, & Djoudi M 2012). Artinya pendekatan MBTI ini merupakan pendekatan yang dikotomis dimana akan terdapat pertentangan antar dimensi dengan yang lain. Aranda R & Tilton Stan menjelaskan lebih detail (2013) sebagai berikut :
Ekstraversion Vs Introvesion Orang dengan ektraversion lebih cenderung kepada melihat dunia luar dengan Individu dan aktivitasnya. Mereka mengarahkan perhatian pada dunia luar dirinya dan organisasinya dan menerima masukan. Orang dengan preferensi untuk introversi akan lebih memilih untuk fokus pada dirinya sendiri, dunia batin ide dan pengalaman. Mereka mengarahkan perhatian mereka ke dalam dan menerima energi dari merefleksikan pikiran mereka
Sensing Vs Intuition orang-orang dengan preferensi sensing akan lebih memilih untuk menerima informasi yang
dan lebih realistis, sedangkan orang dengan preferensi untuk intuisi akan lebih memilih untuk mengambil informasi dengan melihat gambaran besar, berfokus pada hubungan dan koneksi antara fakta. Pemimpin dengan preferensi intutif pandai melihat kemungkinan-kemungkinan baru.
Thinking vs Feeling Orang-orang dengan preferensi
thinking cenderung untuk berpikir dan lebih memilih untuk membuat keputusan berdasarkan konsekuensi logis dari pilihan atau tindakan. Tujuannya adalah untuk menemukan standar atau prinsip yang akan diterapkan dalam semua situasi yang samakin kompleks. Orang-orang dengan preferensi untuk feeling lebih memilih untuk membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai pribadi dan membagikan nilai tersebut kepada bawahan. Tujuan mereka adalah untuk menciptakan harmoni dan memperlakukan setiap orang sebagai individu yang unik. Istilah Feeling digunakan di sini adalah tidak sama dengan emosi
Judging vs. Perceiving Orang-orang dengan preferensi
untuk judging lebih terencana, dengan cara yang tertib dalam mengatur dan mengelola kehidupan mereka sendiri. Kehidupan mereka lebih teratur, terorganisir, dan lebih memilih pada kehidupan yang menetap. Sedangkan orang-orang yang cenderung perceive lebih memilih untuk hidup fleksible dengan kecenderungan memahami dan mengalami pengalaman.
Secara keseluruhan MBTI dapat di gambarkan melalui matriks yang di susun oleh bahrainan et all( 2012)
Tabel 2.2 Personality Type introversion-ekstroversion where have you facus on?
Ekstroversion the ektrovert prefer the outside world ang relationship whit other Introversion the introvert are interested in the own attitute and beliefs sensing-intuitive how do you gain information?
sensing sensing individual percieve information by means or their organs Intuitive
intuitive individuals tend ti discover unknows, probabilities and concept which are not apparent at the present time
thinking feeling: How do you make decision? thinking
thinkers utilize the process of logic and analysis in order to make decision they use official and logical method
Feeling
feelers make decision based on individual values a sort of making decision that is not based on logic but ethics and Justice
judging-perceiving: how do you face the outside world?
Judging
judger prefer to live in a planned disciplined and determine way. They seek have control over their life and regulate it, whilst perciever prefe a more fleksible life and a wait even
percieving percieving always seek to adapt themseves to circumtances that emerge Sumber : Bahrainan et all 2012
2.4. Effective Leadership
Berbicara mengenai leadership maka akan berbicara
tentang bagaimana pemimpin berkemampuan untuk
mencapai tujuan, bagaimana meraih kinerja yang maksimal (Sarwar, 2012) serta cara seorang pemimpin dapat menghindari gangguan yang mungkin akan terjadi di masa
yang akan datang sehingga dapat memastikan visi dari perusahaan dapat tercapai (Jensen and Scherr, 2007) lebih jauh Akins dkk (2013) menjabarkan bagaimana seorang pemimpin secara effektif dapat melakukan tugas dan fungsinya. Aspek yang dimiliki adalah learn, empower, adapt,
develop, engage, reflect, sustain, humility, integrity,and practice. Learn, seorang pemimpin akan terus belajar karena
akan terus mengembangkan dirinya untuk mempersiapkan pengembangan berkelanjutan. Lifetime learner merupakan sikap sebagai seorang pemimpin yang harus terus dikembangkan.
Empowermen adalah bagaimana memberdayakan para
karyawan agar dapat bertanggung jawab dan memberi otonomi bagi mereka untuk menjalankan tugasnya. Untuk dapat melakukanya seorang pemimpin harus dapat mengerti kemampuan bawahanya, selain itu tau bagaimana memotivasi dan memastikan untuk dapat terus bekerja dalam tim.
Adapt, lingkungan berubah secara cepat untuk itulah
pemimpin juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih adaptif dan juga fleksibel untuk menghadapi perubahan.
Develope merupakan kemampuan seorang pemimpin
untuk dapat menciptakan para pemimpin dimasa depan, dengan memberikan training, menerima feedback, mentoring, dan komunikasi yang baik dan memberikan komunikasi yang baik.
Engage, elemen dari kepemimpinan adalah leader,
follower, task dan organization. Peran pemimpin adalah untuk mengikat semua elemen agar dapat bekerja sesuai tugas dan fungsinya pada saat ini dan juga dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Reflektion adalah kemampuan para pemimpin untuk
dapat merefleksikan dan mengevaluasi kinerja dirinya dan serta mengetahui apakah kinerja yang terjadi sesuai dengan harapan pribadinya. Refleksi dapat membuat pemimpin untuk merubah perilaku umum dan juga membuat asumsi baru. Sustain leader adalah pemimpin yang tau bagaimana memotivasi dan memberikan passion bagi para karyawannya. Pemimpin yang berkelanjutan tidak dilihat dari bagaimana perilakunya tapi seberapa besar dapat menginspirasi karyawan yang bekerja dibawahnya.
Integrity merupakan pendekatan seorang pemimpin
untuk dapat mempercayai dalam hal personal wholenes da juga true onself. Hal ini merupakan kritikan bagi para pemimpin untuk dapat memberikan dampak dimasa depan bagi para karyawan. Integrity membuat pemimpin melakukan hal yang benar dan membawa manfaat bagi para pemimpin dimasa akan datang.
Humality merupakan elemenen penentu dari seorang
pemimpin karena melihat seberapa perduli seorang pemimpin kepada karyawan. Pemimpin yang rendah hati dapat merasakan emosi karyawan dan mengajak untuk mencapai
tujuan. Terakhir pemimpin dapat berfikir praktis agar dapat tercapai tujuan dari perusahaan sehingga dapat memperoleh keuntungan dan meningkatkan performance.
2.5. Pengembangan Hipotesis
Secara garis besar penelitian ini membuat hipotesis dengan variabel inti adalah Personality, Hierachical Behavior
Taxonomy, Leadership style melihat seberapa besar
pengaruhnya terhadap Effective leadership. Berikutnya setiap variabel inti tersebut akan dilihat lebih jelas pada setiap elemenya baik dari Personality, Hierachical Behavior
Taxonomy, maupun Leadership style dengan tetap melihat
pengaruhnya pada Personality, Hierachical Behavior Taxonomy,
Leadership style. Berikut adalah pengembangan hipotesis
dalam penelitian ini.
2.5.1 Personality type
Personality Tipe tidak dapat dipisahkan dari leadership (Hegey, 2009). Hal ini diperkuat pada studi yang dilakukan oleh Sief (2009) mengungkapkan bahwa adanya pengaruh antara tipe kepribadian dengan effective leadership. Sebagaimana diungkapkan sief maka penelitian ini juga akan melihat bagaimana pemimpin juga akan melihat dari setiap indikator kepribadian yaitu dari baik Ekstraversion, Introvesion, Sensing, Intuition, Thinking, Feeling, Judging, Perceiving
H1 Terdapat pengaruh antara tipe kepribadian terhadap efective leadersip
2.5.2 Leadership Style
Penelitian yang dilakukan oleh
Bakanauskane&Barnikaite (2009) menyebutkan Leadership style erat kaitanya dengan effektif leadership. Diperkuat dengan publikasi dari Lemay (2009) dan Liu (2003) dimana
keduanya menggunakan tipe transacsional dan
transformational. Namun, dalam penelitian ini ditambah dengan gaya situasional.
H2 Terdapat pengaruh antara gaya kepemimpinan terhadap efektif leadersip
2.5.3 Hierarchical Behavior Taxonomy
Hierarchical Behavior Taxonomy dapat digunakan untuk melihat perilaku para pemempin bagaimana preferensi seorang pemimpin pemimpin dalam menjalankan tugasnya. Selain itu dapat digunakan untuk melihat bagaimana pemimpin dalam memotivasi karyawan sehingga dapat digunakan untuk dapat melihat seberapa besar efektivitas seorang pemimpin (Yulk, 2002). Penelitian yang lain dari Yulk (2012) adalah adanya pengaruh antara hierarchical taxonomy of leadership behavior dengan pengukuran pada efective leadership. Untuk itulah maka penelitian ini membangun hipotsis
H3 Terdapat pengaruh antara Hierarchical Behavior Taxonomy terhadap efektif leadersip
2.5. Model Penelitian Personality Leadership Style HBT Effective Leadership