• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

.1. Latar Belakang Masalah

Dalam tugas sehari-hari, baik sebagai guru bahasa, sebagai penerjemah, sebagai pengarang, sebagai penyusun kamus, sebagai wartawan, atau sebagai apapun yang berkenaan dengan bahasa, tentu akan menghadapi masalah-masalah linguistik atau yang berkaitan dengan linguistik. Tanpa pengetahuan yang memadai mengenai linguistik mungkin akan didapat kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Tetapi kalau memahami masalah-masalah linguistik, maka akan didapat kemudahan dalam melaksanakan tugas tersebut. Mengapa?. Karena linguistik akan memberi pemahaman mengenai hakikat dan seluk beluk bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik yang hanya dimiliki manusia, serta bagaimana bahasa itu menjalankan peranannya dalam kehidupan manusia.

Dedi Sutedi dalam bukunya Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang (2003:2), berpendapat bahwa ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan, lawan bicara tersebut dapat menangkap apa yang kita maksud, tiada lain karena ia memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut. Mempelajari makna merupakan kajian semantik. Teknis analisis makna merupakan suatu

(2)

usaha untuk mengelompokkan, membedakan, dan menghubungkan masing-masing hakikat makna.

Keanekaragaman bahasa yang terdapat di dunia ini menyebabkan manusia dapat mengenal banyak bahasa-bahasa yang ada. Dalam mempelajari bahasa, baik bahasa Indonesia maupun bahasa asing diperlukan pemahaman tentang aturan dan kaidah-kaidah yang terdapat pada bahasa tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan suatu bahasa yang komunikatif. Bahasa tidak terlepas dari kalimat yang mengandung makna dan akan lebih jelas apabila tersusun menurut pola dan bentuk kalimatnya.

Demikan juga dengan bahasa Jepang, salah satu contohnya bentuk kalimat yō dan sō yang mempunyai makna “seperti”, “kelihatannya”, “tampaknya” harus ditempatkan dalam kalimat sesuai dengan situasi pemakaiannya. Jika tidak, kalimat akan mengalami kerancuan. Untuk menghindari hal ini, seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama pada saat berbicara dengan orang asing. Hal ini juga penting untuk menjalin suatu komunikasi yang baik..

Dalam buku-buku pelajaran bahasa Jepang, tidak sedikit siswa menemukan kalimat yang mengandung bentuk yō dan sō. Dalam proses belajar memang diberikan penjelasan tentang kedua makna tersebut. Akan tetapi, yang dapat dipahami oleh siswa, pada umumnya, adalah makna leksikal sebab terdapat dalam kamus. Sedangkan makna yang lebih mendalam lagi yang terkandung di dalamnya dan umumnya melibatkan panca indra manusia,

(3)

pikiran, dan perasaan agak sulit dipahami oleh siswa yang dapat menyebabkan terjadinya kesamaran pengertian Sedangkan secara semantis yang berhubungan dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata atau bahkan kalimat/teks, di antara kedua bentuk kalimat tersebut terdapat perbedaan. Hal ini merupakan hambatan bagi siswa dalam menggunakannya, bahkan dalam menterjemahkannya.

Setelah melihat uraian di atas, sebagai mahasiswa bahasa Jepang yang sedang mempelajari bahasa tersebut, Penulis merasa tertarik untuk membahas makna yang terkandung dalam bentuk kalimat yō dan sō yang memiliki pengertian sejenis tapi berbeda cara penggunaannya. Contoh:

1. ミラーさん は 忙しそうです。

Mira san wa isogashi sō desu

Tuan Miller kelihatannya sibuk (Minna No Nihon Go II 2004:143)

2. ミラーさんは忙しいようです。

Mira san wa isogashii yō desu

Tuan Miller sepertinya sibuk (Minna No Nihon Go II 2004:143)

Dari contoh di atas dapat diketahui bahwasanya makna kedua kalimat tersebut hampir sama. Akan tetapi, bila ditelaah lebih jauh lagi akan terdapat perbedaan pada kedua kalimat tersebut. Pada contoh (1) kalimat menyatakan pertimbangan intuisi yang berdasarkan pengamatan pada keadaan atau

(4)

perilaku tuan Miller. Sedangkan pada contoh (2) kalimat menyatakan pertimbangan yang didasari oleh apa yang telah dilihat atau didengar oleh pembicara sendiri. Oleh karena itu, hal tersebut di atas menjadi alasan bagi Penulis untuk mengambil pokok bahasan mengenai “Analisis Makna Kalimat Dugaan Yō dan Sō dalam Novel “Noruwei No Mori” Karya Haruki Murakami”.

.2. Perumusan Masalah

Masalah yang akan diuraikan pada bab-bab selanjutnya adalah makna yang terdapat dalam bentuk kalimat yō dan sō yang secara leksikal mempunyai kemiripan makna. Leksikal berarti yang berhubungan dengan kamus, dengan kata lain makna tersebut dapat dilihat dalam kamus.

Untuk melihat bagaimana sebenarnya makna yang terkandung dalam bentuk kalimat dugaan yō dan sō terutama dalam novel “Noruwei No Mori” karya Haruki Murakami, Penulis akan mencoba membahasnya dalam tulisan ini. Novel ini terdiri dari dari dua bagian yaitu pada bagian pertama sebanyak 300 halaman dan pada bagian kedua sebanyak 292 halaman yang diterjemahkan oleh Jonjon Johana. Bila diuraikan dalam bentuk pertanyaan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah penggunaan bentuk kalimat dugaan yō dan sō dalam kalimat bahasa Jepang?

(5)

2. Apakah makna yang terkandung dalam bentuk kalimat dugaan yō dan

sō yang terdapat dalam novel “Noruwei No Mori” karya Haruki

Murakami?

.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Sesuai dengan permasalahan yang ada, maka Penulis menganggap perlu adanya ruang lingkup pembahasan permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh sehingga masalah yang akan dikemukan lebih dapat terarah dalam penulisan.

Bentuk kalimat dugaan yō dan sō dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang berarti “kelihatannya”, “sepertinya”, “tampaknya”. Akan tetapi, kedua bentuk kalimat dugaan ini tidak dapat dipergunakan begitu saja karena harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Sebelum membahas inti permasalahan, Penulis juga akan menjelaskan pengertian dan jenis-jenis bentuk kalimat dugaan yō dan sō. Oleh karena itu, Penulis membatasi permasalahan sebagai berikut:

.4. Jenis-jenis bentuk kalimat dugaan yō dan sō

(6)

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Nagano Masaru dalam Hamzon Situmorang (2007:1) mengatakan berarti tata bahasa adalah aturan yang berhubungan dengan struktur pengutaraan bahasa. Dalam hal ini tidak dijelaskan apakah dalam bahasa tulisan atau dalam bahasa lisan. Selanjutnya dijelaskan bahwa unit-unit tata bahasa tersebut adalah paragrap, kalimat, penggalan kalimat, dan kata. Akan tetapi, masing-masing bidang tersebut tidak berdiri sendiri-sendiri. Kesemuanya itu mempunyai hubungan yang tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya.

Penulisan skripsi ini fokusnya adalah analisis makna kalimat dugaan

yō dan sō dalam novel “Noruwei No Mori” karya Haruki Murakami. Oleh

karena itu, Penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berhubungan dengan linguistik terutama dalam bidang semantik. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya (Abdul Chaer, 2007:1). Dalam hal ini Penulis ingin menjelaskan makna kalimat dugaan yō dan sō yang mempunyai makna yang hampir sama tetapi berbeda cara penggunaannya. Hal ini berkaitan dengan cabang linguistik yaitu semantik yang mengkaji tentang makna. Makna yang sama namun nuansanya berbeda dalam kalimat berkaitan dengan relasi makna. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata relasi berarti hubungan. Sedangkan kata makna diartikan sebagai arti atau maksud.

(7)

Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya. Satuan bahasa dalam hal ini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat dan relasi semantik itu juga dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna.

2. Kerangka Teori

Menurut pendapat Bambang Yudi Cahyono (1995:188) dalam bukunya Kristal-Kristal Ilmu Bahasa menyatakan bahwa dalam perkembangan semantik terdapat beberapa teori yang berusaha menjelaskan hakekat suatu makna. Teori-teori itu antara lain teori makna sebagai hakekat yang dimaksudkan, teori makna sebagai suatu gagasan, teori makna sebab akibat, teori makna beragam, dan teori makna fungsional.

Dari pendapat ahli di atas, dalam penulisan skripsi ini, Penulis merujuk pada teori makna sebab akibat yang menekankan pentingnya proses perenungan yang dilakukan oleh seseorang pada saat dia menyadari suatu hal yang perlu ditanggapi dan dimengerti maksudnya. Hal tersebut mengandung maksud karena pada saat hal itu ditangkap oleh indra penglihatan atau pendengaran, sebenarnya ada sesuatu yang terjadi dan dialami oleh indra penerima itu. Kejadian yang dialami oleh indra itu disebut penafsiran. Dengan demikian, diperlukan untuk mengidentifikasikan makna hal yang dimaksud

(8)

yakni aspek-aspek atau komponen-komponen penting dari makna yang ditangkap oleh indra tersebut dengan suatu penafsiran.

Abdul Chaer (2007:290) berpendapat bahwa dalam penulisan ini dapat digunakan teori makna kontekstual yakni makna sebuah leksem atau kata yang berbeda di dalam satu konteks, termasuk juga dapat berkenaan dengan situasinya, atau dengan kata lain makna kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan antar ujaran dan situasi yang menggunakan ujaran tersebut. Beliau juga mengungkapkan bahwa makna kontekstual dapat berupa konteks kalimat, konteks situasi, konteks bidang pemakaian, atau konteks wacana.

Teori kontekstual mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks.

Dalam bukunya Teori Semantik JD. Parera (1991:18) menyatakan bahwa terdapat teori makna yang lain, yaitu teori pemakaian dari makna. Teori ini dikembangkan oleh filsuf Jerman Wittgenstein. Ia berpendapat bahwa kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks karena konteks itu selalu berubah dari waktu ke waktu.

Dari teori yang dikemukakan tersebut, maka sudah pasti kata yō dan sō memiliki perbedaan makna dan tidak digunakan dalam konteks yang sama. Untuk itulah Penulis akan membahas makna yang terkandung dalam kalimat dugaan yō dan sō.

(9)

Menurut Chaer (2007:289) makna dapat dibagi menjadi dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus (jisho teki imi) atau makna kata (goi teki imi) yang sesuai dengan hasil pengamatan indra terlepas dari unsur gramatikal dan dapat juga dikatakan sebagai makna asli dari suatu kata. Sedangkan makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat (bunpou teki imi).

1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan Penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui penggunaan bentuk kalimat dugaan yō dan sō dalam kalimat bahasa Jepang

2. Mengetahui makna bentuk kalimat dugaan yō dan sō dalam novel “Noruwei No Mori” karya Haruki Murakami

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi peneliti sendiri diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bentuk kalimat dugaan yō dan sō.

2. Agar pembaca dapat memahami dengan mudah makna yang terkandung dalam bentuk yō dan sō

(10)

.6. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif. Kata deskriptif berasal dari bahasa latin ”descriptivus” yang berarti uraian. Data dalam metode deskriptif yang dikumpulkan adalah berupa kata–kata bukan angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan–kutipan kata untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.(M. Nazir, 1999:63)

Metode lain yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu studi kepustakaan atau pengumpulan data–data dan informasi yang bersumber dari buku–buku kepustakaan yang berkaitan dengan makna kalimat dugaan yō dan sō. Buku– buku yang digunakan diperoleh dari perpustakaan umum maupun pribadi. Dalam hal ini, Penulis melakukan beberapa tahap sebagai berikut:

1. Mengkaji ulang, menganalisis, dan menyimpulkan literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti sehingga menjadi suatu kerangka tulisan dan kerangka berpikir yang konstruktif yang dapat menunjang pemecahan permasalahan dalam penelitian ini.

2. Setelah menganalisis data-data, dilanjutkan dengan membaca novel “Noruwei No Mori” karya Haruki Murakami, yang ditulis dalam

(11)

bahasa Jepang dan telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Jonjon Johana.

3. Mencari, mengumpulkan, dan mengklasifikasikan kalimat-kalimat yang menggunakan bentuk kalimat dugaan yō dan sō.

4. Merangkum dan menyusun data-data dalam satuan-satuan untuk dikelompokkan dalam setiap bab dan anak bab.

5. Menarik kesimpulan berdasarkan data-data yang telah diteliti, lalu dari kesimpulan yang ada dapat diberikan saran-saran yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan bahasa Jepang.

Referensi

Dokumen terkait

Triangulasi sumber dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah yaitu manajer cabang,

Dari analisis uji hipotesis diketahui bahwa ada pengaruh positif persepsi siswa tentang tingkat perhatian orang tua terhadap prestasi mata pelajaran Fiqih siswa MI

bahasa, agama, dan ras. Semua perbedaan tersebut harus memiliki wadah untuk bergabung.. menjadi satu yaitu persatuan. Maka dari itu sangatlah penting

The Mastery of Simple Past Tense of the Eighth Grade Students of MTs Matholiul Ulum Banjaragung Bangsri Jepara in Academic Year 2011/2012i. Taught by Using Mistake

Tabel 4.3 Frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hemodialisa dalam menjalani pola diet... Ada dua kategori

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

Telah dilakukan pengujian terhadap keseluruhan sistem. Pengujian ini membandingkan antara jumlah ideal kebutuhan pakan ayam 50 ekor dengan jumlah pakan yang

Setelah pustakawan mengidentifikasi kebutuhan informasi potensial masyarakat serta menyiapkan sumber daya organisasi dan bahan promosi, langkah berikutnya