• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) KOTA SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI DAERAH (SIDa) KOTA SEMARANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

97

KAJIAN ROADMAP PENGEMBANGAN SISTEM INOVASI

DAERAH (SIDa) KOTA SEMARANG

Wiwandari Handayani, Mada Sophianingrum, Umi Nutriandini Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik

Universitas Diponegoro, Semarang

Email: [email protected]; [email protected]; [email protected]; [email protected]

Abstrak

Kebijakan pembangunan dalam rangka mengembangkan daya saing wilayah perlu diarahkan agar tujuan pembangunan dapat tercapai secara optimal dan juga efektif. Melalui pengembangan Sistem Inovasi Daerah (SIDa), hal tersebut kemudian dapat diupayakan oleh Pemerintah Kota Semarang. Pada kajian SIDa Kota Semarang yang telah dilakukan pada tahun sebelumnya, telah ditemukan beberapa gambaran mengenai kesiapan Kota Semarang dalam mengawal proses SIDa. Keberadaan instrumen kebijakan Kota Semarang dinilai sudah memiliki kondisi yang cukup baik dalam segi kesiapan untuk mengembangkan sistem inovasi daerah walaupun tentu saja kemanfaatannya masih memiliki kekurangan karena belum memiliki legitimasi hukum. Untuk mengembangkan potensi wilayah, maka perlu dilakukan penyusunan roadmap SIDa yang berfungsi sebagai pedoman untuk mengimplementasikan setiap inisiatif strategis di daerah. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi dan arah kebijakan sebagai rancangan awal roadmap penguatan sistem inovasi daerah yang berpedoman kepada Buku Putih Penguatan Sistem Inovasi Nasional. Metode yang digunakan adalah pendekatan triangulasi yang menggabungkan antara pendekatan kualitatif dengan kuantitatif. Ditemukan beberapa hasil antara lain sektor prioritas SIDa Kota Semarang adalah perdagangan dan jasa, dapat dirumuskan pula beberapa strategi baik di masing-masing variabel penelitian maupun secara komprehensif sebagai pedoman penyusunan roadmap.

Kata Kunci: daya saing wilayah, Sistem Inovasi Daerah (SIDa), roadmap Abstract

Development policies should be improved for increasing the competitiveness of region in order to achieve optimal and effective development goals. The development of Regional Innovation Systems (RIS) that pursued by Semarang Government could be considered as an important strategy for improving these development goals as well as the implementation. The RIS studies that have been done in previous years, has found some indications of the Semarang Government readiness in guarding the RIS process. The existence of Semarang policy instrument is considered to have a good condition in terms of the readiness to develop regional innovation systems, although there have been lack of outcome as it does not have sufficient legitimacy yet. To develop the potential of the area, it is necessary to prepare the RIS roadmap which serves as a guide for implementing strategic initiatives in each area. This study aims to formulate strategies and policy directions as the initial roadmap draft to strengthening the regional innovation systems based on the RIS guideline provided by BPPT (Indonesian Agency for The Assessment and Aplication of Technology). This study use triangulation approach that combines qualitative and quantitative methods. There are several results, the first is trading and services appointed as priority sectors of RIS in Semarang. The second is some strategies can be formulated that the RIS development should be improved to

(2)

98

another RIS variable, such as culture of innovation or capacity of science institution, rather than keep the development on supplying the infrastructure.

Keywords: competitiveness of region, Regional Innovation Systems (SIDa),

roadmap

Pendahuluan

Peningkatan daya saing antar daerah merupakan agenda yang sangat

penting dalam mewujudkan

kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini, inovasi dalam pembangunan yang berjalan secara komprehensif serta terjadinya kolaborasi antar aktor pembangunan merupakan faktor kunci peningkatan daya saing. Pengembangan sistem inovasi daerah (SIDa) merupakan salah satu strategi utama dalam sistem inovasi nasional yang mewadahi proses interaksi antara komponen penguatan sistem inovasi.

Pada dasarnya, merupakan agenda nasional sesuai dalam UU No. 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJN) 2005-2025 dan UU No. 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Setiap daerah harus melakukan beberapa poin penting tentang penguatan SIDa, yaitu kebijakan membuat tim koordinasi dan

Roadmap SIDa, penataan SIDa baik

kelembagaan maupun sumberdaya SIDa, mengembangkan SIDa melalui potensi lokal, dan melakukan koordinasi dan pelaporan hingga pemerintah pusat.

Kota Semarang sebagai bagian dari entitas pengembangan sistem inovasi nasional dituntut kesiapannya untuk turut serta mengembangkan sistem inovasi di daerahnya sebagai upaya peningkatan daya saing wilayah. Untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi, sedang terjadi, maupun akan terjadi dibutuhkan suatu penyusunan kerangka kerja strategis yang dituangkan dalam bentuk

roadmap. Penyusunan roadmap harus

bersifat down up untuk mengidentifikasi permasalahan-permasalahan, walau

tidak menutup kemungkinan

permasalahan yang diidentifikasikan bisa bersifat top down terkait dengan hasil pemikiran para pakar/akademisi dan praktisi yang diberikan kepada pengambil kebijakan.

Diperlukan sebuah analisis lebih mendalam mengenai gagasan-gagasan apa yang seharusnya tercantum di dalam roadmap pengembangan SIDa, bagaimana kondisi pencapaian SIDa di Kota Semarang saat ini, serta harapan yang ingin diwujudkan dari keseluruhan proses SIDa.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi dan arah kebijakan sebagai rancangan awal

roadmap penguatan sistem inovasi

daerah. Penelitian ini berpedoman kepada Buku Putih Penguatan Sistem Inovasi Nasional oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Konsep Penguatan SIDa dan Rancangan Awal Roadmap

Penguatan SIDa meliputi beberapa tindakan penting (BPPT, 2011), antara lain:

a. Penataan Pilar-Pilar SIDa

Langkah yang seharusnya dilakukan adalah reformasi kebijakan inovasi dengan menghapus segala regulasi yang menghambat atau yang berbelit-belit. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah juga harus mendukung adanya inovasi daerah. Selain itu perlu memperhatikan “program payung” yang menjadi alat pengarah fokus dan keterkaitan antara pelaku dan sumber pendanaan. Selain itu juga dibutuhkan

(3)

99 pengembangan infrastruktur dasar,

pembiayaan inovasi daerah, serta peningkatan sosial budaya, dan potensi daerah lainnya.

b. Pengembangan Fokus Prioritas Sebuah proses komprehensif dengan analisis mendalam dan meninjau peraturan perundangan yang berlaku.

c. Implementasi Kerangka Kerja Inovasi

Kegiatan ini dilakukan dalam penguatan klaster industri spesifik sesuai fokus prioritas yang telah ditetapkan.

Penyusunan rancangan awal

roadmap, bentuk-bentuk kegiatannya

meliputi pengumpulan data dan

informasi yang terkait dengan penyusunan roadmap, kemudian data tersebut dianalisis sehingga menghasilkan informasi, setelah itu melakukan penyusunan dokumen Rancangan Awal Roadmap (Taufik, 2005). Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan stakeholder terkait lainnya juga merupakan salah satu tahapan penting yang harus dilalui dalam

melakukan sebuah penyusunan

roadmap. Bentuk-bentuk kegiatan forum

SKPD dan stakeholder meliputi pembahasan rancangan awal roadmap dengan SKPD dan stakeholder, kemudian penyusunan memorandum kesepakatan terhadap rancangan awal roadmap.

Sumber: Panduan Penyusunan Roadmap Penguatan Sistem Inovasi Daerah, BPPT, 2013

Gambar 1

Langkah-Langkah Penyusunan Rancangan Awal Roadmap

Metode Penelitian

Pada dasarnya metode yang digunakan adalah pendekatan triangulasi yang artinya menggabungkan antara pendekatan kualitatif dengan kuantitatif. Penelitian ini lebih banyak menggunakan data sekunder untuk analisisnya. Meskipun demikian, pengumpulan data primer dilakukan jika dalam temuan

sintesa kesiapan instrumen kebijakan terdapat hal yang tidak sinkron antar variabel sehingga sifat pengumpulan data primer dalam penelitian ini lebih kepada triangulasi. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah telaah dokumen dan wawancara mendalam dengan aktor terkait dengan hal yang akan diverifikasi.

(4)

100

Tahapan analisis yang dilakukan ada tiga garis besar yaitu (1) Analisis identifikasi tema prioritas penguatan SIDa Kota Semarang. (2) Analisis gap antara kondisi saat ini dan harapan yang ingin dicapai. Analisis ini terdiri dari pemetaan kondisi capaian SIDa hingga saat ini dan harapan dari proses SIDa, dan (3) Analisis perumusan strategi dan

arahan kebijakan penguatan roadmap SIDa.

Variabel yang digunakan pada analisis ini merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam setiap tahapan analisis. Dasar penentuan variabel adalah indikator-indikator yang berpengaruh terhadap hasil capaian SIDa yang telah disesuaikan dengan karakteristik wilayah Kota Semarang. Tabel I

Indikator dari Masing-Masing Variabel

VARIABEL PENELITIAN BATASAN INDIKATOR PENJELASAN

1. Kebijakan dan Regulasi

Obyek penelitian dibatasi pada kebijakan dan regulasi yang terkait dengan pengembangan sistem inovasi daerah. Kebijakan yang bersifat mendukung dan memberikan kemudahan sehingga dapat mendorong pertumbuhan dan tingkat sinergisitas antar berbagai unsur pengembagan SIDa.

Peran instrumen kebijakan dan regulasi adalah sebagai pedoman bagi semua unsur pengembangan SIDa untuk saling berintegrasi. Perannya dapat dinilai dari ada atau tidaknya kebijakan yang mengatur: a. Insentif fiskal

b. Kebijakan perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) c. Bantuan dana usaha d. Jaminan persaingan bisnis

yang sehat 1.a.1 1.a.2 1.b.1 1.c.1 1.d.1 1.d.2 Insentif perpajakan Insentif sektor industri dan perdagangan

Perlindungan HKI

Sistem atau skema bantuan dana usaha bagi para pelaku usaha

Larangan praktek monopoli Perijinan bisnis 2. Infrastruk tur Inovasi Obyek penelitian dibatasi pada infrastruktur teknologi informasi komunikasi (TIK), pendidikan dan pelatihan serta dukungan pendanaan bagi pengembangan SIDa.

Peran infrastruktur inovasi adalah sebagai wadah untuk menunjang perkembangan sistem inovasi daerah. Perannya dapat dinilai dari: a. Adanya jaringan usaha

lokal

b. Terdapat serangkaian pembinaan bagi calon pengusaha mandiri c. Tingkat penggunaan TIK

dalam industri

d. Kondisi infrastruktur TIK e. Terdapat program-program bantuan pengembangan usaha 2.a.1 2.a.2 2.b.1 2.c.1 2.d .1 2.d.2 2.e.1

Jaringan usaha lokal sudah memiliki asosiasi

Jaringan usaha lokal mampu memberikan nilai tambah bagi produknya

Pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Disperindag dan Dinas Koperasi

Industri dan kegiatan ekonomi yang terkait dalam bidang prioritas menggunakan sumber daya teknologi baik sebagian maupun sepenuhnya dalam proses produksi

Infrastruktur TIK dalam kondisi baik

Nilai kemanfaatan infrastruktur TIK mencapai 50%

Program bantuan

pengembangan usaha yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun swasta (CSR)

(5)

101

VARIABEL PENELITIAN BATASAN INDIKATOR PENJELASAN

3. Kapasitas Lembaga Iptek

Obyek penelitian dibatasi pada lembaga-lembaga iptek yang mampu menghasilkan temuan bagi inovasi industri, yaitu perguruan tinggi (Undip, Unnes, Udinus, Unika, Unissula) dan Bidang Litbang Bappeda, Disperindag, Dinas Koperasi, Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K).

Kelembagaan iptek berperan sebagai penghasil temuan-temuan baru untuk mendorong terciptanya iklim inovasi bagi industri.

Perannya dapat dinilai dari: a. Perkembangan anggaran

pembiayaan iptek b. Jumlah tenaga kerja iptek c. Jumlah infrastruktur

iptek

d. Daya serap teknologi e. Tingkat kerjasama 3.a.1 3.b.1 3.c .1 3.d.1 3.e.1 3.e.2

Anggaran pembiayaan iptek mencapai 1% dari APBD Jumlah tenaga kerja/SDM iptek mengalami peningkatan

Jumlah infrastruktur iptek seperti laboratorium penelitian seimbang dengan jumlah SDM iptek

Tingkat impor faktor produksi manufaktur

Terdapat kegiatan pameran iptek yang melibatkan kerjasama berbagai lembaga iptek

Tingkat pemanfaatan hasil riset universitas dengan industri meningkat

4. Budaya

Inovasi Obyek dibatasi oleh kegiatan-penelitian

kegiatan yang mencirikan adanya kultur dalam masyarakat mengenai budaya untuk berinovasi.

Budaya inovasi berperan sebagai tolak ukur partisipasi

masyarakat untuk

mendukung sistem inovasi daerah.

a. Tingkat pertumbuhan entrepreneur

b. Tingkat perolehan HKI

c. Tingkat apresiasi terhadap prestasi inovasi baik dari pemerintah maupun swasta d. Tingkat kepedulian terhadap pengetahuan tradisional 4.a .1 4.b.1 4.c.1 4.d.1 Pertumbuhan pewirausaha mencapai 2% dari total populasi Kota Semarang

Tingkat perolehan HKI berupa permohonan paten meningkat Terdapat lomba-lomba inovasi, pameran industri, pameran iptek

Terdapat perlindungan hak paten terhadap industri-industri pada bidang prioritas yang memiliki nilai pengetahuan tradisional 5. Perkemb angan Klaster Industri Obyek penelitian dibatasi pada kelompok-kelompok usaha masyarakat yang berkumpul pada lokasi yang sama dan bekerja pada sektor yang sama.

Perkembangan klaster industri dapat dilihat dari:

a. Kebijakan pengembangan klaster industri

b. Perkembangan klaster industri inovatif

c. Tingkat ekspor industri

5.a.1 5.b .1 5.c .1

Kebijakan penyusunan peta panduan pengembangan kompetensi inti industri kota Terdapat klaster industri inovatif Kinerja ekspor pada bidang prioritas

Sumber: Analisis Penyusun, 2013 Analisis dan Kesimpulan

Analisis Identifikasi Tema Prioritas

Analisis ini bertujuan untuk menemukan sektor yang paling berkembang di Kota Semarang jika diterapkan sistem inovasi di dalamnya. Analisis yang dilakukan untuk menentukan sektor prioritas Kota Semarang ditempuh dengan melakukan kajian secara intrawilayah dan agregatif terhadap sektor sekunder dan tersier

sebagai ciri khas sektor perkotaan. Dari beberapa indikator kinerja yang telah ditentukan, bahwa sektor perdagangan dan jasa memiliki performa yang baik pada kurun waktu 3 hingga 5 tahun ke belakang. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor perdagangan dapat diandalkan sebagai sektor prioritas yang akan dikembangkan melalui sistem inovasi daerah.

(6)

102

Sumber: Analisis Penyusun, 2013

Gambar 2

Bagan Alur Penentuan Tema Prioritas Tabel 2

Pemetaan Kondisi Capaian Sektor Strategis Kota Semarang

No Kinerja Indikator Capaian Perdagangan Jasa Industri 1a Kinerja Ekonomi

Distribusi sektor dalam Penerimaan Domestik Regional Bruto (PDRB) di atas 30% dan terus meningkat

1b Jumlah tenaga kerja terserap lebih banyak 1c Nilai Rasio Modal-Output Marjinal (ICOR) cenderung efisien

1d

Nilai investasi Penanaman Modal Asing-Penanaman Modal Dalam Negeri (PMA-PMDN) terus meningkat dan jumlahnya lebih tinggi

1e Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota Semarang 2a Kinerja

Pemerintah

Keselarasan dengan RPJMD Kota Semarang 2010-2015

2b Program dalam RKPD yang mendukung program dari RPJM 3a Kinerja

Infrastruktur

Semarang sebagai kota percontohan skala dunia dalam mengatasi masalah perubahan iklim*

3b Kondisi sarana dan prasarana untuk mendukung sektor tertentu

KESIMPULAN PERDAGANGAN DAN JASA

Sumber: Analisis Penyusun, 2013

Warna berarti sektor tersebut mendukung kinerja yang sudah ditentukan

(7)

103

Didapatkan pula sektor

perdagangan dan jasa di Kota Semarang memiliki karakteristik khusus yang dapat dibagi ke dalam beberapa sub tema, yaitu:

• MICE (Meeting, Invention, Convention, Exhibiton)

• Pariwisata

• Jasa Pendukung Perkembangan Industri (di luar sektor industrinya sendiri)

• Perdagangan besar dan eceran

Analisis Kondisi Capaian dan Harapan SIDa

Perbandingan antara indikator target/sasaran sistem inovasi daerah dengan kondisi indikator yang bersangkutan pada saat ini mencerminkan kebutuhan penguatan sistem inovasi daerah. Sepuluh aspek perdagangan dan jasa yang dikaji dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang merupakan hasil formulasi RPJMD Kota Semarang dengan RPJMD Kota Solo sebagai tolak ukur/benchmark dalam mengembangkan perdagangan dan jasa.

Sumber: Analisis Penyusun, 2013

Gambar 3

Tahapan Analisis Kondisi Capaian dan Harapan SIDa

Berdasarkan hasil studi, didapatkan berbagai macam data dan fakta tentang masing-masing variabel perdagangan tersebut. Kemudian disusunlah tabel klasifikasi yang mendukung 5 variabel pengembangan SIDa berdasarkan keterkaitannya. Dapat disimpulkan pula bahwa perkembangan perdagangan dan jasa di Kota Semarang jika dilihat dari sisi SIDa masih terbatas pada pengembangan infrastruktur (kolom yang paling penuh: infrastruktur inovasi). Masih minimnya pengembangan sektor perdagangan dan jasa pada sisi budaya inovasi, kapasitas lembaga iptek, serta perkembangan klaster baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap keberlanjutan

Kota Semarang sebagai kota

perdagangan dan jasa.

Analisis Gap

Pada tahapan ini, mengkaji tentang jarak yang tercipta antara kondisi capaian SIDa saat ini dengan harapan yang sebenarnya ingin dicapai dari pengembangan sistem inovasi daerah. Temuan dalam analisis ini akan menjadi

dasar penyusunan roadmap

pengembangan SIDa yang berisi gagasan-gagasan strategis serta membutuhkan kolaborasi berbagai pihak terkait. Pada tabel di bawah ini, setiap variabel SIDa memiliki angka masing-masing yang menunjukkan jauhnya jarak yang tercipta antara harapan dengan capaian. Angka terdiri dari tiga, yaitu 1, 2, dan 3. Semakin besar angka menunjukkan bahwa semakin sedikit gap yang tercipta karena capaian sudah mendekati kondisi harapan. Berikut adalah penjelasan gap yang tercipta di masing-masing aspek perdagangan dan jasa yang telah ditentukan.

(8)

104

Tabel 3

Kesesuaian Aspek Perdagangan dengan 5 Variabel SIDa

No

Variabel SIDa Kebijakan

dan Regulasi Infrastruktur Inovasi Kapasitas Lembaga Iptek Budaya Inovasi Perkemban gan Klaster Aspek Perdagangan 1 Koperasi dan UMKM 2 Pasar Tradisional dan Modern 3 PKL (Pedagang Kaki Lima) 4 Tenaga Kerja 5 Iklim Investasi 6 Sarana Prasarana Kota Penunjang

Perdagangan 7 City Branding 8 Pariwisata dan MICE 9 Lembaga Keuangan 10 Pelayanan Pemerintah

Sumber: Analisis Penyusun, 2013

Tabel 4

Tabel Summary Gap SIDa

No

Variabel SIDa Kebijakan

dan Regulasi Infrastruktur Inovasi Kapasitas Lembaga Iptek Budaya Inovasi Perkem-bangan Klaster Aspek Perdagangan 1 Koperasi dan UMKM 2 2 2 2 2 Pasar Tradisional dan Modern 1 3 1 3 PKL (Pedagang Kaki Lima) 3 2 4 Tenaga Kerja 2 3 5 Iklim Investasi 1 2 1 6 Sarana Prasarana Kota Penunjang Perdagangan 2 3 1 7 City Branding 2 2 8 Pariwisata dan MICE 2 9 Lembaga Keuangan 3 10 Pelayanan Pemerintah 1 1 1

Sumber: Analisis Penyusun, 2013

Warna menunjukkan keterkaitan antara aspek perdagangan dengan variabel SIDa

(9)

105

Tabel 5

Keterangan Gap Pada Masing-Masing Variabel

Variabel Keterangan

Kebijakan dan

Regulasi • • Capaian cenderung kurang komprehensif Kebijakan tentang PKL dan UMKM saja yang sudah bagus Infrastruktur

Inovasi

• Kondisi capaian rata-rata sudah baik

• Seperti jumlah revitalisasi pasar tradisional dan lembaga keuangan • Masih kurang di infrastruktur pelayanan pemerintah

Kapasitas Lembaga

Iptek •

Masih belum terlihat di semua aspek perdagangan

• Hanya terdapat di beberapa aspek dengan capaian yang cukup bagus Budaya Inovasi • Budaya dalam berinovasi di bidang perdagangan dan jasa masih kurang Inovasi dalam aspek PKL dan city branding yang mulai diterapkan Perkembangan

Klaster

• Variabel yang cukup sulit untuk dikaitkan dengan keseluruhan aspek perdagangan

• Hanya mendukung aspek koperasi dan city branding dengan capaian cukup baik

Sumber: Analisis Penyusun, 2013

Hampir setiap aspek perdagangan melakukan penyediaan infrastutuktur serta inovasi di dalamnya, hal ini disebabkan bahwa infrastruktur adalah kebutuhan dasar untuk mengembangkan sektor perdagangan dan jasa. Ketika infrastruktur sudah memadai, maka variabel-variabel SIDa lain seharusnya dapat dipenuhi untuk mendukung perkembangan sektor perdagangan dan jasa di Kota Semarang. . Melihat dari sisi yang lain, variabel yang paling sulit untuk diterapkan adalah perkembangan klaster serta kapasitas lembaga iptek. Kurangnya pemahaman pemerintah daerah serta berbagai stakeholder terkait dengan SIDa membuat proses perkembangannya berjalan lambat. Belum ada inovasi dan riset-riset berarti yang dilakukan untuk membawa angin perubahan dalam menunjang Semarang sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang Berbudaya sesuai visi dan misi di dalam RPJMD.

Analisis Perumusan Strategi dan Arahan Kebijakan

Tahapan terakhir adalah perumusan strategi dan arahan kebijakan roadmap SIDa. Strategi yang disampaikan menjadi bagian dari rekomendasi yang ingin disampaikan peneliti dalam kajian ini. Strategi adalah suatu pendekatan yang berkaitan untuk melaksanakan perencanaan atau gagasan secara keseluruhan. Strategi dibutuhkan sebagai salah satu bentuk penguatan sistem inovasi daerah sebelum menyusun roadmap. Kembali kepada landasan dalam implementasi SIDa yang terdiri dari empat tindakan utama, yaitu penataan pilar SIDa, pengembangan fokus prioritas, penyusunan roadmap pengembangan sistem inovasi, dan implementasi kerangka kerja. Pada penelitian sebelumnya telah dikaji mengenai penataan pilar SIDa, bagaimana dukungan kebijakan, kesiapan

pemangku kepentingan, dan

infrastruktur di Kota Semarang sebagai dasar aktivitas penguatan SIDa. Berikut adalah rumusan strategi penguatan

(10)

106

Tabel 6

Perumusan Strategi Masing-Masing Variabel SIDa

Variabel Angka Keterangan

Kebijakan dan Regulasi

1 Membuat kebijakan pada berbagai aspek perdagangan, misal kebijakan toko modern, promosi pasar tradisional

2 Meningkatkan manfaat dari kebijakan yang sudah dibuat terhadap perkembangan sektor perdagangan

3 Mempertahankan dan melaksanakan evaluasi kebijakan Infrastruktur

Inovasi

1 Mengembangkan sarana prasarana pelayanan publik berbasis teknologi informasi

2 Meningkatkan kualitas dan kuantitas variabel infrastruktur 3 Melanjutkan program-program pengembangan infrastruktur

pada tahun yang akan datang Kapasitas Lembaga

Iptek

1 Melakukan penelitian tentang sistem pelayanan publik 2 Meningkatkan kerjasama terhadap lembaga riset dengan

sektor perdagangan

3 Mengejar peluang dan manfaat sebesar-besarnya terhadap kondisi lembaga iptek yang sudah baik

Budaya Inovasi

1 Mengadakan program promosi dan ciri khas budaya lokal menjadi salah satu strategi untuk mengembangkan SIDa 2 Meningkatkan jumlah event, brand image, terobosan baru 3 Mempertahankan inovasi

Perkembangan Klaster

1 2

Membentuk klaster-klaster usaha berbasi inovasi lokal 3

Sumber: Analisis Penyusun, 2013

Setelah dirumuskannya strategi di atas, maka penyusunan roadmap ke depan akan lebih mudah dan terstruktur. Aspek mana yang perlu segera untuk dibenahi dan aspek mana yang sudah cukup memadai. Dapat disusun prioritasi program dan kebijakan nantinya berdasarkan tingkat urgensinya dari masing-masing aspek perdagangan yangsudah dikombinasikan dengan nilai-nilai atau variabel sistem inovasi daerah.

Rekomendasi

Setelah melihat hasil perumusan strategi dari masing-masing variabel SIDa, tabel 7 mengindikasikan

keterkaitan antar satu variabel dengan variabel lainnya.

Dapat dirumuskan strategi secara menyeluruh dari masing-masing strategi yang memiliki keterkaitan antar variabel, sehingga arahan kebijakan dan strategi yang diberikan lebih komprehensif dalam meningkatkan implementasi sistem inovasi daerah di Kota Semarang. Dari tabel di atas, terdapat 3 jenis klasifikasi strategi, yang pertama memiliki keterkaitan yang erat, yang kedua memiliki keterkaitan namun tidak erat, dan yang ketiga tidak memiliki keterkaitan.

(11)

107

Tabel 7

Keterkaitan Antar Variabel SIDa Kebijakan &

Regulasi Infrastruktur Inovasi

Kapasitas Lembaga

Iptek

Budaya

Inovasi Perkembangan Klaster Kebijakan & Regulasi Infrastruktur Inovasi Kapasitas Lembaga Iptek Budaya Inovasi Perkembangan Klaster

Sumber: Analisis Penyusun, 2013

Beberapa variabel yang memiliki keterkaitan erat antara lain kebijakan dan regulasi, infrastruktur inovasi, serta budaya inovasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa strategi yang dikembangkan dalam merumuskan roadmap nantinya dapat mencakup 3 variabel sekaligus di dalam satu strategi. Berbeda halnya dengan variabel yang tidak memiliki keterkaitan, yaitu antara perkembangan klaster dengan kapasitas lembaga iptek, infrastruktur inovasi, dan budaya inovasi, strategi yang dirumuskan harus satu persatu. Berikut di bawah ini adalah temuan strategi komprehensif yang terdiri dari 4 poin:

1. Meningkatkan nilai kemanfaatan dari kebijakan dan peraturan dalam mendukung perkembangan, peningkatan kualitas maupun kuantitas sarana prasarana perdagangan dan jasa sehingga berkelanjutan dalam mendukung visi dan misi Kota Semarang. 2. Menciptakan budaya berinovasi

dalam mendukung perkembangan sektor perdagangan dan jasa di Kota Semarang yang dapat dituangkan dalam bentuk

kebijakan, peraturan, maupun program/kegiatan.

3. Mendorong perkembangan

lembaga iptek dalam menjalankan riset atau penelitian dengan kebijakan dan infrastruktur yang memadai untuk menciptakan budaya berinovasi.

4. Menciptakan peningkatan perekonomian rakyat dengan menciptakan klaster usaha ekonomi sejenis berbasis inovasi lokal yang didukung dengan sistem tata kelola yang baik.

Ucapan Terimakasih

Kajian ini merupakan bagian dari penelitian Kajian Sistem Inovasi Daerah (SIDa) yang dilakukan atas kerjasama Bappeda Kota Semarang dengan Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro.

Memiliki keterkaitan yang erat Memiliki keterkaitan namun tidak erat

Tidak memiliki keterkaitan Tidak memiliki keterkaitan

(12)

108

DAFTAR PUSTAKA

BPPT. 2011. Naskah Akademik Buku

Putih Penguatan Sistem Inovasi Nasional. Jakarta: Deputi Bidang

Pengkajian Kebijakan Teknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2012. Laporan Pendataan Penanaman Modal di Kota Semarang Tahun 2012.

Biro Pusat Statistik. 2011. Analisis ICOR

Kota Semarang 2011.

Biro Pusat Statistik. 2012. Produk

Domestik Regional Bruto Kota Semarang 2011.

Biro Pusat Statistik. 2012. Semarang

dalam Angka Tahun 2011.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2013.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Surakarta Tahun 2013.

Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang 2010-2015.

Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah Kota

Surakarta 2010-2015.

Taufik, Tatang A. 2013. Bahan Ringkas

Penguatan Sistem Inovasi. Jakarta:

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Taufik, Tatang A. 2005. Pengembangan

Sistem Inovasi Daerah: Perspektif Kebijakan. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Unggulan Daerah dan Peningkatan Kapasitas Masyarakat, Deputi Bidang Pengkajian Kebijakan Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

UU No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sumber Website: http://angkasapura1.co.id http://balitbangjateng.go.id http://diskopumkm.semarangkota.go.id http://investor.co.id http://jatengprov.go.id http://kadinjateng.com http://kereta-api.co.id http://mercycorps.org http://pp3.co.id http://semarangkota.go.id http://sidajateng.com http://ukmsemarang.com

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi Kota Tebing Tinggi sebagai kota perdagangan dan jasa sesuai dengan nilai LQ yang lebih dari satu, termasuk sektor yang maju dan tumbuh

Berdasakan hasil kajian, maka penulis dapat menyarankan pada PDAM Tirta Moedal Kota Semarang sebaiknya menambahkan sistem pelaksanaan pengeluaran barang dan jasa

Penelitian ini mendeskripsikan dan menganalisis proses formulasi kebijakan penguatan SIDa di Kota Surakarta yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Penelitian dan

(3) Koordinator Penguatan SIDa Kota Batam sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam rangka mendukung keberhasilan SIDa melakukan pembentukan Forum Inovasi Daerah Kota

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam kajian strategi pengembangan ekonomi local melalui konsep desa wisata di kota semarang yaitu kuantitatif dengan

Dengan demikian, Visi tersebut mengandung pengertian bahwa lima tahun ke depan Kota Semarang diharapkan menjadi Kota Perdagangan dan Jasa yang dapat melayani seluruh

Memperhatikan isu strategis dan mempertimbangkan arah pembangunan Kota Semarang yang tercantum pada RPJMD Kota Semarang Tahun 2016-2021, prioritas pembangunan provinsi Jawa

Pada tahapan ini, mengkaji tentang jarak yang tercipta antara kondisi capaian SIDa saat ini dengan harapan yang sebenarnya ingin dicapai dari