• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH BARESKRIM POLRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OLEH BARESKRIM POLRI"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

 PERMASALAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI KINI

TELAH MERAMBAH DAN MELUAS DALAM BERBAGAI TELAH MERAMBAH DAN MELUAS DALAM BERBAGAI BIDANG, SALAH SATUNYA ADALAH DALAM BIDANG PENGADAAN BARANG DAN JASA. DISETIAP

INSTANSI PEMERINTAH BAIK PUSAT ATAUPUN DAERAH DITEMUKAN BERBAGAI MACAM

PENYIMPANGAN PENGADAAN DAN JASA TERSEBUT, KHUSUSNYA JASA KONSULTANSI. MODUS UTAMA YANG DILAKUKAN ADALAH DIDAHULUI ADANYA YANG DILAKUKAN ADALAH DIDAHULUI ADANYA PERSENGKOKOLAN (VERTIKAL & HORISONTAL) , SECARA VERTIKAL MELAHIRKAN

SUAP/GRATIFIKASI, SECARA HORISONTAL MELAHIRKAN TENDER ARISAN. KEDUANYA

(3)

Asal kata dari bahasa latin corruptio atau corruptus

 Dari bahasa latin turun ke banyak bahasa Eropa seperti  Dari bahasa latin turun ke banyak bahasa Eropa seperti

Inggris: corruption, corrupt; Perancis corruption; dan Belanda: corruptie (korruptie)

 Dari bahasa belanda itulah turun ke bahasa Indonesia  Dari bahasa belanda itulah turun ke bahasa Indonesia

menjadi korupsi

 Arti harfiah kata tersebut ialah kebusukan, keburukan,

kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak j , j j , p p, bermoral.

 Menurut kamus umum bahasa Indonesia Purwadarminta,

korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan p p y g p p gg p uang, penerimaan uang sogok, dsb.

(4)

Ps. 1 UU 30 /2002 tentang KPK

Tindak Pidana Korupsi adalah tindak

p

pidana sebagaimana dimaksud dalam UU

31 / 1999 jo UU 20 / 2001 tentang

j

g

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Didalam undang-undang tersebut kita

Didalam undang undang tersebut kita

dapat melihat berbagai-bagai delik yang

dirumuskan sebagai tindak pidana korupsi

d u us a sebaga t da p da a o ups

(5)

1. KERUGIAN KEUANGAN NEGARA : PASAL 2 & 3 30 BENTUK / JENIS TINDAK PIDANA PASAL 2 & 3 2. SUAP MENYUAP : PASAL 5, 6, 11, 12 & 13

3. PENGGELAPAN DLM JABATAN : PASAL 8, 9, 10

TINDAK PIDANA KORUPSI DAPAT DIKELOMPOKAN

4. PEMERASAN : PASAL 12 HURUF E, G & F

5. PERBUATAN CURANG : PASAL 7 & 12 TINDAK PIDANA 6. BENTURAN KEPENTINGAN DLM PENGADAAN : PASAL 12 HURUF I 7. GRATIFIKASI : PASAL 12 B & C KORUPSI UU NO.31/1999 UU NO.20/2001

1. MERINTANGI PROSES RIKSA TPK (

TINDAK PIDANA LAIN YG

( PASAL 21 )

2. TIDAK BERIKAN REKENING TSK ( PASAL 22, 28 )

3. BANK TDK BERIKAN KET REK TSK ( PASAL 22 29 )

(6)

P 2 t (1) UU 31/99 j UU 20/01

1. Ps. 2 ayat (1) UU 31/99 jo UU 20/01

 Setiap orang atau suatu korporasi  Secara melawan hukum

 Pengertian melawan hukum diartikan melawan hukum

formil maupun arti materiil.

 Sehingga tidak hanya perbuatan yang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan namun dengan peraturan perundang-undangan namun

meliputi semua perbuatan yang dianggap tercela, yang tidak sesuai rasa keadilan, atau norma-norma

kehidupan sosial dalam masyarakat.

M k di i di i t l i t t

 Memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu

korporasi

 Dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara perekonomian negara

(7)

P

l 3 UU 31 h 1999 j UU 20

2.

Pasal 3 UU 31 tahun 1999 jo UU 20

tahun 2001

S ti t t k i

 Setiap orang atau suatu korporasi

 Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi

atau orang lain atau suatu korporasi

 Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena

jabatan atau kedudukan.

 Yang dapat merugikan negara atau perekonomian negara

(8)

Umumnya delik delik ini berasal/ diadopsi dari rumusan dalam Umumnya delik-delik ini berasal/ diadopsi dari rumusan dalam

KUHP.

1. Ps. 5 (1) UU 31/99 jo UU 20/01

 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau

penyelenggara negara penyelenggara negara.

 Supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut

berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya; atau

 Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara  Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara

negara.

 Karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan

dengan kewajiban dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.

Ps. 5 (2) UU 31/99 jo UU 20/01

 Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara

 Yang menerima pemberian atau janji sebagaimana disebut  Yang menerima pemberian atau janji sebagaimana disebut

pada ayat (1)

(9)

2 Pasal 6 ayat (1) huruf a UU 31 Tahun 1999 jo UU 20 2. Pasal 6 ayat (1) huruf a UU 31 Tahun 1999 jo. UU 20

Tahun 2001

 Setiap orang

 Memberi atau menjanjikan sesuatu  Memberi atau menjanjikan sesuatu  Kepada hakim

 Dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara

yang diserahkan padanya untuk diadili yang diserahkan padanya untuk diadili

 Pasal 6 ayat (2) – Bagi hakim yang menerima pemberian

atau janji sebagaimana dimaksud Ps. 6 ayat (1) huruf aj j g 6 y ( )

(10)

P

l 8 UU 31/1999 j UU 20/2001

3.

Pasal 8 UU 31/1999 jo UU 20/2001

 Pegawai negeri atau

O dit k j l k t

 Orang yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu;;

 Dengan sengaja;

 Menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya

K t t

i i di d

i d i P

l 415

Ketentuan ini diadopsi dari Pasal 415

(11)

4.

Ps. 9 UU 31/1999 jo UU 20/2001

 Pegawai negeri atau

 Orang yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau

t k t kt

untuk sementara waktu;

 Dengan sengaja

M l k b k b k t d ft d ft

 Memalsukan buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi

Ketentuan ini diadopsi dari Ps 416 KUHP

(12)

P 11 UU 31/1999 j UU 20/2001

5. Ps. 11 UU 31/1999 jo. UU 20/2001

 Pegawai negeri atau penyelenggara negara;  Menerima hadiah atau janjiMenerima hadiah atau janji

 Diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji

tersebut diberikan karena kekuasaan atau

kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya; kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya; atau

 Menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau

janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya  Ketentuan ini diadopsi dari Ps 418 KUHPp

(13)

Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima

a. Pegawai negeri atau penyelenggara negara menerima

hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk

menggerakan agar melakukan atau tidak melakukan menggerakan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentang dengan kewajibannya;

b. Pegawai negeri atau penyelenggara negar ayang g g p y gg g y g

menerima hadiah padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak

melakukan sesuatu dalam jabatnnya yang bertentangan melakukan sesuatu dalam jabatnnya yang bertentangan dengan jabatannya.

c. Hakim yang mnerima hadiah atau janji padahal

diketahu atau patut diduga bahwa hadiah atau janji diketahu atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan

(14)

d Advokat menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau d. Advokat menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau

patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut untuk

mempengaruhi nasehat atau pendapat yang akan diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada

dil t k di dili pengadilan untuk diadili.

e. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan

maksud yang menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan secara melawan hukum atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu,

membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri.

f Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu f. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu

menjalankan tugas meminta, menerima atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara

negara yang lain atau kepada kas umum seolah-olah pegawai g i t l gg g g l i t k

negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai hutang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan hutang.

(15)

Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu

g. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu

menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, solah-olah merupakan utang kepada

dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan k t

merupakan utang.

h. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu

menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan

atasnya terdapat hak pakai, seolah olah sesuai dengan

peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; atau

i Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung i. Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung

maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan

t k g t g i

(16)

Delik Gratifikasi:

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap

Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

yang nilainya Rp 10 000 000 00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih pembuktian yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian

bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi; (Pembalikan beban pembuktian)

yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian

bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas

i j l i t b t d f ilit l i

penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana elektronik .

(17)

Pengecualian

d d h l

 Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pasal 12 C ayat

(1) :

 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 B g

ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi

(18)

P 21 UU 31/1999 j UU 20/2001 ti g

 Ps. 21 UU 31/1999 jo UU 20/2001 -setiap orang

yang dengan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak

l idik t t d

langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan

 Ps. 22 UU 31/199 jo. UU 20/2001 – setiap orang j p g

sebagaimana dimaksud dengan pasal 28, 29, 35, dan 36 dengan sengaja tidak memberi

keterangan atau memberikan keterangan yang keterangan atau memberikan keterangan yang tidak benar.

 Ps. 24 UU 31/1999 jo. UU 20/2001 – saksi yang

tidak memenuhi ketentuan pasal 31 UU 31/1999 tidak memenuhi ketentuan pasal 31 UU 31/1999 jo. UU 20/2001 (membuka identitas pelapor)

(19)

 Ps 28 UU 31/1999 jo UU 20/2001 tersangka yang tidak  Ps. 28 UU 31/1999 jo. UU 20/2001 – tersangka yang tidak

memberi keterangan dalam penyidikan tentang seluruh harta bendanya dan harta benda istri/suami atau anak dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui dan atau diduga yang mempunyai hubungan dengan tindak

pidana korupsi yang dilakukan tersangka.

 Ps. 29 UU 31/1999 jo. UU 20/2001 – ketentuan tentang j g

keharusan Gubernur BI untuk memenuhi permintaan Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim untuk meminta ketrangan kepada Bank tentang keadaan keuangan

tersangka atau terdakwa tersangka atau terdakwa.

 Ps. 35 dan 36 UU 31/1999 jo. UU 20/2001 – seseorang yang

(20)

 ADALAH KEGIATAN PENGADAAN BARANG / JASA

YG DIBIAYAI DG APBN/APBD ,BAIK YG

DILAKSANAKAN SECARA SWAKELOLA MAUPUN DILAKSANAKAN SECARA SWAKELOLA MAUPUN OLEH PENYEDIA BARANG /JASA

 PENGADAAN BARANG TIDAK TERBATAS BARANG  PENGADAAN BARANG TIDAK TERBATAS BARANG

YG TERWUJUD ,TETAPI JUGA YG TDK TERWUJUD YAITU JASA ,SEPERTI JASA KONSULTASI.

 JASA KONSULTANSI ADALAH LAYANAN JASA

KEAHLIAN PROFESIONAL DLM BERBAGAI BIDANG YG MELIPUTI JASA PERENCANAAN KONSTRUKSI ,JASA PENGAWASAN KONSTRUKSI DAN JASA

PELAYANAN PROFESI LAINNYA PELAYANAN PROFESI LAINNYA.

(21)

 EFISIEN  EFEKTIF

 PERSAINGAN SEHAT

 TERBUKA ( TRANSPARA)( )

 TIDAK DISKRIMINATIF (ADIL)  AKUNTABILITAS

(22)
(23)

SATU ATAU LEBIH PENAWAR SETUJU UNTUK MENAHAN DIRI UNTUK TIDAK UNTUK MENAHAN DIRI UNTUK TIDAK MENGIKUTI PELELANGAN, ATAU MENARIK PENAWARAN YANG TELAH DIAJUKAN PENAWARAN YANG TELAH DIAJUKAN SEBELUMNYA AGAR PENAWAR LAIN DAPAT MEMENANGKAN PELELANGAN ITU.

(24)

PENAWARAN YANG SALING MELENGKAPI

PENAWARAN YANG SALING MELENGKAPI

PENAWARAN YANG SALING MELENGKAPI

PENAWARAN YANG SALING MELENGKAPI

(COMPLEMENTARY BIDDING)

(COMPLEMENTARY BIDDING)

KESEPAKATAN DIANTARA PENAWAR UNTUK MENYETUJUI PESERTA YANG MENYETUJUI PESERTA YANG MEMENANGKAN PENAWARAN. DALAM KEGIATAN INI HARGA PENAWARAN YANG HENDAK DIAJUKAN DIATUR SEDEMIKIAN RUPA, SEHINGGA MEMENANGKAN PIHAK YANG TELAH DISETUJUI SEOLAH OLAH YANG TELAH DISETUJUI. SEOLAH-OLAH TERJADI PERSAINGAN, PADAHAL RENDAH DAN TINGGINYA PENAWARAN SUDAH DISIASATI.

(25)

ARISAN TENDER (BID ROTATION)

ARISAN TENDER (BID ROTATION)

ARISAN TENDER (BID ROTATION)

ARISAN TENDER (BID ROTATION)

POLA PENAWARAN TENDER DIMANA SATU DARI PENAWAR SETUJU UNTUK KEMBALI DARI PENAWAR SETUJU UNTUK KEMBALI SEBAGAI PENAWAR YANG PALING RENDAH. DALAM HAL INI, PENAWAR TENDER LAIN

(SELAIN PEMENANG YANG DISETUJUI)

KESEMUANYA AKAN MENAWAR

SETINGG-TINGGINYA PERPUTARAN TENDER ARISAN

TINGGINYA. PERPUTARAN TENDER ARISAN

INI MENETAPKAN ADANYA JAMINAN

PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DIANTARA PARA ANGGOTA ARISAN TENDER.

(26)

PEMBAGIAN PASAR (MARKET DIVISION)

PEMBAGIAN PASAR (MARKET DIVISION)

PEMBAGIAN PASAR (MARKET DIVISION)

PEMBAGIAN PASAR (MARKET DIVISION)

POLA PENAWARAN TENDER YANG TERDIRI

DARI BERBAGAI CARA UNTUK

MEMENANGKAN TENDER MELALUI

PEMBAGIAN PASAR. MELALUI METODE INI,

PARA PENAWAR DAPAT MERANCANG

WILAYAH GEOGRAFIS MAUPUN PELANGGAN

TERTENTU SEHINGGA JIKA TERDAPAT

TERTENTU, SEHINGGA JIKA TERDAPAT

KONTRAK DI WILAYAH TERTENTU, SELURUH PENAWAR SUDAH MENGETAHUI PENAWAR PENAWAR SUDAH MENGETAHUI PENAWAR MANA YANG AKAN MEMENANGKAN TENDER.

(27)
(28)

TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP PENILAIAN / PENETUAN KEBUTUHAN PERSIAPAN PERANCANGAN & DOKUMEN TENDER PEMILIHAN PERSERTA & PEMENANG TENDER TENDER TENDER TAHAP PELAKSANAAN PEKERJAAN TAHAP

PELAPORAN DAN PEKERJAAN

(29)
(30)

 ADANYA TAWARAN DARI BEBERAPA  ADANYA TAWARAN DARI BEBERAPA PERUSAHAAN UNTUK MEMBUAT KESEPAKATAN.

KESEPAKATAN.

 HANYA MENGUNTUNGKAN SEBAGIAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI.

 KEBUTUHAN JASA DINAIKKAN AGAR MELEBIHI BATAS KEBUTUHAN.

 SUAP UNTUK POLITISI DAN UANG TERIMA

 SUAP UNTUK POLITISI DAN UANG TERIMA KASIH YANG DIMASUKKAN DALAM ANGGARAN.

 PEMBUAT KEBIJAKAN MEMPENGARUHI PROSES TENDER DENGAN CARA MENEKAN

(31)

 MENGUNTUNGKAN SALAH SATU JASA KONSULTANSI.

 MENAIKKAN / MENGURANGI JUMLAH JASA UNTUK MENGUNTUNGKAN JASA KONSULTANSI.

 DOKUMEN / PANDUAN TENDER DIBUAT MENGUNTUNGKAN SALAH SATU JASA KONSULTANSI

(32)

 SISTEM PEMILIHAN DAN PENENTUAN

PEMENANG SUDAH DIATUR

PEMENANG SUDAH DIATUR

SEBELUMNYA.

 ADANYA PEMBERIAN INFORMASI

 ADANYA PEMBERIAN INFORMASI

RAHASIA SEBELUMNYA YANG HANYA

DIDAPAT OLEH PIHAK TERTENTU.

 KEIKUTSERTAAN PERUSAHAAN BONEKA

DAN ADANYA TENDER ARISAN

(PERSENGKOKOLAN HORISONTAL) (PERSENGKOKOLAN HORISONTAL).

(33)

PENURUNAN KUALITAS DAN/ATAU KUANTITAS. HAL INI DISEBABKAN OLEH KARENA

HAL INI DISEBABKAN OLEH KARENA:

1. PENGGANTIAN ATAS SEJUMLAH UANG

SUAP ATAU BIAYA TIDAK RESMI

SUAP ATAU BIAYA TIDAK RESMI

LAINNYA,

2 FEE KEPADA ANGGOTA KARTEL

2. FEE KEPADA ANGGOTA KARTEL

(ARISAN TENDER) TENDER),

(34)

 AKUNTAN DAN AUDITOR TIDAK JUJUR.  MELULUSKAN BANYAK BUKTI - BUKTI

AKUNTANSI YANG TIDAK BENAR.

 LAPORAN YANG DIBUAT DISESUAIKAN

DENGAN PENGELUARAN DAN

(35)

1 TAHAP PERENCANAAN 1. TAHAP PERENCANAAN

2. TAHAP PEMBENTUKAN PANITIA 3. TAHAP PRAKUALIFIKASI

TAHAP PENYUSUNAN DOKUMEN TENDER

4. TAHAP PENYUSUNAN DOKUMEN TENDER 5. TAHAP PENGUMUMAN TENDER

6. TAHAP PENGAMBILAN DOKUMEN TENDER

7. TAHAP PENENTUAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI (HPS) 8. TAHAP PENJELASAN TENDER

9. TAHAP PENYERAHAN PENAWARAN DAN PEMBUKAAN PENAWARAN 10. TAHAP EVALUASI PENAWARAN

11. TAHAP PENGUMUMAN CALON PEMENANG 12. TAHAP SANGGAHAN PESERTA LELANG

(36)

 PENGELEMBUNGAN BIAYA PD RENCANA PENGADAAN DR SEGI BEAYA

 RENCANA PENGADAAN DIARAHKAN UNTUK KEPENTINGAN PRODUK TERTENTU

 PEMAKETAN UTK MEMPERMUDAH KKN  RENCANA YG TDK REALISTIS

(37)

 PANITIA BEKERJA TERTUTUP DAN TDK ADIL  PANITIA TDK JUJUR

 PANITIA MEMBERI KEISTIMEWAAN KPD POK TERTENTU

 PANITIA DIKENDELAKIKAN OLEH PIHAK TERTENTU

(38)

 DOKUMEN MITRA KERJA TDK MEMENUHI SYARAT

(39)

 SFESIFIKASI TEKNIS MENGARAH PD PRODUK TERTENTU

 KRITERIA EVALUASI DALAM DOKUKMEN

LELANG DIBERIKAN PENAMBAHAN YG TDK PERLU

PERLU

 DOKUMEN LELANG NON STANDAR

(40)

 PENGUMUMAN LELANG YG SEMU ATAU PALSU  MATERI PENGUMUMAN YG MEMBINGUNGKAN  JANGKA PENGUMUMAN TERLALU SINGKAT  PENGUMUMAN LELANG TDK LENGKAP

(41)

 DOKUKMEN LELANG YG DISERAHKAN TDK SAMA

 WAKTU PENDISTRIBUSIAN INFORMASI TERBATAS

(42)

 GAMBARAN NILAI HARGA PERKIRAAN SENDIRI DITUTUP-TUTUPI

 PENGGELEBUNGAN

 HARGA DASAR YG TDK STANDAR

 PENENTUAN ESTIMASI HARGA TIDAK SESUAI ATURAN

(43)

 PEMBATASAN INFORMASI DAN DESKRIPSI  KETIADAAN PARTISIFASI MASYARAKAT

(44)

 RELOKASI PENYERAHAN DOKUMAN PENAWARAN

 PENERIMAAN DOKUMEN PENAWARAN TERLAMBAT

 PENYERAHAN DOKUMEN YG SEMU

 KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN PENAWARAN  UPAYA MENGHALANGI PENYERAHAN DOKUMEN

(45)

 KRITERIA EVALUASI CACAT  PENGGANTIAN DOKUMEN

 PEMILIHAN TEMPAT EVALUASI YG TERSEMBUNYI

 PESERTA LELANG TERPOLA DLM RANGKA BERKOLUSI

(46)

 PENGUMUMAN YG DISEBARLUASKAN SANGAT TERBATAS

 PENGUMUMAN TDK MENGINDAHKAN ASPEK TERTENTU YG BERKAITAN DG PUBLIK DG HARAPAN TDK ADANYA SANGGAHAN

HARAPAN TDK ADANYA SANGGAHAN  PENGUMUMAN TANGGAL DITUNDA  PENGUMUMAN TDK SESUAI KAIDAH

(47)

 TDK SELURUH SANGGAHAN DITANGGAPI  SUBSTANSI SANGGAHAN TDK DITANGGAPI  SANGGAHAN PERFORMA UTK MENGHINDARI

TUDUHAN TENDER DIATUR

 PANITIA KURANG INDEPENDEN DAN KURANG AKUNTABEL

(48)

 PENANDATANGANAN KONTRAK YG KOLUTIF SCR SISTEMIK

 PENANDATANGANAN KONTRAK YG DITUNDA-TUNDA

(49)

 SURAT PENUNJUKAN YG TDK LENGKAP

 SURAT PENUNJUKAN YG SENGAJA DITUNDA PENGELUARANNYA

 SURAT PENUNJUKAN YG DIKELUARKAN TERBURU-BURU

(50)

 REKOMENDASI PALSU

 KRITERIA PENERIMAAN KARYA KONSULTAN BIAS

 DATA LAPANGAN DIPALSUKAN  DESIGN PLAGIATE

(51)

MELAKSANAKAN PENGAWASAN DAN

PEMERIKSAAN TERHADAP PEGADAAN JASA KONSULTANSI SBG UPAYA MEWUJUDKAN KONSULTANSI SBG UPAYA MEWUJUDKAN KEADILAN,TRANSPARANSI,DAN

PERTANGGUNGJAWABAN DLM RANGKA PERTANGGUNGJAWABAN DLM RANGKA

(52)

1 PIMPINAN DARI INSTANSI PEMERINTAH YG 1 PIMPINAN DARI INSTANSI PEMERINTAH YG BERSANGKUTAN DG CARA PREVENTIF DAN REPRESIF

REPRESIF

A. MENETAPKAN KEBIJAKAN DAN JUKNIS PELAKSANAAN PENGADAAN

PELAKSANAAN PENGADAAN

B. MEMBUAT SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

MANAJEMEN

C. MENCIPTAKAN SISTEM PEMANTAUAN D MENDOKUMENTASIKAN

(53)

 MEMBUAT STRUKTUR ORGANISASI  MENYUSUN RENCANA KERJA

 MENYUSUN PROSEDUR PELAKSANAAN KEGIATAN SCR TERTULIS

 MELAKSANAKAN PENCATATAN DAN PELAPORAN  MENYIMPAN DAN MEMELIHARA

CATATAN,LAPORAN DAN DOKUMENLAKS WAS DAN PEMERIKSAAN ATAS PELAKSANAAN

(54)

 PEMERINTAH PUSAT - BPKP  KEMENTRIAN - IRJEN  BUMN/BUMD DLL - INSPEKTORAT  PEMDA - BAWASDA  DLL MELAKSANAKAN PENGAWASAN : MELAKSANAKAN PENGAWASAN :

- WAS LANGSUNG GIAT YG DILAKSANAKAN MELAKS PEMERIKSAAN

- MELAKS PEMERIKSAAN

(55)

MASYARAKAT DAPAT MELAPORKAN :

- PANITIA YG MENYALAHGUNAKAN WEWENANG - PELELANGAN YG MENYIMPANG

- TERJADI KKN

(56)

PADA TAHAP PROSES PENGADAAN JASA

 PADA TAHAP PROSES PENGADAAN JASA

KONSULTANSI BANYAK TERDAPAT PENYIMPANGAN YANG MUNGKIN DILAKUKAN OLEH PANITIA

MAUPUN OLEH PENYEDIA JASA KONSULTAN MAUPUN OLEH PENYEDIA JASA KONSULTAN

,SEHINGGA DIPERLUKAN PENGAWASAN INTERNAL YANG SANGAT KETAT DAN SUNGGUH-SUNGGUH

 DENGAN ADANYA PENYIMPANGAN –

PENYIMPANGAN PADA SETIAP TAHAPAN MAKA PENYIMPANGAN PADA SETIAP TAHAPAN ,MAKA HAL INI MERUPAKAN PERBUATAN MELAWAN

HUKUM YANG DIMUNGKINKAN ADANYA KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DAN ADA YG DIUNTUNGKAN KEUANGAN NEGARA DAN ADA YG DIUNTUNGKAN .SEHINGGA MENJADI ALASAN APARAT PENEGAK HUKUM UNTUK MASUK MELAKUKAN PENEGAKAN HUKUM

(57)

SEKIAN

SEKIAN

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan dua buah per tanaman menyebabkan berat buah per tanaman melon paling tinggi rata-rata 2114,81 g, sedangkan pada perlakuan satu dan tiga buah per tanaman

Koneksi Internet Dedicated dengan lastmile menggunakan wireless menjadi solusi Dedicated internet untuk pelanggan yang membutuhkan SLA ( Service Level Availability

Makalah ini membahas blue print yang terkait dengan pengembangan sarana TIK untuk PT, yaitu kebijakan, rencana strategis, program kerja tahunan TIK, pengembangan

Beberapa komponen RPP yang dikembangkan Guru kurang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 yaitu kesesuaian indikator dengan KI dan KD, materi remedial dan

• Dengan demikian, binatang dengan temperatur tubuh hangat membuat binatang tersebut lebih siap dan cepat serta aktivitas otot yang lebih tinggi meskipun di dalam udara

penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar antara subyek yang mengalami anemia dengan subyek yang tidak mengalami anemia (p>0.05), baik pada

Pemerintah telah menetapkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Akan tetapi, pada fase 2 yaitu pada saat permintaan mencapai 390000 TEUs per tahun maka PT Terminal Teluk Lamong perlu mengoperasikan 7 lapangan penyimpanan