• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rentang kehidupannya, manusia pasti melalui proses perkembangan dalam hidupnya. Pada suatu masa individu akan berada pada fase kehidupan remaja. Remaja merupakan individu yang mengalami pengalihan dari satu tahap ketahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah. Salah satu periode yang dialami adalah masa remaja, masa remaja disebut juga adolescens, dalam bahasa latin berasal dari kata adolescere yang berarti “to grow into adulthood”. Adolesen merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang terjadi perubahan dalam aspek biologis, psikologis dan sosial.

Menurut Piaget istilah adolescence secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa mempunyai aspek efektif kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga perubahan intelegtual yang mencolok. Transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja ini memungkinnya untuk mencapai integrasi dalam hubungan

(2)

sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari perkembangan ini.1

Menurut Mappiere yang dikutip oleh Mohammad Ali, dkk, Masa remaja, berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bari pria. Rentang usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 13/14 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir.2

Pada masa ini biasanya dirasakan sebagai masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri maupun bagi keluarga atau lingkungan. Seiring dengan perubahan yang dialami remaja mereka cendrung menonjolkan prilaku yang tidak stabil. Interaksi yang mereka lakukan bisa berdampak terhadap pemunculan tingkah laku yang negatif seperti suka melawan, gelisah, tidak stabil dan berbagai label buruk lainnya.

Tingkah laku negatif yang diperlihatkan oleh remaja tersebut disebabkan oleh lingkungan yang tidak memperlakukan mereka sesuai dengan tuntutan atau kebutuhan perkembangan mereka. Tingkah laku negatif bukan merupakan ciri perkembangan yang normal, remaja yang berkembang akan memperlihatkan prilaku yang positif. Sekarang ini sebagian remaja menunjukan prilaku yang negatif, salah satunya adalah perilaku agresif.

1

Hurlock.Psikologi Perkembangan:Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan Edisi

kelima.(Jakarta:Erlangga.1996) h.206

2

Mohammad ali, dkk, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta:Bumi Aksara, 2004), h. 9

(3)

Perilaku adalah merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau ransangan dari luar dan juga merupakan suatu formulasi mengenai perilaku dan sekaligus dapat memberikan informasi bagaimana peran perilaku terhadap lingkungan dan terhadap individu atau organisme yang bersangkutan.3

Menurut Berkowitz, mendefinisikan agresif adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun secara mental. Berkowitz menekankan bahwa perilaku agresif merupakan suatu bentak menyakiti orang lain yang dapat meyebabkan kerusakan fisik maupun mental. Perilaku agresif dapat dilakukan karena adanya tujuan tertentu ataupun tidak adanya tujuan tertentu hanya untuk pelampiasan semata.4

Menurut Strickland yang dikutip oleh Fattah Hanurawan mengemukakan bahwa perilaku agresif adalah setiap tindakan yang diniatkan untuk melukai, menyebabkan penderitaan, dan untuk merusak orang lain.5 Menurut Alex Sobur, kepribadian peserta didik yang ditolak dalam kelompok disebabkan karena penampilan yang kurang menyenangkan seperti fisik yang kurang menarik, tidak sportif, ingin membenarkan diri dan tidak mau mengakui kehebatan orang lain, suka menonjolkan diri sendiri, tidak dapat bekerja sama dan suka memerintah serta mengatur semau diri sendiri dan kurang bijaksana.6

Perilaku agresif yang muncul berasal dari individu yang bersangkutan maupun dari luar dirinya, dan perilaku agresi yang terjadi pada peserta didik

3

Bimo Walgito, Psikologi Sosial, (Yogyakarta : Ani, 2003), h. 14

4

Alex Sobur , Psikologi Umum, ( Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 432

5

Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2015), h. 80

6

(4)

ini ada perilaku agresif dalam bentuk fisik dan perilaku agresif dalam bentuk psikis yang dilakukan oleh perserta didik dalam bertindak atau berbuat.

Pada masa usia menjelang dewasa, sifat agresif menjadi meningkat, namun anak-anak muda yang berpendidikan dapat mencarikan jalan penyalurannya yang baik melalui beberapa kegiatan-kegiatan yang positif, misalnya olah raga. Unsur terpenting dari tingkah laku agresif adalah motivasi serta memberikan dorongan yang baik kepada anak agar dapat terhindar dan bisa mengendalikan perilaku agresif itu.

Peserta didik yang bertingkah laku agresif dihasilkan dari lingkungan yang salah memberikan stimulus. Lingkungan keluarga pada khususnya mengalami kerusakan sehingga anak akan melihat orang tua tidak lagi memperhatikan dan menyayangi individu sehingga individu akan membalas perilaku yang kurang sesuai dengan norma yang ada pada masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, perilaku agresif dipelajari dari model yang dilihat dalam keluarga, dalam lingkungan kebudayaan setempat melalui media masa.7

Dilingkungan sekolah perilaku agresif juga dapat terjadi seperti adanya peserta didik yang suka berkata kasar kepada teman dan guru nya di sekolah, peserta didik yang suka berkelahi dan mengganggu temannya dalam belajar, peserta didik yang suka merusak fasilitas sekolah, peserta didik yang sering mengucilkan teman sebayanya, serta peserta didik yang suka memfitnah temannya. Dalam alquran perilaku berkata kasar ini sangat dicela oleh Allah SWT, firman Allah SWT dalam (Q.S. Al Hujurat : 159) :

7

(5)

















































































Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang

tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim. 8

Dari obsevasi awal yang dilakukan maka ditemukan ada tiga orang peserta didik yang memiliki perilaku agresif, perilaku agresif yang penulis lihat seperti saat proses pembelajaran sedang berlangsung, peserta didik tersebut membentak, berkata kasar, mencemooh, dan apabila ada temannya yang tidak sependapat dengannya dia secara spontan memukul temannya tersebut, suka mengganggu teman disaat belajar. Peserta didik membentak dan berkata kasar kepada temannya apabila ada yang tidak sependapat dengan perkataannya, selain itu juga saat ada temannya yang bertanya kepadanya dia menjawab dengan perkataan yang kasar. Perserta didik mencemooh temannya saat ada temannya yang bertanya maupun mengemukakan pendapat saat pembelajaran sedang berlangsung. Peserta didik sering menjawab perkataan guru saat proses pembelajaran sedang berlangsung. Selain itu ketika ada orang yang menyanggah perkataannya dia langsung meluapkan kekesalannya

8 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Fokusmedia,

(6)

dengan memumukul orang tersebut dan juga mencubitnya. Peserta didik tersebut memiliki latarbelakang keluarga yang yang berbeda dan dengan kondisi keluarga yang berbeda pula seperti anak yatim dan anak yang berasal dari keluarga lengkap dengan kehidupan keluarga yang seperti ini maka berpengaruh terhadap perilaku anak tersebut.

B. Rumusan Masalah

Menurut Baron dan Byrne perilaku agresif dipengaruhi oleh beberapa faktor : pertama, Faktor Psikologis yaitu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yang berupa perasaan ketakuatan. Kedua faktor lingkungan sosial merupakan faktor yang menyebabkan seseorang berperilaku agresif dipengaruhi oleh lingkungan sosial tempat peserta didik saling berinteraksi dengan orang lain. Ketiga Faktor Biologis, yaitu disebabkan karena adanya hubungan antara tubuh dan perilaku sehingga dapat beralasan untuk mencari penyebab biologis dari gangguan perilaku atau emosional. dan keempat Faktor Genetik yaitu perilaku agresif muncul disebabkan karena adanya perbedaan kepribadian, kelainan genetik dan jenis kelamin.9

Dalam konteks psikologis perilaku agresif dipengaruhi oleh: pertama, Perilaku naluriah Freud, Mcdougell, Lorenz mengemukakan bahwa manusia mempunyai dorongan bawaan atau naluri untuk berkelahi sebagaimana pengalaman fisiologis rasa lapar, haus atau bangkitnya dorongan seksual, maka dibuktikan bahwa manusia mempunyai naluri bawaan untuk berperilaku

(7)

agresif.10 kedua perilaku yang dipelajari yaitu perilaku yang didapatkan dari hasil pengamatan dari media sosial atau perilaku yang berasal dari reward dan punnishment prilaku agresif merupakan hasil dari interaksi dari banyak faktor, seperti pengalaman masa lalu individu berkenaan dengan prilaku agresif, jenis-jenis prilaku agresif yang mendapat ganjaran dan hukuman, dan variabel lingkungan dan kognitif sosial yang dapat menjadi penghambat atau fasilitator bagi timbulnya prilaku agresif.11 ketiga Frustrasi yaitu Frustrasi adalah situasi dimana individu terhambat dan gagal dalam usaha dalam mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan.12

Dari uraian di atas, maka penelitian ini memfokuskan pada faktor psikologis sebagai pendorong terjadinya perilaku agresif, pertanyaan yang dapat diajukan dalam konteks ini adalah; apa situasi sekolah yang membuat insting agresif bertahan; apa pengalaman belajar sosial yang membuat peserta didik berperilaku agresif; dan apa penyebab frustasi peserta didik sehingga berperilaku agresif di SMA 01 Muhammadiyah Padang. Beberapa pertanyaan ini menarik untuk dikaji ketika mencoba untuk membahas perilaku agresif.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: pertama untuk mengetahui situasi sekolah yang membuat insting agresif bertahan terhadap peserta didik di SMA 01 Muhammadiyah Padang, kedua untuk

10

Fattah Hanurawan, Psikologi Sosial, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2015), h. 82

11

Agus Abdul Rahman, psikologi Sosial, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013), h. 206.

(8)

mengetahui pengalaman belajar sosial yang membuat peserta didik berperilaku agresif di SMA 01 Muhammadiyah Padang. Ketiga untuk mengetahui penyebab frustasi peserta didik sehingga berperilaku agresif di SMA 01 Muhammadiyah Padang. Dengan adanya tujuan ini akan membantu dalam melakukan penelitian tentang perilaku agresif sehingga permasalahan yang akan diteliti dapat ditemukan jawabannya.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait utamanya bagi pihak berikut: secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran atau dapat memberikan kontribusi yang berharga terhadap pendidikan berkaitan dengan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik agar guru BK lebih bisa memahami karakter peserta didik yang terkait dengan perilaku agresif sebagai acuan untuk memberikan layanan dan bimbingan yang tepat untuk masa yang akan datang. Untuk guru bidang studi agar dapat menjadi pedoman dalam menghadapi peserta didik terutama yang berhubungan dengan perilaku agresif. Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak, khususnya bagi penulis sendiri dan badan atau lembaga pendidikan serta perorangan yang terlibat dalam pengelolaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(9)

E. Defenisi Operasional

Sebagai acuan istilah yang terkandung pada masalah penelitian ini, didefenisikan sebagai berikut:

Perilaku Agresif : Perilaku yaitu respon (reaksi, tanggapan, jawaban, dan balasan), yang dilakukan oleh suatu organisme.13 Sedangkan prilaku Agresif menurut Berkowitz, adalah bentuk prilaku yang bertujuan untuk menyakiti seseorang, baik secara fisik maupun mental.14 Maka penelitian ini adalah kajian tentang perilaku agresif yang dilakukan oleh peserta didik yang melakukan tindakan tidak menyenangkan dalam bentuk verbal seperti berkata kasar, memaki, menghina, dan mencemooh.

Pesert didik : Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.15

13

C.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali Pers, 1989), h. 93

14

Alex sobur., op.cit., h. 432

15

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. Ke-10, h. 1093

(10)

F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (Field Research) yaitu turun langsung ke lapangan untuk meneliti dan mengambil data. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dalam bentuk studi kasus. Penelitian kualitatif yaitu menjelaskan fenomena secara akurat yang ditemukan di lapangan yang selanjutnya dianalisa dan dideskripsikan secara naratif.16 Menurut Burhan Bungin, studi kasus merupakan penelitian yang merincikan tentang seseorang (individu) atau suatu unit sosial selama kurun waktu tertentu17.

Studi kasus ini akan melibatkan seorang peneliti dalam penyelidikan yang lebih mendalam dan pemeriksaan yang menyeluruh terhadap perilaku individu. Individu yang dimaksud adalah tiga orang siswa SMA 01 Muhammadiyah Padang yang memiliki perilaku agresif. Selanjutnya data yang diperoleh dari berbagai sumber akan dianalisis dan dideskripsikan secara naratif.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi tempat penelitian ini yaitu di SMA 01 Muhammadiyah padang JL. DR. Moh. Hatta (Ketaping) Kec. Kuranji Padang.

16

Moleong Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h.3

17

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h.19

(11)

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.18 Yang saya amati ini adalah 3 orang peserta didik yang berperilaku agresif , ketiganya sama-sama berada dikelas XI, kenapa diambil kelas tersebut karena kelas XII sekarang sedang fokus untuk mengikuti UN sehingga tidak memungkinkan untuk diteliti. Dan kenapa berjumlah 3 orang karena tiga orang ini adalah mereka yang sering melakukan perilaku agresif.

Objek penelitian merupakan ruang lingkup atau hal-hal yang menjadi pokok persoalan dalam suatu penelitian.19 Pada penelitian ini yang menjadi objek yaitu perilaku agresif berkata kasar, memaki, menghina, memukul dan mencemooh.

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data dalam penulisan ini, maka penulis menggunakan teknik :

a. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan langsung dan terarah untuk memperoleh informasi.20 Berbeda dengan Margono dalam buku Metodologi Penelitian Pendidikan bahwa Metode observasi adalah metode ilmiah

18

Ibid h.132

19

Suharsimi Arikunto. 2001. Prosedur suatu penelitian. (Jakarta:Rineka Cipta), h.5

20

(12)

yang bisa diartikan sebagai pengamatan melalui pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan sebuah alat indera.21

Observasi merupakan suatu metode penelitian yang dijalankan secara sistematis dan disengaja diadakan dengan menggunakan alat indera sebagai alat untuk menangkap secara lansung kejadian-kejadian pada waktu kejadian itu terjadi.

Observasi dilakukan untuk melihat situasi sekolah yang membuat insting tersebut bertahan, pengalaman belajar sosial yang membuat peserta didik berperilaku agresif, penyebab frustasi peserta didik sehingga berperilaku agresif di SMA 01 Muhammadiyah Padang.

b. Wawancara

Dalam buku Moleong metode wawancara adalah cara pengumpulan data dengan tanya jawab.22 Wawancara ini dilakukan kepada 3 orang peserta didik yang berinisial SG, RM dan RD dan guru untuk mendapatkan informasi tentang penyebab peserta didik berperilaku agresif. Teknik wawancara yang digunakan dalam wawancara ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

21

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. 2, h. 158-159.

22

Moleong J.Lex. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1994) h.135

(13)

menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.23

5. Teknik Analisis Data

a. Teknik Pengolahan Data

1) Setelah data yang diperoleh dari observasi dan wawancara terkumpul, kemudian disajikan secara verbal dengan menggunakan kalimat sederhana.

2) lalu data dianalisis, yaitu proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau thema untuk memahami maknanya.24

b. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara, diolah dengan teknik analisis deskriptif kualitatif yaitu suatu cara pengolahan data yang dirumuskan dalam bentuk kata-kata, bukan angka.25 menurut Miles dan Hubermen, dilakukan dengan tiga alur kegiatan, yaitu: 1) Reduksi data

Reduksi data adalah proses penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi (pemindahan) data mentah yang diperoleh dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Data-data yansg diperoleh selama proses pengumpulan data diklarifikasikan sesuai dengan

23

Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif, (Surakarta: UNS Press, 2006), h. 72

24

S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Trasindo, 2003), h. 142

25

(14)

kegunaannya, untuk memudahkan peneliti nantinya dalam menyajikan data.

2) Penyajian data

Setelah dilakukan reduksi data, tahap selanjutnya adalah melakukan penyajian data dengan menampilkan informasi yang di dapatkan melalui kegiatan reduksi. Data atau informasi yang diperoleh dari hasil observasi maupun wawancara, kemudian diklasifikasikan berdasarkan fokus permasalahan. Dari tiap fokus dikelompokkan juga data atau informasi yang mencakupnya. Setelah ini baru disusun dan diuraikan.

3) Menarik Kesimpulan dan vertifikasi

Langkah terakhir dalam menganalisa data, yaitu setelah data dianalisis sebaik mungkin, kemudian dapatlah diambil kesimpulan, artinya kesimpulan yang telah diambil perlu kemudian dilakukan vertifikasi atau dipertanyakan kembali sambil meninjau secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat.26

G. Kajian Kepustakaan

Hasil penelitian yang relavan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah pertama; penelitian yang dilakukan oleh Noprianto (2014) tentang analisis perilaku agresif peserta didik di SMPN 3 Palangka

26

Farouk Muhammad dan Djaali, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: PTIK Press dan Restu Agung, 2005), disarikan dari h. 97-98

(15)

Raya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku agresif peserta didik dan upaya guru bk dalam menanggulangi perilaku agresif, sehingga diharapkan perilaku agresif tersebut dapat berkurang.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa prilaku agresif negatif sering dilakukan peserta didik seperti berkata kasar , berkelahi, merusak sarana dan prasarana, membuat keributan dan upaya guru bimbingan dan konseling dalam menangani peserta didik yang berprilaku agresif yaitu dengan memberikan teguran, arahan dan bimbingan serta tetap mengontrol dan juga mengawasi peserta didik yang berperilaku agresif.

Kedua; penelitian yang dilakukan oleh Yoshi Restu (2013) tentang studi perilaku agresif siswa disekolah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku agresif yang terkait dengan jenis perilaku agresif, faktor penyebab perilaku agresif dan upaya yang dilakukan guru bk untuk mengatasi perilaku agresif. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa dari ketiga subjek yang diteliti ketiganya memiliki prilaku agresif fisik,verbal dan terhadap benda. Dari enam faktor yang diteliti hanya ada empat faktor yang lebih berpengaruh dan layanan yang diberikan yaitu berupa layanan informasi, penguasaan konten, konseling individual dan bimbingan kelompok.

Referensi

Dokumen terkait

pertama, potensi dan masalah. Pengembangan teknologi alat hurdle jump berbasis sensor ultrasonik menjadi sebuah potensi untuk dilakukan penelitian dan pengembangan

Judul dari bab ini disesuaikan dengan kegiatan penelitian dan metodologi yang telah dilakukan, maka dari itu judulnya dapat diganti Metode Penelitian atau Bahan dan Metode,

74 Hasil studi menunjukan bahwa GMIM sebagai salah satu gereja anggota PGI telah memberi kontribusi besar dalam gerakan ekumenis di Indonesia pada periode

Apabila terjadi perubahan tempat tugas atau status kepegawaian guru antar madrasah, antar jenis pendidikan dalam satu kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya, antar

Metode yang digunakan yaitu dengan pengujian minyak atsiri dari daun kacapiring sebagai bahan aktif repellen elektrik cair sebanyak 10 ml terhadap nyamuk dewasa yang telah

Dan untuk data cycle time CRM 3, 5 dan 6 seperti halnya juga Data cycle time boyd crusher yang di gabung sehingga diperoleh nilai CRM Data totalwaktu urutan kegiatan proses

“Cinta kasih harus dipupuk setiap hari dan mengingatkan kita untuk membantu orang, 50 sen yang dipergunakan untuk kegiatan sosial tidak akan memengaruhi hidangan

belakangi oleh faktor ekonomi, dikarenakan untuk mengadakan pernikahan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit, jika mengadakan pernikahan dua mempelai dalam waktu yang sama