• Tidak ada hasil yang ditemukan

Copyright 2020 Sentris KSMPMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Copyright 2020 Sentris KSMPMI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

Editorial Team

Persons in Charge

Gisela Bernadi

Yemima Shania

Chief Executive

Enrico Nataniel Wijaya

Public Relations

Yemima Shania

Mutiara Christy

Design and Publication

Ardiani Hanifa Audwina

Matter and Discussion

Tracy Limanjaya

(3)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

Apatisme

Karya Ardiani Hanifa

Candu pada plastik tidak akan berhenti, selama kita masih tidak peduli.

Ikan di lautan akan terganti,

dengan sampah yang kian menodai.

Tidak di depan mata bukan berarti tidak terjadi, Bumi ini butuh solusi bukan polusi.

Laut dan lingkungan tidak mengenal nasionalitas, ras, gender ataupun usia hanya satu identitas yaitu manusia.

Alasan apalagi yang akan kamu pakai, wahai mahkluk paling elit di muka bumi ini?

(4)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

Pacifism or Balance of Power?

(Enrico Nataniel – 2016 330 269)

Kenji adalah seorang mahasiswa hubungan internasional di salah satu universitas ternama di Tokyo. Ia dikenal sebagai mahasiswa dengan rasa ingin tahu yang sangat tinggi baik oleh teman-teman sekampusnya maupun dosen-dosen yang mengajar di kampusnya. Ia selalu mendapatkan nilai indeks prestasi yang memuaskan dikarenakan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap isu-isu hubungan internasional serta peran Jepang pada perkembangan politik global. Saat ini, ia sedang melakukan penelitian mengenai revisi pasal nomor sembilan konstitusi Jepang. Pasal nomor sembilan itu sendiri kurang lebih berbunyi bahwa Jepang harus menjadi negara yang pasifis sehingga militer mereka hanya boleh beroperasi di dalam negeri saja. Salah satu hal yang membuat Kenji tertarik untuk melakukan penelitian tersebut adalah karena rasa khawatir. Sebagai anak muda, tentu ia merasa takut bahwa amandemen tersebut dapat memicu peperangan dengan negara lain. Ia sendiri juga merasa takut jika ia diharuskan untuk mengikuti wajib militer.

Pada suatu hari, Kenji mengunjungi Kementrian Pertahanan Jepang untuk meneruskan penelitiannya terkait dengan amandemen pasal nomor sembilan. Tentunya ia merasa gugup ketika memasukki gedung Kementrian Pertahanan karena ia baru pertama kali ke sana. Apalagi, gedung tersebut juga bukanlah gedung biasa. Ia tidak tahu harus berbuat apa setibanya di sana karena ia kurang percaya diri untuk bertanya-tanya langsung dengan staff-staff yang ada di sana. Lalu, ia duduk pada sebuah bangku yang terdapat meja di depannya di koridor gedung tersebut. Di atas meja tersebut terdapat dua koran yang berisi mengenai berita-berita politik khususnya politik dalam negeri Jepang. Koran pertama adalah Asahi sedangkan koran kedua adalah Nikkei. Sambil menunggu siapapun untuk diwawancarai, Kenji membaca kedua koran tersebut terkait dengan isu yang sama yaitu amandemen pasal sembilan. Artikel-artikel pada koran Asahi mengkritisi kebijakan pemerintah Jepang terkait dengan amandemen tersebut. Artikel-artikel pada koran tersebut mengatakan bahwa Jepang akan kembali ke era imperial seperti masa Perang Dunia II dulu. Ia pun mencoba untuk membaca koran Nikkei, dan artikel-artikel pada koran tersebut malah berkata sebaliknya bahwa Jepang memang sudah seharusnya mengembangkan kembali militernya terutama untuk alasan perdamaian dunia

Ketika ia sedang membaca koran-koran tersebut, seorang staff kementerian datang menghampiri Kenji. Ia menyapa Kenji dengan ramah, tetapi ia juga menyadari bahwa Kenji bukanlah staff kementerian pertahanan.

(5)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

“Selamat pagi! Ada yang bisa saya bantu? Sepertinya anda masih baru di sini.” Tanya orang tersebut kepada Kenji.

Kenji pun berhenti membaca koran, dan ia menanggapi pria paruh baya tersebut dengan gugup.

“Selamat pagi! Nama saya Kenji, dan saya berprofesi sebagai mahasiswa. Saya datang kemari untuk tujuan penelitian.”

Mendengar itu, staff tersebut pun tampak senang karena masih ada generasi muda yang tertarik untuk melakukan penelitian mengenai politik dan pertahanan Jepang. Hal seperti ini jarang ditemui di seluruh Jepang karena generasi muda Jepang sebagian besar kurang begitu peduli dengan isu-isu politik. Staff tersebut pun memperkenalkan dirinya kepada Kenji.

“Senang berjumpa dengan anda. Nama saya Matsumoto dan saya sudah 20 tahun bekerja di sini. Ada yang bisa saya bantu?”

Kenji lalu mengeluarkan kertas dimana ia telah menyiapkan beberapa pertanyaan untuk penelitian ini. Ia juga mengeluarkan smartphone-nya untuk merekam suara dari Pak Matsumoto saat wawancara berlangsung. Namun, ia juga berhati-hati dalam menyampaikan pertanyaan karena topik ini cukup sensitif bagi beberapa golongan di Jepang terutama golongan lansia. Kurang lebih seperti inilah percakapan antara Kenji dengan Pak Matsumoto.

“Menurut Pak Matsumoto, apakah pemerintah Jepang perlu mengembangkan militernya kembali?” Tanya Kenji dengan hati-hati.

“Sangat perlu.” Jawab Pak Matsumoto dengan sangat yakin, “Jepang adalah salah satu negara dengan kualitas militer terbaik sehingga kita tidak boleh kalah dengan negara-negara tetangga kita dari segi militer.”

“Tapi, saya merasa sedikit khawatir pak. Tadi saya membaca koran Asahi, dan ada satu berita yang menyebutkan bahwa revisi pasal nomor sembilan ini merupakan ancaman bagi perdamaian dunia. Namun, saya tidak sepenuhnya khawatir karena berita dari koran Nikkei berkata sebaliknya. Menurut Pak Matsumoto sendiri, apakah revisi pasal sembilan ini merupakan ancaman bagi perdamaian dunia atau tidak?”

“Kenji, anda perlu tahu bahwa Asahi adalah koran yang dikelola oleh pihak oposisi. Mereka akan menggunakan cara apapun untuk membuat pemerintah saat ini terlihat buruk karena ada pihak tertentu yang mendanai mereka untuk mengkritisi pemerintah Jepang. Kalau menurut saya secara pribadi, revisi pasal sembilan ini sama sekali bukan ancaman bagi perdamaian dunia. Justru, dengan adanya revisi ini, stabilitas regional akan tercapai.” Jawab Pak Matsumoto.

(6)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

“Baik, terimakasih Pak Matsumoto atas penjelasannya. Tapi, mengapa Pak Matsumoto beranggapan bahwa stabilitas regional akan tercapai jika pemerintah Jepang melakukan revisi terhadap pasal sembilan?”

“Apakah anda sudah tahu, apa yang sedang dilakukan oleh tetangga kami Republik Rakyat Tiongkok belakangan ini?”

Kenji lalu berpikir sebentar karena ia sudah pernah membaca berita mengenai Tiongkok, tetapi ia lupa-lupa ingat mengenai isi berita apa yang pernah ia baca hingga ada sesuatu yang melintasi pikirannya.

“Oh ya, saya baru ingat. Belakangan ini mereka memperkuat militer mereka, bahkan mereka juga sedang merencakan untuk membangun pangkalan militer di luar wilayah negara mereka seperti di kawasan Asia Tenggara dan Asia Selatan. Oleh karena itu, mereka bersikap agresif baru-baru ini di Laut Cina Selatan.”

Pak Matsumoto pun memuji Kenji dengan menyebutnya sebagai anak pintar karena pengetahuannya yang cukup luas terkait isu-isu politik global saat ini terutama di kawasan Asia Pasifik. Dan akhirnya, melalui jawaban Kenji tersebut, Pak Matsumoto memberi penjelasan lebih lanjut mengapa Jepang perlu melakukan revisi terhadap pasal sembilan.

“Agresivitas Tiongkok merupakan ancaman bagi stabilitas regional khususnya di kawasan Asia Pasifik. Oleh sebab itu, kawasan ini memerlukan kekuatan baru yang dapat menjadi penyeimbang bagi Tiongkok. Di kawasan Asia Pasifik ini, Jepang adalah salah satu negara dengan kapabilitas militer terbaik sehingga sudah saatnya pemerintah kami melakukan revisi terhadap pasal sembilan. Tentu saja kami tidak akan melakukan agresi militer terhadap negara lain. Kami hanya mengharapkan stabilitas regional di kawasan ini. Jika kami memiliki kekuatan serta aliansi militer yang cukup kuat untuk membendung kekuatan Tiongkok, tentu

balance of power akan tercapai di kawasan ini.” Demikianlah penjelasan akhir dari Pak

Matsumoto mengenai alasan mengapa pemerintah Jepang perlu meninggalkan pasifisme dengan cara melakukan revisi terhadap pasal nomor sembilan.

(7)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

Cerita ini terinspirasi dari kisah bom Surabaya. Dimohon kebijakan para

pembaca dalam menyikapi isi dan jalan cerita yang dimuat.

By: Gisela Bernadi #1

Malam ini, Abi kembali berbicara tentang Allah seperti yang sudah-sudah. Namun, ia berbicara pula tentang Jihad dan Khilafah dengan semangat yang berkobar-kobar. Ia mengatakan bahwa sudah saatnya kami melakukan jihad fi sabilillah untuk Sang Maha Besar yang senantiasa kami bicarakan itu.

Apa itu jihad? Apa itu khilafah?

#2

Tidak seperti biasanya, Umi membangunkanku lebih pagi di Hari Minggu ini. “Ayo nak, kita bersiap-siap,” ucapnya lembut padaku. Pagi itu, Kakak dan Abi sudah duduk bersama di ruang keluarga, menungguku dan Umi untuk segera bersiap. “Mari,” ucap Abi padaku, Kakak dan Umi. Tak lama kemudian, Umi memakaikan sebuah rompi yang berat ke badanku. Ia mencium keningku lama dan memelukku. Setelahnya, Umi segera menyalakan motor dan memintaku untuk duduk di depan. Abi juga memeluk Umi, Aku dan Kakak secara bergantian dan tak lupa mencium kening kami dengan penuh cinta. Abi dan Kakak pergi dengan mengendarai mobil, sedangkan aku dan Umi pergi entah kemana dengan sepeda motor.

#3

“Umi, kita mau kemana sih pagi-pagi gini?” tanyaku penasaran pada Umi. “Kita berjuang untuk Allah nak,” jawab Umi sambil tersenyum padaku sembari mengendarai sepeda motornya. Tak lama kemudian, Umi mengambil ancang-ancang untuk belok. Saat ini, aku melihat sebuah bangunan yang sangat besar dan ramai di hari Minggu pagi. Ketika kami hendak memasukki kawasan bangunan tersebut, Aku dan Umi diberhentikan oleh seorang pria berkemeja. Ia menanyai Umi berbagai macam pertanyaan yang aku tidak mengerti. Namun, ketika Umi tengah menjawab rentetan pertanyaan pria tersebut, Aku mendengar suara ledakan

(8)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

dari arahku dan Umi serta melihat Umi, aku dan pria tersebut diliputi oleh lidah-lidah api yang berasal dari rompi beratku.

(9)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

MAINSTREAM MEDIA VS ALTERNATIVE MEDIA

(Enrico Nataniel)

Suatu hari, dua orang mahasiswa sedang duduk bersama Starbuck Ciumbuleuit untuk minum kopi sambil melakukan diskusi politik. Sebut saja nama mereka Henry dan Brandon. Keduanya memiliki hobi membaca berita politik karena sama-sama kuliah jurusan Hubungan Internasional di sebuah kampus ternama di kota Bandung. Mereka seringkali membaca berita dari sumber yang berbeda. Henry lebih suka membaca sumber mainstream yang dianggap memiliki kredibilitas tinggi. Sedangkan Brandon, ia tentu membaca berita dari sumber-sumber mainstream, tetapi ia juga sering membaca dari sumber-sumber alternatif yang tidak begitu populer. Henry menganggap bahwa media alternatif itu dipenuhi oleh hoax, sedangkan Brandon menganggap bahwa media mainstream dipenuhi oleh bias politik yang cenderung subjektif dalam menilai sesuatu seperti tokoh politik, peristiwa, dan lain-lain. Sumber berita yang berbeda pun menyebabkan mereka berdebat dengan menggunakan perspektif yang berbeda.

Seringkali, mereka berdebat mengenai kondisi sosial politik dunia terutama di Amerika Serikat karena mereka berdua memang sangat tertarik dengan negara tersebut. Hal yang menjadi bahan diskusi mereka kali ini adalah mengenai pernyataan Presiden Trump terbaru yang pada akhirnya diikuti dengan perdebatan mengenai sumber media apa yang bisa dipercaya dan tidak.

“Brandon, sudah baca berita mengenai pernyataan Trump terbaru?” Tanya Henry kepada Brandon.

“Tentu sudah, menurutku itu keren sekali!”

Henry terkejut dengan jawaban Brandon, lalu ia menjawab. “Keren? Jadi kamu setuju dengan pernyataan rasis seperti itu?”

Belakangan ini Donald Trump mengeluarkan sindiran melalui twitter terhadap beberapa anggota kongres dari Partai Demokrat bernama Alexandria Ocasio-Cortez, Ilhan Omar, Rashida Tlaib, dan Ayanna Pressley yang dianggap tidak loyal terhadap Amerika Serikat. Presiden Amerika Serikat tersebut menyatakan bahwa siapapun yang tidak suka tinggal di Amerika Serikat sebaiknya segera minggat dari Negeri Paman Sam. Cuitan itu mendapat kritikan dari media mainstream seperti CNN, New York Times, dan bahkan TIME. Henry lalu mengeluarkan smartphone-nya untuk menunjukkan headline dari TIME yang menyebutkan kalau pernyataan Trump, menurut para anggota kongres tersebut, adalah agenda

(10)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

dari orang-orang nasionalis kulit putih. Melihat headline tersebut, Brandon menanggapi seperti ini.

“Kalau hanya melihat judul, aku juga pasti akan menganggap Trump rasis. Tapi, kau perlu menganalisis lebih dalam lagi sebelum mengatakan apakah Trump itu rasis atau tidak.”

“Dalam kasus ini, aku rasa perkataan Trump itu mencerminkan rasisme karena ia seperti mengusir anggota-anggota kongres tersebut dari Amerika Serikat. Apalagi, mereka semua bukan orang kulit putih.”

Brandon lalu megeluarkan laptop-nya, dan ia menunjukkan beberapa tulisan dari media alternatif yang membuat pernyataan sebaliknya bahwa masalah yang sebenarnya bukanlah rasisme melainkan konflik politik. Henry menanggapi demikian.

“Brandon, aku rasa kamu perlu berhati-hati dalam memilih sumber karena media alternatif itu berisi banyak sekali hoax. Sama halnya seperti di Indonesia ketika pemilu kemarin, banyak hoax muncul dari media alternatif untuk menjatuhkan presiden kita.”

Dalam artikel yang Brandon tunjukkan kepada Henry, terdapat beberapa poin penting yang diberikan hyperlink dengan warna ungu dan garis bawah oleh penulis.

“Aku memang tidak seratus persen percaya pada media mainstream maupun media alternatif karena isi dari artikel mereka biasanya hampir sama, hanya perspektifnya saja yang berbeda. Coba kau klik tulisan warna ungu itu, dan lihat sumber apa saja yang digunakan oleh penulis artikel ini.”

Dalam tulisan itu ditunjukkan bahwa keempat anggota kongres tersebut seringkali bertentangan dengan Donald Trump. Dalam hal kebijakan imigrasi, Donald Trump menginginkan adanya kebijakan imigrasi yang ketat disertai dengan pembangunan tembok antara Amerika Serikat dan Meksiko. Selain itu, Donald Trump juga mendukung deportasi khususnya bagi imigran ilegal, sedangkan mereka menginginkan kebijakan imigrasi yang longgar dan terbuka terhadap siapa saja. Dalam hal ekonomi, Donald Trump cenderung kapitalis karena ia berasal dari latar belakang pengusaha. Ia juga berasal dari Partai Republik yang secara ekonomi lebih pro terhadap pasar daripada negara. Sedangkan mereka cenderung sosialis karena mereka menginginkan adanya peran pemerintah dalam ekonomi untuk menyediakan layanan gratis kepada masyarakat. Apalagi, anggota kongres yang bernama Alexandria Ocasio-Cortez ini cenderung sangat kiri dalam hal ekonomi karena ia juga adalah seorang aktivis berpandangan democratic socialism. Terakhir, dalam hal kebijakan luar negeri mereka juga saling bertentangan terutama terkait isu Israel dan Palestina. Sebagai Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tentu lebih pro terhadap Israel karena memang sudah sejak lama Amerika Serikat berhubungan baik dengan Israel. Namun, anggota-anggota kongres

(11)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

tersebut justru malah lebih pro terhadap Palestina, apalagi anggota kongres bernama Rashida Tlaib yang mendukung adanya one-state solution dimana ia sama sekali tidak mengakui eksistensi dari negara Israel. Dan yang tidak kalah penting, keempat orang ini juga memiliki niat untuk melakukan pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump.

Menariknya, sumber yang digunakan oleh si penulis artikel banyak berasal dari sumber-sumber yang menurut Henry bisa dipercaya seperti CNN, New York Times, dan lain-lain. Sumber seperti Wikipedia dan YouTube juga banyak digunakan dalam artikel tersebut. Menanggapi tulisan tersebut, Henry berkata demikian.

“Sebenarnya aku masih menganggap Donald Trump itu rasis, tapi aku baru tahu kalau ternyata kasus ini tidak sesimple yang dikatakan oleh berita mainstream.”

Brandon lalu menanggapi seperti ini.

“Setiap media, baik itu media mainstream maupun alternatif, pasti memiliki bias dan kepentingan masing-masing. Bias itu biasanya tampak di judul berita yang tentunya dapat menarik perhatian pembaca, dan bahkan dapat memancing emosi banyak orang. Bias ini biasanya berhubungan dengan kepentingan media yang bersangkutan entah itu kepentingan politik, bisnis, atau apapun itu. Jadi, tidak ada salahnya kalau kau rajin membaca media mainstream, tetapi media alternatif juga diperlukan untuk melihat suatu peristiwa dari perspektif yang berbeda. Di sisi lain, kita harus berhati-hati juga dalam memilih media alternatif karena banyak sekali tulisan-tulisan di internet yang ternyata adalah hoax.”

“Wah, hebat juga kau, Brandon. Darimana kau tahu semua itu?” Tanya Henry.

“Aku mengetahui semua itu dari mata kuliah jurnalisme yang aku ambil semester lalu. Selain itu, aku juga sedang belajar menulis artikel di internet. Dari situ aku belajar banyak mengenai cara kerja media dan bagaimana kita membuat judul semenarik mungkin untuk menarik perhatian pembaca. Makanya, kau perlu belajar menulis artikel juga untuk memahami lebih dalam tentang cara kerja media.”

Sejak saat itu, Henry mulai bersikap lebih kritis terhadap media mainstream, dan ia juga mengikuti jejak Brandon untuk belajar menulis artikel di internet. Dari situ, Henry mendapat pengetahuan lebih banyak mengenai politik global serta bagaimana cara menulis artikel yang menarik tetapi tidak megandung hoax di dalamnya.

(12)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

Cerpen sederhana ini tidak bertujuan untuk memberi dukungan atau kritikan terhadap siapapun. Pesan yang hendak disampaikan oleh penulis adalah kita sebagai mahasiswa hubungan internasional harus rajin membaca berita dan bersikap kritis dalam menanggapi berita dari media apapun agar kita tidak mudah terpancing oleh bias media. Sikap kritis ini dapat dipraktikkan dengan membaca berita dari berbagai sumber dengan bias dan perspektif yang berbeda. Di sisi lain, kita juga harus bijak dalam memilih sumber karena saat ini banyak situs di internet yang berisi hoax. Sikap kritis juga dapat dipraktikkan dengan cara melakukan observasi menggunakan berbagai sumber berita sambil berlatih menulis artikel sendiri. Oleh

karena itu, kita harus mulai besikap kritis dengan rajin membaca dan menulis. Dan yang terakhir namun tidak kalah penting, semakin banyak kita membaca dan menulis, semakin banyak juga pengetahuan yang kita peroleh terutama yang berkaitan dengan ilmu hubungan

(13)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

Mette and Annie

By Fandris Manik

Mette and Annie

They are the almost same type of person if not exactly same to each other.

Both of them are Scandinavian women, both of them studied social sciences at gymnasium level, and both of them are politicians.

Not only they are politicians, but particularly, they are top-tier politicians. Both of them became ministers of state at their thirties.

Both of them became members of their respective national parliament, and they both subsequently took leadership of their respective political party at quite young age.

But as long as they became more fragmented into the political compass, their positions could be said as exact opposite to each other — something that may affect their respective political performances.

Mette can be said as a true Social Democrat—someone that put her political interests based on social benefits. Mette believes that a broader state-sponsored welfare could bolster the economic equality. She is also a supporter of several social liberal policies, having appeared on some of pride parades in Denmark.

But on the other hand, Mette did say that there is a huge price which must be paid if a welfare state with its socially-liberal policies wants to exist without sacrificing its national and

popular interests. And that price, Mette continued, is a tighter immigration control.

Usually, for Social Democrats around Europe, they are adopting the generous immigration policy by welcoming many migrants—legally and illegally—to their country. But Mette realised, that break the convention of the traditional Social Democratic policy on migration means only one—public support.

In the election before Mette became the leader of her party, the same political party lost its control due to its softer immigration policy. Its constituent were not amused. They voted out Mette’s party from government and they chose a nationalist party so this nationalist party became the party with largest increase of the seats in the Parliament.

This is why Mette came in and switch her party’s outlook on immigration. The result is clear. Mette’s party came first in the next election with a noted increase on its vote, and

subsequently sunk the vote share of the nationalist party that constituency of Mette’s party left for in the last election. The positive national reception of the policy shift wasn’t perceived

(14)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

at the same level on the regional level. Many of Mette’s Social Democratic colleagues across Europe think that Mette has put racism and xenophobia on the face of her country’s Social Democratic franchise. Back to Denmark, the Social Democratic shift itself had made Leader of the Danish Social Liberal Party (a traditional coalition partner to the Social Democrats), Morten Østergaard, criticised her for being to ”xenophobic”, and made The Alternative Party (Denmark’s Green Party) left the traditional Social Democratic-led parliamentary faction, The Red Block. But for Mette, it is about public opinion that shapes what voice a political party should stand in and for.

Annie, like has been described above, is an exact opposite of Mette. She believes largely on borderless world, from physical border to economic border. She often fires back at the possibility of having a government dependent on both the extreme left-wing and right-wing parties in the Swedish Parliament. Later after that, she stated that her support to a free border and market are incompatible mostly with the ideals of Sweden Democrats (abbreviated as SD, a right-wing nationalist party which Annie believes to be a “far-right extremist” party). SD is a party that believes on tough immigration policy and this has made is increased its support, with greater number of seats gained in every elections. This political party later became her biggest fear, not because her own party saw reduced number of support, but because SD’s popularity among the Swedish Electorate. Sweden has been under chaos for several times, and this made the electorate really angry to the established political force who always campaign for the uncontrolled openness.

On the day when Sweden had a hung parliament, and at the same day its legislature was about to elect the new prime minister, Annie decided not to vote her longtime companion to become the new prime minister, even though most of her campaign were focused on her companion’s election as the next Swedish Prime Minister. This was said by Annie herself because her friend has picked the support from SD, which Annie considered to be her lifelong enemy. Her friend soon became angry at her and decided not to continue their joint work at the parliament. When the next election of the prime minister took place a few weeks later, she did make a concession with the left-wing incumbent government, who she had always

campaigned against on the latest election. Her answer when she was asked on this was clear, which she doesn’t want to be a part in a government that dependents on the support of the “far-right” (SD), even though SD was getting more popular every time when it is attacked by politicians like Annie. She also believed that the incumbent left-wing government would respect her demand to lower some taxes in return of her party’s support. Thanks to this kind of support, the incumbents were successfully returned to the power. But at roughly same

(15)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

time, Annie has to pay the price of her party being fallen in support because of this backstabbing behaviour.

The lesson from these different stories are precious. If someone wants to be successful in politics (and many other things), don’t be too idealist. Idealism is far from institutional. This has been proved by both Mette and Annie, with them abandoned their traditional partners. But the positive side on this story comes from Mette. By becoming a relaxed politician, Mette could successfully gained the support not only from her party’s loyal political subjects, but also could get some support from the opposite political force which has been very popular. Annie on the other hand miserably failed to collect support from both the left and right, with her party losing the fairly loyal supporters instead. Finally, the most important aspect that should be carried is the popularity of a decision. Without sufficient popularity, a policy would be largely failed. Mette has got the message on this, which eventually led her into the highest public office of her country. On the other hand, Annie’s position has been becoming more marginalised every time she make an overly-idealist decision.

(16)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

Tiga Bangsa Tamak, Dua Kekasih, dan Satu Perdamaian

(Oleh: Brian Bravo Vermeulen)

Abad keenam belas. Spanyol dan Portugis berlayar mengelilingi samudera, yang satu lewat barat, satunya lagi lewat timur. Mereka akhirnya bertemu di semenanjung utara Sulawesi. Dua bangsa Eropa ini terkenal begitu rakus dan licik. Kabar seperti itu sudah didengarkan orang-orang jazirah dari para pelaut Ternate. Karena itulah, rakyat di Malesung1 sangat berhati-hati menyikapi dua bangsa kulit putih ini.

Semua terjadi tepat seperti dugaan penduduk. Spanyol dan Portugis sama-sama berebut kekuasaan – di tanah yang bukan milik mereka sejak awal. Malesung adalah salah satu lumbung padi yang terkenal berlimpah panennya di sekitar Pasifik. Ini tentu sangat menggiurkan kedua bangsa Eropa ini, maka kemudian mereka berdua berebut pengaruh di semenanjung Malesung.

Adalah seseorang yang disebut Dotu Gareng yang memiliki sawah terluas di antara para penguasa lokal lainnya. Dotu Gareng terkenal sombong, angkuh, dan tidak kurang serakah dari orang-orang Eropa. Ia sama sekali tidak mau menjual padinya dengan harga murah karena ia tahu satu hal: siapa yang menguasai nasi, ia menguasai orang. Orang-orang Eropa sudah berkali-kali pula ingin menukar banyak jenis persenjataan demi sawahnya, namun Dotu Gareng sama sekali tak menggubris. Dotu Gareng juga terkenal tamak: Ia pernah membeli sebuah pulau bagi dirinya sendiri, dibeli langsung dari para pelaut Mangindanao2.

Dotu Gareng berkedudukan di Touliang. Portugis membangun sebuah benteng di La Amorena, pantai barat semenanjung Malesung. Sedangkan di pesisir timur jazirah, Spanyol mendirikan bagi bangsanya sebuah benteng di Quema. Touliang terletak persis terapit di antara keduanya. Karena baik Spanyol maupun Portugis sadar bahwa Dotu Gareng tak akan mau menjual sepetak pun sawahnya, maka kedua bangsa ini mulai ingin membangun hubungan dekat dengan para penguasa lokal. Setidaknya, dengan demikian, harga padi yang akan mereka beli mungkin bisa jadi lebih murah.

Hubungan bangsa-bangsa ini ditangani oleh seorang perwakilan Dotu Gareng. Namanya Kire’on. Ia mahir berbicara dalam tiga bahasa asing: Melayu, Portugis, dan Spanyol. Kemahirannya dalam berbahasa asing, dan jiwa pemberani yang ditunjukkannya selama mendampingi tuannya, membuatnya menjadi orang yang paling dipercaya oleh Dotu Gareng. Selain itu, Kire’on juga terkenal sangat ahli dalam melatih burung merpati melakukan apapun:

1 Sebutan untuk Minahasa sebelum Belanda masuk.

(17)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

mengirim surat hingga menyebabkan suatu bencana. Suatu hari, Kire’on mendapat tugas dari Dotu Gareng.

“Aku dengar, orang-orang Spanyol dan Portugis berhasil menguasai beberapa pulau di laut sana. Apa itu benar, Kire’on?”

“Ya, Dotu. Kabar seperti itu benar adanya.” Jawab Kireon. “Dan bagaimanakah mereka dapat menguasai pulau-pulau itu?”

“Mereka memiliki pasukan yang kuat, Dotu. Mereka berhasil menjinakkan beberapa ekor naga besar yang bersayap putih, berenang serentak di lautan luas dan dapat memuntahkan bola api. Yang seperti itu, mereka sebut “armada”, Dotu.”

“Berarti mudah sekali bagi mereka untuk menguasai satu pulau dengan naga-naga itu. Kalau begitu, tanyakan saja jika mereka mau menjual salah satu pulau milik mereka. Akan aku beli.”

Maka pergilah Kire’on ke Quema menaiki kuda miliknya dan turut membawa serta beberapa ekor merpati miliknya sembari melatih mereka agar ingat jalan ke tempat tujuan nantinya. Di perjalanan, ia mendapati seorang petani sedang memikul hasil panennya.

“Apa kau tahu di mana letak benteng Spanyol?”

“Di ujung jalan, lalu belok kanan ke pelabuhan. Kau akan melihat benteng kayu besar di sana. Aku sering menukar rempah-rempah ini di pelabuhan Quema dengan beberapa perkakas berkebun, makanya aku tahu di mana letak benteng yang kau maksud.”

“Kau sedang ingin ke sana, bukan? Mari, kuberi tumpangan.” Dan Kire’on pun turut memboncengi seorang pemuda, sebagai penunjuk jalan. Kire’on kemudian menemui seorang pemimpin pasukan di dalam benteng milik Spanyol.

“Tuanku Dotu Gareng ingin membeli sebuah pulau milik Bangsa Tuan. Sudilah kiranya menjual sebuah pulau bagi Tuanku.”

“Kami tidak akan menerima harta emas Dotu Gareng. Jika ingin membeli pulau, tukarkanlah dengan seratus petak sawah, maka akan kami berikan pula pulau kami yang paling indah dan besar di gugusannya, di tengah laut lepas.” Setelah itu, Kire’on berjanji akan menanggapi tawaran mereka dengan sebuah surat.

Esoknya, Kire’on pergi ke La Amorena untuk berjumpa dengan pembesar Portugis di sana. Di jalan, ia mendapati seorang pemuda sedang membawa seekor babi hutan besar di punggungnya. Jadi Kire’on bertanya pula: “Anak muda, adakah kau tahu di mana letak benteng orang-orang Portugis?”

“Lurus jalan ini, jika laut terlihat, tengoklah sebelah kiri. Bangunan besar berbahan batu di samping gudang senjata. Aku sering menukarkan hewan buruanku untuk peluru bedil.”

(18)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

“Kau sedang ke sana, bukan? Mari, kuberi tumpangan.” Maka berjalanlah kuda itu dengan membawa Kire’on, seorang pemuda, dengan seekor babi butan. Kire’on kemudian masuk benteng untuk menemui pimpinan pasukan Portugis.

“Tuanku Dotu Gareng ingin membeli sebuah pulau milik Bangsa Tuan. Sudilah kiranya menjual sebuah pulau bagi Tuanku.”

“Jika saja Dotu Gareng sudi menyerahkan hasil panen dari seratusan petak sawahnya, maka kami akan menyerahkan pula pulau kami yang paling subur tanahnya.” Setelah itu, Kire’on berjanji akan menjawab tawaran mereka itu dengan sebuah surat.

Setelah tugasnya selesai, Kire’on kemudian kembali ke Touliang untuk melaporkan semua pada Tuannya.

“Kirim saja surat balasan bagi mereka, Kire’on. Karena tawaran mereka itu sama saja, maka katakan, aku berubah pikiran. Aku tetap tak akan menjual sepetak pun sawah maupun menurunkan harga hasil panennya. Tapi, aku berniat untuk menjalin sebuah hubungan pertahanan saja dengan mereka. Kau paham maksudku, Kire’on? Jika kita bisa menjinakkan naga-naga mereka itu, kita pun akhirnya bisa juga memiliki sebuah pulau lain. Rencanaku adalah, mendapatkan naga dari mereka dahulu, baru kemudian berpangkallah kita di sana untuk merebut pulau lain.”

“Dan akan Dotu tukarkan dengan apa semua itu?” Tanya Kire’on.

“Binar.” Kata Dotu Gareng. “Anakku itu, kata Walian3, tidak akan bisa mengandung. Ia mandul. Hendak kutukarkan dengan seekor naga saja. Orang-orang Eropa pasti akan tergila-gila karena tahu jika Binar memiliki anak, maka anaknya akan mengambil tempatku. Sebenarnya tidak bisa, karena Binar mandul.” Maka Kire’on melaksanakan tugasnya pula. Ditulisnya secarik surat lalu dikirimnya ke kubu-kubu orang Eropa itu melalui beberapa burung merpati pembawa pesan yang sudah tahu jalan pulang-pergi.

Adapun Binar adalah anak tunggal Dotu Gareng, anak perempuan paling cantik di seluruh Malesung.

Beberapa hari kemudian, datanglah surat-surat balasan dari kedua bangsa Eropa itu. Kedua surat isinya kurang lebih sama. Baik Spanyol maupun Portugis sama-sama ingin menikahi anak kepala suku. Jika Binar melahirkan seorang anak, maka anak itu pasti akan menggantikan Dotu Gareng kelak. Siapa yang tak mau jadi ayahnya? Demi memperluas pengaruhnya maka Spanyol dan Portugis pun berebut seorang wanita – yang sebenarnya mandul. Maka mulailah tawaran-tawaran menggiurkan tertulis di surat-surat itu. Pihak Spanyol

(19)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

menawarkan sebuah pulau, persenjataan, dan sebuah kapal besar. Pihak Portugis hanya bisa menawarkan sebuah kapal dan beberapa jenis senjata serta sejumlah harta emas. Mendengar isi surat ini maka Dotu Gareng mengernyitkan dahinya dan berpikir panjang.

“Kire’on, setelah berpikir lama, kuputuskan akan menerima tawaran Spanyol saja karena kebetulan sekali mereka hendak menyerahkan bagiku sebuah pulau juga dari mereka. Kau balaslah surat-surat mereka itu. Kepada Tasikela4, panggillah mereka ke Touliang untuk melakukan sebuah perjanjian, dan dengan ini pula maka Binar akan kuserahkan ke tangan mereka. Ke Portugis, katakanlah pada mereka bahwasanya aku enggan untuk terikat suatu perjanjian apapun dengan mereka.”

Kire’on melaksanakan tugasnya itu pula. Namun beberapa hari kemudian, terdengar kabar bahwa benteng kayu Spanyol di Quema lenyap dilalap api. Dan lalu beberapa hari kemudian, tersiar pula kabar gudang amunisi Portugis meledak dan membuat segenap La Amorena tertutup asap mesiu pekat. Tiada suatu orang pun nampak tahu siapa yang melakukan semua ini, namun kedua bangsa Eropa yang berkedudukan di Malesung langsung menjadi saling curiga. Muncul ketegangan di antara mereka. Sebuah surat susulan datang dari Quema, mengabarkan bahwa utusan Spanyol akan datang, dan naga – kapal – yang diminta sudah disiapkan di Quema. Kire’on menunjukkan surat penyerahan yang telah ditandatangani oleh kepala pasukan Spanyol di Quema kepada Dotu Gareng, setelahnya surat itu disimpan baik-baik olehnya atas perintah Dotu Gareng.

Setelah ditunggu lama, akhirnya datanglah pihak Spanyol dengan segenap pasukannya mengawal tuannya. Semuanya berlangsung begitu baik. Binar diangkut dengan tandu mewah buatan Cina yang tudungnya tertutup semua. Sedangkan Spanyol membawa dengannya beberapa dokar yang berisikan ratusan bedil, peluru meriam, dan mesiu. Ketika baru saja ingin melaksanakan barter itu, tiba-tiba muncullah pasukan Portugis tak kurang banyaknya dari Spanyol membawa beberapa dokar besar mengangkut uang dan segala jenis barang-barang mewah. Kedua bangsa Eropa ini bingung, dan masing-masing bersitegang dan menodongkan senjatanya satu sama lain di hadapan Dotu Gareng.

“Kalian licik! Membakar benteng kami agar harta kami lenyap semua dan kalian yang memenangkan barter ini!” Seorang utusan Spanyol berkata dengan geramnya.

“Bukan kami yang membakarnya. Benteng kalian dari kayu, bukan? Ini musim panas. Bisa saja benteng rapuh seperti itu terbakar dengan sendirinya.” Utusan Portugis tertawa

4 Sebutan orang Minahasa bagi orang Spanyol. Berasal dari kata Castela atau Castilian, sebuah daerah di

Spanyol. Mungkin juga berasal dari kata Tlascala, yaitu nama sebuah kota di dataran tinggi Meksiko yang dikunjungi Spanyol sebelum mencapai Minahasa.

(20)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

meledek. “Kalianlah yang terlalu cepat menyimpulkan bahwa kami yang membakar benteng itu, dan kemudian membakar gudang amunisi kami agar barang barter kami bisa hancur semua! Kalianlah yang licik, Spanyol!”

“Benteng kayu kami terbakar di malam hari yang tenang dan nyaris tanpa angin. Bagaimana bisa kau jelaskan bahwa langitlah yang membakar benteng kami itu? Sebaliknya, gudang kalianlah yang terbakar di siang hari!”

“Diam!” Dotu Gareng melerai. Ia sangat bingung, mengapa Portugis juga ikut datang? Apa Portugis ingin mendapati Spanyol di depan Dotu Gareng sendiri? Jadi ia melanjutkan ucapannya: “Aku ingin seekor naga. Kalian berdua sama-sama menawarkan lebih dari itu. Maka aku menimbang-nimbang, dan pilihanku jatuh kepada orang-orang Tasikela. Mengapakah, hai kau Portugis, datang kemari dengan wajah cemberut? Mengapakah kalian berdua ini ingin saling membunuh, padahal kalian menyembah Ilah yang sama pula?”

“Dotu Gareng, kami menerima surat yang menyuruh kami datang ke sini hari ini.” “Aku tak pernah mengirim surat seperti itu. Aku tak tahu siapa pengirimnya.” Balas Dotu Gareng pada orang Portugis.

“Maka jika demikian, benarlah pula dugaan kami bahwa adalah saingan kami, Spanyol, yang menyeret kami ke sini, entah untuk suatu hal apa, yang jelas ingin mendapat keuntungan bagi bangsanya sendiri.”

“Tidak demikian!” Bantah Spanyol. “Apa yang dapat aku bawa pulang sebagai untung bagi bangsaku? Jika kalian sendiri sudah membakar benteng kami? Kalianlah yang ingin menyergap kami di sini dengan liciknya, dan sudah bersekutu dengan Dotu Gareng untuk sama-sama membunuh serdadu-serdadu kami!”

“Apa-apaan tuduhanmu itu? Tidaklah mungkin aku bersekutu dengan Dotu Gareng untuk membinasakanmu! Kami ke mari untuk berbisnis dan hendak mengambil Binar sebagai istriku.”

“Sudah, hentikan semua kekacauan ini!” Dotu Gareng mulai berpikir bahwa adalah suatu keuntungan baginya apabila salah satu dari bangsa Eropa ini lenyap. Maka Dotu Gareng berkata pula: “Hendaklah kalian bertarung di depanku, dan niscaya akan kuberikan pula sertamu seratus petak sawah beserta hasil panennya untuk seratus tahun bagi ia yang menang.” Tentunya tawaran ini membuat Portugis dan Spanyol sama-sama meneteskan liurnya. Maka salah seorang dari mereka berkata: “Apakah jaminannya, bahwa kau akan memberikan seratus petak sawah juga hasil panennya selama seratus tahun?”

(21)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

“Tunjukkanlah barang siapa ia bagi kami, agar kami tahu Dotu Gareng tidak sedang menipu salah satu dari kami, dan tidak pula bersekutu dengan satunya.”

Maka Dotu Gareng pun menyuruh beberapa pelayan membuka tudung tandu mewah buatan Cina itu. Betapa kagetnya ia, bahwa tiada seorang pun di dalam situ. Hanya ada puluhan ekor burung merpati yang terbang seiring tudung dibuka.

Maka berserulah Spanyol “Penipu! Kau memanggil Portugis untuk membinasakan kami setelah membakar benteng kami di Quema!”

Portugis tak kalah geramnya. “Kafir jahanam kau, Dotu Gareng! Kau berniat melenyapkan kami semua dengan mengambil Spanyol sebagai sekutu, kemudian membakar gudang amunisi kami di La Amorena!”

Dotu Gareng tak habis pikir. Semua kacau balau di hari itu. Tembakan-tembakan yang datang melesat ke arah Dotu Gareng membuat pasukannya juga harus menyerang demi bisa hidup. Maka ketiga bangsa itu saling membinasakan satu sama lain di Touliang, mengubah sungai Temberan berubah warna menjadi merah.

Pertanyaan masih menyelimuti pikiran Dotu Gareng saat ia mati, dan kira-kira jawaban pertanyaannya adalah seperti demikian ini:

Binar dan Kire’on sudah bersahabat sejak kecil. Kire’on sebenarnya sedang menyimpan perasaan cintanya bagi Binar karena ia tak mau dianggap lancang oleh Tuannya sendiri. Tapi setelah mengetahui Binar akan dijual, wajah putri Dotu Gareng itu selalu saja terbayang di kepalanya. Maka malam itu juga, Kire’on pergi menemui Binar diam-diam.

“Kau bersungguh-sungguh?”

“Ya, Binar. Ayahmu akan menjualmu demi sebuah pulau di laut lepas!”

“Apa yang harus kulakukan agar bisa terhindar dari keserakahan orang-orang itu, Kire’on?” Binar ketakutan. “Selamatkan aku!”

“Aku akan menyelamatkanmu. Tenang saja. Akan kuusahakan. Aku mencintaimu.” Setelah mengungkapkan perasaannya pada Binar, maka Kire’on menulis surat yang isinya berbeda dari yang diperintahkan baginya. Kepada Spanyol, ia menulis bahwa Dotu Gareng setuju untuk menukarkan Binar demi sebuah naga laut bersayap putih dan sebuah pulau. Sedang bagi Portugis, ia pun menulis Dotu Gareng juga akan menerima tawaran mereka. Kire’on mengundang kedua bangsa itu untuk datang di hari yang sama persis. Malam harinya, Kire’on mengirim burung merpatinya ke benteng Spanyol di Quema. Merpati-merpati yang dilatihnya itu kemudian membawa malapetaka: mereka menumpahkan persediaan minyak dan menjatuhkan obor di dalam benteng, maka terbakarlah benteng kayu itu. Lusanya, Kire’on mengirim burung-burung merpatinya untuk melakukan hal yang sama bagi Portugis. Alhasil,

(22)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

gudang amunisi Portugis terbakar dan orang-orang Eropa di La Amorena terbirit-birit berlarian menyelamatkan persediaan amunisi mereka dari dalam gudang walau nyawa jadi taruhan.

Maka datanglah dua bangsa Eropa itu sama-sama ke Touliang untuk saling bunuh karena ketamakan mereka sendiri. Kire’on tahu, bahwa baik Portugis maupun Spanyol rela mengorbankan pasukan mereka demi sawah dan kekuasaan. Maka Kire’on memanfaatkan keadaan ini bagi dirinya sendiri dan bagi orang yang dicintainya sejak lama.

Ia mengeluarkan Binar dari dalam tandu dan menggantinya dengan puluhan burung merpati yang sudah ia latih. Ia kemudian menutup tudungnya rapat-rapat dan memerintahkan semua pengawal agar tidak membuka tudung itu sebelum baik Spanyol maupun Dotu Gareng sudah sama-sama mencapai sebuah kesepakatan.

Maka pergilah Kire’on bersama Binar diam-diam ke Quema melalui hutan rimba. Seekor burung merpati menuntun jalan mereka. Sesampainya di Quema, maka Kire’on mencari seorang pemimpin pasukan yang ditugaskan di situ.

“Tuanmu yang berada di Touliang sudah menyerahkan kapal itu bagi kami. Biarkanlah kami naik ke atas nagamu ini dan pergi ke pulau yang sudah dijanjikan Tuanmu.” Serdadu itu memang sudah mengenal Kire’on setelah kedatangan Kire’on pertama kali di Quema. Sebelum Serdadu itu meminta bukti, maka Kire’on pun sudah menyerahkan secarik surat berbahasa Spanyol, turut ditandatangani oleh pemimpin tertinggi Spanyol di Quema. Maka dibiarkannyalah Kire’on beserta Binar ke atas kapal. Karena sebelumnya tidak ada seorang pun pria Eropa yang pernah melihat putri Dotu Gareng, maka Binar pun naik ke kapal itu bersama Kire’on tanpa suatu masalah dan kecurigaan dari Serdadu Spanyol. Maka berlayarlah Kire’on melarikan diri bersama Binar dari Malesung yang sesungguhnya sedang dilanda peperangan hebat. Mereka kemudian menghuni sebuah pulau indah di tengah-tengah samudera luas, di mana tak terlihat sebuah daratan sepembedil. Ajaibnya, Binar yang dikatakan mandul itu kemudian memiliki anak bersama Kire’on. Mereka kemudian memiliki puluhan anak yang semuanya sering membantu ayahnya membuat naga bersayap putih yang piawai berenang, yang dapat memuntahkan api dari badannya untuk melindungi kedamaian yang mereka miliki di pulau terpencil itu.

Kire’on belajar bahasa Spanyol dan Portugis lewat pergaulannya dengan kedua bangsa, dan sering pula ia mendengarkan ajaran dari para pemimpin agama Eropa itu. Suatu hari, Kire’on ingat seorang pemimpin agama pernah berkata: “Karena tamak akan uang itulah akar segala jenis kejahatan; maka ada orang, yang merebutnya itu, telah tersesat daripada iman, sehingga menikamkan banyak duka cita ke dalam dirinya.” Kire’on juga pernah mendengar

(23)

Copyright © 2020 Sentris KSMPMI

ajaran seorang rohaniwan Eropa, katanya: “Hendaklah kamu licik seperti ular naga dan juga tulus seperti burung merpati.”

Ah, abad keenam belas! Perdamaian memang tak akan bisa ada tanpa peperangan hebat, karena sudah begitulah sifat manusia sejak lahir. Manusia akan mengejar kehidupan yang lebih baik dan dengan demikian rela menaklukkan sesamanya sendiri, bahkan yang sebangsa, bahkan yang sama warna kulitnya, bahkan yang sama makanannya, bahkan yang sama cita-citanya, bahkan yang sama Tuhannya. Kire’on memutuskan pergi demi mendapatkan bagi dirinya sendiri kedamaian yang ia cari. Untuk melindungi kedamaian yang telah ia miliki itu, ia memilih sebuah pulau terpencil di mana lautan ada sebagai tembok ciptaan Tuhan, dan membuat baginya banyak naga bersayap putih sebagai malaikat pelindung surganya.

Kire’on mengerti beberapa hal yang tidak dimengerti banyak orang lain: Di mana ada cinta, walaupun hanya antara dua orang saja, maka di situlah kedamaian ada – baik dalam jiwa maupun perbuatan. Sebaliknya, di mana ada manusia serakah, walaupun hanya seorang saja, maka kegusaran akan muncul dan ketenteraman akan lenyap seketika.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor internal yang mendorong perlunya dilakukan perubahan terhadap Renja Tahun 2019 terkait dengan hasil evaluai pelaksanaan Renja tahun berjalan yang menunjukan

Sedangkan dengan obesitas mendapat kontribusi sumbangan zat gizi dari kelompok bahan energi, protein, karbohidrat .lemak dan pangan kacang-kacangan tidak berbeda

Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah  penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel

PT Bank Muamalat Indonesia memiliki bidang usaha yang hampir sama dengan bidang usaha Bank umum pada umumnya yaitu menghimpun dana dari masyarakat melalui sarana

(a) Peta percepatan di batuan dasar akibat kombinasi ketiga sumber gempa untuk probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun di Propinsi Sumatera Barat yang dibuat dalam studi ini,

6. memberikan penghargaan, seperti memberi puijian dalam rapat atau jika memungkinkan diberikan hadiah yang bersifat material. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan

Pengujian hipotesis ini untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara komitmen keputusan pembelian produk ramah lingkungan prian dan wanita dilakukan dengan

Oleh karena itu, bagaimana sebenarnya pengaturan penegakan pertahanan dan keamanan (hankam) di laut menurut Konvensi Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of