• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Peraturan per-uu-an Baru Rancangan perubahan Peraturan Perundangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rancangan Peraturan per-uu-an Baru Rancangan perubahan Peraturan Perundangan"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

ii

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sesuai Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 mempunyai tugas koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan di bidang perekonomian. Adapun keluaran Kemenko Perekonomian adalah rekomendasi kebijakan atas hasil koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian kebijakan terkait isu bidang perekonomian. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kemenko

Perekonomian menerapkan prinsip

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dengan kementerian koordinator lainnya maupun dengan kementerian/lembaga lain terkait. Prinsip tersebut diarahkan untuk mencapai sasaran strategis Kemenko Perekonomian, yaitu : a) Terwujudnya sinkronisasi

dan koordinasi kebijakan perekonomian,

b) Terwujudnya pengendalian kebijakan

perekonomian, dan c) Terwujudnya tata kelolah pemerintahan yang baik. Indikator Kinerja Utama pengukur keberhasilan atau tercapainya sasaran strategis adalah :

Target Indikator kinerja dapat tercapai melalui berbagai kegiatan koordinasi dan sinkronisasi, serta pengendalian kebijakan bidang perekonomian yang menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk mendorong atau ditindaklanjuti menjadi rancangan peraturan perundang-undangan baru (IKU 1) atau perubahan (IKU 2). Tahun 2015 keberhasilan

rekomendasi atas kegiatan koordinasi/sinkronisasi yang terimplementasi (IKU 1) dihitung dari target 54

Rancangan Peraturan per-UU-an Baru, terealisasi

57.

Rancangan Peraturan Perundang-Undangan Baru yang dihasilkan dikelompokkan kedalam 4 tema

sebagai bagian menterjemahkan Nawa Cita butir 6 dan 7. Keempat tema tersebut adalah guna memenuhi harapan stakeholder dan telah ditetapkan dalam Peta

Strategi Kemenko Bidang

Perekonomian. Rincian capaian IKU 1 berdasarkan rumpun tema tampak pada Grafik diatas. Terwujudnya pengendalian

kebijakan perekonomian

merupakan implementasi fungsi pengendalian atas pelaksanaan kebijakan bidang perekonomian oleh K/L yang menghasilkan rekomendasi yang berimplikasi pada Rancangan

perubahan Peraturan Perundangan yang ada.

Target 9 RPP (Perubahan) dapat terealisasi 19. Tingginya realisasi disebabkan adanya amanat klusterisasi kebijakan perekonomian berupa Paket Kebijakan Ekonomi I sampai dengan VIII. Sasaran

(5)

iii Belanja Pegawai 70,27% Belanja Barang 71,23% Modal 49,34%

Masyarakat; Peningkatan daya saing industri dan perluasan basis produksi nasional; dan Peningkatan Ekspor.

Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang

baik dilihat dari IKU tingkat kinerja manajemen Kementerian. Maksud dari Tingkat manajeman kinerja Kementerian adalah upaya penataan kebijakan teknis kementerian dalam koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian. Upaya penataan tersebut melalui

peraturan atau keputusan Menteri Teknis didalam koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian sebagai tindak lanjut rekomendasi kebijakan perekonomian (deregulasi).

Nilai realisasi kinerja manajemen Kementerian adalah 80 yang termasuk dalam klasifikasi tingkat 3 (Baik).

Sementara target yang telah ditetapkan adalah (sangat baik). Tidak tercapainya target 4 tersebut dipengaruhi oleh adanya 28 peraturan yang masih dalam tahap pembahasan dan akan diteruskan pada tahun 2016.

Realisasi anggaran Tahun 2015 adalah

RP232.502.677,- atau sebesar 70,63% dari total pagu Rp 329.204.232,00. Hal ini mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi belanja

tahun 2014 sebesar 69,80% dari total pagu Rp293.100.133,-. Rincian Realisasi per Jenis Belanja,

tampak dalam grafik di atas.

Menyadari tantangan, persaingan, dan harapan masyarakat yang tinggi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan terus mengoptimalkan potensi yang ada untuk disinergikan dengan seluruh Kementerian/Lembaga dalam koordinasi, Pemerintah Daerah, dan Pelaku Bisnis, sehingga tercipta aturan dan arahan yang tepat sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih stabi, merata dan terjaga kelangsungannya.

Target pertumbuhan ekonomi 2015 sebesar 5,6%, hanya dapat tercapai 4.8% (YoY). Lemahnya kondisi perekonomian global, yang diikuti penurunan kinerja neraca perdagangan, dan penurunan daya beli masyarakat memberikan dampak pada kondisi perekonomian secara umum, Namun demikian, melalui partisipasi aktif, koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian memberikan andil

positif, sehingga kondisi

perekonomian tidak mengalami krisis yang parah, dan terhindar dari keterpurukan yang dalam, walupun adanya tekanan ‘tapering off’ Amerika, depresiasi nilai tukar Yen, yang diikuti dengan melemahnya permintaan produk ekspor ke Eropa. Paket-paket kebijakan Ekonomi

tahun 2015 diyakini akan membawa perbaikan di tahun-tahun mendatang. Sehingga, tujuan Kemenko Bidang Perekonomian untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, dan mewujudkan kinerja organisasi yang baik, secara bertahap dapat tercapai.

(6)

Bab II Perencanaan Kerja

Bab III Akuntabilitas Kerja

1. Capaian Kinerja Organisasi 22

2. Analis Capaian Kinerja Organisasi

 Analisis Sasaran Strategis I 23

 Analisis Sasaran Strategis II 33

 Analisis Sasaran Strategis III 45

3. Peningkatan Akuntabilitas Kinerja dari Waktu ke Waktu 47

4. Realisasi Anggaran 53 Bab IV Penutup Penutup 57 Bab I Pendahuluan Kata Pengantar i Ringkasan Eksekutif ii Daftar Isi iv Daftar Tabel v Daftar Gambar vi

1. Latar Belakang Rencan 2

2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi 3

3. Struktur Organisasi 4

4. Aspek Strategis Organisasi 5

5. Isu Strategis Organisasi 5

1. Rencana Strategis Kemenko Perekonomian Tahun 2015 -2019 11

2. Rencana Kerja 15

3. Perjanjian Kinerja 17

4. Pengukuran Kinerja 18

Lampiran – Lampiran

I. Perjanjian Kinerja 2015

II. Manual Indikator Kinerja Utama Tingkat Kementerian

III. Kerangka Rencana Kerja Kemenko Bidang Perekonomian TA 2015 IV. Matriks Rumpun Sasaran Strategis dan Kegiatan

V. Contoh Pola Cascading Indikator Kinerja Individu VI. Contoh Pola Pengelolaan dan Pengukuran Kinerja

(7)

Tabel 3.7 Realisasi Anggaran per Sasaran Strategis

Tabel 3.8 Realisasi Anggaran per Kelompok Kegiatan dan Kelompok SS

Tabel 3.6 Perbedaan SS dan IKU Tahun 2014 dan 2015

Tabel 2.1 Sasaran Strategis Kemenko Bidang Perekonomian Tahun 2015

Tabel 2.2 Program Kemenko Bidang Perekonomian Tahun Anggaran 2015

Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Tabel 3.1 Realisasi Capaian Kinerja 2015 Kemenko Bidang Perekonomian

Tabel 3.2 Capaian IKU pada SS I

Tabel 3.3 Capaian IKU pada SS II

Tabel 3.4 Pengelompokan Penataan Peraturan Teknis

Tabel 3.5 Realisasi IKU dari Waktu ke Waktu

Tabel 3.6 Perbedaan SS dan IKU Tahun 2014 dan 2015

14 16 17 22 23 33 47 48 52 54 55 v

(8)

Gambar 2.2 Fokus Program Kemenko Bidang Perekonomian Tahun Anggaran 2015 16

Gambar 2.3 Polarisasi Capaian Kinerja Organisasi 23

Gambar 3.1 Pengelompokan Tema Capaian Koordinasi dan Sinkronisasi (IKU I) Kebijakan Perekonomian 24

Gambar 3.2 Rancangan Peraturan Perundang-undangan Dalam Rangka Mewujudkan Stabilisasi dan

Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

25

Gambar 3.3 Ilustrasi Koordinasi Pembahasan Fasilitasi Fasilitasi Pajak Penghasilan untuk penanaman

modal di bidang- bidang usaha tertentu dan/atau di Daerah – daerah tertentu

26

Gambar 3.4 Kemudahan Fasilitas Pajak 26

Gambar 3.5 Rancangan Peraturan Perundang – Undangan Baru dalam rangka Peningkatan Daya Saing 27

Gambar 3.6 Ilustrasi Koordinasi/Sinkronisasi Pembahasan Usulan RPP Fasilitasi di Kawasan Ekonomi

Khusus (KEK)

28

Gambar 3.7 Sebaran Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) 28

Gambar 3.8 Rancangan Peraturan Perundang – Undangan Baru dalam Rangka Transformasi Industri

Tahun 2015

29

Gambar 3.9 Ilustrasi Koordinasi Realisasi Penyerapan Biodesel 30

Gambar 3.10 Ilustrasi Koordinasi Persiapan Penerapan E-Commerce di bidang Industri 30

Gambar 3.11 Koordinasi dan Sinkronisasi Optimalisasi Hubungan Internasional 32

Gambar 3.12 Ilustrasi Koordinasi Optimalisasi Hubungan Internasional 32

Gambar 3.13 Daftar Rancangan Perundang-Undangan (Perubahan) dalam Rangka Pengendalian

Pelaksanaan Kebijakan Perekonomian

34

Gambar 3.14 Peta Paket Kebijakan Ekonomi I - VIII 36

Gambar 3.15 Ilustrasi Koordinasi KUR 39

Gambar 3.16 Capaian IKU pada Sasaran Strategis Terwujudnya Tata Kelola Pemerintahan 46

Gambar 3.17 Contoh Aplikasi Berbasis Web Cascading IKU ke Level Individu/Indikator Kinerja Individu

pada Sasaran Kerja Pegawai (//skp.ekon.go.id)

51

Gambar 3.18 Pagu dan Realisasi Anggaran 2011-2016 (Rpooo.ooo) Kemenko Bidang Perekonomian 53

Gambar 3.19 Realisasi Anggaran 2015 per Jenis Belanja Kemenko Bidang Perekonomian 53

Gambar 3.20 Realisasi Anggaran TA 2015 per Program 54

(9)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

BAB I

(10)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Agenda Pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 menyebutkan bahwa salah satu dari tiga masalah pokok bangsa terletak pada kelemahan sendi perekonomian. Hal ini ditandai dari masih belum terselesainya masalah kemiskinan, kesenjangan sosial, kesenjangan antar wilayah, lemahnya infrastuktur dan ketergantungan dalam pangan, energi, utang luar negeri dan keuangan. Kondisi perekonomian bangsa indonesia juga tidak terlepas dari pengaruh pertumbuhan ekonomi dunia yang mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Permasalahan perekonomian bangsa tersebut menuntut pemerintah untuk mampu menghasilkan kebijakan guna mendukung stabilitas ekonomi.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian sesuai Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 mempunyai tugas koordinasi, sinkronisasi dan pengendalian kebijakan di bidang perekonomian. Adapun keluaran Kemenko Perekonomian adalah rekomendasi kebijakan atas hasil koordinasi dan sinkronisasi perumusan dan penetapan kebijakan, pelaksanaan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan terkait isu bidang perekonomian. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, Kemenko Perekonomian menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dengan kementerian koordinator lainnya maupun dengan kementerian/lembaga lain terkait. Prinsip tersebut diarahkan untuk mencapai sasaran strategis Kemenko Perekonomian, yaitu : a) Terwujudnya sinkronisasi dan koordinasi kebijakan perekonomian, b) Terwujudnya pengendalian kebijakan perekonomian, dan c) Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik.

Program Penataan Kabinet oleh Presiden Republik Indonesia Tahun 2015 menuntut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melakukan penataan organisasi dengan pendekatan isu strategis yang akan ditangani oleh Kemenko Perekonomian. Transformasi Organisasi Kemenko Perekonomian dituangkan dalam Peraturan Menteri Bidang Perekonomian Nomor 5 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian diharapkan mampu memperbaiki stabilitas perekonomian bangsa. Berbagai program dan kegiatan di bidang perekonomian menjadi fokus koordinasi dan sinkronisasi, serta pengendalian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian guna memenuhi tuntutan stakeholders dan mencapai tujuan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Laporan Kinerja tahun 2015 ini disusun sebagai laporan penyelenggaraan sistem akuntabilitas kinerja dalam mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.

(11)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015 tentang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, adalah sebagai berikut: A. Kedudukan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia.

B. Tugas Pokok

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mempunyai tugas

menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan

Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang perekonomian. C. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas tersebut,

Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian menyelenggarakan fungsi: 1) koordinasi dan sinkronisasi

perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan

Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perekonomian; 2) pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di bidang Perekonomian; 3) koordinasi pelaksanaan tugas,

pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di

lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

4) pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;

5) pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian; dan

6) pelaksanaan fungsi lain yang

diberikan oleh Presiden.

Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian dalam melaksanakan

tugas dan fungsi, mengkoordinasikan Kementerian, sebagai berikut:

- Kementerian Keuangan;

- Kementerian PU dan Perumahan Rakyat

- Kementerian Ketenagakerjaan; - Kementerian Lingkungan Hidup &

Kehutanan;

- Kementerian Perindustrian; - Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/BPN;

- Kementerian Perdagangan; - Kementerian Badan Usaha Milik

Negara;

- Kementerian Pertanian;

- Kementerian Koperasi dan UKM; dan

- Instansi lain yang dianggap perlu.

(12)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Turunan Peraturan Presiden nomor 8 tahun 2015 adalah Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 5 Tahun 2015 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian. Susunan Eselon I Kemenko Bidang Perekonomian, terdiri

dari: Sekretariat Kementerian

Koordinator; Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan; Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian; Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan

Energi, Sumber Daya Alam, dan

Lingkungan Hidup; Deputi Bidang

Koordinasi Ekonomi Kreatif,

Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi

dan Usaha Kecil dan Menengah; Deputi

Bidang Koordinasi Perniagaan dan

Industri; Deputi Bidang Koordinasi

Percepatan Infrastruktur dan

Pengembangan Wilayah; Deputi Bidang

Koordinasi Kerja Sama Ekonomi

Internasional; Staf Ahli Bidang Hubungan

Ekonomi dan Politik, Hukum, dan

Keamanan; Staf Ahli Bidang Hubungan Ekonomi dan Kemaritiman; Staf Ahli

Bidang Hubungan Ekonomi dan

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan; Staf Ahli Bidang Pembangunan Daerah; dan Staf Ahli Bidang Pengembangan Daya Saing Nasional.

Struktur organisasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian hingga Unit Eselon II dapat dilihat dalam gambar berikut :

Gambar 1.1

Struktur Organisasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

(13)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian merupakan bagian dari penyelenggara pemerintah yang mempunyai peran strategis terhadap tercapainya tujuan nasional khususnya di bidang perekonomian. Di dalam RPJMN 2015 – 2019, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian diarahkan untuk mendukung kegiatan prioritas nasional berupa:

a. Menstabilkan situasi ekonomi makro dan memperkuat struktur ekonomi.

b. Realokasi sumber daya untuk pemanfaatan yang lebih produktif, di bidang ekonomi terutama percepatan pembangunan infrastruktur, ketahanan pangan dan pembangunan industri,

c. Meningkatkan daya saing ekonomi nasional dan kepercayaan investor, serta d. Meningkatkan pemerataan pembangunan dan mengurangi kemiskinan.

Fokus kegiatan pada prioritas nasional tersebut memberikan posisi strategis Kemenko Bidang Perekonomian untuk memberikan rekomendasi kebijakan di bidang perekonomian kepada Presiden dan Kementerian yang ada berada dalam koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian. Melalui tugas dan fungsi koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian, Kementerian Koordinator melakukan rapat koordinasi/sinkronisasi, monitoring serta evaluasi terhadap suatu isu kebijakan perekonomian. Kegiatan ini diharapkan mampu memberikan arah kebijakan yang berkualitas dan efektif sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan sesuai dengan tujuan nasional. Sasaran Strategis yang dituju Kemenko Perekonomian dalam rangka mewujudkan peran strategis tersebut di atas, adalah:

a. Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian b. Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Perekonomian

c. Terwujudnya Tata Kelola Pemerintah yang baik

Permasalahan di bidang perekonomian yang dihadapi bangsa Indonesia pada tahun 2015 dinilai cukup kompleks. Hal ini menuntut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk responsif dalam mengkoordinasikan, mensinkronkan serta mengendalikan kebijakan di bidang perekonomian. Dinamika perubahan lingkungan strategis baik dari dalam maupun luar negeri memberikan pengaruh singnifikan terhadap kondisi perekonomian nasional. Berikut dipetakan beberapa potensi

4. Aspek Strategis Organisasi

(14)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

permasalahan perekonomian yang memerlukan fokus koordinasi/Sinkronisasi/ pengendalian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian:

A. Target Pertumbuhan ekonomi yang tinggi Target pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 5.6%, meningkat jika dibandingkan target 2014 yang sebesar 5.1%. Selain tantangan dari luar seperti masih rendahnya kinerja ekspor sejalan dengan lemahnya permintaan dunia, juga diperlukan satu sinergisitas antara

pemangku kepentingan dalam

mewujudkan target pertumbuhan

ekonomi. Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian perlu

memperkuat kapasitasnya selaku

lembaga koordinator dan pengendalian untuk meminimalkan ketidaksesuaian/ inkonsistensi antara rencana dengan

implementasi program/kegiatan

pembangunan, khususnya di bidang

perekonomian dan ketidaksesuaian

antar sektor, serta pemerintah pusat dan daerah.

B. Ekonomi Makro dan Keuangan

Permasalahan kondisi ekonomi makro dan keuangan yang dihadapi tahun 2015 adalah sebagai berikut: - Ketersediaan infrastruktur untuk

mendukung peningkatan perkembangan ekonomi sangat terbatas dan harus dapat ditingkatkan.

- Penguatan struktur ekonomi, berupa penguatan sektor primer, sekunder dan tersier secara terpadu, dengan sektor sekunder sebagai penggerak utama

penguatan tersebut.

- Peraturan perundang-undangan pusat dan daerah yang saling tumpang tindih dan kontradiksi.

- Kapasitas SDM Indonesia masih

terbatas, ditandai dengan

rendahnya tingkat pendidikan dan produktivitas pekerja Indonesia. - Penerapan dan penguasaan

teknologi masih terbatas, sehingga daya saing usaha tidak seperti yang diharapkan.

- Kemampuan pembiayaan pembangunan terbatas. Oleh karena itu, penggalian sumber-sumber penerimaan dan mengefektifkan pengeluaran pembangunan menjadi tantangan yang harus dihadapi.

(15)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

C. Pangan dan Pertanian

Pembangunan pangan dan

pertanian, menghadapi masalah:

konversi lahan pertanian, terutama di Jawa, Madura dan Bali yang terus meningkat. Untuk itu, sistem pertanian

skala luas (food estate) harus dapat

segera direalisasikan, dan dibuka

kepada dunia usaha baik nasional, swasta maupun asing, namun dengan porsi dan pengaturan yang adil.

Ketersediaan pangan, melalui

peningkatan produksi pangan, sangat penting bagi tercapainya stabilitas harga pangan dan inflasi. Mengingat

komponen komoditi pangan memiliki

kontribusi signifikan dalam

pembentukan IHK.

Di bidang pembenihan, perlu pengembangan pusat-pusat perbenihan di tingkat petani maupun perusahaan perbenihan yang memenuhi standard kualitas perbenihan nasional maupun global. Pembangunan pertanian juga

sangat penting bagi upaya

pengurangan kemiskinan di daerah

perdesaan yang sebagian besar

mengandalkan sumber pendapatannya dari pertanian.

D. Energi, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

Permasalahan yang dihadapi SDA dan LH antara lain adalah:

(1) ketergantungan pada bahan bakar fosil (batubara dan migas) sebagai sumber energi; (2) pemanfaatan sumber energi terbarukan belum optimal; (3) pengelolaan pelestarian dan pemanfaatan keanekaragaman hayati yang belum optimal.

E. Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya saing KUKM

Pengembangan ekonomi kreatif mengalami beberapa masalah, yaitu: (1) penyediaan sumber daya kreatif (orang kreatif) yang profesional dan kompetitif;

(2) penyediaan sumber daya pendukung yang berkualitas, beragam dan kompetitif;

(3) penguatan struktur industri yang berdaya saing, tumbuh, dan beragam; (4) penyediaan pembiayaan yang sesuai dan kompetitif; (5) perluasan pasar bagi

karya kreatif; (6) penyediaan infrastruktur teknologi yang sesuai dan kompetitif; dan (7) penguatan kelembagaan yang mendukung pengembangan ekonomi kreatif. Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi faktor rendahnya daya saing ekonomi kreatif Indonesia di tingkat global saat ini.

Dalam hal pengembangan UKM menghadapi permasalahan, antara lain: (1) keterbatasan kapasitas kewirausahaan, manajemen dan teknis produksi; (2) keterbatasan akses ke pembiayaan; dan (3) keterbatasan kapasitas inovasi, adopsi teknologi dan penerapan standar. Aturan dan kebijakan yang ada saat ini juga belum

(16)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

cukup efektif untuk memberikan kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha bagi UMKM dan koperasi. Koperasi juga masih menghadapi kendala terkait kapasitas pengurus dan anggota koperasi dalam mengelola dan mengembangkan koperasi sesuai jati diri, dan kebutuhan untuk menciptakan kesejahteraan bersama.

F. Industri dan Perniagaan

Pengembangan kawasan industri dan kawasan ekonomi lainnya terdapat beberapa permasalahan, yaitu: (1) Belum adanya mekanisme pengaturan (legal) terkait insentif fiskal dan non-fiskal yang dapat secara langsung

diimplementasikan pada lokasi

pengembangan kawasan industri; (2) Belum adanya kajian hasil inventarisasi potensi komoditi unggulan lokal non-mineral yang optimal sebagai basis potensi pengembangan yang bernilai ekonomi tinggi yang dapat secara langsung diserap dan dikembangkan dalam kawasan industri; (3) Belum

adanya dukungan kebijakan yang

optimal terkait kelembagaan dan

operasional pengembangan Kawasan Perdagangan dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) sebagai salah satu basis kawasan untuk peningkatan industri dan perdagangan berorientasi pasar ekspor; dan (4) Belum adanya regulasi yang optimal yang dapat menjadi arahan dalam pengembangan Kawasan

Strategis Nasional (KSN) bidang

Ekonomi, terutama KSN Kawasan

Pengembangan Ekonomi Terpadu

(KAPET).

G. Infrastuktur dan Pengembangan Wilayah

Terkait koordinasi bidang

Infrastruktur dan Pengembangan

Wilayah, permasalahan yang dihadapi antara lain: (1) rendahnya kapasitas tampungan, menurunnya ketersediaan, dan berkurangnya resapan air yang

menyebabkan kebanjiran; (2)

Keberadaan tulang punggung

telekomunikasi khususnya kabel serat optik yang masih belum merata dan masih berfokus di kota–kota besar, (3) masih minimnya penanganan terhadap sektor persampahan, drainase dan air limbah.

Di bidang Inftrastuktur

transportasi, permasalahan yang

dihadapi adalah masih belum

meratanya pembangunan infrastruktur yang masih berpusat di wilayah Indonesia Barat. Sedangkan di bidang

pertanahan dan penataan ruang

permasalah utama terletak pada tidak

harmonisnya berbagai peraturan

perundang – undangan sektoral yang mengatur pemanfaatan ruang dalam skala besar.

(17)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

H. Kerjasama Ekonomi Internasional

Dalam bidang Koordinasi Kerjasama Ekonomi Internasional menghadapi permasalahan, antara lain: (1) pola pikir masyarakat dan pelaku usaha yang belum melihat secara keseluruhan potensi dan peluang serta manfaat yang dapat diraih dalam keterbukaan pasar global dan juga integrasi ekonomi antar bangsa; (2) sinergitas antar Kementerian/Lembaga dalam kancah diplomasi internasional agar memperkuat posisi tawar Indonesia dalam berbagai perundingan internasional; (3) Pentingnya menggali lebih banyak potensi kerjasama dengan negara lain.

(18)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

BAB II

(19)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Penyusunan Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015 – 2019 mengacu pada RPJMN tahun 2015-2019, sebagaimana program prioritas Nawa Cita. Implementasi Rencana Strategis merupakan wujud partisipasi dalam mendukung terwujudnya tujuan negara sesuai dengan Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia.

Nawa Cita merupakan jalan perubahan menuju indonesia berdaulat, mandiri dan berkepribadian yang didalamnya fokus pada hal-hal penting pembangunan termasuk di bidang perekonomian. Rencana Strategis Tahun 2015 – 2019 secara garis besar memuat Visi, Misi, tujuan, sasaran strategis sebagai tolak ukur keberhasilan serta program dan kegiatan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam rangka mencapai target kinerja sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 11 tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015-2019.

A. VISI KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

“Terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian pembangunan ekonomi yang efektif dan berkelanjutan”

Visi ini mendukung Visi Presiden : Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Visi tersebut disusun

berdasarkan kristalisasi nilai-nilai dasar atau value Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, yaitu : profesional, integritas, kerjasama, inovasi dan responsibility

(tanggung jawab) yang disingkat dengan “PIKIR”. Makna visi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dijabarkan sebagai berikut:

makna kata “koordinasi dan sinkronisasi” merupakan proses mengupayakan terjadinya kesamaan persepsi, pemikiran dan tindakan dalam mewujudkan pencapaian tujuan;

makna kata “pengendalian” merupakan bagian proses koordinasi dan sinkronisasi yang penekanannya pada pusat penanggungjawab implementasi kebijakan agar dapat mewujudkan tujuan organisasi sesuai rencana;

1. Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

2015 -2019

(20)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

makna kata “efektif” mempunyai arti bahwa kinerja hasil koordinasi dan sinkronisasi memberikan manfaat dan dampak yang signifikan bagi upaya pencapaian sasaran pembangunan di bidang ekonomi;

kata “berkelanjutan” bermakna bahwa koordinasi harus dilakukan secara terus menerus dan proaktif supaya pelaksanaan pembangunan perekonomian yang dilakukan oleh sektor dan pelaku ekonomi dapat berjalan sinergi, sehingga pembangunan ekonomi yang dicapai dapat berkesinambungan.

B. MISI KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

“ Menjaga dan memperbaiki koordinasi dan sinkronisasi penyusunan kebijakan, serta pengendalian pelaksanaan kebijakan perekonomian”

Misi tersebut merupakan perwujudan peran dan fungsi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam mendukung Misi Presiden yang antara lain adalah “Mewujudkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia yang Tinggi , Maju dan Sejahtera serta Mewujudkan Bangsa yang Berdaya Saing”. Implementasi Misi Presiden tersebut diwujudkan melalui kinerja lintas sektor di bidang ekonomi. Dalam rangka meningkatkan kinerja lintas sektor di bidang ekonomi secara optimal, dibutuhkan usaha untuk menyatukan tindakan, kebulatan pemikiran, dan keselarasan dari berbagai intansi terkait melalui kegiatan sinkronisasi dan koordinasi kebijakan. Sejalan dengan strategi dan aktivitas yang dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan suatu kebijakan,maka pengendalian pelaksanaan kebijakan/program secara intensif diupayakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul dalam proses pencapaian kinerja. Tindakan pengendalian dapat mengantisipasi secara dini tantangan dan hambatan yang dihadapi, sehingga progres kinerja dalam melaksanakan kebijakan/program di bidang ekonomi berjalan dengan optimal.

C. TUJUAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

Berdasarkan Visi dan Misi tersebut di atas, dirumuskan tujuan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, yaitu sebagai berikut:

1. Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. 2. Terwujudnya kinerja organisasi yang baik.

(21)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Tujuan tersebut merupakan upaya

Kemenko Bidang Perekonomian

memastikan pelaksanaan kebijakan/

program oleh sektor/lintas sektor di

bidang ekonomi dijalankan dengan

komitmen yang tinggi guna pencapaian kinerja perekonomian yang semakin baik dari waktu ke waktu. Upaya-upaya

pencapaian kinerja perekonomian

difokuskan pada target sasaran makro ekonomi. Pernyataan Tujuan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang ditetapkan tersebut, diharapkan dapat

dicapai dalam kurun waktu 5 tahun (periode 2015-2019). Pemetaan Rencana Strategis Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian, sebagaimana telah

dijelaskan di atas secara ringkas tertuang dalam peta strategi organisasi. Visi, misi,

tujuan, sasaran yang dituangkan

dalam peta strategi disusun

dengan mempertimbangkan potensi,

permasalahan, dan tantangan organisasi yang dihadapi ke depan dalam periode 2015-2019. Peta Strategi dimaksud adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1

(22)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Aspek strategis yang dimiliki Kemenko Bidang Perekonomian merupakan sumber daya yang digunakan untuk mencapai Sasaran Strategis (SS). Sasaran Strategis ditingkat Kementerian meliputi 3 sasaran yang merupakan penanda keberhasilan yang akan dicapai, khususnya pada tahun 2015.

D. SASARAN STRATEGIS

Berdasarkan tujuan, selanjutnya Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menjabarkan dalam sasaran strategis yang akan dicapai secara tahunan selama periode Renstra. Hal ini dilakukan agar kinerja Kementerian dapat terukur dan dapat dicapai

secara nyata. Sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk

tahun adalah sebagai berikut :

Tabel 2. 1

Sasaran Strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama

Tujuan 1 : Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan

Sasaran Strategis 1 :

Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian

Presentase program koordinasi kebijakan bidang perekonomian yang terimplementasi Sasaran Strategis 2 :

Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Perekonomian

Presentase kebijakan bidang perekonomian yang terimplementasi

Tujuan 2 : Terwujudnya kinerja organisasi yang baik.

Sasaran Strategis 3 :

Terwujudnya Tata Kelola Pemerintah yang baik

Tingkat Kinerja Manajeman Kementerian 85≤n≤100 = 4 : Sangat Baik (Hijau) 65≤n<85 = 3 : Baik (Hijau) 45≤n<65 = 2 : Kurang (Merah) n<45 = 1 : Sangat Kurang (Merah)

SS 1 dan SS 2 merupakan fokus terhadap tercapainya tujuan terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan Kementerian Koordinator

Bidang Perekonomian (Tujuan I). Sedangkan SS 3 merupakan bagian dalam rangka

mendukung terlaksananya kinerja pelaksanaan tugas dan fungsi kementerian dan jajaran dibawahnya, bersifat upaya kelembagaan dalam mengelola organisasi agar terwujud kinerja organisasi yang baik (Tujuan II). Namun demikian, dalam perjalanan

(23)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

waktu tahun 2015, sesuai dengan tranformasi organisasi dan pergantian kepemimpinan, terjadi perubahan paradigma agar SS 3 diubah menjadi sasaran yang lebih berorientasi kepada stakeholder (orientasi eksternal). Sehingga, Orientasi Tata Kelola dalam SS 3 adalah penataan kebijakan perekonomian di tingkat Kementerian Teknis di bawah koordinasi Kemenko Bidang Perekonomian. Perubahan sejalan dengan upaya Pimpinan baru Kemenko dalam menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi nasional melalui paket-paket kebijakan ekonomi (pergantian dari Bp. Sofyan Djalil ke Bp. Darmin Nasution).

Selanjutnya untuk melihat sejauh mana sasaran strategis tersebut tercapai dibutuhkan ukuran yang secara periodik dilihat perkembangan capaiannya. Ukuran dimaksud adalah Indikator Kinerja Utama (IKU) tingkat Kementerian. IKU sebagai Indikator keberhasilan tercapainya sasaran strategis tersebut akan dijabarkan pada Sub

Bahasan mengenai Perjanjian Kinerja.

Dengan memperhatikan rancangan awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan berpedoman pada Renstra, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyusun Rencana Kerja (Renja) yang memuat kebijakan, program, dan kegiatan yang meliputi kegiatan pokok serta kegiatan pendukung untuk mencapai sasaran hasil sesuai program induk. Dokumen Renja dirinci menurut indikator keluaran, sasaran keluaran pada tahun rencana, perkiraan sasaran tahun berikutnya, lokasi, pagu indikatif sebagai indikasi pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya.

Berdasarkan RKP dan Pagu Anggaran serta Renja yang telah ditetapkan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA). RKA memuat informasi kinerja yang meliputi program, kegiatan dan sasaran kinerja, serta rincian anggaran. Informasi pendanaan dalam RKA memuat informasi Rincian Anggaran, antara lain: keluaran, komponen masukan, jenis belanja, dan kelompok belanja. Rencana kerja kementerian merupakan penjabaran dari sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk mengukur capaian kinerja organisasi. Kerangka Rencana Kerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dapat dilihat pada lampiran.

Pada tahun 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melakukan revisi dokumen Rencana Kerja (Renja). Terdapat perbedaan program dan sumber dana

(24)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015 Program Koordinasi Kebijakan 60% Program Dukungan Manajemen 40%

antara Renja awal dan Renja Revisi. Disamping itu, terdapat perbedaan penetapan sasaran strategis. Renja awal 2015 telah ditetapkan pada bulan Januari tahun 2015 sedangkan Renja revisi ditetapkan pada bulan Maret 2015. Revisi dipandang perlu untuk menyesuaikan transformasi yang terjadi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian agar sesuai dengan program kerja pemerintahan Kabinet Kerja. Sasaran strategis yang dipergunakan dalam pengukuran kinerja tahun 2015 adalah sasaran strategis yang terdapat pada dokumen Renja revisi tahun 2015. Program Kementerian dalam Renja 2015 adalah sebagai berikut.

Tabel 2.2

Program Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun Anggaran 2015

Sumber : Dokumen Renja 2015, diolah

Fokus Program Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada Tahun Anggaran 2015 adalah Program Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian, dan Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya Kemenko Perekonomian.

Gambar 2. 2 Fokus Program Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian TA 2015

Renja Awal Renja Revisi

Program Sasaran

Strategis Alokasi Anggaran Program Sasaran Strategis Alokasi Anggaran

Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Keselarasan pengelolaan fiskal dan moneter 189.806.500.000 Program Koordinasi Kebijakan Bidang Perekonomian Terwujudnya sinkronisasi dan koordinasi kebijakan bidang perekonomian 198.704.803.000 Meningkatnya peran Indonesia dalam rangka kerja sama ekonomi luar negeri Terwujudnya pengendalian kebijakan perekonomian Terwujudnya implementasi program kerja utama Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya Kemenko Perekonomian 103.117.500.000 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis lainnya Kemenko Perekonomian Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik 130.499.429.000 Jumlah 292.924.000.000 Jumlah 329.204.232.000

(25)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Perjanjian Kinerja Kementerian Koordinator bidang perekonomian disusun berdasarkan tugas dan fungsi sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2015, dan mempertimbangkan relevansi dengan tujuan yang ingin

dicapai pada Tahun 2015. Sesuai dengan Peraturan Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, maka indikator yang terdapat pada Perjanjian Kinerja ditetapkan sebagai Indikator Kinerja Utama.

Perjanjian Kinerja ini menjadi komitmen bersama seluruh elemen dalam unit kerja di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mewujudkan tujuan Kementerian yang diharapkan dapat berimplikasi pada tercapainya tujuan nasional. Selain berdasarkan tugas dan fungsi Kementerian, Perjanjian Kinerja mengacu pada Renstra Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, dan RPJMN tahun 2015-2019. Variabel-variabel dalam perjanjian kinerja Tahun 2015 adalah sebagai berikut.

Tabel 2.3

Perjanjian Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Keterangan

(Kompenen Pengukuran) Terwujudnya

sinkronisasi dan koordinasi kebijakan perekonomian

Presentase program koordinasi kebijakan bidang perekonomian yang terimplementasi

100% Koordinasi dan Sinkronisasi

Rancangan Peraturan Perundangan BARU oleh Kemenko Bidang Perekonomian. (Target 54 Rancangan Peraturan Perundang-undangan)

Terwujudnya

pengendalian kebijakan perekonomian

Presentase kebijakan bidang perekonomian yang terimplementasi

100% Koordinasi dan Sinkronisasi

PERUBAHAN Peraturan

Perundangan oleh Kemenko Bidang Perekonomian. (Target 9

rekomendasi)

Merupakan pelaksanaan fungsi pengendalian atas pelaksanaan Kebijakan yang sedang berjalan) Terwujudnya tata kelola

pemerintahan yang baik

Tingkat Kinerja Manajeman Kementerian

Skala Tingkat :

85≤n≤100 = 4 : Sangat Baik (Hijau) 65≤n<85 = 3 : Baik: (Hijau) 45≤n<65 = 2 : Kurang (Merah) n<45 = 1 : Sangat Kurang (Merah)

4 Semula : Gabungan nilai tata kelola

keuangan, implementasi SAKIP, implementasi RB, penguatan SDM Diubah : Tata kelola Kebijakan Kementerian Teknis melalui Peraturan/Keputusan Teknis dalam rangka deregulasi kebijakan perekonomian

Sumber : Dokumen PK 2015, diolah

(26)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Proses penurunan/cascading

Indikator Kinerja Kementerian

Koordinator Bidang Perekonomian

dituangkan dalam perjanjian kinerja pejabat eselon I dan II, dan penetapan Indikator Kinerja Individu dalam Sasaran

Kinerja Pegawai (SKP) untuk level

individu. Indikator Kinerja Utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan Kementerian diturunkan dalam bentuk Indikator Kinerja (IK) dalam Program dan Kegiatan untuk level organisasi eselon I dan II atau dapat juga disebut IKU tingkat Eselon I dan II. Indikator pada SKP disusun untuk mendukung pencapaian Indikator Kinerja pimpinan. Apapun tingkatan jabatan ataupun pekerjaan yang dilakukan pegawai, dapat dipastikan pekerjaan

tersebut memiliki pengaruh terhadap

kinerja Kementerian. Upaya ini

memastikan bahwa Rencana Strategis yang ditetapkan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah dijabarkan dalam sasaran strategis yang diukur melalui pencapaian indikator kinerja pada seluruh pegawai, dari pejabat struktural pada semua tingkatan, hingga pelaksana. Sehingga setiap pegawai dapat diukur

kinerja individunya untuk diketahui

sejauh mana kontribusinya dalam

mendukung pencapaian strategi

kementerian, yang dikelola melalui sistem

//skp.ekon.go.id. Penjabaran Sasaran

Strategis Kementerian sampai ke Indikator Kinerja keberhasilan Kegiatan tertuang dalam lampiran.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah menyusun manual IKU yang digunakan sebagai panduan menjaga konsistensi pengukuran kinerja.

Manual IKU merupakan dokumen

penjelasan IKU Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian yang berisi berbagai informasi seperti definisi, satuan, tehnik

menghitung, sifat data IKU, sumber data, periode data IKU, dan keterangan lain yang dianggap perlu. Cara pengukuran capaian kinerja untuk setiap sasaran strategis adalah berbeda. Secara garis besar formula penghitungan IKU untuk setiap sasaran strategis adalah sebagai berikut :

Formula penghitungan IKU untuk Sasaran Strategis Terwujudnya Koordinasi dan Sinkronisasi Kebijakan Perekonomian :

Implementasi Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan perekonomian = realisasi dibandingkan dengan target, rancangan peraturan perundang-undangan baru bidang perekonomian

4. Pengukuran Kinerja

(27)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Formula penghitungan IKU untuk Sasaran Strategis Terwujudnya Pengendalian Kebijakan Perekonomian :

Implementai pengendalian pelaksanaan kebijakan bidang perekonomian = realisasi dibandingkan dengan target, rancangan perubahan peraturan

perundang-undangan dibidang

Perekonomian.

Formula penghitungan IKU untuk Sasaran Strategis Terwujudnya Tata Kelola Pemerintah yang baik :

Tata kelola Kebijakan Kementerian Teknis melalui Peraturan/Keputusan Teknis dalam rangka deregulasi kebijakan perekonomian = realisasi dibandingkan dengan target, Peraturan/Keputusan Kementerian Teknis di bawah Koordinasi kemenko Bidang Perekonomian.

tata kelola kebijakan

Untuk pengukuran tingkat

capaian kinerja organisasi tahun 2015 dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai capaian IKU dibagi dengan jumlah IKU Kementerian. Metode perhitungan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) diperoleh

melalui penghitungan dengan

menggunakan data target dan realisasi

IKU yang tersedia. Dengan

membandingkan antara data target dan realisasi IKU, akan diketahui nilai NKO. Formula penghitungan NKO adalah:

Adapun Status Kinerja NKO ditandai dengan warna, pemberian warna sesuai nilai NKO, adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3.

Polarisasi Capaian Kinerja Organisasi

Hijau Kuning Merah

X ≥ 100 (memenuhi ekspektasi) 80 ≤ X < 100 (belum memenuhi ekspektasi) X < 80% (tidak memenuhi ekspektasi)

NKO = ∑ capaian IKU × 100%

∑ IKU

Target 2015 : 9 Rancangan Perubahan

(28)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Tahapan pengukuran kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian terdiri dari tiga tahap yaitu (Permenko 9 Nomor 2015) :

a. Pengumpulan Data Kinerja (IKU)

Setiap semester dilakukan pengukuran kinerja oleh Bagian Fasilitasi Penguatan Kinerja, Biro Perencanaan. Untuk data kinerja kegiatan (fisik output dan anggaran) dilakukan per triwulan oleh Bagian Program dan Anggaran. Data Capaian Kinerja Bulanan Individu dikumpulkan per triwulan oleh Bagian SDM. Data capaian target IKU dikumpulkan dari KPI Manager tiap-tiap kedeputian/sekretariat.

b. Analisis Data Kinerja

Data yang telah terkumpul di kelompokkan dan dilakukan analisis. Terhadap Indikator yang belum tercapai dilakukan pendalaman atas hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja. Kegiatan analisis ini dilakukan bersama dengan Unit kerja terkait.

c. Melaporkan Capaian Kinerja

Analisis capaian kinerja semesteran akan dipaparkan pada Rapat Pimpinan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Hasil laporan kinerja semester akan digunakan sebagai bahan penyusunan Laporan Kinerja pada akhir tahun.

(29)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

BAB III

(30)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Capaian Target Indikator Kinerja Utama Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015 menunjukan hasil yang positif, walupun ada salah satu indikator kinerja yang masih belum mencapai tingkat yang diinginkan (IKU No.3). Capaian kinerja dengan pendekatan polarisasi warna terdapat pada warna Hijau. Capaian kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tahun 2015 disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Realisasi Capaian Kinerja 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

SS Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Kinerja

(a) (b) (c) (d) (e)=(d)/(c) Terwujudnya sinkronisasi dan koordinasi kebijakan perekonomian Presentase program

koordinasi kebijakan bidang perekonomian yang terimplementasi 100% 106% 106% Terwujudnya pengendalian kebijakan perekonomian

Presentase kebijakan bidang perekonomian yang terimplementasi 100% 211% 211% Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik

Tingkat Kinerja Manajeman Kementerian 85≤n≤100 = 4 : Sangat Baik/Hijau 65≤n<85 = 3 : Baik/Hijau 45≤n<65 = 2 : Kurang/Merah n<45 = 1 : Sangat Kurang/Merah 4 3 Baik

Penjelasan atau analisis atas capaian IKU untuk setiap sasaran strategis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tertuang dalam sub bab berikut.

(31)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah instansi pemerintah yang melaksanakan tugas koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang perekonomian. Dalam pencapaian sasaran strategis ini, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang pencapaiannya ditabulasikan dalam tabel 3.2.

Indikator Kinerja Utama Target Realisasi Kinerja

Presentase program koordinasi kebijakan bidang perekonomian yang terimplementasi 100% (54 Rancangan Peraturan Per-UU-an sebagai implementasi atas rekomendasi) 106% (57 Rancangan Peraturan Per-UU-an sebagai implementasi atas rekomendasi) 106%

Penjelasan atas capaian IKU di atas adalah sebagai berikut :

Melalui berbagai rapat Koordinasi dan Sinkronisasi dengan berbagai Kementerian terkait di bidang perekonomian dihasilkanlah rekomendasi kebijakan yang selanjutnya ditindaklanjuti menjadi Rancangan Peraturan Perundang– Undangan. Batasan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan tersebut berupa :

Rancangan Undang-Undang, Rancangan

Peraturan Pemerintah, Rancangan

Peraturan Presiden, Rancangan Keppres, Rancangan Inpres, Peraturan Menko Bidang

Perekonomian dan Keputusan Menko

Bidang Perekonomian. Tahun 2015

Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian menargetkan sebanyak 54

Rancangan Peraturan

Perundang-Undangan Baru dan terealisasi sebanyak 57

Rancangan Peraturan

Perundang-Undangan. Rancangan Peraturan

Perundang-Undangan yang dihasilkan

Sasaran Strategis 1 : Terwujudnya sinkronisasi dan koordinasi kebijakan

perekonomian

Tabel 3.2.

Capaian IKU pada sasaran strategis terwujudnya sinkronisasi dan koordinasi kebijakan perekonomian

(32)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

dikelompokan kedalam 4 tema sebagai bagian menterjemahkan Nawa Cita butir 6 (produktivitas dan daya saing pasar) dan 7 (kemandirian ekonomi). Pengelompokan ke dalam empat tema tersebut adalah untuk memenuhi harapan stakeholder, dan telah

ditetapkan dalam Peta Strategi Kemenko Bidang Perekonomian. Jumlah rancangan

peraturan perundang-undangan yang

dihasilkan pada tiap tema terlihat dalam Gambar 3.1 berikut.

Rancangan Peraturan Perundang-Undangan Baru sebagai wujud keberhasilan Sinkronisasi dan Koordinasi Kebijakan Perekonomian yang dilakukan Kemenko Bidang Perekonomian tahun 2015 sesuai dengan pengelompokan tema, adalah sebagai berikut:

1. Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi

Tema Stabilitas dan pertumbuhan ekonomi menjadi fokus untuk mengatasi isu strategis di bidang ekonomi makro dan

keuangan dan bidang Pangan dan

Pertanian. Seperti dijelaskan pada bab pendahuluan di atas, isu strategis ini masih menghadapi berbagai macam kendala yang

menuntut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk responsif. Melalui berbagai macam kegiatan rapat koordinasi dan sinkronisasi yang dilakukan di tahun 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menghasilkan 23 rancangan paraturan perundang – undangan baru dan

0 10 20 30

Stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi

Peningkatan Daya Saing Transformasi Industri Optimalisasi Hubungan Internasional 23 14 10 10 Gambar 3.1.

Pengelompokan Tema Capaian Koordinasi dan Sinkronisasi (IKU 1) Kebijakan Perekonomian

Jumlah Rancangan Peraturan Perundang-Undangan Baru

(33)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

1 Paket Kebijakan Program kebijakan pengembangan Kelapa Sawit. Diharapkan rancangan tersebut dapat memberikan

kontribusi terhadap stabilitas dan

pertumbuhan ekonomi sehingga dapat

mewujudkan pertumbungan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Adapun rincian dari rancangan peraturan perundang – undang tersebut bisa dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.2

Rancangan Peraturan Perundang – Undangan Baru dalam rangka Mewujudkan Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

Salah satu rancangan peraturan perundang-undangan yang memiliki daya

ungkit tinggi dalam stabilitas dan

pertumbuhan ekonomi adalah RPP tentang

Fasilitasi Pajak Penghasilan untuk

penanaman modal di bidang- bidang usaha

tertentu dan/atau di daerah -daerah tertentu. Rancangan tersebut disahkan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 pada tanggal 6 April 2015 oleh Presiden Joko Widodo. Latar belakang terbitnya peraturan ini adalah karena sejak

S um be r : D B K E k o no mi Ma k ro d an K eu an g an ; DB K P an ga n da n P ertan ian ; 2 01 5 ; d iol ah .

(34)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

tahun 2011 pertumbuhan ekonomi

Indonesia mengalami perlambatan yang ditandai dengan rendahnya nilai investor dan nilai ekspor. Hal ini menuntut

perubahan strategi untuk menunjang

percepatan perekonomian. Pelaksanaan PP

yang ada, terkait hal ini ternyata belum memberikan signifikansi yang baik bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sehingga dipandang perlu menerbitkan PP tentang Fasilitasi pajak guna mendorong investor.

Peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah melakukan rapat-rapat koordinasi hingga menghasilkan rekomendasi yang menyepakati dirancangnya kebijakan baru yang berdampak positif bagi pelaku ekonomi berupa Peraturan Perundang-Undangan.

Gambar 3.3

Ilustrasi Koordinasi Pembahasan Fasilitasi Pajak Penghasilan untuk penanaman modal di bidang- bidang usaha tertentu dan/atau di Daerah – daerah tertentu.

Sumber : Humas, 2015

Manfaat PP Nomor 18 Tahun 2015 adalah menjawab permasalahan di bidang tax

allowance. Peraturan Pemerintah

ini mampu

. Hal ini adalah salah satu outcome yang dicapai terkait Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi. Ilustrasi

kemudahan-kemudahan dapat

digambarkan sebagai berikut.

Gambar 3.4 Kemudahan Fasilitas Pajak

Su mber : D BK E kon omi Ma kr o da n Ke uang an

(35)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Efektifitas PP Nomor 18 Tahun 2015 akan dirasakan oleh masyarakat, bila pemberlakuan dan substansinya dapat diketahui oleh pelaku usaha. Peran Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melalui Deputi Koordinasi Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan adalah turut memastikan Peraturan Perundang-undangan ini diketahui dan dapat dijalankan melalui workshop dan sosialisasi. Melalui sosialisasi maka semua elemen

masyarakat terutama BUMN dan stakeholder mengetahui untuk kemudian

diimplementasikan, sehingga lebih mendorong investasi dan stabilitas perekonomian terjaga.

2. Peningkatan Daya Saing

Tema peningkatan daya saing dalam

Peta Strategi Kementeian Koordinator

Bidang Perekonomian menjadi fokus untuk

mengatasi isu di Bidang Koordinasi

Perniagaan dan Industri, dan isu di Bidang

Percepatan Infrastruktur Dan

Pengembangan Wilayah. Kendala yang dihadapi isu strategis bidang tersebut memerlukan inisiasi dari Kementerian

Koordinator untuk menghasilkan

rekomendasi kebijakan baru yang

selanjutnya dijadikan rancangan peraturan perundang – undangan. Tahun 2015 dalam

menangani isu perniagaan, industri,

percepatan infrastruktur, dan

pengembangan wilayah, fungsi koordinasi

dan sinkronisasi Kemenko Bidang

Perekonomian menghasilkan rekomendasi yang menginisiasi 14 rancangan peraturan

perundang-undangan agar mampu

meningkatkan daya saing di bidang

perekonomian.

Gambar 3.5

Rancangan Peraturan Perundang-undangan Baru dalam rangka Peningkatan Daya Saing

Sumber : DBK Perniagaan & Industri; DBK Percepatan Infrastruktur & Pengembangan Wilayah; 2015; diolah.

(36)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Rekomendasi yang mendorong disusunnya Rancangan Peraturan Pemerintah terhadap usulan Fasilitasi di Kawasan Ekonomi Khusus dinilai memiliki urgensi terhadap peningkatan daya saing. Rancangan ini disahkan menjadi Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2015 oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 28 Desember 2015. Lahirnya

Pokok-pokok rancangan peraturan tersebut merupakan amanat UU No. 39 tahun 2009

tentang Kawasan Ekonomi

Khusus untuk pemerataan

ekonomi yang adil.

sekaligus menjadi

laboratorium

kebijakan. Adapun

sebaran Lokasi KEK

2009-2014 dan

indikasi lokasi KEK Tahun 2015 - 2019 adalah sebagai berikut. Gambar 3.7 Sebaran Lokasi Kawasan Ekonomi Khusus Sumber : DBK Percepatan Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah,2015 Gambar 3.6

Ilustrasi Koordinasi dan Sinronisasi

Pembahasan usulan RPP Fasilitasi di Kawasan Ekonomi Khusus

(37)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Rekomendasi-rekomendasi yang dimasukan dalam peraturan tersebut antara lain bahwa KEK harus memiliki karakter atau semangat:

tax - free, bureaucracy-free,

KITAS-free, union-KITAS-free, license-KITAS-free, dan long term leashold property. Fasilitas selama masa awal investasi yang diberikan KEK ialah pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang, dan bahan selama 2 tahun untuk pembangunan atau pengembangan industri

yang menghasilkan barang, dan industri yang menghasilkan jasa.

Perbedaan perlakuan di KEK adalah: di

KEK tidak diberlakukan pembatasan

bahwa barang yang boleh diimpor adalah barang yang (a) belum diproduksi di dalam negeri; (b) sudah diproduksi namun

spesifikasi belum memenuhi yang

dibutuhkan; dan (c) sudah diproduksi namun jumlahnya belum mencukupi.

3. Transformasi Industri

Rumpun tema ini diangkat untuk mengatasi isu strategis di bidang pengelolaan energi, sumber daya alam dan lingkungan hidup; dan isu di bidang ekonomi kreatif, kewirausahaan dan daya saing KUKM. Rekomendasi sebagai hasil tindakan koordinasi dan sinkronisasi untuk mengatasi permasalahan pada isu strategis ini telah mendorong dibuatnya 10 rancangan peraturan perundang–undangan, yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.8

Rancangan Peraturan Perundang – Undangan Baru dalam Rangka Transformasi Industri Tahun 2015

S um be r : D B K P en g el ol aa n S D A LH; DB K DB K E k raf - K ew ir au s aa ha n -K U K M; 20 15 ; d iol ah .

(38)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Rekomendasi dihasilkan dari beberapa kali kegiatan koordinasi dan sinkronisasi hingga dianggap bahwa isu tersebut perlu dibuat suau kebijakan baru. Hal ini merupakan buah pikiran yang solid dan matang agar tidak kaku dan sulit diimplementasikan. Berikut adalah beberapa gambar ilustrasi kegiatan-kegiatan koordinasi dan sinkronisasi, terkait transformasi industri.

Gambar 3.9

Koordinasi Realisasi Penyerapan Biodesel.

Dipimpim oleh Bapak Darmin Nasution dan dihadiri oleh ). Hadir dalam rapat tersebut Menteri Badan Usaha Milik Negara Rini Soemarno, Menteri Perindustrian Saleh Husin, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto, Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP)

Sawit Bayu

Krisnamurthi dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara.

Gambar 3.10

Koordinasi Persiapan Penerapan E-Commerce di bidang industri. Dihadiri oleh Beberapa

Menteri, turut hadir dalam rapat ini, Tedjo Edhi (Menko Polhukam), Rachmat Gobel (Menteri Perdagangan), dan Rudiantara (Menkominfo)

(39)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Salah satu rancangan peraturan perundang - undangan yang dihasilkan

Kemenko Bidang Perekonomian yaitu

Rancangan Inpres tentang Kebijakan

Fasilitas Perdagangan Bebas di Dalam Negeri (Inland Free Trade Arrangement).

Kebijakan ini menjadi penting dan

mendesak, khususnya menghadapi

hadirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Rancangan intruksi ditandatangani Presiden menjadi Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kebijakan Fasilitas Perdagangan Bebas di Dalam Negeri, pada 23 Desember 2015. Inpres ini lahir untuk menjawab masalah di bidang industri

terutama untuk

Hal tersebut

merupakan outcome transformasi industri. Dalam proses rancangan inpres ini, Presiden memerintahkan beberapa menteri dan pejabat setingkat menteri, untuk

menyusun berbagai aturan yang berkaitan

dengan perdagangan bebas. Menteri

Koordinator Bidang perekonomian harus mampu mengkoordinasikan keperluan hal-hal tersebut. Menteri Keuangan menyusun aturan tentang bea masuk dan PPN, Menteri Perdagangan menyusun aturan tentang

kemudahan dan kecepatan Surat

Keterangan Asal (SKA) Barang Indonesia dan SKA lainnya yang diperlukan, Menteri Perindustrian membuat aturan mengenai penetapan industri dan kawasan tertentu yang mendapatkan fasilitas perdagangan bebas di dalam negeri dan pemberian sertifikat Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN), dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyusun aturan tentang kemudahan dan percepatan izin investasi. Melalui Inpres ini pula,

Presiden memberikan mandat kepada

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk melakukan pemantauan, evaluasi,

dan pengendalian penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan fasilitas

perdagangan bebas di dalam negeri.

4. Optimalisasi Hubungan Internasional

Optimalisasi hubungan internasional merupakan tema guna mengukur

penyelesaian permasalahan di bidang kerja sama internasional. Isu–isu kerja sama internasional yang terjadi di tahun 2015, menuntut Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mampu melakukan koodinasi dan menghasilkan rekomendasi yang mendorong peningkatan hubungan internasional yang makin kondusif, erat, dan menciptakan nilai investasi bagi negara. Koordinasi dan sinkronisasi guna optimalisasi hubungan internasional antara lain, sebagai berikut :

(40)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Gambar 3.11

Koordinasi dan Sinkronisasi Optimalisasi Hubungan Internasional Tahun 2015

Salah satu upaya koordinasi di bidang hubungan internasional yang dianggap

penting dalam optilimasi hubungan

internasional adalah Kerjasama Bilateral antara Indonesia dan Italia. Bagi Itali, tahun 2015 merupakan kunjungan pertama seorang kepala negara Italia ke

Indonesia sepanjang 66 tahun

hubungan diplomatik kedua negara. Hubungan bilateral Indonesia dan Italia telah berkembang dengan baik bahkan terus meningkat. Hal ini ditandai dengan peningkatan tren

perdagangan bilateral. Perdagangan

bilateral Indonesia dan Italia mencatat angka positif. Total nilai perdagangan

Gambar 3.12

Koordinasi Optimalisasi Hubungan Internasional

Sumber : Humas, 2015 S um be r : D B K K erja s a ma E k on o mi Inte rn as io na l; 20 1 5; d iol ah .

(41)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Sasaran Strategis 2 : Terwujudnya pengendalian kebijakan perekonomian

bilateral antara Indonesia dan Italia sebesar 4 juta US Dollar. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 3,8 juta US Dollar.

. Ini adalah outcome optimalisasi hubungan internasional

Melalui upaya optilimasi hubungan antar negara masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan dalam kerjasama dua negara, yang perlu dieksplorasi lebih lanjut. Dalam hubungan dengan Italia, kita mengundang para investor asal Italia untuk berpartisipasi dalam proyek di sektor industri kreatif, pariwisata dan kelautan. Hubungan kerjasama Indonesia dan Itali tahun 2015 mempunyai nilai investasi lebih dari 500 juta US Dollar.

Salah satu fungsi dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah

melakukan pengendalian kebijakan

pemerintah melalui pemantauan, evaluasi,

serta pengendalian penyusunan dan

pelaksanaan kebijakan yang sudah berjalan.

Terwujudnya pengendalian kebijakan

perekonomian merupakan implementasi

fungsi pengendalian atas pelaksanaan

kebijakan bidang perekonomian oleh K/L

yang menghasilkan rekomendasi dan

berimplikasi pada Rancangan perubahan Peraturan Perundangan yang ada.

Ukuran pencapaian sasaran strategis ini, berupa Indikator Kinerja Utama (IKU) Presentase program koordinasi kebijakan

bidang perekonomian yang

terimplementasi, dengan capaian tahun 2015 adalah sebagai berikut.

Indikator Kinerja Utama

Target Realisasi Kinerja

Presentase kebijakan bidang perekonomian yang terimplementasi 100% (9 Rancangan Perubahan Peraturan Per-UU-an) 211% (19 Rancangan Perubahan Peraturan Per-UU-an) 211%

Tingginya Realisasi dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan diawal tahun disebabkan pada pertengahan tahun 2015, Kemenko Bidang Perekonomian diamanatkan

Tabel 3.3.

Capaian IKU pada sasaran strategis

Terwujudnya pengendalian kebijakan perekonomian

(42)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

untuk membuat paket-paket kebijakan guna mempercepat upaya pemulihan perekonomian negara. Rancangan Perubahan Peraturan Perundang-Undangan sebagai hasil dorongan Rekomendasi dari koordinasi dan sinkronisasi atas fungsi pengendalian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian antara lain, sebagai berikut:

Gambar 3.13

Daftar Rancangan Peraturan Perundang-Undangan (Perubahan) dalam rangka pengendalian kebijakan perekonomian

Disusunnya rancangan peraturan perundang-undangan tersebut ditujukan untuk menyempurnakan atau merubah peraturan perundang-undangan yang sudah berjalan. Diharapkan dengan dilakukannya perubahan pada peraturan perundang-undangan yang sudah berjalan, dapat menjawab tantangan dan permasalahan terkait isu strategis dalam bidang stabilitas dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan daya saing, transformasi industri serta optimalisasi hubungan internasional.

(43)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

Kinerja sasaran strategis terwujudnya pengendalian kebijakan perekonomian tercapai juga melalui paket-paket kebijakan yang ditetapkan tahun 2015.

aket Kebijakan sebagai Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dalam melaksanakan fungsi Pengendalian Kebijakan.

Sesuai dengan mandat yang

diberikan Presiden kepada Menteri

Koordinator Bidang Perekonomian untuk melakukan pemantauan, evaluasi, dan pengendalian penyusunan dan pelaksanaan

kebijakan di bidang perekonomian,

Kementerian Koordinator Bidang

Perekonomian telah melaksanakan

koordinasi dan sinkronisasi dengan

kementerian/lembaga yang berada di

bawah koordinasinya untuk melakukan Penataan kebijakan ekonomi nasional. Hasil

dari penataan kebijakan ekonomi nasional ini adalah tersusunnya 8 (delapan) paket ekonomi kebijakan pada tahun 2015. Kemenko Bidang Perekonomian sebagai instansi yang melakukan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang ekonomi memegang peranan yang cukup penting dalam penyusunan paket kebijakan ekonomi

yang dikeluarkan pemerintah demi

mendorong pertumbuhan ekonomi.

Peluncuran paket kebijakan ekonomi pada tahun 2015 dilakukan secara bertahap. Latar belakang disusunnya paket Kebijakan Ekonomi ini adalah:

a. Adanya permasalahan yang cukup kompleks di bidang regulasi dan birokrasi; b. Lemahnya penegakan hukum; dan

c. Ketidakpastian usaha yang menjadi beban daya saing industri.

Manfaat peluncuran paket kebijakan ekonomi pada tahun 2015 adalah: a. Peningkatan pertumbuhan ekonomi;

b. Peningkatan daya beli masyarakat;

c. Peningkatan daya saing industri dan perluasan basis industri nasional; dan d. Peningkatan ekspor.

Peta Paket Kebijakan Ekonomi tahun 2015 dapat dilihat pada gambar berikut.

(44)

Laporan Kinerja Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian 2015

1 3

Gambar 3.14

Peta Paket Kebijakan Ekonomi I-VIII

Gambar

Gambar 2. 2  Fokus Program Kementerian Koordinator Bidang  Perekonomian TA 2015
Ilustrasi Koordinasi Pembahasan  Fasilitasi Pajak Penghasilan untuk  penanaman modal di bidang-  bidang usaha tertentu dan/atau di  Daerah – daerah tertentu
Ilustrasi Koordinasi dan Sinronisasi
Gambar 3.15  Ilustrasi Koordinasi KUR
+4

Referensi

Dokumen terkait

Media pembelajaran adalah “Sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif

Hal ini sangat berkaitan bagaimana dengan cara anggota HmC membentuk kesamaan persepsi di dalam kelompoknya, image yang ingin dibentuk oleh kelompok ini adalah

a. Aktifitas berpikir, kreativitas selalu melibatkan proses berpikir di dalam diri seseorang. Aktifitas ini merupakan suatu proses mental yang tidak tampak oleh

hasil rancangan yan telah dibuat mampu menahan beban yang telah ditentukan setelah dianalisa dengan SOLIDWORKS 2016.Dengan adanya perancangan dan analisa gantry crane,

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 – 2019, Agenda prioritas pembangunan nasional sebagai penjabaran operasional dari Nawa Cita yang

[(c) Suatu cip TLD dengan ketebalan 0.5 mm digunakan untuk menentukan dos terserap dalam air akibat suatu sumber gamma Co-60.. (i) Bolehkan teorem rongga Bragg-Gray cavity

Dengan merujuk pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Luar Negeri selama 2015-2019, Direktorat

Gambar 5.8 Hubungan antara expected profit dengan mark up menggunakan multi distribusi normal untuk model Ackoff &amp; Sasieni .... 87 Gambar 5.9 Hubungan antara