• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Analisa Porositas Fasies Distributary Channel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "6.1 Analisa Porositas Fasies Distributary Channel"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Bab VI. Karakteristik Reservoir

Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,

Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 65

B BAABBVVII K

KAARRAAKKTTEERRIISSTTIIKKRREESSEERRVVOOIIRR

6.1 Analisa Porositas Fasies Distributary Channel

Dari hasil analisa LEMIGAS (lihat Tabel 6.1 dan 6.2) diketahui bahwa porositas yang ada cenderung berkurang seiring dengan peningkatan kedalaman dari endapan yang ada, pada satu intibor yang sama, yaitu intibor ibnu-3 terlihat bahwa distributary channel yang berada pada kedalaman 2138.6 m hingga kedalaman 2148 m memilki porositas 29.49%, sedangkan distributary channel yang berada pada kedalaman 2151.6 m sampai kedalaman 2160 m cenderung memilki nilai porositas yang lebih rendah yaitu sebesar 28.60%, perbedaan kedalaman yang ada ialah sekitar 3.5 meter (dihitung dari bottom distributary channel atas dengan top distributary channel di bawahnya).

Gbr 6.1. Peningkatan Kedalaman dapat Mengurangi Nilai Porositas Yang Ada Contoh Distributary channel Pada Intibor Nu-4 (B) Dan Intibor Nu-3 (A)

(2)

Bab VI. Karakteristik Reservoir

Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,

Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 66 Sedangkan pada intibor ibnu-4 terlihat bahwa fasies distributary channel yang berada pada kedalaman 2244 m hingga kedalaman 2252 m memilki nilai porositas sebesar 23.89%, sedangkan porositas untuk fasies distributary channel dibawahnya (kedalaman 2256 m hingga kedalaman 2260 m) diketahui sebesar 19.02%, perbedaan kedalaman yang ada ialah sebesar 4 meter (dihitung dari bottom distributary channel atas dengan top distributary channel di bawahnya). Sedangkan perbedaan kedalaman antara distributary channel pada intibor ibnu-3 dan distributary channel pada intibor ibnu-4 ialah 84 meter (dihitung dari bottom distributary channel pada kedalaman 2151.60 m – 2160 m hingga top distributary channel pada kedalaman 2244 m – 2252 m), sehingga semakin menguatkan dugaan bahwa terjadi proses penurunan nilai porositas sejalan dengan peningkatan kedalaman dari endapan sedimen yang ada.

Penyebab dari adanya peristiwa pengurangan nilai porositas sejalan dengan bertambahnya kedalaman fasies sedimen yang terjadi, kemungkinan besar akibat dari proses kompaksi yang terjadi, dimana proses kompaksi tersebut disebabkan oleh adanya pembebanan lapisan reservoir dengan sedimen diatasnya (overburden pressure) dimana semakin dalam lapisan sedimen tersebut berada maka akan semakin tebal lapisan sedimen diatasnya yang akan menekan, akibat dari tekanan yang semakin besar tersebut ialah berkurangnya jarak antar butir yang ada akibat dari respon butiran terhadap peningkatan tekanan di sekitarnya, seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa, perubahan kemas butir yang ada dari kemas yang relatif longgar (loose) dengan bentuk cubic packing ke arah kemas butir yang relatif rapat (tight) dengan bentuk rhombohedral packing akan menyebabkan pengurangan porositas yang cukup drastis. Selain itu akibat dari adanya proses burial loading yang sangat tinggi maka butiran yang ada dapat saling bertemu dan bertumbukan, dikenal dengan istilah “grain-to-grain contact” pada kondisi penekanan yang sangat ekstrim maka dalam pengamatan mikroskopis akan ditemui adanya suture contact antar butiran yang ada, akibat dari melarutnya sebagian butiran (mineral kwarsa) akibat tekanan

(3)

Bab VI. Karakteristik Reservoir

Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,

Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 67 yang tinggi, proses ini dikenal sebagai “overgrowth”. Bila telah terjadi kontak antar butiran maka dapat dipastikan porositas yang ada dalam batuan akan berkurang, bahkan pada kasus suture contact porositas yang ada kemungkinan telah berkurang sangat drastis.

Efek dari peningkatan kompaksitas akibat peningkatan kedalaman terhadap pengurangan nilai porositas dapat dibuktikan dengan melihat data intibor yang ada, dimana fasies distributary channel pada intibor ibnu-3 dengan interval kedalaman 2138.6 m – 2148 m memiliki kompaksitas yang paling rendah (terlihat dari bentuk bagian tepinya yang membulat akibat proses erosi) namun memilki nilai porositas yang paling tinggi dibandingkan semua distributary channel yang terdapat di intibor ibnu-3 dan ibnu-4, sedangkan distributary channel pada intibor ibnu-4 dengan interval kedalaman 2256 – 2260 yang memilki kompaksitas paling tinggi namun nilai porositas paling rendah.

Foto 6.1 Perbandingan Distributary channel Pada Kedalaman 2160 m (intibor Nu-3) Dengan Distributary channel Pada Kedalaman 2246 m (intibor Nu-4)

Kompasitas Rendah. Pemilahan Butir Baik, Kedalaman + 2160 M,Porositas Tinggi (30.38%)

Kompasitas Tinggi. Pemilahan Butir Sedang, Kedalaman + 2246, Porositas Sedang (22.30%)

(4)
(5)
(6)

Bab VI. Karakteristik Reservoir

Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,

Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 70

6.2 Analisa Porositas Fasies Distributary Mouthbar

Seperti yang telah diketahui sebelumnya pada BAB IV bahwa ketebalan dari fasies distributary mouthbar di lapangan IBNU pada interval formasi fresh water sand atas sangatlah bervariasi mulai dari 1 m hingga 3.5 meter, sehingga pada saat melakukan perbandingan porositas pada fasies ini maka tidak semua distributary mouthbar yang ada kita bandingkan tetapi hanya pada fasies distributary mouthbar yang memilki ketebalan > 3 m sehingga hasil analisa porositas yang dilakukan diharapkan lebih dapat memberikan nilai porositas yang tepat. Seperti yang terdapat pada intibor ibnu-3 pada interval 2169 m – 2172 m, 2185.4 m – 2189 m, 2230 m- 2233.6 m dan 2257 m – 2260 m, pada intibor ibnu-4 dengan interval 2183 m – 2186.6 m dan 2228 m – 2231.6 m, serta pada intibor ibnu-2 dengan interval 2084 m – 2086.75 m dan 2208 m – 2211 m.

Dari hasil analisa porositas oleh LEMIGAS pada fasies distributary mouthbar pada intibor ibnu-2, ibnu-3 dan ibnu-4 (lihat Tabel 6.5, 6.6, dan 6.7) terlihat dari hasil analisa bahwa pada ibnu-3 nilai porositas pada fasies distributary mouthbar akan semakin berkurang sejalan dengan peningkatan kedalaman, pada interval kedalaman 2169 m – 2172 m kita dapatkan nilai porositas yang ada ialah: 10.85% lalu pada kedalaman 2185.4 m – 2189 m porositas yang ada berkurang menjadi: 9.67% kemudian pada kedalaman 2230 m – 2233.6 m nilai porositas yang ada semakin berkurang menjadi 8.73% sedangkan pada kedalaman 2257 m – 2260 m nilai porositas yang ada ialah 8.27%.

Pada intibor ibnu-2 kita juga masih mendapatkan pola yang sama dimana pada interval 2084 m – 2086.75 m kita dapatkan nilai porositas yang ada ialah 9.47% dan pada interval 2208 m – 2211 m nilai porositas yang ada telah berkurang menjadi 8.43% sehingga dapat dikatakan pada intibor ibnu-3 dan intibor ibnu-2 faktor pengurangan nilai porositas terhadap tingkat

(7)

Bab VI. Karakteristik Reservoir

Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,

Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 71 kompaksitas batuan masih berlaku sama seperti pada fasies distributary channel di intibor ibnu-3.

Pada intibor ibnu-4 terjadi hal yang sebaliknya dimana fasies pada interval 2228 m– 2231.6 m memiliki porositas 11.52% dan pada kedalaman yang lebih dangkal yaitu pada interval 2183 m – 2186.6 m memilki nilai porositas yang lebih rendah yaitu 9.47% hal menarik yang perlu diperhatikan ialah pada data intibor terlihat bahwa fasies distributary mouthbar yang terdapat pada interval 2228 m – 2231.6 m mengandung sedikit bioturbasi, dan fasies distributary mouthbar pada interval 2183 m – 2186.6 m mengandung lebih banyak bioturbasi, namun secara kenampakan keduanya memilki ukuran butir dan tingkat kompaksitas yang relatif sama.

Foto 6.2 Fasies Distributary mouthbar pada intibor Nu-4 Pada Interval 2183-2186.6 m (A) Dan Fasies Distributary mouthbar Pada Interval 2228-2231.6 m (B), Kotak Merah Menunjukan Kelimpahan Bioturbasi Pada Fasies Ini.

(8)

Bab VI. Karakteristik Reservoir

Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,

Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 72 Seperti yang telah diketahui bahwa fasies distributary mouthbar terendapkan pada daerah sekitar pantai hingga laut dangkal yang memiliki kondisi arus relatif tenang, sehingga memungkinkan suatu organisme untuk hidup dan berkembang biak dengan baik di sana, oleh sebab itu maka umumnya fasies distributary mouthbar ini akan banyak mengandung jejak bioturbasi akibat akivitas organisme bentonik di daerah tersebut. Umumnya bioturbasi yang ada ini akan merusak struktur sedimen yang ada sebelumnya. Selanjutnya pada saat arus melemah (seperti pada saat air laut surut) dan pengendapan secara suspensi menjadi lebih dominan sehingga banyak material klastik halus yang terendapkan kemudian akan mengisi lubang-lubang yang ada akibat proses bioturbasi sebelumnya, mengakibatkan nilai porositas yang sebelumnya relatif baik pada fasies tersebut akan berkurang akibat adanya kehadiran material sedimen klastik halus diantara butiran yang lebih kasar.

Oleh sebab itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada fasies distributary channel yang mengandung sedikit bioturbasi maka faktor pengurangan nilai porositas akibat kehadiran bioturbasi relatif kurang berpengaruh dan yang lebih memegang peranan dalam mengontrol nilai porositas pada fasies ini kemungkinan hanyalah tingkat kompaksitas dan bentuk kemas butiran yang ada (dengan asumsi memilki keseragaman butiran yang sama), namun pada fasies distributary mouthbar di lapangan IBNU yang umumnya banyak mengandung bioturbasi maka tingkat intensitas bioturbasi yang ada juga memegang peranan penting dalam mengontrol nilai porositas pada fasies ini selain tingkat kompaksitas dan bentuk kemas yang ada.

(9)
(10)
(11)

Bab VI. Karakteristik Reservoir

Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,

Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 75

6.3 Analisa Penyebaran dan Properti Reservoir

Gbr 6.2. Hasil Interpretasi Penyebaran Dan Korelasi Reservoir Yang Ada Pada Interval parasekuen 1-7

(12)

Bab VI. Karakteristik Reservoir

Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,

Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 76

Gbr 6.3. Hasil Interpretasi Penyebaran Dan Korelasi Reservoir Yang Ada Pada Interval parasekuen A-E

(13)

Bab VI. Karakteristik Reservoir

Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,

Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 77

Tabel 6.6 Analisa 40 Reservoir Berdasarkan Data Log Pada Interval Parasekuen 1-8 (Kedalaman 2000-2160 m)

(14)

Bab VI. Karakteristik Reservoir

Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,

Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 78

Tabel 6.7 Analisa 33 Reservoir Berdasarkan Data Log Pada Interval Parasekuen A-E (Kedalaman 2200-2300 m)

Dari tabel diatas didapatkan nilai rata-rata porositas dari 8 fasies distributary channel pada interval parasekuen 1-8 ialah 17.76% dan nilai rata-rata porositas dari 16 fasies distributary mouthbar pada interval parasekuen 1-8 ialah 10.5%. sedangkan nilai rata-rata dari 9 fasies

(15)

Bab VI. Karakteristik Reservoir

Analisa Stratigrafi Sekuen dan Studi Karakteristik Reservoir Pada Lapangan IBNU,

Cekungan Kutai, Kaltim / Rachman Phasadaon -12004056. 79 distributary channel pada interval parasekuen A-E ialah 21.32% dan nilai rata-rata dari 13 fasies distributary mouthbar pada interval parasekuen A-E ialah 9.71%

Dari tabel 6.6 dan 6.7 dapat disimpulkan bahwa fasies distributary channel memilki nilai porositas yang lebih baik dibandingkan dengan fasies distributary mouthbar, selain itu nilai porositas fasies distributary channel lebih variatif dibandingkan dengan porositas pada fasies distributary mouthbar dari hasil analisa didapatkan beberapa pola log yang berbeda pada fasies distributary channel tersebut yang terdapat pada interval parasekuen 1-8 dan interval parasekuen A-E dimana adanya perbedaan pola log tersebut mencerminkan adanya perbedaan kondisi dan jenis endapan yang ada.

Pada reservoir yang ditafsirkan sebagai fasies distributary channel ternyata berdasarkan pola log yang ada memilki beberapa tipe endapan yang berbeda (Gbr 6.4), pada interval fresh water sand bagian atas ini secara umum kita dapatkan dua tipe endapan utama pada fasies distributary channel yaitu tipe endapan sidebar channel dan creevase splay, dimana endapan side bar channel umumnya memilki pola log gamma ray berupa blocky shape yang menunjukkan bahwa batupasir yang ada relatif “bersih” artinya sedikit mengandung material lempungan sehingga memiliki porositas yang lebih baik dibandingkan dengan endapan creevase splay yang memilki pola log gamma ray yang gradasional menghalus ke atas yang menunjukan bahwa batupasir yang ada mengandung material lempungan di dalamnya sehingga seperti yang terlihat dari data sebelumnya bahwa nilai porositas dari tipe endapan ini kurang begitu baik.

(16)

Gambar

Foto 6.1 Perbandingan Distributary channel Pada Kedalaman 2160 m (intibor  Nu-3) Dengan Distributary channel Pada Kedalaman 2246 m  (intibor Nu-4)
Foto 6.2 Fasies Distributary mouthbar pada intibor  Nu-4 Pada Interval 2183- 2183-2186.6 m (A) Dan Fasies Distributary mouthbar Pada Interval 2228-2231.6 m  (B), Kotak Merah Menunjukan Kelimpahan Bioturbasi Pada Fasies Ini

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian yang berjudul “Analisis Efiensi dan Kehilangan Air Pada Saluran Primer Daerah Irigasi Air Alas Kabupaten Seluma Bengkulu” ini diharapkan dapat

berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai hasil interaksi aktif antara subyek belajar dengan obyek belajar selama berlangsung proses kegiatan

o Pada area pasang surut yang tidak berhubungan langsung dengan sungai dan jalan raya, terbentuk pola klaster.. Pola-pola tersebut terbentuk dengan adanya pengaruh

Garuda Indonesia (Persero) Tbk Branch Office Solo sangat banyak diantaranya dalam reservation peran sistem Amadeus Altea yaitu mempermudah proses input data penumpang

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ekstrak etanol daun kumis kucing memiliki daya anthelmintik terhadap Ascaris suum secara in vitro dengan konsentrasi

Pada setiap modul selalu disertai lembar evaluasi (evaluasi formatif) yang biasanya berupa tes. Evaluasi ini dilakukan untuk mengukur apakah tujuan yang dirumuskan

• REG_RESOURCE_LIST (Windows NT) atau REG_FULL_RESOUR CE_DESCRIPTOR, yang merupakan jenis data registry yang hanya digunakan untuk menyimpan konfigurasi perangkat

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir tersebut diukur menggunakan variabel penghargaan finansial, pelatihan profesional, nilai-nilai sosial, personalitas,