• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Ikan Jambal Siam {Fangasius hypophlhalmus Robert and Vithayonan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Ikan Jambal Siam {Fangasius hypophlhalmus Robert and Vithayonan)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

I I . T I N J A U A N P U S T A K A

2.1. Biologi Ikan Ikan Jambal Siam {Fangasius hypophlhalmus Robert and V i -thayonan)

Ikan jambal siam dapat dilasifikasikan ke dalam Kelas Pisces, Subkelas Teleostei, Ordo Ostoiphysidae, Sub Ordo Siluroipangasidae dan Genus Pangasius, Spesies Pangasius hypophthalmus. Ikan ini merupakan ikan dari Thailand, Kamboja, Laos, Burma dan Vietnam yang diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1972 ( I I A R D J A M U L I A , P R I H A R D I dan S U B A G Y O , 1986) Ciri-ciri ikan jambal siam menurut S U M A N T A D I N A T A (1983) adaiah sebagai berikut: badan memanjang dan pipih, sirip punggung mempunyai duri yang bergerigi, bersirip tambahan (adipose fin), terdapat garis lengkung mulai dari kepala sampai sirip ekor, sirip ekor bercagak dengan tepinya berwarna putih, wama badan kelabu hitam dan sirip anal putih dengan garis hitam ditengah. Menurut N E L S O N (1983) sirip punggung terletak agak ke depan dan antara sirip punggung dari sirip ekor terdapat sirip lambahan yaitu sirip lemak. Panjang sirip dubur biasanya seperliga panjang tubuh, berwarna putih dengan sirip tengah hitam dan mempunyai jari-jari berkisar antara 34-36 buah, jari-jari sirip perutnya 8-9 buah.

Selanjutnya menurut S l I Y A N T O (1996) ikan Jambal siam jantan matang gonad dapat mencapai umur 2 - 3 tahun, dengan kisaran berat antara 4 - 5 kg dan ciri-ciri adaiah sebagai berikut: perut ramping dan bila diurut ke arah lubang genital akan keluar sperma, sifatnya lebih garang dan lincah. Sedangkan ikan jambal siam betina matang gonad dapat mencapai umur 2 - 3 tahun, dengan kisaran berat

(2)

4 - 5 kg dan ciri-ciri sebagai berikut : perut membesar kearah anus dan bila diraba terasa empuk, gerakannya lebih lambat serta alat genital berwarna merah cerah.

2.2. Sistem Re|)roduksi Jambal Siam (Pangasius hypophthalmus)

Menurut E F E N D I E (1997) untuk membedakan jenis kelamin pada ikan baung dapat diiakukan dengan cara mengamati ciri-ciri seksuai primer dan ciri-ciri seksuai sekunder. Ciri-ciri seksuai primer adaiah mengamati secara langsung dengan membelah perut dan mengamati ciri-ciri morfologi gonadnya, sedangkan ciri-ciri sekunder yaitu dengan mengamati bentuk luar tubuh dan pelcngkapnya.

A L A W I et al., (1992) mengemukakan bahwa perbedaan antara ikan baung

jantan dan betina adaiah sebagai berikut : pada ikan baung jantan lubang genital agak memanjang dan terdapat bagian yang meruncing ke arah caudal. Alat ini adaiah

sebagai alat bantu dalam mentransfer sperma dalam proses pemijahan. Sedangkan pada baung betina lubang genitalnya agak bulat dan berwarna kemerahan bila ikan tersebut telah mengandung telur pada tingkat keniatang?*i gonad ( T K G ) IV. Lebih terperinci lag! tanda kcmatangan gonad induk ikan baung jantan papilanya berwarna merah dan menyebar kearah bagian pangkal. Namun bila diurut tidak selalu mcngeluarkan sperma yang berwarna putih ( M l ! F ! J K A H , 1993).

Menurut S I J Y A N T O (1987) bahwa melalui alat perasa (alat indra) informasi tentang sifat-sifat lingkungan terkumpul dalam hipothalamus. Apabila keadaan lingkungan tidak cocok m.aka telur donn.an akan m.engaiami degenerasi (rusak) lalu diserap kembali ke ovarium. Tetapi bila lingkungan cocok maka hipothalamus akatf'

(3)

o

inengirim perintah kepada kelenjer hifofisis untuk melepaskan hormon gonadotropin ke darah dan apabila mencapai ovari akan merangsang telur masak dan terjadilah ovulasi.

Pemijahan merupakan salah satu fase dalam proses produksi. Berlangsung pemijahan ikan dipengaruhi oleh faktor luar (lingkungan) diantaranya : cahaya, suhu, oksigen ferlarut, pH dan ketersedian hormon tertentu ( S l J M A N T A D I N A l ' A , 1983). Untuk meiakukan pemijahan buatan , saiah satu pendekatan yang dapat diiakukan adaiah pendekatan secara hormonal. D A V Y dan C H O l l N A R D (IPS-'J) -.enjelaskan bahwa untuk mcrangsang ikan supaya memijah telah diiakukan penyuntikan dengan beberapa jenis hormon.

Pada proses reproduksi, sebelum terjadi pemijahan sebagian besar basil nietabolisme tertuju untuk perkembangan gonad yang mana gonad bertambah berat diimbangi dengan bertambah besar ukurannya ( E F E N D I E , 1^92). Selanjutunya S . A ( ; ! , ! ; R e( a!., 1 9 7 7 ; H A R V E Y dan [ S O A R , 1 9 7 9 , mcngatakan bahwa perkembangnn gonad pada ikan terjadi 2 tahap yaitu tahap pertumbuhan gonad hingga mencapai lingkat devvasa kciainin dan tahap pematangan produksi seksuai. Tahap pertumbuhan berlangsung sejak ikan ditetaskan sampai mencapai ikan dewasa kelamin. Sedangkan tahap pematangan berlangsung setelah ikan tersebut dewa.';a Tahap pematangan akan tetap berlangsung dan berkesinambungan selama reproduksi ikan masih berjalan normal.

Induk yang dapat dipijahkan adaiah setelah melewati fase pembentukan kuning telur (fase vitcllogcncsis) masuk fase dorman. Fase pcnbentukan kuning telur

(4)

dimulai sejak terjadinya pemupukan bahan-bahan kuning telur (yolk) dalam sel telur dan berakhir setelah sel telur mencapai ukuran tertentu atau nukleolus tertarik ketengah nukleus. Setelah penbentukan kuning telur berakhir, sel telur tidak mengalami perubahan bentuk selama beberapa saat, tahap ini disebut dengan fase istirahat (dorman), W A Y N A R O V I C H dan H O V A R T (1980).

2.3. Fertiiisasi

Fertilisasi merupakan peristiwa menyatunya antara sel telur dengan spermatozoa sehingga terbentuk zygot. Hal ini terjadi apabila sel sperma berhasil mcncmbus mikrofil telur ( S U M A N T A D I N A T A , 1983). M i k r o f i l telur dapat menutup setelah terkena air. Bagian sperma yang masuk kedalam ovum hanya kepalanya saja, bagian ekor tinggal diluar. Satu ovum hanya dapat dibuahioleh satu sperina. Menurut R I C K E R {cialam S Y A N D R Y , 1992) dalam meiakukan pembuahan, telur dan spermatozoa dicampur dengan hati-hati, kemudian di diam.kan selama 2 mcnit. Selanjutnya L C I T R I T Z (Jahan S Y A N D R Y , 1992) menjelaskan saat yang paling tepat untuk pembuahan telur adaiah segera setelah telur-telur keluar dari alat kelamin, dan juga dinyatakan bahwa sel telur yang dibuahi tidak boleh kena goncangan. W A Y N A R O V i C I l dan H O V A R T (1980) n^enyalakan bahwa sel-sel sperma dalam keadaan dorman bersifat im-mortil dan mampu membuahi telur apabila berada dalam air. Periode motil sperma sangat pendek dan tcrgantung pada suhu. Pada daerah tropis sperma bergerak aktif pada kepekatan spenna, dalam 1 cc mani terdapat sekitar 10 sampai 20 milyar sel spenna. Pada ikan Jambal

(5)

siam diperliikan sebanyak 1 cc untuk membuahi I juta telur ( P O T A R I S dan S I T O S I T , 1976)

Menurut B L A X T E R (dalam H O A R , 1969) sperrnatozoa yang dilepas ke dalam air harus cepat mendapatkan mikrofil pada kutub anima telur. Dimana mikrofil merupakan jalan pembuka masuknya sperma ketika telur mengalami pergcrakan. Sperma dapat bergerak akibat rangsangan Gynamon I yang dihasilkan oleh membran telur yang terdapat di daerah mikrofll yang mempunyai efek kemotaksis dan spermatozoa mengeluarkan Adrogamon untuk melunakkan lobang mikrofil, karena telah lerjadi pengerasan karion pada waktu telur bertemu dengan air. Apabila mikrofil berhasil ditembus oleh spermatozoa, maka telur mengeluarkan Gynamon II untuk mengglutinasi sel-se! spermatozoa lainnya supaya tidak dapat masuk.

2.4. Penelasan Telur

Menetas merupakan saat terakhir dari masa Inkubasi, yaitu sebagai hasi! dari beberapa proses, sehingga embrio keluar dari cangkangnya ( E F F E N D I E , 1978) selanjutnya B L A X T E R (dalam H O A R , 1969) mengatukan bahwa penctasan telur terjadi karena melembutnya charion akibat kerja dari sualu enzim hasil sekresi ektoderm.

Sebelum embrio menetas, maka embrio akan soring merubah posisinya karena kekurangan ruang gerak di dalam cangkang, sehingga dengan adanya pergerakan tersebut bagian cangkang telur akan lunak dan akhimya telur akan pecah { E n L M ' / I E , !9''S). L*?.!?.m .h?.! yang sama menyatakan bahwa bagian cangkang yanti

(6)

pecah ujung ekor embrio akan dikeluarkan lebih dulu, sedangkan bagian kepalanya akan dikeluarkan pada bagian akhir, karena bagian ini paling besar j i k a dibandingkan dengan bagian tubuh lainnya. Kemudian S l I M A N T A D I N A T A (1983) mengemukakan bahwa penetasan telur akan terjadi juga, disebabkan karena gerakan larva akibat peningkatan suhu ataupun tekanan oksigen.

Menurut S I J Y A N T O (1987) bahwa melalui alat perasa (alat indra) informasi tentang sifat-sifat lingkungan terkumpul dalam hipothalamus. Apabila keadaan lingkungan tidak cocok maka telur dorman akan mengalami degenerasi (rusak) lalu diserap kembali ke ovarium. Tetapi bila iingkungan cocok maka hipothalamus akan mengirim perintah kepada kelenjer hifofisis untuk melepaskan hormon gonadotropin ke darah dan apabila mencapai ovari akan merangsang telur masak dan terjadilah ovulasi.

2.5. Teknik Ginogenesis

Teknik ginogenesis adaiah suatu cara yang dapat diiakukan untuk menghasilkan benih berjenis kelamin betina dalam pemijahan buatan. Menurut N A G Y et III., (1978) dan J O H N et al (1984) ginogenesis dapat diiakukan dengan cara ( I ) memberi radiasi sperma dengan sinar gamma atau ultra violet ( U V ) untuk mcmbuat agar tidak aktif secara genetik dan (2) kejutan (schok) dengan suhu atau tekanan untuk mengembalikan badan kutup I I ke posisi semula pada saat meiosis II atau mitosis 1 untuk menggagalkan terjadinya pembuahan sel sehingga. dapat terjadi penggabungan kembali kromosomnya dalam satu sel. Sinar gamma memiliki daya penetrasi yang baik serta mampu merusak kromosom sperm*

(7)

( D O N A M ) S O N (Ian B E D F E Y , 1987), nainun efek negatip dari penggunaan sinar ini adaiah ditemukannya fragmen sisa kromosom pada benih diploid ginogenetik (G2 N) dan dapat mengurangi kelangsungan hidup benih G2N. Oleh sebab itu dalam proses ginogenesis lebih sering digunakan sinar ultra violet. Menurut LOU dan P U R D O N (1984) sinar ultra violet lebih murah, mudah ditemukan serta lebih aman digunakan. Keberhasilan penggunaan sinar ultra violet pada sperma beberapa jenis ikan disajikan pada Tabel 1.

Selanjutnya kejutan berupa suhu panas atau dingin yang diberikan bertujuan untuk mencegah pengurangan kromosom betina pada proses perkembangan telur yang akhirnya dapat menghasilkan sigot diploid dan homozigot ( N A G Y n/., 1978 dan K O M E N ei al., 1988). Pemberian kejutan panas pada proses ginogenesis dapat diiakukan dengan cara merendam telur-lelur yang telah dibuahi ke air panas dengan suhu tertentu ( H O L L E B E C Q e( uL, 1986) dan kejuiari panas lebih mudah diiakukan serta memiliki peralatan lebih mudah daripada kejutan dingin. Keberhasilan pemberian kejutan panas pada beberapa spesies ikan dalam teknik ginogenesis diperlihatkan pada Tabel 2.

i.OV dan PliRDON (1984) menyatakan bahwa pada teknik ginogenesis se-baiknya kejutan panas diiakukan pada waktu yang tepat setelah pembuahan, yang bertujuan untuk meningkatkan diploidisasi benih ginogenetik, yaitu pada saat meiosis kedua dan metosis pertama. Pemberian kejutan panas pada sflat meiosis kedua bertujuan untuk menahan keluarnya polar body kedua, sedangkan pemberian

(8)

kejutan panas pada metosis pertama bertujuan memaksa genom haploid maternal membelah menjadi dua ( C H O I J N O I I T , 1984).

Diploid ginogenetik yang dihasilkan pada saat meiosis kedua dinamakan diploid ginogenetik meiotik dan disingkat G2N - meotik (meiotic- G2N). Selanjutnya diploid ginogenetik mitotik dan disingkat G2 N - meiotik (metotic G2 N). Dalam hal ini tidak semua individu G2N-meiotik homosigot. Sebaliknya G2N-mitotik memiliki individu yang semuanya homosigot sehingga disebut G2-N hoinosigot.

Tabel 1. Pemakaian radiasi ultra violet terhadap sperma pada ginogenesis

Ikan Radiasi Hasil Sumber

Roliu {Lahuorohila) Lanipu IJV 15 W, selama 17 menit, jarak 20 cm, 99-99,6 larva haploid John et al. (1984) Rainbow trout (Salnio gainliwri) Lampu UV 4 X 36 W, se-lama 28 inenit, jarak 15 cm tebal laiutan spenna 5 mm diputar 60 kali/menit

99-99,5 embrio haploid

Lou dan Purdom (1984)

Chum salmon (Oiicorhynchiiskela)

dosis 2400-3600 erg/mm2 tebal larutan spenna 0, i mm

100 % embrio haploid Tanniguchi (1984 Fancy carp ((yprinii.s cai'pio L)

dosis 6420 erg/mm intensitas 75 erg/mm2/detik, tebal la-rutan spenna 1 mm

100% haploid Taniguchi (1984)

Ikan mas

(Cyprinus carpio L

200 J/m2/iTienit selama 1 jam jarak spenna dan lampu

100% embrio haploid Komen el al., (1988) Tawes {Punlhis javanicus) 2 lampu UV 15 W selama 1,5; 2 dan 3 menit ketebalan spenna 1 mm

100 % embrio haploid

Setiadini (1989)

(9)

Tabel 2. Beberapa metode kejutan panas untuk diploidisasi pada ginogenesis

Jenis ikan Sumber

Kejutan Panas Hasil

Catla {Catla-valla)

dan Roliu {Lahco rohila 1!)

39" C selama 1 menit waktu awal 2 menit setelah pembuahan 10% larva G2N-meiotik John el al., (1984) Rainbow trout (Salmo gairclneri) 28-29 " C selama 10 menit, waktu awal 10 inenit se-telah pembuahan larva G2N-meiotik Leary el al., (1985) Rainbow trout

{Sahno gainineh) dan

Gx«y'm%{ThymalUis ihymallus)

26" C, selama 20 menit, waktu awal 25 menit setelah pem-buahan dan suhu dasar pembuahan 10 " C

50 % larva G2-N meiotik

Chourout (1986)

Mas {(yprimis carpio L) 39 " C selama 2 menit waktu awal 5 menit setelali penrbuaiian dan

suhu dasar pembuahan 20 "C

50 % larva G2N-meiotik

Hallebecq el al (1986)

Mas {Cyprinus carpio L) 40" C, selama 2 menit 5- 18% larva Komen et al.. waktu awal 30 menit G2N-meiotik (1988) setelah pembuahan, Suhu

Gambar

Tabel 1. Pemakaian radiasi ultra violet terhadap sperma pada ginogenesis
Tabel 2. Beberapa metode kejutan panas untuk diploidisasi pada ginogenesis

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya laba bersih yang baik maka akan berpengaruh pada kinerja perusahaan dilihat dari rasioleverage dan profitabilitasyang diukur denganDER, DAR,ROE,

pengaruhi angka konversi ransum, namun demikian bobot badan akhir ayam broiler yang dihasilkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan kontrol, sehingga bungkil

Bapak Wiedjaja, S.Kom, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, nasehat, saran, kritik, dan perhatian yang besar serta masukan

Para peksos di bidang pendidikan dan yang bekerja dengan anak-anak, memiliki perhatian utama untuk hak atas pendidikan, dan hampir semua pekerja sosial mampu

Salinan Berita Acara Pembukaan Penawaran kemudian dibagikan kepada wakil peserta pengadaan yang hadir tanpa dilampiri Dokumen Penawaran dan. Pokja Pengadaan IV

SINERGI PROGRAM KETERANGAN DITJEN IATT PROPINSI 2008 2009 Jawa Timur Dukungan pengembangan spare. part / komponen KBM agar kualitas sesuai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan informan memiliki daya juang dalam menghafalkan Al-Qur’an, terbukti dengan adanya usaha seperti informan S menghafal hingga

Pada tahun 2004, dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor