• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Juang Penghafal Al-Qur'an

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Daya Juang Penghafal Al-Qur'an"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

DAYA JUANG PENGHAFAL AL-QUR’AN

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Stara 1 pada jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Diajukan oleh :

NISWATUS SHOLIHAH F.100136016

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)
(3)
(4)
(5)

DAYA JUANG PENGHAFAL AL-QUR’AN Abstrak

Kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an menjadi sesuatu yang pasti dialami oleh penghafal Al-Qur’an. Namun, penghafal Al-Qur’an perlu merubah pola pikir menjadi positif agar kesulitan, tantangan dan hambatan yang dihadapi menjadi peluang besar menuju kesuksesan, hal inilah yang disebut dengan daya juang. Informan dalam penelitian ini adalah 6 orang penghafal Al-Qur’an yang memiliki hafalan minimal satu juz dan berusia 15-68 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya juang penghafal Al-Qur’an dan faktor-faktor yang mepengaruhi daya juang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif fenomenologi, dengan metode pengambilan data wawancara dan observasi non partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan informan memiliki daya juang dalam menghafalkan Al-Qur’an, terbukti dengan adanya usaha seperti informan S menghafal hingga dua puluh lima kali diulang sehingga dalam sehari mampu menghafal satu ayat, untuk mengatasi kesulitan yang dialami seperti banyaknya acara dan kegiatan sehari-hari informan tetap meluangkan waktu dikemudian hari untuk menghafal. Hal berbeda dari informan AN dalam sehari mampu menghafal setengah halaman, namun saat dirasakan terlalu mudah informan menbah hingga satu sampai dua halaman perharinya dan mengulang hafalan tiga juz perharinya. Sedangkan kendala yang dialami tidak terkontrolnya jadwal mengulang. Kemudian, faktor yang mempengaruhi daya juang ada kesehatan, hasrat, kemauan dan lingkungan tempat menghafal Al-Qur’an.

Kata kunci : daya juang, penghafal Al-Qur’an, mengontrol hafalan

Abstract

The difficulties of remembering Qur’an might be something which is surely faced by people who memorize the Qur’an. But, people who memorize the Qur’an should change their logical pattern into the positive ones, therefore every difficulty, challenge, and obstacle can lead them to the big success. This is what we call as adversity quotient. The informants of this study were 6 people who memorize the Qur’an who already had memorized at least a juz and were 15-70 years old. The aim of this study were to know the adversity quotient of people who memorize the Qur’an and its factors. This study used descriptive phenomenological methods by using interview and non-participant observation as data collecting methods. The result of the study revealed that all of participants had adversity quotient in memorizing Qur’an, it was proven by the struggle of informant S who were 68. She could keep repeating an ayat up to 25 times a day to remember it. She would make time for doing that at the following day if she could not do that because she had many agendas and activities. It was different with informant AN who were 15. She could memorize a half page of the Qur’an a day, but once she thought it was too easy for her, she could memorize one up to

(6)

two pages of the Qur’an a day, and recite her memory up to three juz a day. But, she also had problems at organizing time to recite and keep her memory. And the factors which affect daya juang were health, desire, willingness, and environment.

Keyword : Adversity Quotient, Memorizing Al Qur'an, Controling memories

1. PENDAHULUAN

Menghafal Al-Qur’an merupakan aktivitas yang dapat dilakukan semua orang. Namun, menghafal Al-Qur’an bukanlah suatu perkara yang mudah namun bukan pula sesuatu yang tidak mungkin saat ini, karena pada zaman Nabi banyak orang menghafal Qur’an. Dalam buku-buku sejarah telah menerangkan bahwa para sahabat berlomba-lomba dalam menghafalkan Al-Qur’an, bahkan mereka memerintahkan anak-anak juga istri mereka untuk menghafalkan Al-Qur’an (Supardi & Ilfiana, 2013).

Proses menghafal Al-Qur’an yang terbilang sulit dan membutuhkan waktu yang lama, maka dari itu dibutuhkan kegigihan dan kesabaran yang ekstra. Menurut Anggen (2012), menyatakan bahwa sabar memiliki pengertian tahan menghadapi cobaan dan kesulitan. Yang mana, dalam hidup seharusnya individu memiliki ketahanan yang lebih untuk menghadapi berbagai cobaan yang terjadi dalam hidup, tidak boleh marah, tidak mudah putus asa ketika menghadapi kesulitan, hal inilah yang disebut dengan daya juang. Kemampuan daya juang disebut dengan Adversity Quotient. Dalam penelitian ini teori daya juang akan menggunakan adversity quotient. Menurut Stoltz (dalam Wardiana dkk, 2014) daya juang adalah kemampuan seseorang dalam mengamati kesulitan dan mengelola kesulitan yang dialami dengan kecerdasan yang dimiliki, sehingga menjadi sebuah tantangan yang akan diselesaikannya. Daya juang juga merupakan kemampuan individu untuk menggerakkan tujuan hidup kearah masa depan dan juga sebagai alat ukur tentang bagaimana seseorang berhadapan dengan masalah yang dihadapinya (Novianty, 2014).

Sedangkan menurut Herry (2013), dalam menghafalkan Al-Qur’an seorang penghafal dituntut untuk memiliki niat yang ikhlas, tekad yang kuat karena tugas tersebut sangat agung dan berat, mampu mengelola waktu dengan baik, mampu

(7)

menciptakan tempat yang nyaman, mampu memotivasi diri, serta mampu melatih konsentrasi dengan baik agar dapat memecahkan masalah. Karena setiap kali penghafal Al-Qur’an menfokuskan konsentrasi lebih banyak pada suatu halaman Al-Qur’an yang ingin dihafal, maka ketika itu pula waktu dan kesungguhan yang dibutuhkan hanya sedikit.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran daya juang penghafal Al-Qur’an dan faktor-faktor yang mempengaruhi penghafal Al-Qur’an.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif fenomenologi. Yang diungkap dengan wawancara dan observasi non partisipan. Pemilihan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Informan pada penelitian ini adalah enam orang penghafal Al-Qur’an yang memiliki hafalan minimal satu juz dan berusia 15-68 tahun. Wawancara pada penelitian kali ini dilakukan kepada enam informan yang terpilih, yang memiliki kriteria tersebut sehingga tujuan penelitian diharapkan dapat terungkap.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi daya juang pada penghafal Al-Qur’an dan mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi daya juang. Hasil penelitian menunjukkan mereka memiliki daya juang yang berbeda-beda. Hal ini ditunjukkan dari aspek control bahwa keenam informan menghafalkan dengan membaca secara berulang. Namun, informan S dalam sehari informan S mampu menghafal satu ayat yang diulang hingga dua puluh lima kali dengan menggunakan Al-Qur’an yang sudah di fotocopy, informan menghafal selama lima hari dari sesudah subuh hingga dzuhur dan mengulang dihari sabtu dan minggu. Hal ini sesuai dengan hasil observasi saat informan mengerluarkan kertas yang terdapat ayat Al-Qur’an dalam saku bajunya dan menunjukkan kepada peneliti. Hal bebeda dengan informan AN bahwa informan mampu menghafal setengah halaman perharinya namun, saat dirasa sudah mudah

(8)

informan menghafal satu halaman perhari, hingga informan mampu menghafal dua halman Al-Qur’an perharinya. Informan AN menghafal setelah sholat dan mengulang saat menjelang tidur. Sedangkan dalam menjaga hafalan informan AN dan IN mampu mengulang hingga tiga juz perharinya. Hal berbeda juga diungkapkan oleh informan AM dalam menghafal informan mendengarkan muratal terlebih dulu sebanyak tiga kali baru menghafal menggunakan Al-Qur’an braille. Infroman AM juga mampu mengulang hafalan dua juz perharinya.Santos (2012), menyatakan bahwa pengendalian diri berdampak pada tindakan atau respon yang dilakukan individu yang bersangkutan, tentang harapan dan idealitas individu untuk tetap berusaha keras mewujudkan keinginannya walaupun sesulit apapun keadaanya sekarang.

Pada aspek ownership (pengakuan), keenam informan mendapat dukungan yang positif dari keluarga dan rekan-rekannya, karena keluarga dan teman adalah pihak yang sering mendukung dan memberi motivasi kepada keenam informan. Sedangkan dari lingkungan keenam informan juga merasa nyaman dalam menghafal karena sudah berada dilingkungan pesantren tahfidz. Informan IN mengalami kendala dipesantren karena tidak adanya larangan dalam bernyanyi yang membuat informan terkadang melalaikan hafalannya. Hal ini sesuai dengan hasil observasi dari informan IN bahwa informan mengetuk-ngetuk meja untuk menunjukkan keadaan pondok dan informan berekspresi sedih saat menjelaskan kalau dipondok tempat informan menghafal tidak ada larangan dalam bernyanyi yang membuat informan lalai dalam menghafalkan Al-Qur’an. Namun, informan tetap berusaha menahan agar tidak bernyanyi. Sehingga, Stoltz (2003), mengungkapkan Ownership adalah sejauh mana seseorang menjadikan orang lain atau lingkungan yang menjadi sumber kesulitan atau kegagalan tersebut. Dan sejauh mana individu mengandalkan diri sendiri untuk memperbaiki situasi yang dihadapi tanpa melihat penyebabnya serta kesediaan individu untuk bertanggung jawab atas kesalahan atau situasi tersebut.

Selanjutnya, reach (jangkauan), pada aspek ini keseluruhan informan tidak merasa tergganggu dengan kegiatan menghafal. Informan S, AN, IN, dan AM jika sedang banyak kegiatan yang menyita waktu untuk menghafal, tetap melaksankan

(9)

muraja’ah walaupun tidak bisa mempertambah hafalannya. Hal berbeda yang diungkapkan informan EW, informan tidak selalu muraja’ah saat sedang sibuk. Sedangkan informan AM dan AN mengalami kesulitan dalam menghafalkan Al-Qur’an saat sedang sakit dan menemukan ayat-ayat yang sulit. Namun, hal tersebut tidak membuat kedua informan berhenti mengulang hafalan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan hasil observasi infroman SL dengan mengambil Al-Qur’an yang selalu diletakkan diatas kursi samping dapur dengan tangan kanan untuk memudahkan informan hafalan saat memasak, nyuci, dan aktifitas lainnya. Disamping itu, menjadi penghafal Qur’an membuat informan AM, SL, dan EW memiliki target yang ingin dicapai yaitu belajar bahasa arab untuk memudahkan informan dalam memahami makna dari Al-Qur’an dan menguatkan hafalan yang sudah dimiliki. Menurut Titus (2013), Reach adalah sejauh mana individu membiarkan suatu kesulitan merambah dalam kehidupannya. Individu yang memiliki kemampuan kuat untuk mencegah kesulitan menyebar dari satu area ke area yang lain.

Aspek endurance (daya tahan), dimana informan S, AM, AN, dan, IN memiliki hambatan dalam mengatur waktu menghafal Al-Qur’an dan muraja’ah dimana waktu untuk mengulang lebih sedikit dibandingkan menghafal Qur’an namun tetap berusaha meluangkan waktu untuk muraja’ah disela aktifitas yang padat dan menambah waktu khusus. Menurut Mustaffa, dkk (2016), bahwa dalam mengulang pun individu harus membuat jadwal yang sistematis disesuaikan dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan alasan informan AN menyelesaikan hafalanya hingga tiga puuh juz karena jika tidak diselesaikan akan menjadi sia-sia, berbeda dengan informan IN dan EW menghafal hingga akhir merupakan kewajibannya.

Selanjutnya faktor yang mempengaruhi adalah faktor kesehatan dimana informan AM dan AN bercerita bahwa sakit dapat menghambat dalam menghafal dan menghafal pun menjadi tidak maksimal. Menurut Stoltz (2003), menyatakan bahwa kesehatan dimana kondisi fisik dan psikis seseorang dapat mempengaruhi seseorang untuk mendapatkan kesuksesan

(10)

Faktor hasrat dan kemauan, yang mana individu memiliki kemauan untuk menjaga hafalan, yang biasa disebut dengan muraja’ah, hal ini terbukti bahwa keenam informan tetap memiliki keinginan untuk mengulang walaupun kegiatannya sangat padat. Maka dari itu Ro'uf (2004), menyatakan bahwa seorang penghafal Qur’an di tuntut untuk memiliki ketertarikan yang tinggi dengan Al-Qur’an, baik dalam proses menghafal maupun setelah menghafal. Dari segi faktor ekternal terdapat faktor lingkungan seperti kondisi tempat, dan suasana juga dapat mempengaruhi daya juang informan dalam menghafalkan Qur’an hal ini terbukti bahwa keseluruhan informan menghafalkan Al-Qur’an saat berada dipesantren khusus tahfidz. Makan Herry (2013), menyatakan seorang penghafal Al-Qur’an harus mampu menciptakan tempat yang nyaman dalam menghafal, yakni tempat yang jauh dari kegaduhan.

Selanjutnya, yang memotivasi informan S, SL, dan EW dalam menghafal Qur’an karena merupakan kewajibannya sebagai manusia juga ingin memperbaiki bacaan dalam membaca Al-Qur’an dan menambah amalan ibadah untuk dibawa diakhirat, sedangkan informan AM, IN, dan AN menghafal Qur’an karena merasa senang saat diajak menghafal Qur’an oleh orangtuanya serta memiliki keinginan kuat menjadi penghafal Qur’an dan ingin membalas jasa orangtua. Lestari (2014), menyatakan bahwa motivasi dapat mempengaruhi daya juang dalam menghafal Qur’an karena seseorang yang mempunyai motivasi yanng kuat mampu menciptakan peluang dalam kesulitan dengan berupaya sebaik mungkin.

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Daya juang penghafal Qur’an dapat dilihat dari informan keenam menghafalkan Qur’an dengan cara mengulang ayat secara berkali-kali. Dilihat dari informan S mengulang hingga dua puluh lima kali dan menjaga hafalan dengan cara muraja’ah di waktu-waktu yang sudah ditargetkan informan seperti setelah sholat dan menjelang tidur. Disamping itu, keenam mendapatkan dukungan positif dari dilingkungan dan keluarga selama menghafal. Sedangkan hambatan yang dialami informan S, SL, dan EM dalam menghafal Al-Qur’an saat

(11)

memiliki kegiatan harian yang padat sehinngga menyita waktu untuk menghafal, berbeda yang dialami informan AM dan AN yaitu saat sakit dan menemukan ayat-ayat yang sulit dihafal, sedangkan untuk informan IN memiliki kendala berkurangnya semangat dalam menghafal dan. Namun, hal tersebut tidak membuat penghafal Qur’an berhenti dalam menghafal bahkan, mereka tetap meluangkan ataupun mengganti waktu menghafal disela-sela beraktifitas dan saat sakit. Sedangkan untuk membangkitkan semangat dengan cara mengikuti kajian atau membaca artikel-artikel yang bermanfaat sehingga lebih fokus lagi dalam menghafal. Faktor yang mempengaruhi daya juang dibagi dua : faktor internal dan eksternal. Dari faktor internal terdapat kesehatan, hasrat dan kemauan. Sedangkan faktor ekternal yaitu lingkungan. Dan ditemukan faktor yang dapat mempengaruhi daya juang yaitu motivasi untuk menghafalkan Qur’an

4.2 Saran

a. Bagi subjek, Peneliti memberikan saran agar para penghafal Qur’an yang sudah mencapai 30 juz senantiasa menjaga hafalannya, dengan lebih memperhatikan waktunya agar tidak meninggalkan muraja’ah dalam setiap harinya. Sedangkan bagi yang belum selesai menghafal peneliti memberikan saran berdasarkan hasil penelitian agar tetap menghafalkan Al-Qur’an walaupun sedikit namun tidak berhenti dengan menerapkan sistem satu hari satu ayat.

b. Peneliti selanjutnya, diharapkan menggali data yang berkaitan dengan daya juang pada penghafal Al-Qur’an secara keseluruhan, baik dari segi menghadapi kesulitan yang sedang dialami dan mengontrol hafalan yang dimiliki. Diharapkan juga bagi peneliti selanjutnya mendapatkan data yang lebih lengkap dan mendalam sehingga penelitian ini berguna untuk meningkatakan jumlah penghafal dikalangan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

(12)

Fitriany, R. (2008). Hbubungan Adversity Quotient dengan Penyesuaian Diri Sosial pada Mahasiswa Perantauan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah .

Herry, B. A. (2013). Agar Orang Sibuk Bisa Menghafal Al-Qur'an . Yogyakarta : Pro-U Media.

Lestari, E. (2014). Hubungan Orientasi Masa Depan dengan Daya Juang pada Siswa-Siswi Kelas XII di SMA Negeri 13 Samarinda Utara. e-Journal Psikologi, Vol. 2, No. 3, 315-320.

Mustaffa, M., Yusof, M. F., Ghazali, M. A., & Sawari , S. S. (2016). Descriptive Qualitative Teaching Method of Memorization in The Institution of Tahfiz Al-Qur'an Wal Qiraat Pulal Condong and the Students Level of Academic Excelience. Mediterranean Journal of Social Sciences, Vol. 7 No 1, 84. Novianty, M. E. (2014). Penerimaan Diri dan Daya Juang pada Wanita Penderita

Systhemic Lupus Erythematosus (SLE). e-Journal Psikologi, Vol. 2, No. 2, 175.

Ro'uf, A. A. (2004). Kiat Sukses Menjadi Hafizh Qur'an . Bandung: PT. Syaamil Cipta Medika .

Santos , M. C. (2012). Assessing The Effectivenss of The Adapted Adversity Quotient Program In A Special Education School. Journal of Arts,

Stoltz, P. G. (2003). Adversity Quotient @Work; Mengatasi Kesulitan di Tempat Kerja. Batam: Interaksara.

Supardi, & Ilfiana. (2013). Upaya Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur'an Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Terpadu Putri Abu Hurairah Tahun Pelajaran 2012/2013. EL-HIKMAH, Vol. 7, No.1, 49. Titus. (2013). Organizational Resilience and Adversity Quotient of Singapore

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan Pengaruh Penggunaan Simulator Cisco Packet Tracer Dan Graphical Network Simulator 3 (GNS3) Sebagai Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Induksi Kalus Akasia ( Acacia mangium ) Dengan

Pertanyaannya adalah bagaimanakah proses pembelajaran dalam perkuliahan geometri untuk mahasiswa calon guru matematika yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan berpikir

Pelaksanaan E-Retribusi Pasar yang telah direncanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi dan bekerjasama dengan PT Bank Jatim sebagai bentuk

Hasil analisis menunjukkan bahwa Intensitas Pembelajaran Al-Qur’an Pada Kelas VIII di SMP Plus Citra Madinatul Ilmi Kota Citra Graha Banjarbaru sudah terlaksana yaitu

 biaya, dilatarbelakangi lemahnya akuntabilitas untuk mengelola sistem akuntansi, kurang sistem akuntansi, kurang adanya peran anggaran, dan ketidaktepatan dalam mencatat

Hasil analisis data lainnya pada penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Martinez-marti, Avia, dan Hernands-Loreda (2010) yang menunjukan bahwa

Mata kuliah ini memberikan pemahaman gempa dan penyebabnya, susunan lapisan bumi dan teori pelat tektonik, pengaruh gaya gempa pada bangunan-bangunan teknik sipil,