• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Grafik Komputer Dengan Menggunakan Program Excel Untuk Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin Dalam Proses Alignment

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Teknik Grafik Komputer Dengan Menggunakan Program Excel Untuk Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin Dalam Proses Alignment"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Teknik Grafik Komputer Dengan Menggunakan Program Excel Untuk

Menentukan Kuantitas Pergeseran Kaki Mesin Dalam Proses Alignment

Computer Graphics Techniques Using Matlab and Excel Comparison Program

For Determining Quantity Shifts Foot Alignment Process Engineering

Sir Anderson

Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang Kampus UNAND, Limau Manis Padang Telp. 0751-72590 Fax. 0751-72576

ABSTRACT

Recently, rotational engines widely used in industries. Engine’s speed come higher and higher so that the demand on its reliability increase as well. High reliability will be obtained if the cause of failure is known and overcome. One machine element which generally has shorter life time is bearing. Damage on bearings is accelerated by the increase of load due to misalignment. Related with the prevention of bearing’s damage, study on shaft misalignment has been carried out. The aim of the study was to find techniques to obtain an acceptable alignment procedures. In practice the machine’s foot shifting determined manually using graphs and side view of the quantity of misalignment.

This study is carried out using graphic technique in determining the shifting quantity of machine’s foot using Excel. By this technique and computer program it can be determined the quantity of misalignment on a machine and what should be done to shift the machine. Using this technique and computer program the calculation process can be done more quickly and accurately. Machine’s foot shifting in alignment process in order to get an accurate misalignment measurement data use a dial indicator with a variety of methods such as

face and rim, face to face, reverse indicator, double radial, and the shaft to coupling spool. Keywords: misalignment, alignment, bearing

PENDAHULUAN

Industri di negara maju maupun berkembang memegang peranan yang sangat penting sebagai penghasil produk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, mempengaruhi pertumbuhan perekonomian negara. Keberlangsungan proses produksi di berbagai industri tidak dapat dipisahkan dari peran penting perlengkapan penggerak seperti motor induksi dan perlengkapan yang digerakkan seperti pompa, kompresor dan lainnya. Perlengkapan penggerak dan yang digerakkan memerlukan elemen pendukung seperti bearing.

Salah satu elemen mesin rotasi yang umumnya berumur lebih pendek dari yang lain adalah bearing. Kerusakan pada bearing tersebut dipercepat oleh peningkatan beban akibat misalignment.

Contoh bearing yang telah mengalami kegagalan akibat misalignment dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Bearing gagal [www.monition.com/bearing_failure.htm]

Misalignment merupakan kondisi ketika poros dari 2 buah mesin rotasi tidak dalam posisi segaris antara satu dengan yang lainnya. Ilustrasi mesin rotasi yang mengalami misalignment dapat dilihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2. Peralatan mesin dalam keaadaan misalignment

(2)

Gambaran kerugian akibat pemakaian daya listrik berlebih akibat misalignment dapat mencapai Rp 648 juta/tahun untuk 250 unit mesin dengan jam operasional 8.640 jam/tahun

(http://soemarno.org/2009/01/study-kasus-mis-alignment).

Batasan masalah pada penelitian ini metoda-metoda pengukuran dengan menggunakan alat ukur dial indicator dan diukur pada kondisi mesin dalam keadaan tidak beroperasi serta membuatnya dengan menggunakan program Matlab untuk 3 dimensi.

Penelitian bertujuan untuk menentukan kuantitas pergeseran mesin secara grafis agar mendapatkan aligment yang bisa diterima (sesuai toleransi).

dengan menggunakan program Matlab. Pada penelitian dilakukan analisa dengan

perbedaan metoda-metoda pengukuran alignment.

Misalignment poros terjadi ketika garis sumbu poros dari dua buah mesin putar yang berpasangan tidak dalam posisi segaris antara satu dengan yang lainnya. Misalignment dapat terjadi dalam tiga kondisi yaitu:

 Paralel.

Misalignment paralel adalah jika garis sumbu antara dua buah poros mengalami pergeseran (sejajar)

 Angular (sudut).

Misalignment angular adalah jika ke dua garis sumbu poros membentuk sudut.

 Kombinasi paralel dan angular.

Misalignment poros adalah deviasi posisi relatif poros dari sumbu colinear rotasi diukur pada titik-titik dari transmisi daya. Colinear itu berarti dalam garis yang sama atau sumbu yang sama. Jika dua buah poros itu colinear maka poros tersebut dalam keadaan alignment sempurna.

maksimum deviasi alignment terjadi di sini Gambar 3. Definisi misalignment pada poros

Toleransi alignment dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran toleransi alignment

dengan tahapan sebagai berikut (seperti yang terlihat pada gambar 4):

• Mengukur deviasi

(penyimpangan) vertical pada pandangan samping.

• Mengukur penyimpangan

horizontal pada pandangan atas. • Menentukan nilai terbesar dari

empat deviasi (penyimpangan) tersebut.

• Kemudian mengukur jarak antara titik-titik transmisi daya. • Nilai toleransi alignment

diperoleh dengan membagi nilai terbesar dari 4 deviasi tersebut dengan jarak antara titik-titik transmisi daya. Sebagai contoh jika nilai deviasi maksimum 6 mils dan jarak antara titik-titik transmisi daya 4 inci maka nilai toleransinya = 28 mils / 4inci = 7 mils/inci.

Gambar 4. Pedoman toleransi alignment untuk kopling fleksibel

[www.mech-engineer.blogspot.com/2009/04/alignment] METODOLOGI

Ada beberapa metoda pengukuran yang bertujuan untuk melihat posisi dua sumbu poros ketika mesin tidak beroperasi. Dengan memahami teknik pengukuran, dapat diketahui posisi poros yang diukur dengan beberapa metoda, namun masing-masing metoda memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan teknik pengukuran ini dan beberapa metodanya diharapkan pengguna alat ukur akan mampu untuk memilih metoda pengukuran yang paling

(3)

tepat untuk mengatasi masalah alignment sesuai dengan kondisi mesin.

Jenis-jenis Alat Ukur

1. Straight edge, taper gauge dan feeler gauge

• Feeler gauge adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur gap clearence soft foot dan jarak di

antara ujung-ujung poros

(kecermatannya +/- 1mil).

• Taper gauge adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak di

antara ujung-ujung poros

(kecermatannya +/- 10 mil).

• Straight edge adalah alat ukur yang digunakan sebagai batas untuk mengukur posisi poros dalam arah vertical.

2. Micrometer

Micrometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter poros, lubang bor, ketebalan plat atau shim. Satu putaran poros ukur pada micrometer akan menggeser satu pits utama (0,5mm). Skala yang dibuat pada silinder putar dapat dibagi menjadi 50 bagian yang berarti 1 bagian skala setara dengan gerakan translasi sebesar 0,01 mm (kecermatan mencapai +/- 0,001mm).

3. Slide caliper

Slide caliper merupakan alat ukur yang fungsinya sama dengan micrometer namun memiliki kecermatan yang berbeda (umumnya dibuat dengan kecermatan +/- 0,05mm).

4. Dial indicator

Dial indicator merupakan alat ukur yang digunakan untuk pengukuran posisi poros untuk keperluan alignment poros (kecermatannya +/- 0,001 inci = 1 mil.

Pengukuran posisi garis sumbu poros menggunakan dial indicator dengan metoda face dan rim. Teknik ini ditemukan di mesin instalasi manual dan kopling fleksibel dan digunakan oleh mekanik untuk meng-alignment-kan mesin.

Gambar 5. Teknik face-peripheral (face-rim)

[www.mech-engineer.blogspot.com/2009/04/alignment] Prosedur pengukuran posisi poros pada metoda face dan rim :

1. Memasang bracket pada sebuah poros (di bagian koplingnya) dan memposisikan dial indicator pada permukaan dan di sekeliling poros (dibagian hub koplingnya) yang lain. 2. Melakukan pengaturan posisi nol

dial indicator pada posisi jam 12. 3. Perlahan-lahan memutar poros dan

bracket secara bertahap dengan interval berhenti pada posisi jam 3, 6, dan 9. Mencatat pembacaan masing-masing dial indicator (+/-).

4. Mengembalikan dial indicator ke posisi jam 12 serta pengaturan dial indicator pada posisi nol kembali. 5. Mengulangi langkah 2 hingga 4

untuk memeriksa bacaan set pertama. Teknik Pemodelan atau Penggrafikan untuk Menentukan Ketepatan Kuantitas Pergeseran Mesin-mesin

Dalam proses alignment putaran mesin sangat sukar divisualisasikan secara pasti dimana garis sumbu rotasi jelas terlihat. Tujuannya adalah memposisikan tiap mesin sehingga kedua poros berputar beroperasi pada sumbu yang sama.

Agar memahami bagaimana teknik bekerja, pembacaan dial indicator akan dimanfaatkan untuk mengilustrasikan bagaimana masing-masing metoda bisa digrafikkan atau dimodelkan untuk menentukan posisi relatif masing-masing poros.

Jika membatasi dua dimensi maka akan terbagi menjadi dua grafik yang

(4)

dibutuhkan seperti yang terlihat pada

gambar 6. Pandangan samping

diilustrasikan atas dan bawah atau posisi vertical dari poros mesin. Pandangan atas akan diilustrasikan samping ke samping atau posisi mendatar dari poros mesin

Gambar 6. Pemisahan kondisi misalignment pada sebuah pergerakan

dalam 2 perbedaan pandangan [John Piotrowski, 1995]

Manfaat pemodelan/penggrafikan rotasi mesin diperlihatkan dengan visualisasi yang jelas, dengan akuratnya skala gambar juga bisa dengan mudah mengetahui dengan pasti posisi mesin bisa digeser dengan mudah untuk meng-alignment-kan poros.

Langkah-langkah dalam meng-alignment-kan keadaan yang tidak sesumbu (misalignment) adalah :

1. Menentukan garis sumbu rotasi semua mesin (melakukan pengukuran posisi garis sumbu poros dengan menggunakan dial indicator).

2. Mengamati setiap tempat pergeseran pada mesin seperti baut-baut pada kaki mesin (mengukur jarak bagian-bagian mesin yang akan digeser). 3. Memplot batasan-batasan pada

grafik atau model (memplot langkah satu dan dua pada grafik).

4. Menentukan pergeseran untuk salah satu atau kedua garis sumbu poros mesin pada grafik atau model.

Pemodelan/Penggrafikan Metoda Face – Rim

Metoda ini menggunakan huruf T, seperti yang diperlihatkan gambar 7 yang diletakkan horizontal di pusat garis grafik yang titik puncaknya pada pembacaan dial indicator.

Prosedur untuk memplot teknik face-rim : 1. Menskalakan diameter pembacaaan

permukaan dan gambar garis sumbu poros tempat bracket dipasang pada garis sumbu grafik. Skala jarak pada bagian-bagian kertas grafik dan skala diameter menggunakan skala yang sama pada semua dimensi serta menggunakan T yang diletakkan di pusat garis grafik. 2. Kalau pembacaan dial indikator

peripheral di bawah positif maka T terletak di bawah pusat garis grafik, seperti yang terlihat pada gambar 7, serta sebaliknya.

3. Jika pembacaan face (-) digeser ke kiri seperti yang terlihat pada gambar 7, jika (+) digeser ke kanan.

Gambar 7. Contoh face-rim pandangan samping[John Piotrowski, 1995] 4. Panjang puncak T sebesar diameter

permukaan.

Pemodelan/Penggrafikan Metoda Shaft to Coupling Spool

1. Menggambar coupling spool pada garis sumbu grafik.

2. Pembacaan dial indicator pada atas ke bawah atau samping ke samping.

3. Memplot titik hasil pembacaan dial indicator, jika positif plot titik di atas garis sumbu grafik, jika negatif di bawah.

4. Kemudian menghubungkan titik-titik tersebut ke masing-masing flexing point sehingga

(5)

didapatkan garis sumbu ke dua poros tersebut.

Gambar 8. Contoh penggrafikan shaft to coupling spool dalam pandangan samping

[John Piotrowski, 1995]

Pemodelan/Penggrafikan Metoda Face-face 1. Menggambar coupling spool pada

garis sumbu grafik.

2. Pembacaan permukaan dial indicator pada flexing point pada atas ke bawah atau samping ke samping.

3. Garis sumbu poros motor diputar berlawanan jarum jam jika pembacaan permukaan negatif sehingga puncak T bergeser sebesar pembacaan, serta sebaliknya jika positif diputar searah jarum jam.

4. Garis sumbu poros roda gigi diputar berlawanan jarum jam jika pembacaan permukaan positif sehingga puncak T bergeser sebesar pembacaan, serta sebaliknya jika negatif diputar searah jarum jam.

Gambar 9. Contoh penggrafikan face-face [John Piotrowski, 1995]

Pemeriksaan Toleransi Alignment

1. Menentukan posisi garis sumbu poros, seperti yang terlihat pada gambar 10.

2. Menentukan berapa

penyimpangan pada masing-masing pembacaan yaitu dengan membagi dua hasil pembacaan.

3. Mengambil deviasi yang paling besar di antara ke empat deviasi (seperti yang terlihat pada gambar 10), deviasi yang paling besar sebesar 28 mils = 0,028 inci). Setelah itu dibagi dengan jarak ukuran antara pembacaan dial indikator (sebesar 4 inci) didapatkan nilai toleransi alignment-nya sebesar = .

4. Menghubungkan dengan grafik (seperti yang terlihat pada gambar 4) pada sumbu x kecepatan putaran mesin sedangkan pada sumbu y nilai toleransi alignment tersebut, terlihat ada 3 daerah (baik sekali, dapat di terima,

membutuhkan alignment

kembali).

Gambar 10. Menentukan toleransi alignment pada pandangan samping dan pandangan atas [John Piotrowski, 1995] Menentukan Pergeseran Mesin untuk Membetulkan Misalignment

1. Dalam contoh ini posisi poros turbin uap dan poros pompa telah ditentukan dan ada shim terletak di bawah gagang baut (hold down bolts) yang telah diplot pada grafik (52 mils dibawah outboard dan 20 mils di bawah inboard pada poros

(6)

turbin uap dan 40 mils di bawah inboard dan 46 mils di bawah outboard pada poros pompa). Dalam kasus ini salah satu kemungkinan solusi pivot point pada kaki outboard poros pompa dan kaki inboard poros turbin uap, seperti yang terlihat pada gambar (kedua pembacaan negatif terletak di atas garis sumbu grafik).

2. Di sini posisi samping ke samping (lateral) pada poros turbin uap dan poros pompa telah ditentukan dan sebuah baut pada masing-masing inboard dan ujung-ujung outboard kedua kasus mesin telah digeser dan jumlah clearance samping ke samping diantara baut dan lubang telah diplot pada grafik. Dalam kasus ini salah satu kemungkinan solusi pivot point pada kaki outboard pada poros turbin uap dan kaki inboard pada poros pompa, menggeser kedua kaki yang lain sebesar jumlah dan arah seperti yang ditunjukkan pada grafik (keduanya positif), seperti yang terlihat pada gambar.

Gambar 11. Plot pembatasan arah kesamping pada grafik (pandangan atas)

[John Piotrowski, 1995]

3. Dalam kasus ini pada sambungan pipa ada gap sebesar 175 mils diantara permukaan flens pada saluran keluar piping, maka di sini outboard pada poros motor ditetapkan sebagai pivot point dihubungkan dengan overlay line ke titik di atas outboard

poros pompa sebesar 175 mils. Sehingga inboard pada poros motor digeser sebesar 73 mils ke atas dan inboard pada poros pompa digeser 130 mils ke atas, seperti yang terlihat

pada gambar.

Gambar 12. Menggunakan garis overlay untuk memecahkan masalah piping yang sesuai dan me-alignment-kan poros [John

Piotrowski, 1995] ANALISIS

Teknik pemodelan/penggrafikan dibuat dengan menggunakan program komputer dengan hasil dalam bentuk grafik. Untuk membuat grafik tersebut dalam bentuk 2 dimensi dengan menggunakan program Excel.

Langkah-langkah Pembuatan Program Untuk menggunakan program ini harus diketahui juga cara pengukuran dengan metoda reverse indicator, double radial, coupling spool, face-face dan face-rim karena data yang dimasukkan ke dalam program adalah data dari hasil pengukuran. Urutan langkah-langkah dalam pembuatan program dapat dilihat pada flowchart sebagai berikut:

(7)

Gambar 13. Flowchart program penggrafikan

Persamaan Garis

Grafik yang dibuat dalam bentuk garis lurus. Untuk membuat garis lurus adalah 2 buah titik atau lebih dihubungkan dengan membentuk sudut . Jadi rumus untuk membuat persamaan garis menggunakan dua buah titik.

Membuat persamaan garis dengan menggunakan dua buah titik dan menggunakan konsep perbandingan

segitiga sebangun seperti yang dijelaskan di bawah ini.

Gambar 14. Segitiga sebangun

dengan, (x1,y1) = titik pertama (x2,y2) = titik kedua

(x,y) = titik-titik yang terletak pada garis

Sedangkan pada topik ini persamaan garis tersebut adalah :

1. x = jarak-jarak baut yang terletak pada kaki mesin.

2. x1, x2 = jarak dari tempat pembacaan dial indicator. 3. y1,y2 = hasil dari pembacaan

dial indicator.

4. y = garis sumbu colinear, garis sumbu poros satu, garis sumbu poros dua dan lain-lain.

Membuat Grafik dengan Menggunakan Persamaan Garis untuk Menentukan Misalignment pada Masing-masing Baut Metoda Reverse Indicator Titik ke Titik 1. Membuat persamaan garis satu dan dua

Membuat persamaan garis metoda yang lain seperti metoda reverse indicator garis ke titik, metoda double radial, dan metoda coupling spool = metoda

reverse indicator titik ke titik tetapi cara memplot titiknya yang berbeda. Cara memplot titiknya telah dibahas di bab 3. 2. Menentukan misalignment pada masing-masing baut outboard dan inboard

a. Sumbu satu diam sumbu dua yang digeser

Gambar 15. Sumbu satu poros diam sumbu dua yang digeser

Misalignment yang terjadi pada baut inboard dua = YEp1- YEp2.

Misalignment yang terjadi pada baut outboard dua = YFp1- YFp2.

(8)

b. Sumbu dua diam sumbu satu yang digeser

Gambar 16. Sumbu dua poros diam sumbu satu yang digeser

Misalignment yang terjadi pada baut outboard satu = YAp2- YAp1.

Misalignment yang terjadi pada baut inboard satu = YBp2- YBp1. c. Kedua outboard sebagai pivot

point (titik yang tetap)

Gambar 17. Kedua outboard sebagai pivot point

Misalignment yang terjadi pada baut inboard satu = YBp- YBp1. Misalignment yang terjadi pada baut inboard dua = YEp- YEp2. d. Kedua inboard jadi pivot point

(titik yang tetap)

Misalignment yang terjadi pada baut outboard satu = YAp- YAp1.

Misalignment yang terjadi pada baut outboard dua = YFp- YFp2.

e. Pivot point pada outboard satu dan inboard dua

Misalignment yang terjadi pada baut inboard satu = YBp- YBp1.

Misalignment yang terjadi pada baut outboard dua = YFp- YFp2.

f. Pivot point pada inboard satu dan outboard dua

Misalignment yang terjadi pada baut inboard satu = YAp- YAp1.

Misalignment yang terjadi pada baut outboard dua = YEp- YEp2.

Metoda-metoda yang lain seperti metoda reverse indicator garis ke titik, metoda double radial, metoda coupling spool, metoda face-face , dan metoda face-rim cara menentukan misalignment pada baut outboard dan inboard-nya sama dengan cara metoda reverse indicator titik ke titik seperti yang telah dijelaskan pada langkah-langkah di atas.

Metoda Face-face

1. Meletakkan grafik T di sumbu grafik

P = sumbu grafik T D = Diameter hub kopling

2. a. Memutar grafik T berlawanan jarum jam jika pembacaan dial indicator satu negatif dan searah jarum jam jika positif, grafik T tersebut di geser sebesar DI/2. b. Memutar grafik T berlawanan jarum jam jika pembacaan dial indicator dua positif dan searah jarum jam jika negatif, grafik T tersebut di geser sebesar DI/2.

Gambar 18. Grafik pergeseran garis sumbu poros pada metoda face-face

α = sudut pergeseran.

DI = pembacaan dial indicator.

y = persamaan garis setelah mengalami pergeseran.

P(setelah mengalami pergeseran) = selisih antara jarak tempat pembacaan dial

(9)

Metoda Face-rim

1. Meletakkan grafik T di sumbu grafik.

P = sumbu grafik T. D = Diameter hub kopling.

2. Menggeser grafik T ke kiri jika pembacaan dial indicator negatif dan ke kanan jika positif, grafik T tersebut di geser sebesar DIf.

α = sudut pergeseran.

DIf = pembacaan dial indicator face. y = persamaan garis setelah mengalami pergeseran.

P(setelah mengalami pergeseran) = selisih antara jarak tempat pembacaan dial

indicator dengan jarak masing-masing baut ditambah dengan setengah dari hasil pembacaan dial indicator face.

Gambar 21. Grafik pergeseran garis sumbu poros pada pembacaan dial indicator face

3. Menggeser grafik T ke bawah jika pembacaan dial indicator positif dan ke atas jika negatif, grafik T tersebut di geser sebesar DIR

DIR = pembacaan dial indicator rim

Gambar 22. Grafik pergeseran garis sumbu poros pada pembacaan dial indicator rim

Input dan Output

Mesin-mesin yang berputar pada kasus ini ada penggerak dan ada yang

digerakkan. Penggerak dan yang digerakkan pada mesin ini menggunakan poros-poros yang dihubungkan oleh sebuah kopling. Poros penggerak dinamakan poros satu dan yang digerakkan dinamakan poros dua. Poros-poros pada mesin didukung oleh frame (kaki-kaki mesin). Pada kaki-kaki mesin dipasangkan baut-baut untuk pengikatnya. Pada bagian ujung (kiri dan kanan) tempat baut ditempatkan dinamakan baut outboard sedangkan bagian tengah baut inboard. Yang terletak pada kaki mesin satu dinamakan outboard 1 dan inboard 1, sedangkan yang terletak pada kaki mesin dua dinamakan outboard 2 dan inboard 2 seperti yang terlihat pada gambar.

Untuk menyumbukan poros-poros tersebut dengan menggeser-geser baut-baut outboard dan inboard dalam arah vertical (geser atas bawah) serta arah horizontal atau kedua samping (geser muka belakang).

Adapun input dari program ini adalah :

1. Jarak-jarak kaki mesin (satuan inci) x1 = jarak outboard 1

x2 = jarak inboard 1

x3 = jarak dial indicator 1 (jarak tempat pembacaan pengukuran poros1)

x4 = jarak dial indicator 2 (jarak tempat pembacaan pengukuran poros 2)

x5 = jarak inboard 2 x6 = jarak outboard 2

2. Hasil pembacaan dial indicator (satuan mil)

Output dari program ini adalah : Misalignment pada outboard 1, inboard 1, inboard 2 dan outboard 2 (satuan mil).

KAKI MESIN 1 = outboard 1 = inboard 1 KAKI MESIN 2 = inboard 2 = outboard 2

(10)

Gambar 23. Bentuk pemodelan tempat baut outboard dan inboard

Jarak-jarak kaki mesin (tempat terletaknya baut yang akan di geser-geser dalam arah vertical dan horizontal).

Contoh :

1. Misalignment yang didapatkan pada outboard 1 arah vertical (tampak samping x-z) = +5 maka baut pada outbord 1 (yang terletak di depan dan di belakang) ke dua-duanya di geser ke atas sebesar 5 mils.

2. Misalignment yang didapatkan pada inboard 2 arah vertical (tampak samping x-z) = -5 maka baut pada inbord 2 (yang terletak di depan dan di belakang) ke dua-duanya di geser ke bawah sebesar 5 mils.

3. Misalignment yang didapatkan pada outboard 1 arah horizontal / samping (tampak atas x-y) = +5 maka baut pada outbord 1 (yang terletak di depan dan di belakang) kedua-duanya di geser ke samping arah ke dalam (menuju kertas) sebesar 5 mils.

4. Misalignment yang didapatkan pada inboard 2 arah horizontal / samping (tampak atas x-y) = -5 maka baut pada inbord 2 (yang terletak di depan dan di belakang) ke dua-duanya di geser ke samping arah ke luar (menjauhi kertas) sebesar 5 mils.

PEMBAHASAN

Perbandingan Teknik Pemodelan/

Penggrafikan antara Manual dengan Program

1. Pada kasus sebuah motor dan pompa yang dihubungkan oleh poros motor, kopling dan poros

pompa dengan menggunakan

metoda reverse indicator teknik titik

ke titik. Hasil pengukuran dial indicator misalignment tampak samping pada poros motor = + 28 mils dan pada poros pompa = -56 mils

Gambar 24. Misalignment hasil

pemograman di masing-masing baut pada kasus 1

Seperti yang terlihat pada tabel data, terlihat sedikit perbedaan antara manual dibandingkan dengan program. Dari hasil penggambaran yang didapatkan hasilnya tidak terlalu tepat, karena pengaruh tergesernya tangan waktu menggambarkan. Dengan menggunakan pemograman 2 dimensi menggunakan excel hasilnya akan lebih tepat.

Metoda Reverse Indicator

Dari data hasil pengukuran dial indicator pada metoda reverse indicator misalignment total yang terjadi (pergeseran yang akan dilakukan agar sumbu poros tersebut menjadi alignment) terlihat :

1. Lebih besar salah satu sumbu diam (yang digeser hanya sebuah poros) dari pada ke dua poros digeser. 2. Total misalignment reverse

indicator titik ke titik = reverse indicator garis ke titik.

3. Misalignment yang terbesar bisa sumbu 1 yang diam, bisa juga sumbu 2 yang diam.

4. Misalignment yang terkecil pada pivot-nya inboard 1 dan outboard 2.

(11)

Jadi sebaiknya yang dilakukan adalah : 1. Yang digeser adalah ke dua poros

dari pada hanya salah satu poros. 2. Diantara ke dua poros yang di geser

sebaiknya yang di geser outbord 1 dan inboard 2.

3. Karena dari pengukuran dial indicator misalignment yang terjadi dengan metoda reverse indicator titik ke titik = garis ke titik maka sebaiknya gunakan metoda reverse indicator garis ke titik karena dengan reverse indicator garis ke titik cukup memplot grafik satu poros saja sedangkan poros yang lain terletak di atas sumbu grafik. Metoda Double Radial

Dari data hasil pengukuran dial indicator pada metoda double radial misalignment total yang terjadi (pergeseran yang akan dilakukan agar sumbu poros tersebut menjadi alignment) terlihat :

1. Lebih besar salah satu sumbu diam (yang digeser hanya sebuah poros) dari pada ke dua poros digeser. 2. Misalignment yang terbesar bisa

sumbu 1 yang diam, bisa juga sumbu 2 yang diam.

3. Misalignment yang terkecil cenderung pada pivot-nya inboard 1 dan outboard 2 tetapi tidak selalu, ada juga pada ke dua poros yang lain yang digeser.

Jadi sebaiknya yang dilakukan adalah : 1. Sebaiknya yang digeser adalah ke

dua poros dari pada hanya salah satu poros.

2. Di antara ke dua poros yang di geser sebaiknya yang digeser outbord 1 dan inboard 2.

Metoda Coupling Spool

Dari data hasil pengukuran dial indicator pada metoda coupling spool misalignment total yang terjadi (pergeseran yang akan dilakukan agar sumbu poros tersebut menjadi alignment) terlihat :

1. Cenderung lebih besar salah satu sumbu diam (yang digeser hanya

sebuah poros) dari pada ke dua poros digeser, tetapi ada juga terjadi lebih besar ke dua poros digeser dari pada salah satu poros.

2. Misalignment yang terbesar cenderung terjadi pada salah satu sumbu diam. 3. Misalignment yang terjadi pada ke dua

poros yang digeser nilainya cenderung sama.

Jadi sebaiknya yang dilakukan adalah : Sebaiknya yang digeser adalah ke dua poros dari pada hanya salah satu poros

Metoda Face-face

Dari data hasil pengukuran dial indicator pada metoda face-face misalignment total yang terjadi (pergeseran yang akan dilakukan agar sumbu poros tersebut menjadi alignment) terlihat:

1. Lebih besar salah satu sumbu diam (yang digeser hanya sebuah poros) dari pada ke dua poros digeser.

2. Misalignment yang terbesar terjadi pada salah satu sumbu diam.

3. Misalignment yang terjadi pada ke dua poros yang digeser nilainya cenderung sama.

4. Skala perbandingan nilai diameter lebih besar dari pembacaan dial indicator. Jadi sebaiknya yang dilakukan adalah : Sebaiknya yang digeser adalah ke dua poros dari pada hanya salah satu poros, serta skala perbandingan nilai diameter harus lebih besar dari pembacaan dial indicator

Metoda Face-Rim

Dari data hasil pengukuran dial indicator pada metoda face-rim misalignment total yang terjadi (pergeseran yang akan dilakukan agar sumbu poros tersebut menjadi alignment) terlihat:

1. Cenderung lebih besar salah satu sumbu diam (yang digeser hanya sebuah poros) dari pada ke dua poros digeser.

2. Misalignment yang terbesar cenderung terjadi pada salah satu sumbu diam. 3. Skala perbandingan nilai diameter lebih

(12)

Jadi sebaiknya yang dilakukan adalah : 1. Sebaiknya yang digeser adalah ke dua

poros dari pada hanya salah satu poros. 2. Skala perbandingan nilai diameter harus

lebih besar dari pembacaan dial indicator.

SIMPULAN

1. Telah berhasil dibuat program Komputer berbasis Excel untuk menentukan kuantitas pergeseran kaki mesin untuk memperoleh alignment yang memenuhi syarat, berdasarkan data masukan hasil pengukuran misalignment dengan face and rim, face to face, reverse indicator, double radial, dan shaft to coupling spool. 2. Dengan menggunakan Excel grafiknya

dalam bentuk 2 dimensi terbagi dalam dua pandangan yaitu pandangan atas dan pandangan samping.

3. Pada pembuatan teknik

pemodelan/penggrafikan dengan pembacaan peripheral (sekeliling) seperti reverse indikator, double radial, dan coupling spool lebih mudah dari pada pembacaan face (permukaan) seperti face-rim dan face-face karena hasil dari pembacaan peripheral pembuatannya cukup diplot titik-titik serta dihubungkan sedangkan pada face harus digeser.

4. Pada teknik pemodelan/penggrafikan reverse indicator titik ke titik dengan reverse indicator garis ke titik hasil yang didapatkan sama, tetapi lebih mudah memodelkan reverse indicator garis ke titik dari pada reverse indicator titik ke titik karena dengan reverse indicator garis ke titik cukup memplot grafik satu poros saja sedangkan poros yang lain terletak di atas sumbu grafik. SARAN

1. Software ini masih memerlukan pengembangan lebih lanjut sampai pada tahap penggunaan GUIDE (Graphical

User Interface Development

Environment).

2. Pada penelitian berikutnya diperlukan adanya percobaan lapangan untuk validasi dan mengukur keefektifan software yang telah dibuat.

DAFTAR PUSTAKA

John Piotrowski, Shaft Alignment Handbook, second edition, Revised and Expanded,1995.

George B. Thomas Jr, Thomas’ Calculus, tenth edition, 2001.

Erwin Kreyszig, Matematika Teknik Lanjutan, edisi ke-6, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993.

Taufiq Rochim, Spesifikasi Metrologi & Kontrol Kualitas Geometrik 1 Penerbit ITB, 2001.

www.monition.com/bearing_failure.htm

(diakses februari 2010).

www.mech-engineer.blogspot.com/ 2009/04/alignment (diakses februari 2010).

http://soemarno.org/2009/01/study-kasus- mis-alignment (diakses februari

2010).

Taufiq Rochim, Spesifikasi Metrologi & Kontrol Kualitas Geometrik 2 Penerbit ITB, 2006.

Gambar

Gambar 1. Bearing gagal    [www.monition.com/bearing_failure.htm]
Gambar 5. Teknik face-peripheral (face- (face-rim)
Gambar 6. Pemisahan kondisi  misalignment pada sebuah pergerakan
Gambar 8. Contoh penggrafikan shaft to  coupling spool dalam pandangan samping
+6

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan penelitian ini adalah Peningkatan resistensi terhadap minum- minuman keras dalam layanan informasi dengan media grafis pada siswa kelas X TKR I SMK Muhammadiyah

ini sebagai langkah memaksimalkan potensi siswa dalam pembelajran. Pengertian Media Interaktif dan PAI Berkembangnya teknologi informasi menghadirkan perubahan besar

Menurut kajian yang telah dibuat oleh Cottrell (2000), dalam kajiannya yang bertajuk Employment Relations Today, menyatakan bahawa faktor utama ya n g dikenalpasti

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara deskriptif yaitu dengan melakukan pengujian secara kualitatif sampel beras dari lima jenis merek yang

Menurut Convention On The Rights of Persons With Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-hak Penyandang Disabilitas) yang telah disahkan dengan UU No 19 Tahun 2011

Untuk memperkuat analisis guna menentukan apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (nilai EVA positif dan nilai EVA negatif) terhadap variabel

Pada penelitian ini makanan utama adalah pellet dan suplementasi berupa madu yang diberikan dengan dosis yang berbeda sesuai dengan berat badan mencit setiap harinya dan

Hal tersebut dibuktikan dengan nilai Sig.=0,001<0,05 (4) terdapat pengaruh tidak langsung yang tidak signifikan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar IPA