• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

A. Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Price dan Wilson, 2006)

Fraktur merupakan hilangnya atau terputusnya kontiunitas jaringan tulang, baik yang bersifat total atau sebagian yang disebabkan oleh trauma fisik, kekuatan sudut, luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, luka organ-organ tubuh, kerusakan pembuluh darah, dan ditentukan sesuai luas dan jenisnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. Keluhan utama yang sering ditemukan pada pasien fraktur yaitu nyeri (Smeltzer, 2009).

Klasifikasi berdasarkan garis fraktur yaitu Oblik adalah garis fraktur menyilang tulang pada sumbu 45 derajat terhadap sumbu tulang. Transversal adalah garis fraktur membentuk sudut tegak lurus terhadap sumbu. Longitudinal adalah garis fraktur membentang dalam arah longitudinal disepanjang sumbu. Spiral adalah fraktur yang membentuk lingkaran mengitari korteks dan bisa bergeser dengan gerakan memuntir. Linier adalah garis fraktur berjalan sejajar dengan sumbu tulang. Klasifikasi secara umum

(2)

meliputi fraktur tertutup (Simple Fraktur) yaitu fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit. Fraktur terbuka (Compound Fraktur) yaitu fraktur yang fragmen tulangnya menembus ke kulit dan mengakibatkan kulit menjadi robek. Fraktur total (Kompleta Fraktur) yaitu kontiunitas fragmen tulang terputus seluruhnya pasial (Inkompleta Fraktur) yaitu kontuinitas fragmen tulang belum terputus seluruhnya (Kowalak, 2011).

Berdasarkan posisi fragmen fraktur diklasifikasikan menjadi beberapa bagian menurut Kowalak (2011) seperti Avulsi adalah fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang. Fraktur impaksi adalah fraktur yang terjadi ketika kedua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya, seperti pada vertebra dengan dua vetebra lainnya. Fraktur komunitiva adalah fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan. Fraktur angulata adalah kedua fragmen fraktur berada pada posisi yang membentuk sudut satu sama lain. Fraktur nondislokata adalah kedua potongan tulang tetap mempertahankan kelurusan. Fraktur dislokata adalah fragmen fraktur saling terpisah.

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Penyembuhan tulang merupakan proses biologis dimana setiap terjadinya patah tulang akan mengalami perdarahan disekitar fraktur, yang disebabkan oleh pembuluh darah terputus dan terjadi pengumpulan darah. Fase ini disebut juga fase Hematoma, sel-sel darah

(3)

membetuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibrosis. Jaringan yang menempel fragmen patahan tulang dinamakan kalus fibrosa. Kedalam hematom dan jaringan fibrosis kemudian tumbuh sel kondrogenik yang membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan. Sel berubah menjadi osteoblast dan membentuk osteoid karena ditempat yang jauh dari patahan tulang yang vakularisasinya relatif lebih banyak (Keningsih, 2006)

Pada tahap berikutnya adalah fase penyatuan klinis dimana terjadinya penulangan atau ossfikasi kesemua menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang. Kemudian fase selanjutnya adalah fase konsolidasi, bila aktivitas osteoblast dan osteoid berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang dan memungkinkan osteoblast menerobos reruntuhan pada garis fraktur dan tepat dibelakangnya osteoblast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Proses ini cukup lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal (Muttaqin, 2009).

Komplikasi pada proses penyembuhan menurut Price dan Wilson (2006) yaitu mal union, delayed union, dan non union. Malunion adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya. Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. Non union adalah kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap.

(4)

Prinsip penanganan fraktur ada rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitiasi. Rekognisi merupakan penentuan atau pengenalan jaringan akibat fraktur dan tindakan selanjutnya. Reduksi merupakan tindakan untuk mengembalikan letak asal fragmen tulang yang patah. Retensi merupakan upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal dengan cara fiksasi. Rehabilitasi merupakan mengembalikan akftifitas fungsional semaksimal mungkin (Sabiston, 2012).

B. Nyeri

1. Definisi

Nyeri dapat diartikan sebagai pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri juga bisa dianggap sebagai proses patologis pada tubuh. Nyeri merupakan sesuatu yang menyakitkan pada tubuh individu yang mengalaminya dan bisa terjadi kapan saja sewaktu-waktu. Nyeri merupakan gambaran suatu fenomena kompleks yang tidak hanya melibatkan respon fisik atau mental tatapi juga reaksi emosional dari individu (Potter dan Perry, 2009).

2. Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nociceptor, secara

(5)

anatomis reseptor nyeri (nociceptor) ada yang bermeylin dan ada juga yang tidak bermeylin dan saraf perifer. Berdasarkan letaknya nociceptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu pada somatik dalam (deep somatic), pada kulit (Kutaneus) dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda (Tamsuri, 2008).

Menurut Tamsuri (2008) Reseptor jaringan kulit (Kutaneus) dibagi dalam dua komponen yaitu Reseptor A delta merupakan serabut komponen cepat (kecepatan transmisi 6-30 mnt/detik) yang memungkinkan timbulnya rasa nyeri yang tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri tersebut dihilangkan. Serabut C merupakan komponen lambat (kecepatan transmisi 0,5 mnt/detik) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dialokasikan.

3. Klasifikasi Nyeri

Klasifikasi nyeri menurut Tamsuri (2008) Nyeri superfisial biasanya timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti laserasi, luka bakar, dan sebagainya, pada nyeri ini memliki durasi pendek dan memliki sensai lebih tajam. Nyeri somatik merupakan nyeri yang terjadi pada otot dan tulang struktur penyokong. Nyeri viseral merupakan nyeri yang disebabkan oleh kerusakan organ internal. Nyeri radiasi (sebar) merupakan sensai nyeri yang meluas dari daerah asal kajaringan sekitarnya. Nyeri fantom merupakan nyeri khusus yang dirasaka oleh pasien yang mengalami amputasi. Nyeri alih merupakan nyeri yang timbul akibat viseral yang menjalar ke organ lain

(6)

sehingga dirasakan nyeri pada beberapa tempat atau lokasi.

Klasifikasi nyeri menurut Smeltzer (2009) yang pertama nyeri akut adalah nyeri akut biasanya dikaitkan dengan cedera spesifik dan mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan, nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebab pastinya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Menurut Potter dan Perry (2006) ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri. Usia, semakin bertambah usia maka semakin mentoleransi rasa nyeri yang timbul, sangat berbeda usia anak-anak dengan lansia dalam mengontrol nyeri. Jenis kelamin, tidak ada perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam merespon nyeri. Kebudayaan, nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Perhatian, perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya penglihatan (ditraksi) dihubungkan dengan respon nyeri

(7)

yang menurun. Ansietas, nyeri dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pengalaman yang lau, tidak berarti bahwa individu akan menerima nyeri dengan mudah pada masa yang akan datang. Keletihan, meningkatkan persepsi nyeri. Dukungan keluarga dukungan keluarga akan membuat individu merasa lebih nyaman dan tenang.

5. Mekanisme Nyeri

Mekanisme nyeri, nyeri timbul setelah menjalani proses transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah rangsangan nyeri diubah menjadi depolarisasi membran reseptor yang kemudian menjadi impuls saraf. Transmisi adalah saraf sensori perifer yang melanjutkan rangsang ke terminal di medula spinalis disebut sebagai neuron aferen primer. Jaringan saraf yang naik dari medula spinalis ke batang otak dan talamus disebut neuron penerima kedua, neuron yang menghubungkan dari talamus ke kortek serebri disebut neuron penerima ketiga. Selanjutkan modulasi, proses dimana terjadi interaksi antara system analgesic endogen (endorphin, serotonin, noradrenalin) dengan asupan nyeri yang masuk ke kornus posterior sehingga asupan nyeri dapat ditekan. Jadi merupakan proses desendern yang dikontrol oleh otak seseorang, pada fase modulasi terdapat suatu interaksi dengan system inhibisi dari transmisi nosisepsi berupa suatu analgesic endogen. Persepsi merupakan nyeri sangat dipengaruhi oleh faktor subyektif, walaupun mekanismenya belum jelas. Nyeri dapat berlangsung berjam-jam sampai berhari-hari. Fase ini dimulai pada saat dimana nosiseptor telah mengirimkan sinyal pada formatio reticularis dan talamus, sensasi nyeri memasuki pusat kesadaran dan efek sinyal ini kemudian dilanjutkan ke area limbik. Area ini mengandung sel-sel

(8)

yang bisa mengatur emosi. Tahap persepsi ini merupakan tahapan yang amat komplek (Saputra dan Sudirman, 2009).

6. Transmisi Nyeri

Terdapat berbagai teori (Gate Control Theory) yang berusaha menggambarkan bagaimana nosiseptor atau reseptor nyeri dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri yang timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan (Tamsuri, 2008). Teori Gate Control Theory dari Melzack dan Wall (1965) dikutip dari Potter dan Perry (2006) mengusulkan bahwa impuls nyeri diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan nyeri.

Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoresptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang terapis menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoresep apabila

(9)

masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka membuka pertahanan tersebut dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan dengan mnghambat pelepasan substansi P. Teknik distraksi, konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin (Potter dan Perry, 2006).

7. Pengukuran Skala Nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran untuk mempermudah dalam pengukuran intensitas nyeri dan seberapa parahnya nyeri yang dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri bersifat subyektif dan individual artinya hasil tes tergantung dari persepsi yang dirasakan penderita tersebut, atau memungkinkan nyeri dalam intensitas nyeri dalam intensitas sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.

Beberapa alat ukur untuk menilai skala nyeri pasien menurut Potter dan Perry (2006) Verbal Dimension Scale (VDS), Visual Analog Scale (VAS), Face Pain Scale, Numeric Rating Scale (NRS) merupakan skala yang valid, numerik memiliki sensitivitas yang baik dan menghasilkan data yang dapat dianalisis secara statistik untuk tujuan audit (Wiiliomson et al, 2005). Skala biasanya digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi terapeutik. Pasien ditanyakan tentang derajat nyeri yang dirasakan dengan

(10)

menunjukkan angka 0 sampai 5 atau 0 sampai 10, dimana angka 0 menunjukkan tidak adanya nyeri, angka 1 sampai 3 menunjukkan nyeri ringan, angka 4 sampai 6 menunjukkan nyeri sedang dan angka 7 sampai 10 menunjukkan nyeri berat.

8. Manajemen Nyeri

Manajemen nyeri ada dua teknik yaitu farmakologi dan non farmakologi. Farmakologi merupakan penanganan yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri biasanya menggunakan obat. Obat adalah salah satu bentuk pengendalian nyeri yang sering digunakan, obat nyeri terbagi menjadi tiga golongan yaitu analgesik oploid (meperidin, morpin), analgesik nonpioid (obat anti inflamasi Nonsteroid / OAINS), adjuvan dan koanalgesik (amitriptilin) (Cunningham et al, Anggorowati dkk, 2007). Non farmakologi, ada beberapa teknik dan metode yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mengatasi nyeri antara lain yaitu meditasi, distraksi, hipnotis, terapi musik, akupuntur, pijat, kompres panas dan dingin, teknik relaksasi nafas dalam serta aromaterapi (Lynn, 2006).

C. Aromaterapi 1. Definisi

Aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi dengan memakai minyak essensial dengan ekstrak dan unsur kimianya diambil dengan utuh. Aroma berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Sehingga aromaterapi adalah salah satu pengobatan

(11)

menggunakan wangi-wangian. Aromaterapi merupakan pemberian minyak essensial melalui teknik atau metode pijat, mandi, kompres panas dan dingin, inhalasi untuk menangani nyeri, mengurangi nyeri dan menimbulkan efek kenyamanan dan relaksasi (Agusta, 2002).

2. Mekanisme Aromaterapi

Mekanisme kerja perawatan aromaterapi dalam tubuh manusia berlangsung melalui dua sistem fisiologis, yaitu sirkulasi tubuh dan sistem penciuman. Wewangian dapat mempengaruhi kondisi psikis, emosi seseorang dan daya ingat (Wong, 2010). Hidung atau organ penciuman memiliki kemampuan untuk sarana komunikasi alamiah pada manusia dan dapat membedakan lebih dari 100.000 bau tanpa disadari oleh manusia. Bau-bauan tersebut masuk kehidung dan berhubungan dengan silia. Reseptor di silia mengubah bau tersebut menjadi impuls listrik yang dipancarkan ke otak dan mempengaruh bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran (Tara, 2005).

Menurut Koensoemardiyah (2009) mengungkapkan bahwa teknik pemberian aromaterapi menjadi salah satu alternatif terapi bagi mereka yang sedang mengalami tekanan batin atau stres, dan yang paling penting yaitu untuk menurunkan intensitas nyeri, minyak essensial atau minyak atsiri yang bersifat menurunkan/menghilangkan rasa nyeri, antara lain : Lemon, lavender, cengki, nankincense, wintergreen, pappermint, karena terapi dengan menggunakan wewangian dari berbagai jenis tanaman ini bisa membuat seseorang menjadi lebih rileks dan tenang.

(12)

Penciuman terbagi menjadi 3 tingkatan yaitu dimulai dengan penerimaan molekul bau tersebut pada olfactory epithelium, yang merupakan suatu reseptor yang berisi 20 juta ujung saraf. Kemudian bau tersebut akan ditransmisikan ke pusat penciuman yang berada pada pangkal otak. Pada tempat ini berbagai sel neuron menginterpretasikan bau tersebut dan mengantarkannya ke sistem limbik yang selanjutnya akan dikirm ke hipotalamus untuk diolah. Selanjutnya melalui penghantar respons yang dilakukan oleh hipotalamus, seluruh unsur pada minyak essensial tersebut akan diantar oleh sistem sirkulasi dan agen kimia pada organ tubuh yang mebutuhkan. Secara fisiologis kandungan unsur-unsur dari bahan aromterapi tersebut akan memperbaiki ketidakseimbangan yang terjadi didalam tubuh (Primadiatri, 2002).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan universitas Warwick, inggris, menemukan bahwa bau yang dihasilkan dari aroma terapi berkaitan dengan gugus steroid didalam kelenjar keringat yang disebut osmon yang mempunyai potensi sebagai penenang kimia alami yang akan merangsang neurokimia otak. Bau yang menyenangkan akan menstimulasi thalamus untuk mengeluarkan enkefalin. Enkefalin memiliki fungsi sebagai penghilang rasa sakit alami. Enkefalin juga memiliki fungsi dalam menghasilkan perasaan sejahtera (Smelzer, 2006). Beberapa penelitian lain telah membuktikan bahwa aroma terapi efektif menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan klien (Kim Nam & Paik 2005).

3. Manfaat Minyak Aromaterapi a. Lemon

(13)

suasana. Aromanya yang menggemaskan dapat meningkatkan rasa percaya diri, merasa lebih santai, dapat menenangkan syaraf, tetapi tetap membuat kita sadar. Minyak lemon untuk tubuh bermanfaat untuk mengatasi masalah pencernaan, untuk meringankan nyeri, insomnia, sakit kepala, stress (depresi) dan dapat merelaksasikan tubuh. Meningkatan daya tahan tubuh, infeksi kulit dan sangat nyaman untuk kulit (Clarke, 2009).

b. Lavender

Minyak esensial Lavender umumnya digunakan di aromaterapi dan pijat. Manfaat utamanya klinis pada sistem saraf pusat. Banyak penelitian dilakukan pada hewan dan manusia mendukung penggunaannya sebagai modulator suasana hati dan penenang. Minyak lavender memiliki aktivitas in vitro antimikroba terhadap bakteri, jamur dan beberapa serangga (Chu dan Kemper, 2001)

c. Jasmine

Pembangkit gairah, baik untuk kesuburan wanita, dapat mengobati impotensi, anti-depresi, pegal linu, sakit menstruasi dan radang selaput lendir. bisa digunakan untuk menenangkan, aprodisiak, antidepresi, tapi sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan dan jika kulit sensitif.

d. Cypress

Dapat mengatasi tekanan darah rendah, system sirkulasi, wasir, selulit serta mengurangi keringat yang berlebihan dari dalam tubuh. Juga bisa untuk revitalisasi, obat pengkelat. Selain itu juga dapat

(14)

menghilangkan bengkak, mengurangi sakit kram pada saat menstruasi, tapi sebaiknya hindari pada 1-3 bulan masa kehamilan.

e. Peppermint

Aroma peppermint bisa membantu meningkatkan daya ingat dan kewaspadaan. Cocok buat mereka yang sedang mengalami kelelahan. Aroma Peppermint juga menyegarkan, dan menghidupkan kulit. f. Rosemary

Aroma rosemary memberi efek pada munculnya perasaan puas dan efek positif pada mood dan kinerja, dan menurunkan tingkat hormon kortisol yaitu hormon pemicu stres.

g. Sandalwood

Dapat membantu menyembuhkan infeksi saluran kencing dan alat kelamin, mengobati radang dan luka bakar, masalah tenggorokan, membantu mengatasi sulit tidur dan menciptakan ketenangan hati. h. Tea tree

Berperan sebagai tonik kekebalan yang baik mengobati penyakit paru-paru, alat kelamin, vagina, sinus, infeksi mulut, infeksi jamur, cacar air, ruam saraf serta melindungi kulit karena radiasi bakar selama terapi kanker.

i. Mawar

Aroma mawar dapat membantu mengurangi stres, kesedihan dan menstabilisasi kondisi tubuh.

(15)

j. Kenanga

Bersifat menenangkan, melegakan sesak napas, berfungsi sebagai tonik rambut sekaligus sebagai pembangkit rasa cinta.

k. Juniper

Khusus perawatan penyempitan pembuluh arteri dan masalah-masalah yang berhubungan dengan penyumbatan seperti peregangan pembuluh darah, wasir dan selulit.

Berdasarkan uraian diatas aromaterapi mempunyai manfaat meringankan nyeri adalah jenis aromaterapi lemon. Minyak essensial lemon di ekstrak dari buah-buahan. Dari uraian semua aromaterapi, lemon dianggap paling bermanfaat dari semua minyak essensial. 4. Kandungan Pada Minyak Essensial Lemon

Menurut Young (2011) minyak aromaterapi lemon mudah didapatkan dan mempunyai kandungan limonene 66-80%, geranil asetat, nerol, linalil asetat, ɑ pinene 0,4-15%, ɑ pinene 1-4%, terpinene 6-14% dan mycren. Limonene merupakan komponen utama dalam senyawa kimia jeruk dapat menghambat kerja prostaglandin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri (Cheragi dan Valadi, 2010). Selain itu limonene mengontrol siklooksigenase I dan II, mencegah aktivitas prostaglandin dan mengurangi rasa sakit (Namazi et al., 2014). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kandungan utama pada lemon adalah limonene 66-80%.

5. Teknik Pemberian Aromaterapi

(16)

dalam tubuh dalam 3 cara menurut (Craig hospital, 2013) :

a. Sistem penciuman / tanpa sentuhan (inhalasi) biasanya disarankan untuk masalah dengan pernafasan, penderita nyeri bahkan untuk mengatasi kecemasan dan dapat dilakukan dengan menggunakan tungku atau mangkuk air yang mengepul kemudian uap tersebut dihirup selama beberapa menit dengan efek yang ditingkatkan dengan menempatkan handuk dan diletakkan diatas kepala kearah mangkuk sehingga membentuk tenda supaya lebih dapat menangkap uapnya. b. Pijat / dengan sentuhan (Massage) penggunaan minyak essensial

dalam pemijatan dapat dikombinasikan dengan minyak dasar yang dapat merangsang atau menenangkan tergantung pada minyak yang digunakan. Biasanya teknik pemijatan diterapkan di area tertentu bahkan ke seluruh tubuh.

c. Perendaman diterapkan dengan cara mandi menggunakan minyak essensial dan berlangsung selama 10 sampai 20 menit yang direkomendasikan untuk menenangkan saraf dan masalah kulit.

6. Prosedur Inhalasi Aromaterapi

Metode kerja inhalasi dengan kapas basah berisi cairan aromaterapi lemon dengan konsentrat 2% pasien menghirup aromaterapi dengan menggunakan kapas dilapisi masker. Intervensi yang dilakukan kurang lebih 20 menit (Kim et al, 2006).

Penelitian Fadhla (2014) menguji mengenai efektifitas terapi aroma lemon terhadap penurunan nyeri pada pasien laparatomi, dengan hasil bahwa adanya penurunan skala nyeri yang signifikan sebelum dan sesudah

(17)

sebelum diberikan aroma lemon yaitu 5,07 dan setelah diberikan aroma lemon terjadi penurunan skala nyeri yang signifikan menjadi 2,60.

Aromaterapi yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan produk merek Young Living essensial oil kemasan 15ml, bentuk persediaan cair tidak lengket bermanfaat untuk menenangkan syaraf, merasa lebih santai, mengharmoniskan, meningkatkan rasa percaya diri, menyegarkan, merasa lebih santai, menyeimbangkan, merilekskan dan produk Young Living teruji efektifitasnya no BPOM NE51160602330.

Gambar 2.1

Keterangan BPOM Produk Young Living

Gambar 2.2

(18)

D. Kerangka Teori

Kerangka dalam bentuk bagan sebagai berikut :

E. F. G. H. I. J.

Gambar 2.3 Kerangka modifikasi dari Potter & Perry (2005), Andarmoyo (2013), dan Betty Neumen (1970)

Keterangan :

: Yang akan diteliti : Yang tidak diteliti

Fraktur Intensitas Nyeri Faktor yang mempengaruhi Nyeri : 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Kebudayaan 4. Perhatian 5. Ansietas 6. Pengalaman yang lalu 7. Keletihan 8. Dukungan keluarga Penatalaksanaan Nyeri Numerical Rating Scale (NRS)

Farmakologi Non Farmakologi

(19)

E. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini, kerangka konsep yang diambil oleh peneliti yaitu sebagai berikut :

Variabel Independen : Variabel Dependen :

Gambar 2.4 Kerangka konsep

F. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis yang peneliti susun adalah :

1. Ho : tidak terdapat efektifitas aromaterapi lemon terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur di ruang rawat inap seruni RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Ha : terdapat efektifitas aromaterapi lemon terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur di ruang rawat inap seruni RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

Gambar

Gambar 2.3 Kerangka modifikasi dari Potter & Perry (2005), Andarmoyo (2013),  dan Betty Neumen (1970)
Gambar 2.4 Kerangka konsep

Referensi

Dokumen terkait

teregang. Hal ini disebabkan karena cairan irigasi yang menetes terus menurus, sedangkan aliran dibawah urine bag tidak lancar kita curigai adanya clots yang

Pada beberapa tahun terakhir, pilihan konsumen terhadap prosuk Pada beberapa tahun terakhir, pilihan konsumen terhadap prosuk makanan goring berkadar lemak rendah

Dari hasil survei terhadap 32 manajer berbagai perusahaan di Indonesia, disimpulkan bahwa komitmen organisasional adalah variabel pemoderasi yang memperkuat hubungan antara

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual

Menghafal al-Qur’an merupakan kegiatan yang terkesan sulit. Hal ini disebabkan karena metode yang digunakan monoton dan hanya mengaktifkan otak kiri. Salah satu metode yang

Dalam penelitian ini akan mengaplikasikan teori tersebut yaitu bahwa debitur akan berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol yang didalamnya berisi mengenai tanda-tanda,

Tabel: V.6 Perhitungan rentabilitas modal sendiri dari kedua perusahaan yang mempunyai leverage factor yang berbeda pada tingkat rentabilitas ekonomi yang