• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA

SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP

DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA

Muslim, A. Suhandi Jurusan Pendidikan Fisika,

Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia, Indonesia

Diterima: 16 Maret 2012. Disetujui: 30 April 2012. Dipublikasikan: Juli 2012 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran fisika sekolah yang dapat meningkat-kan pemahaman konsep dan kemampuan berargumentasi calon guru fisika. Penelitian dilakumeningkat-kan terhadap mahasiswa jurusan pendidikan fisika semester III di salah satu LPTK di Bandung dengan menggunakan de-sain Research and Development yang dimodifikasi dengan menggunakan mixed method design. Langkah-langkah penelitian meliputi tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan, tahap ujicoba terbatas, tahap analisis dan tahap pelaporan. Perangkat program pembelajaran fisika sekolah dikembangkan mengguna-kan model pembelajaran pembangkit argumen. Hasil penelitian menunjukmengguna-kan terjadi peningkatan pemaha-man konsep pada kelas eksperimen sebesar 0,72 dengan kategori tinggi dan kelas kontrol sebesar 0,41 dengan kategori sedang. Kemampuan berargumentasi mahasiswa berkembang baik dengan kategori se-dang. Aktivitas dosen dan mahasiswa dalam pelaksanaan pembelajaran terlaksana dengan kategori baik. Mahasiswa memberikan tanggapan sangat positip terhadap model pembelajaran yang dikembangkan.

ABSTRACT

This study aimed to develop the learning instruments of school physics subject to improve conceptual un-derstanding and argumentation ability of prospective physics teachers. This study was done toward the third semester of physics education students of an LPTK in Bandung by using the design of Research and Development modified by the use of the mixed method design. The steps of this study were introductory study, development study, limited implementation, analysis, and report phases. The instrument set of school physics learning programs was developed using the generate-an-argument model. The results of this study showed the increase in conceptual understanding for the experiment class by 0.72 (in a high category) and those for the controlled class by 0.41 (in a medium category). Additionally, the argumentation ability of students developed well in a medium category and the lecturer and students activities in doing the learning process proceeded well. Finally, the students gave very positive response to the learning model developed.

© 2012 Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang Keywords: Conceptual Understanding; Argumentation Ability

PENDAHULUAN

Dalam kurikulum pendidikan calon guru fisika di LPTK, mahasiswa dibekali dengan salah satu mata kuliah keahlian program studi yaitu fisika sekolah. Melalui mata kuliah fisika sekolah, mahasiswa diharapkan dapat

mema-hami konsep-konsep fisika dan menganalisis kurikulum fisika sekolah menengah. Sebagai calon guru fisika di sekolah menengah, maha-siswa dituntut tidak hanya mampu menyam-paikan kembali apa yang diperolehnya

(repro-duces), tetapi juga harus memiliki kemampuan

mentransformasikan perolehan pengetahuan-nya. Hal ini sesuai dengan peran guru sebagai agen yang harus mampu memahami perkem-bangan ilmu melalui eksplanasi ilmiah dan me-nyampaikan kepada siswa melalui eksplanasi

*Alamat Korespondensi:

Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung E-mail: mus_upi@yahoo.co.id

(2)

pedagogis. Etkina (2005) mennyatakan bah-wa karakteristik penyiapan calon guru fisika harus memenuhi standar sebagai berikut: (1) mempelajari fisika dengan metode yang sama ketika ia mengajar, (2) mendapatkan penge-tahuan tentang bagaimana siswa belajar dan bagaimana mereka mempelajari fisika, (3) terlibat dalam lingkungan pembelajaran yang sama dengan lingkungan yang hendak ia cip-takan ketika mengajar, (4) tuntas dalam pe- nguasaan teknologi, metode, keterampilan yang akan mereka gunakan di kelas, (5) mem-pelajari cara melibatkan siswanya dalam prak-tek kerja ilmiah, (6) memahami konsep-konsep serta penerapannya secara fleksibel, (7) me-mahami proses berpikir fisika, bernalar secara kualitatif maupun kuantitatif tentang proses dan hukum fisika.

Perkuliahan fisika sekolah di salah satu LPTK, selama ini masih ditekankan pada aspek kemampuan kognitif, namun penekanan pada aspek pemberdayaan argumentasi selama pembelajaran belum digugah. Strategi pembe-lajaran yang diterapkan belum membekali ma-hasiswa untuk memberdayakan kemampuan berpikir khususnya kemampuan berargumen-tasi dan tidak melatih untuk aktif membangun pengetahuannya sendiri. Akibatnya pemaha-man konsep mahasiswa pada materi fisika sekolah rendah. Hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah fisika sekolah I semester ganjil ta-hun 2010/2011 hampir 50% tergolong rendah. Gagasan pembekalan pemahaman kon-sep dan kemampuan berargumentasi bagi calon guru fisika dilandasi oleh beberapa kon-sepsi teoretis bahwa (1) salah satu tujuan pen-didikan adalah memfasilitasi peserta didik to

achieve understanding yang dapat

diungkap-kan secara verbal, numerikal, kerangka pikir positivistik, kerangka pikir kehidupan berke-lompok, dan kerangka kontemplasi spiritual, (2) pemahaman konsep adalah suatu proses mental terjadinya adaptasi dan transformasi ilmu pengetahuan (Gardner, 1999). Dengan demikian, pemahaman konsep sebagai rep-resentasi hasil pembelajaran menjadi sangat penting. Terkait dengan pentingnya membekali kemampuan berargumentasi pada mahasiswa calon guru, Trent (2009) menekankan bahwa mahasiswa calon guru harus mampu mengi-dentifikasi, mengkonstruksi, dan mengevaluasi argumen dari materi yang dipelajarinya. Ma-hasiswa juga harus mengembangkan kemam-puan dan kebiasaan berpikir untuk membangun dan mendukung klaim ilmiah melalui argumen (Sampson,2010). Cara yang produktif untuk

membantu mahasiswa mencapai hasil pendidi-kan adalah memberipendidi-kan mereka lebih banyak kesempatan untuk belajar tentang argumentasi ilmiah (Duschl, 2008). Berargumentasi melibat-kan baik kemampuan kognitif maupun afektif yang dapat digunakan untuk membantu maha-siswa calon guru memahami tidak hanya aspek sosio-kultural dari IPA tetapi juga konsep-kon-sep dan proses-proses dasar IPA. Argumentasi memainkan peran penting dalam membangun eksplanasi, model dan teori (Zohar & Nemet, 2002; Erduran & Jimenez-Aleixandre, 2008). Hasil penelitian (Kelly & Takao, 2002; Zohar & Nemet, 2002) menunjukkan bahwa penalaran siswa tentang IPA dapat ditingkatkan dengan menerapkan argumentasi dalam pembelaja-ran IPA. Untuk mendukung pengembangan model perkuliahan fisika sekolah, maka diper-lukan pengembangan perangkat pembelajaran fisika sekolah untuk meningkatkan pemaha-man konsep dan kemampuan berargumentasi calon guru fisika yang dikembangkan melalui penelitian ini.

Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak penelitian yang memfokuskan pada ar-gumentasi dalam konteks pembelajaran sains (Kelly & Takao, 2002; Zohar & Nemet, 2002). Pembelajaran fisika tidak hanya terfokus pada hasil seperti pemecahan masalah, pemahaman konsep atau keterampilan proses sains sema-ta, tetapi juga perlu melibatkan penggunaan alat lain seperti kemampuan berargumentasi. Hasil penelitian Sampson (2010) menunjuk-kan bahwa pemahaman konsep mahasiswa tentang IPA dan kemampuan berargumenta-sinya meningkat dengan menerapkan model pembelajaran berbasis argumen dalam pem-belajaran IPA. Mahasiswa perlu mempelajari bagaimana mengkonstruksi sebuah argumen, memilih bukti yang mendukung, dan mempela-jari bagaimana menyusun sanggahan. Karena itu penting dilakukan penelitian yang mendalam tentang pemahaman konsep dan kemampuan berargumentasi melalui pembelajaran berba-sis argumen dalam perkuliahan fisika sekolah, serta dampaknya terhadap hasil pembelajaran, sehingga perangkat tersebut diharapkan dapat membantu mahasiswa calon guru fisika untuk mengkontruksi pengetahuannya, sekaligus membekali calon guru agar nantinya dapat membantu para siswa dalam memahami kon-sep fisika secara efektif dan menumbuhkan ke-mampuan berargumentasi.

Berdasarkan uraian diatas tersirat per-lunya pembekalan pemahaman konsep dan kemampuan berargumentasi bagi mahasiswa

(3)

calon guru fisika. Pemahaman konsep adalah penguasaan konsep fisika menyangkut kemam-puan mahasiswa di dalam memahami konsep atau arti fisis dari konsep dan mengaplikasikan konsep dengan benar (Engelhardt & Beichner, 2004). Tes pemahaman konsep sangat ber-guna untuk mengetahui apa yang mahasiswa pahami dan kesulitan konsep apa yang dialami mahasiswa. Dengan merujuk pada taksonomi Bloom yang direvisi, atau sering dikenal de-ngan taksonomi Anderson (2001), terdapat 7 (tujuh) proses kognitif yang termasuk ke dalam kemampuan memahami (understand), yaitu: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh

(exemplinfying), mengklasifikasikan (classify-ing), meringkas (summariz(classify-ing), menarik

infer-ensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining).

Kemampuan berargumentasi adalah kemampuan calon guru fisika memberikan alasan (data, pembenaran, dukungan) untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat (claim) (Osborne, Erduran, & Simon, 2004). Toulmin (Eduran, 2008) mengajukan skema yang menggambarkan struktur suatu mentasi. Langkah pertama dalam setiap argu-mentasi menurut Toulmin adalah menyatakan suatu pendirian (standpoint) berupa pendapat atau pernyataan. Dalam istilah Toulmin, pendapat ini diberi nama claim. Selanjutnya,

claim yang diajukan harus didukung oleh data

di mana hubungan antara data dengan claim dijembatani oleh pembenaran (warrant). Data

– warrant – claim merupakan struktur dasar

suatu argumentasi. Argumentasi ilmiah dapat didefinisikan sebagai suatu upaya untuk mem-bentuk atau memvalidasi klaim atas dasar ala-san (Norris et al, 2007). Dalam kerangka ini, klaim adalah sebuah dugaan, penjelasan, kes-impulan, prinsip digeneralisasikan, atau jawa-ban atas pertanyaan penelitian. Bukti kom-ponen argumen mengacu pada data (yaitu, pengukuran atau pengamatan) yang telah di-kumpulkan sebagai bagian dari investigasi dan kemudian dianalisa dan diinterpretasikan oleh para ilmuwan. Alasan yang merupakan kompo-nen dari sebuah argumen mengacu pada per-nyataan yang menjelaskan bagaimana bukti dapat mendukung klaim dan mengapa bukti harus dihitung untuk mendukung klaim .

Sampson (2010) mengembangkan mod-el pembmod-elajaran pembangkit argumen untuk menumbuhkan pemahaman konsep dan ke-mampuan berargumentasi yang dapat diter-apkan di kelas. Sintaks model pembelajaran

pembangkit argumen memiliki empat tahap: (1) mengidentifikasi masalah, pertanyaan dan tugas secara berkelompok , (2) membuat argu-men tentatif, (3) sesi arguargu-mentasi, (4) berbagi argumen. Perangkat program pembelajaran fisika sekolah dikembangkan menggunakan model pembelajaran pembangkit argumen un-tuk materi mekanika (kinematika dan dinami-ka), optik geometris dan listrik dinamis.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) menghasilkan produk perangkat pembelajaran fisika sekolah untuk meningkatkan pemaha-man konsep dan kemampuan berargumentasi calon guru fisika, (2) mengembangkan program pembelajaran fisika sekolah untuk membekali pemahaman konsep dan kemampuan berar-gumentasi calon guru fisika dan (3) meningkat- meningkat-kan pemahaman konsep dan kemampuan berargumentasi calon guru fisika.

Urgensi dari penelitian ini adalah bahwa kualitas pendidikan fisika sangat tergantung pada profesionalisme guru fisika dalam mer-encanakan dan melaksanakan proses pem-belajaran, bukan pada fasilitas pembelajaran semata. Masih rendahnya mutu hasil belajar siswa bidang fisika, mengindikasikan dalam mempersiapkan calon guru fisika ke depan harus bisa menjawab tantangan tersebut. Ini merupakan tantangan bagi Lembaga Pendidi-kan Tenaga KependidiPendidi-kan (LPTK) yang ber-peran sebagai penghasil tenaga kependidikan.

METODE

Dasar pemikiran dalam pengembangan program perkuliahan fisika sekolah adalah bahwa mata kuliah fisika sekolah merupakan mata kuliah yang dirasakan banyak manfaat-nya oleh guru di lapangan (McDermott, 1990), oleh karena itu calon guru fisika perlu menda-patkan pembekalan kemampuan yang kom-prehensif khususnya pemahaman konsep dan kemampuan berargumentasi dalam upaya mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam materi fisika di sekolah sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan karakteristik fisika dan pendidikan fisika.

Paradigma penelitian dalam pengem-bangan program pembelajaran fisika sekolah untuk membekali pemahaman konsep dan kemampuan berargumentasi calon guru fisi-ka dapat diilustrasifisi-kan melalui diagram pada Gambar 1.

(4)

sekolah I.

Instrumen yang digunakan pada pe-nelitian ini adalah: (1) Tes; digunakan untuk mengukur pemahaman konsep mahasiswa pada materi fisika sekolah. Kemampuan pe-mahaman konsep yang dikembangkan yaitu interpretasi, komparasi dan eksplanasi (Ander-son,2001). Tes pemahaman konsep berbentuk pilihan ganda. Tes dilaksanakan sebelum pem-belajaran (pretes) dan setelah pempem-belajaran (postes). Adapun kemampuan berargumentasi dijaring melalui tes tertulis yang terdapat pada lembar kerja mahasiswa menggunakan rubrik. Kemampuan berargumentasi yang dikembang-kan meliputi kemampuan membuat argumen yang berisi klaim, bukti dan alasan dari suatu permasalahan (Sampson, 2010). (2) Lembar observasi; digunakan untuk menjaring aktivitas dosen dan mahasiswa selama pembelajaran berlangsung, (3) Kuesioner; digunakan untuk menggali tanggapan mahasiswa terhadap pro-ses pembelajaran yang diterapkan.

Penelitian yang dilakukan mengacu pada desain penelitian dan pengembangan (Research and Development design) (Gall et

al, 2003). Desain tersebut meliputi empat

ta-hap yaitu 1) studi pendahuluan, 2) perancan-gan program, 3) pengembanperancan-gan program, dan 4) validasi program. Program dikembangkan melalui validasi ahli dan uji coba secara terba-tas, selanjutnya program divalidasi.

Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Penelitian menggunakan metode eks-perimen pretest-postest control group design (Gall et al, 2003). Metode ini menggunakan penetapan subyek tertentu untuk dua kelom-pok yaitu kelomkelom-pok eksperimen dan kelomkelom-pok kontrol.

Subjek dalam penelitian ini adalah ma-hasiswa calon guru fisika semester ganjil tahun akademik 2011/2012 program studi pendidikan fisika salah satu LPTK di Bandung yang pada saat ujicoba mengambil perkuliahan fisika

Gambar 1. Paradigma Penelitian

Toulmin Argumentation

Pattern (TAP)

Pemodelan Analisis Materi

Fisika Sekolah Identifikasi Kemampuan Calon Guru Fisika

Pengembangan Deskripsi dan Silabi

Fisika Sekolah

Kemampuan Yang Ditumbuhkan Fisika Sekolah

Pengembangan SAP Fisika Sekolah

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pengembangan Penilaian Program Pembelajaran Fisika Sekolah yang

dikembangkan

Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berargumentasi Calon

Guru Fisika Setting Colaborative Learning menggunakan

Struktur Presentasi Round-Robin

Model Pembelajaran Pembangkit Argumen

(5)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik perangkat program pem-belajaran fisika sekolah yang dikembangkan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan berargumentasi calon guru fisika meliputi: (1) standar kompetensi, (2) kompe-tensi dasar, (3) indikator, (4) materi pembela-jaran, (5) kegiatan pembelapembela-jaran, (6) media, (7) evaluasi, dan (8) sumber belajar. Strategi pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada model pembelajaran pembangkit argu-men dengan sintaks: (1) Tahap Identifi kasi Ma-Identifikasi Ma-salah, Pertanyaan, dan Tugas; pada tahap ini mahasiswa ditempatkan dalam kelompok dan diberikan lembar kerja berisi pertanyaan pen-elitian dilengkapi dengan pengenalan singkat tentang permasalahan serta gambar-gambar relevan yang harus didiskusikan dalam kelom-pok dengan tujuan untuk menciptakan keingi-nan mahasiswa membangkitkan argumentasi

ilmiah, (2) Tahap Pembangkitan Argumen Ten-tatif; pada tahap ini mahasiswa mengembang-kan argumen-argumen yang bersifat tentatif dengan menuliskannya dalam bentuk poster berisi ungkapan kelompok yang bersifat tenta-tif dengan bukti dan alasan-alasan yang ber-guna untuk mendukung argumen, (3) Tahap Sesi Argumentasi; pada tahap ini mahasiswa berbagi argumen menggunakan format pre-sentasi Round-Robin. Satu anggota kelompok tetap berada di tempat (membawa poster) se-dangkan anggota kelompok sisanya berkeliling ke setiap kelompok untuk mempelajari dan mengkritisi argumen kelompok lain. Kemudian kembali ke kelompok awal untuk mendiskusi-kan kembali dan merevisi argumen, dan (4) Pembuatan Argumen Hasil Pemikiran Kelom-pok dan Argumen Individu; pada tahap ini ma-hasiswa mengevaluasi klaim/ungkapan yang paling sesuai dengan bukti, alasan-alasan, dan klaim/ungkapan kelompok lain yang telah

dikri-Gambar 2. Desain Penelitian

Implementasi Program Kls Ekspe- rimen Kls Kontrol Pre-test Pre-test Pembe- lajaran Reguler Pembela-jaran Program Post-test Post-test Analisis Data Program Teruji STUDI

PENDAHULUAN PERANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN

PROGRAM VALIDASI PROGRAM Penilaian Draf Uji coba Terbatas Revisi Revisi Uji coba Lebih Luas Revisi Program Hipotetik Studi Kepustakaan . Teori tentang kemampuan calon guru fisika (Pemahaman konsep, kemampuan berargumentasi) . Kurikulum SMA,

Silabi Fisika sekolah

. Hasil Penelitian terdahulu Survey Lapangan - Implementasi Perkuliahan Fisika Sekolah Kemampuan pemahaman konsep dan kemampuan berargumentasi guru dan calon guru . Kebutuhan lapangan Draf Program Pembelajaran Fisika Sekolah Berbasis Argumentasi (Silabi, SAP, Bahan Ajar, Alat

Evaluasi, Media)

(6)

tujuan yang mengarahkan mahasiswa ketika mereka belajar. Hal ini sesuai dengan ungka-pan yang dikemukakan oleh Sampson (2010) bahwa model pembelajaran pembangkit argu-men membantu mahasiswa dalam memahami konsep-konsep esensial fisika sekolah. Model pembelajaran ini juga dapat membekali ke-mampuan mahasiswa dalam mengembangkan argumentasi ilmiah.

Rekapitulasi pencapaian persentase rata-rata pretes, postes dan N-gain pemaha-man konsep mahasiswa antara kelas eksperi-men dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 3. Pencapaian persentase rata-rata N-gain pemahaman konsep yang paling tinggi terjadi pada kelas eksperimen (72%), dengan kat-egori tinggi. Pemahaman konsep yang pal-ing rendah terjadi pada kelas kontrol (41%), dengan kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi perangkat pembelajaran fisika sekolah menggunakan model pembelaja-ran pembangkit argumen dapat meningkatkan pemahaman konsep calon guru fisika.

Rekapitulasi pencapaian persentase rata-rata N-gain untuk tiap aspek pemahaman konsep mahasiswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Gambar 4. Pencapaian persentase rata-rata N-gain ketiga aspek pemahaman konsep, yaitu interpretasi, komparasi dan eksplanasi yang paling tinggi terjadi pada kelas ekperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa implementasi perangkat pembelajaran tisi. Masing-masing mahasiswa kemudian

di-beri kesempatan untuk memperjelas apa yang mereka ketahui dan bagaimana cara mereka mengetahuinya dengan melatih keterampilan mereka dalam menuliskan argumen secara personal. Ujicoba terbatas perangkat pembe-lajaran fisika sekolah yang dikembangkan baru dilakukan pada materi listrik dinamis.

Pengembangan perangkat pembelaja-ran fisika sekolah didahului dengan melakukan analisis materi esensial dan kemampuan yang dapat dibekalkan kepada calon guru fisika melalui mata kuliah fisika sekolah. Berdasar-kan hasil analisis ditemuBerdasar-kan beberapa konsep esensial yang selama ini sulit dipahami maha-siswa yang dikembangkan dalam penelitiani ini. Model pembelajaran pembangkit argumen dikembangkan berdasarkan kerja Osborne et al. (2004) yang dirancang untuk melibatkan mahasiswa dalam argumentasi ilmiah tanpa memerlukannya untuk mengumpulkan data di dalam laboratorium atau lapangan terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk men-gembangkan ungkapannya yang menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan sejumlah data dan pengetahuan ilmiah masa sekarang atau masa lalu, sejumlah argumen beralasan dan merespon secara tepat kritikan dari orang lain. Karakteristik perkuliahan fisika sekolah cocok dikembangkan menggunakan model ini Masing-masing tahap pembelajaran yang dite-rapkan dalam implementasi di kelas memiliki

Postes N-gain

Gambar 3. Perbandingan persentase skor rata-rata pretes, postes dan N-gain pemahaman kon-sep fisika sekolah kelas eksperimen dan kelas kontrol

(7)

fisika sekolah menggunakan model pembelaja-ran pembangkit argumen dapat meningkatkan pemahaman konsep calon guru fisika pada as-pek interpretasi, komparasi dan eksplanasi.

Peningkatan pemahaman konsep yang terjadi pada kelas eksperimen tentu saja ti-dak lepas dari dampak penggunaan perang-dampak penggunaan perang-kat pembelajaran fisika sekolah menggunakan model pembelajaran pembangkit argumen yang diterapkan. Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian yang diungkapkan Zohar & Ne-met ( 2002); McNeill, Lizotte & Krajcik (2006); Sampson (2010) bahwa melalui model pembe-melalui model pembe-lajaran pembangkit argumen mahasiswa dido-rong untuk mengembangkan kemampuan dan kebiasaan pemikiran yang diperlukan guna membangun dan mendukung pernyataan-pernyataan ilmiah melalui argumen dan un-tuk mengevaluasi atau membandingkannya dengan pernyataan atau argumen orang lain. Dengan demikian mahasiswa memperoleh bantuan dalam memahami konsep fisika seko-lah secara baik. Hasil ini sejalan pula dengan temuan yang diungkapkan Gardner (1999) bahwa pemahaman konsep yang dimiliki ma-hasiswa dapat diungkapkan secara verbal, numerikal, kerangka pikir positivistik, kerangka pikir kehidupan berkelompok, dan kerangka kontemplasi spiritual melalui suatu proses mental terjadinya adaptasi dan transformasi ilmu pengetahuan.

Profil kemampuan berargumentasi ma-hasiswa melalui penggunaan perangkat pem-perangkat pem-belajaran fisika sekolah menggunakan model

pembelajaran pembangkit argumen disajikan pada Gambar 5. Kemampuan berargumentasi calon guru fisika berada pada kategori sedang. Adapun kemampuan berargumentasi paling tinggi terjadi pada aspek akurasi klaim dan ter-endah terjadi pada aspek kecukupan alasan dengan kategori rendah. Diperoleh temuan lain bahwa sebagian besar calon guru fisika kurang menyertakan bukti yang benar untuk mendu-kung klaim dan masih lemah dalam menjelas-kan mengapa bukti dimasukmenjelas-kan dan bagaima-na bukti tersebut dapat mendukung klaim.

Dengan demikian dapat dikatakan bah-wa implementasi perangkat pembelajaran fisi-ka sekolah menggunafisi-kan model pembelajaran pembangkit argumen dapat menumbuhkem-bangkan kemampuan berargumentasi. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Sampson (2010) bahwa model pembelajaran pembang-kit argumen dapat membekali mahasiswa: (1) mempermudah menyusun argumen untuk menjelaskan permasalahan, (2) mengembang-, (2) mengembang- mengembang-kan kemampuan membuat klaim, (3) mengem-, (3) mengem- mengem-bangkan kemampuan menyertakan bukti-bukti untuk mendukung klaim, (4) mengembangkan kemampuan menganalisis dan menjelaskan bukti-bukti untuk mendukung klaim, dan (5) mengembangkan kemampuan dalam menulis argumentasi ilmiah. Hal senada diungkapkan oeh Duschl (2008) yang menegaskan bahwa satu cara produktif untuk membantu maha-siswa mencapai hasil pendidikan sains adalah dengan memberinya kesempatan lebih untuk belajar tentang argumentasi ilmiah di kelas.

Komparasi Eksplanasi

Gambar 4. Perbandingan persentase skor rata-rata N-gain tiap aspek pemahaman konsep kelas eksperimen dan kelas kontrol

(8)

Hasil observasi aktivitas dosen selama pembelajaran disajikan pada Tabel 1. Pelak- elak-sanaan perangkat pembelajaran fisika sekolah menggunakan model pembelajaran pembang-kit argumen dapat terlaksana dengan baik (85,25%) oleh dosen.

Secara umum hasil analisis data menun-jukkan aktivitas dosen selama pelaksanaan pembelajaran fisika sekolah menggunakan model pembelajaran pembangkit argumen berjalan baik. Langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan di kelas sesuai dengan sintaks model pembelajaran pembangkit argu-men yang diungkapkan oleh Sampson (2010).

Namun demikian ada beberapa hal yang perlu diperbaiki terutama dalam mengatur jalannya skenario pembelajaran di kelas. Pengalaman melaksanakan pembelajaran fisika sekolah dengan menerapkan model pembelajaran pembangkit argumen dirasakan dapat mem-berikan masukkan berarti kepada dosen dalam mengembangkan pembelajaran yang dapat melibatkan mahasiswa terlibat secara aktif dan menumbuhkembangkan kemampuan-ke-mampuan yang dibutuhkan mahasiswa. Hal ini senada dengan ungkapan Kelly & Takao (2002) ; Zohar & Nemet (2002) bahwa pembelajaran sains yang dikembangkan dosen secara

varia-Gambar 5. Profil Kemampuan Berargumentasi Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas Dosen

No. Tahapan Pelaksanaan Keterlaksanaan (%)Persentase

1 Pendahuluan 87,5

2 Tahap Identifikasi Masalah, Pertanyaan, dan Tugas 87,5 3 Tahap Pembangkitan Argumen Tentatif 81,25

4 Tahap Sesi Argumentasi 87,5

5 Tahap Perumusan Argumen Hasil Pemikiran Kelompok dan Argumen Individu 80

6 Tahap Penutup 91,6

(9)

tif dapat membekali kemampuan mahasiswa dalam hal pemahaman konsep, keterampilan proses sains juga kemampuan berargumen-tasi. Pengalaman ini mengkondisikan dosen agar lebih pragmatis, praktis, efisien dan fokus pada target utama pembelajaran dalam setiap tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas mahasiswa selama pembelajaran ditemukan bahwa aktivitas mahasiswa selama mengikuti pembelajaran fisika sekolah menggunakan mo-del pembelajaran pembangkit argumen terlak-sana dengan baik (78,33%). Namun demikian masih terdapat beberapa aktivitas yang masih belum berjalan secara optimal. Hal ini disebab-kan mahasiswa baru pertama kali mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran pembangkit argumen, sehingga mahasiswa membutuhkan penyesuaian waktu yang lebih lama untuk melaksanakan kegiatan. Hal ini di-mungkinkan karena mahasiswa belum terbia-sa dengan sejumlah tuntutan yang harus dipe-nuhi dalam kegiatan pembelajaran yang baru diterapkan. Beberapa aktivitas mahasiswa yang paling menonjol yaitu pada saat: (1) me- ngembangkan argumen-argumen yang bersifat tentatif, (2) menyampaikan argumen dengan menggunakan struktur presentasi round-robin, (3) mempresentasikan argumen hasil revisi, (4) menyimak koreksi/penguatan dosen tentang materi yang dipelajari, dan (5) kemandirian mahasiswa dalam belajar. Hal ini sejalan de- ngan ungkapan Duschl (2008) bahwa maha-siswa akan mencapai hasil pendidikan sains yang diharapkan dengan memberikan mereka lebih banyak kesempatan untuk belajar tentang argumentasi ilmiah. Temuan ini sesuai pula de-ngan hasil penelitian Trent (2009) bahwa ma-hasiswa calon guru sains yang dilibatkan da-lam aktivitas mengidentifikasi, mengkonstruksi, dan mengevaluasi argumen dari materi yang dipelajari mampu mengembangkan kemampu-an dkemampu-an kebiasakemampu-an berpikir untuk membkemampu-angun dan mendukung klaim ilmiah melalui argumen.

Berdasarkan data hasil penjaringan tanggapan mahasiswa melalui kuesioner me-nunjukkan bahwa persentase rata-rata maha-siswa yang memilih pernyataan Sangat Setuju ( SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sa-ngat Tidak Setuju (STS) terhadap pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan, berturut-turut adalah 17,7%, 69,2%, 13,1% dan 0. Dengan demikian sebagian besar mahasiswa kelas eksperimen memberi respon setuju (sebanyak 86,9% responden) atau sangat positif

terha-dap pelaksanaan pembelajaran fisika sekolah menggunakan model pembelajaran pembang-kit argumen. Hasil tersebut dipengaruhi oleh beberapa manfaat yang dirasakan mahasiswa terkait dengan keunggulan yang dimiliki model pembelajaran yang dikembangkan seperti: (1) menciptakan suasana belajar lebih terpusat pada mahasiswa, (2) membantu mahasiswa dalam memahami konsep fisika sekolah se-cara baik, (3) mengembangkan kemampuan berargumentasi, (4) mendorong keberanian mengemukakan gagasan, pendapat dan perta-nyaan, dan (5) meningkatkan minat serta mo-tivasi belajar.

PENUTUP

Berdasarkan temuan dalam kegiatan penelitian, dapat disimpulkan bahwa (1) Karak-teristik perangkat program pembelajaran fisika sekolah yang dikembangkan untuk mening-ntuk mening-katkan pemahaman konsep dan kemampuan berargumentasi calon guru fisika mengacu pada model pembelajaran pembangkit argu-men dengan sintaks: 1) Tahap Identifi kasi Ma-Identifikasi Ma-salah, Pertanyaan, dan Tugas, 2) Tahap Pem-bangkitan Argumen Tentatif, 3) Tahap Sesi Argumentasi, dan 4) Pembuatan Argumen Hasil Pemikiran Kelompok dan Argumen Indi-vidu. Model pembelajaran pembangkit argu-men yang diterapkan pada perkuliahan fisika sekolah membantu mahasiswa dalam mema-hami konsep-konsep esensial fisika sekolah dan membekali kemampuan berargumentasi mahasiswa. (2) penerapan perangkat pem- perangkat pem-perangkat pem-belajaran fisika sekolah menggunakan model pembelajaran pembangkit argumen dapat me-ningkatkan pemahaman konsep dan menum-buhkembangkan kemampuan berargumentasi mahasiswa. (3) Aktivitas dosen dan mahasis- (3) Aktivitas dosen dan mahasis-Aktivitas dosen dan mahasis-wa selama pelaksanaan pembelajaran fisika sekolah menggunakan model pembelajaran pembangkit argumen berjalan baik. Namun demikian aktivitas dosen dalam mengatur jalannya skenario pembelajaran di kelas perlu dibenahi dan aktivitas mahasiswa perlu diting-katkan pada sejumlah tuntutan yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembelajaran yang diterapkan.(4) Tanggapan mahasiswa sangat positip terhadap pelaksanaan pembelajaran fisika sekolah menggunakan model pembelaja-ran pembangkit argumen. Mahasiswa merasa-Mahasiswa merasa-kan manfaat terkait dengan keunggulan yang dimiliki model pembelajaran yang dikembang-kan

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson,L.W. dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxon-omy for Learning,Teaching,and Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Education-al Objectives. Abridged Edition. New York: Adisson Wesley Longman,Inc.

Duschl, R. 2008. Science Education in Three-Part Harmony: Balancing Conceptual, Epistemic, and Social Learning Goals. Review of Re-search in Education. 32, 268–291.

Engelhardt, P.V and Bechner, R.J. 2004. Students’ Understanding of Direc Current Resistive Electrical Circuits. American Journal Phys-ics.72, (1), 98-115.

Erduran, S., & Jimenez-Aleixandre, M.P. 2008. Ar-gumentation in Science Education. Florida State University-USA: Spinger.

Etkina, E. 2005. Preparing Tomorrow’s Physics Teachers”. Forum on Education of The Amer-ican Physical Society.

Gall, M.D., Gall, J.P. & Borg, W.R. 2003. Educational Research an Introduction, Seventh Edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Gardner, H. 1999 . The dicipline mind: What all stu-dents should understand. New York: Simon & Schuster Inc.

Kelly, G. J., & Takao, A. 2002. Epistemic levels in argument: An analysis of university ocean-ography students’ use of evidence in writing. Science Education, 86, 314-342.

McDermott, L. C. 1990. A Perspective on Teacher Preparation in Physics and Other Sciences

: The Need for Special Science Course for Teacher. American Journal of Physics. 58 (6) 56-61.

McNeill, K. L., Lizotte, D. J., & Krajcik, J. 2006. Sup-porting students’ construction of scientific explanations by fading scaffolds in instruc-tional materials. The Journal of the Learning Sciences, 15(2), 153-191.

Norris, S., Philips, L. & Osborne, J. 2007. Scientific inquiry: the place of interpretation and argu-mentation. In J. Luft, R. Bell & J. Gess-New-some (Eds.), Science as Inquiry in the Sec-ondary Setting. Arlington, VA: NSTA Press. Osborne, J., Erduran, S., & Simon, S. 2004.

Enhanc-ing the quality of argumentation in school sci-ence. Journal of Research in Science Teach-ing, 41(10), 994-1020.

Sampson, V., Gerbino, F. 2010. Two Instructional Models That Teachers Can Use to Promote & Support Scientific Argumentation in the Biology Classroom The American Biology Teacher, Vol. 72, No. 7, pages 427–431. Savinainen, A., & Scott, P. 2002. Using the force

concept inventory to monitor student learn-ing and to plan teachlearn-ing. Physics Education, 37(1). 53-58.

Trent, R. 2009. Fostering Students’ Argumentation Skills in Geoscience Education. Journal of Geoscience Education, v. 57, n. 4, Septem-ber, 2009, p. 224-232

Zohar, A., & Nemet, F. 2002. Fostering students’ knowledge and argumentation skills through dilemmas in human genetics. Journal of Re-search in Science Teaching, 39(1), 35-62.

Gambar

Gambar 3. Perbandingan persentase skor rata-rata pretes, postes dan N-gain pemahaman kon- kon-sep fisika sekolah kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 4. Perbandingan persentase skor rata-rata N-gain tiap aspek pemahaman konsep kelas  eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas Dosen

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat delapan belas variabel yang mempengaruhi minat dari nasabah non muslim yang menjadi nasabah di Pegadaian Syariah yaitu Lokasi yang

Perihal berjaga-jaga ini juga disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, “Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti

Hasil penelitian ini antara lain: 1) upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia melalui PPS LU dilaksanakan dalam bentuk pelayanan sosial, ekonomi, spiritual, dan kesehatan;

Perencanaan manajemen peserta didik dalam meningkatkan prestasi belajar non akademik siswa SMK Manbaul Ulum Dari hasil yang diperoleh di lapangan membuktikan bahwa SMK Manbaul

Ekoran daripada perubahan demi perubahan kurikulum yang berlaku di dalam sistem pendidikan di Malaysia, maka Concerns-Based Adoption Model (CBAM) boleh digunakan bagi

Antara persamaannya adalah hubungan antara media tradisional dan kerajaan, kredibiliti media arus perdana yang dipersoalkan, golongan penyokong kewartawanan rakyat

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor

Had maksimum Cuti Rehat yang boleh dikumpul bagi Award Wang Tunai (AWT) gantian Cuti Rehat sepanjang perkhidmatan staf hendaklah tidak melebihii. Seseorang staf wanita perlu