• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertuj uan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Struktur Kurikulum SD/MI di dalam lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri. Mata pelajaran yang ada di SD yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, SBK dan Penjasorkes. Dari kedelapan mata pelajaran tersebut yang mempunyai tujuan untuk membentuk, mengembangkan dan melatih peserta didik menjadi masyarakat yang mempunyai pengetahuan, pengalaman, nilai, etika moral dan ketrampilan yang komprehensif adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Berdasarkan lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 bagian standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PKn secara normatif dikemukakan bahwa mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, trampil dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah satu diantaranya adalah kelompok

(2)

mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian. Kelompok mata pelajaran tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib pada semua satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Aspek-aspek yang menjadi lingkup pelajaran ini adalah, mencakup persatuan dan kesatuan bangsa, norma hukum dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, kekuasaan dan politik, Pancasila, dan globalisasi (Depdiknas, 2007). Selanjutnya menurut Dikti-Pendidikan Tinggi (dalam Subagyo, 2008: 4) substansi kajian pendidikan Pendidikan Kewrganegaraan mencakup : (1) pengantar; (2) hak asasi manusia; (3) hak dan kewajiban warga negara; (4) bela negara; (5) demokrasi; (6) wawasan nusantara; (7) ketahanan nasional; (8) politik strategi nasional. Sedangkan menurut Aryani dan Susantim (2010: 8) kewarganegaraan merupakan materi yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam, baik dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa, untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter.

Tujuan dari mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yang tertuang dalam lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006, agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut : (a) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan; (b) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi; (c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa-bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Di era globalisasi ini mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah memiliki posisi yang sangat penting untuk membentuk karakter

(3)

generasi muda. Guru sebagai fasilitator dalam belajar harus bisa mendidik siswa melalui proses berfikir kritis, reflektif, analitis dan kreatif dikembangkan menjadi cara-cara berfikir warga negara yang demokratis, cerdas serta mampu bersikap saling menghargai berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Temuan Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional dalam melakukan kajian kebijakan kurikulum PKn, menunjukkan bahwa terdapat ketidakseimbangan ranah kompetensi PKn sebagai muatan KD untuk tiap-tiap SK baik di SD, SMP, maupun SMA (Depdiknas, 2007). Pada tiga jenis pendidikan ini, aspek sikap dan perilaku yang menjadi “strerring” PKn proporsinya relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan ranah pengetahuan. Untuk SD dari 57 KD, hanya 4 (7,02%) KD yang termasuk ranah afeksi dan hanya 16 (28,07%) KD yang termasuk ranah perilaku, sementara yang termasuk ranah pengetahuan 37 (62,91%) KD.

Selain itu, selama ini pelajaran PKn sering dikatakan pelajaran yang membosankan, tidak menarik, penuh teori dan sebagainya. Keadaan seperti itu menimbulkan siswa kurang minat untuk mempelajari PKn. Selama ini guru juga cenderung masih banyak yang menggunakan metode ceramah yang monoton dan lebih mengembangkan aspek kognitif daripada aspek afektif yang dapat mengurangi kemampuan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

Padahal kita ketahui pelajaran PKn sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Muatan pelajaran PKn menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam membentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kemampuan dalam menentukan komitmen dan watak kewarganegaraan diperlukan dalam membantu siswa untuk berbuat sesuai dengan nilai norma

(4)

yang berlaku di masyarakat. Kemampuan siswa dalam memposisikan diri sebagai warga negara merupakan upaya membentuk karakter bangsa.

Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kemampuan menemukan dan menerapkan metode serta model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran PKn. Bukan hanya untuk meningkatkan kemampuan dari aspek kognitif saja tetapi diharapkan mampu memecahkan sosial yang terjadi di dalam masyarakat.

Permasalahan tersebut juga terjadi pada pembelajaran PKn kelas 5 di SD 3 Golantepus, hal tersebut ditemui peneliti dari hasil observasi, dan catatan lapangan terhadap guru, siswa, dan media atau alat pembelajaran. Data kuantitatif yang diperoleh berupa hasil evaluasi pembelajaran PKn yang dilakukan diperoleh data bahwa sebagian besar siswa kelas 5 SD 3 Golantepus belum mencapai nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 70. Dari jumlah 21 siswa kelas 5, 10 siswa (47,62%) yang mendapat nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sedangkan sisanya 11 siswa (52,38%) nilainya masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Dengan nilai rerata tertinggi 85 dan nilai terendah 35. Dari berbagai permasalahan yang muncul pada pembelajaran PKn kelas 5 SD 3 Golantepus hal ini disebabkan ketrampilan guru, aktivitas siswa, serta hasil belajar PKn kurang maksimal, sehingga perlu adanya perbaikan kualitas pembelajaran.

Dari aspek afektif, kondisi saat ini peserta didik SD 3 Golantepus kurang mampu mencerminkan sikap menjaga keutuhan NKRI dan masih bersikap kesukuan. Rasa solidaritas juga sangat kurang dan yang memang memerlukan perhatian khusus guru adalah rendahnya sikap menjaga keutuhan NKRI. Misalnya di lingkungan sekolah, siswa kurang menjaga kerukunan dalam berteman, memilih-milih dalam berteman dan masih bersikap egois serta mementingkan diri sendiri.

Mengingat pentingnya sikap menjaga keutuhan NKRI bagi siswa, menjadi sebuah keharusan sebagai seorang guru untuk membentuk dan mengembangkan sikap menjaga keutuhan NKRI melalui pembelajaran yang

(5)

tepat di kelas. Model pembelajaran yang diterapkan guru diharapkan dapat menghubungkan dari materi yang ada dalam pembelajaran PKn dengan situasi dan keadaan yang terjadi di dalam masyarakat dan memotivasi siswa agar lebih memahami hubungan antara pengetahuan yang diperoleh dari pelajaran dengan aplikasinya terhadap kehidupan mereka sebagai pelajar, anggota keluarga, masyarakat dan warga negara.

Menimbang dari pemikiran di atas, selayaknya pembelajaran PKn dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai dan pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektifitas dalam berpartisipasi. Oleh karena itu ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yaitu mempersiapkan pengetahuan materi pembelajaran dan pendekatan/model/metode pembelajaran PKn.

Melihat kondisi pembelajaran tersebut, maka diperlukan penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn dengan melakukan implementasi model pembelajaran berbasis nilai yang diyakini dapat meningkatkan kesadaran nilai (value) dalam diri siswa. Menurut Sauri dan Hermansyah, (2010: 112) pembelajaran pendidikan nilai moral (values, moral, and afective education) dapat menggunakan beberapa pendekatan pedagogis seperti constructivisme, theories of learning, social learning theory, behaviourisme theories of learning seperti cognitive moral development, values clarivication, values analities, science technology and society, social action and social contex, rational building, affective education. Diantara berbagai model pembelajaran yang ada, peneliti memilih untuk menerapkan Teknik Klarifikasi Nilai (Value Clarification Technique). Karena pada model VCT memberi penekanan pada usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Model pembelajaran Value Clarification Technique (CVT) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Siswa dilatih untuk menemukan, memilih, menganalisis, membantu siswa dalam mencari, memutuskan dam mengambil sikap sendiri mengenai nilai-nilai hidup yang ingin diperjuangkannya.

(6)

Menurut Sanjaya (2008: 283) Teknik klarifikasi nilai (Value Clarification Technique) dapat diartikan sebagai teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam mencari dan menemukan suatu nilai yang dianggap baik dalam mencari dan menghadap suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa.

Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga. Pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; Kedua, membantu siswa supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilanya sendiri; Ketiga, membantu siswa supaya rasional dan kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri. (Sauri dan Firmansyah, 2010: 97).

Sedangkan kesadaran nilai menurut KBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata kesadaran berasal dari kata dasar sadar yang berarti insaf; merasa; tahu; dan mengerti. Sedangkan kesadaran berarti keinsafan; keadaan mengerti (Kamus Bahasa Indonesia, 2008: 1240). Pengertian di atas apabila digabungkan dengan Nilai menurut Sanjaya (2008: 274) mengartikan nilai (value) sebagai norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran nilai adalah suatu keadaan dimana seorang individu tahu, paham dan mengerti tentang norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu pada umumnya, yaitu nilai positif seperti kejujuran, menghormati, menghargai, kerja keras, dan nilai positif lainnya yang pada gilirannya akan menjadi dasar terbentuknya sikap, sifat, dan tindakan positif dalam diri individu tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti mengkaji melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) Untuk Mengembangkan Sikap Menjaga Keutuhan NKRI dan Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas 5 SD 3 Golantepus Tahun Pelajaran 2016/2017.

(7)

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka penelitian ini difokuskan pada beberapa masalah, yaitu:

1. Sikap menjaga keutuhan NKRI masih rendah misalnya belum mampu menjaga kerukunan dalam berteman, belum mampu menghargai hasil karya teman lain dan masih mementingkan diri sendiri.

2. Hasil belajar siswa kelas 5 pada pelajaran PKN masih cukup rendah. 3. Model pembelajaran yang digunakan guru masih menggunakan model

pembelajaran yang hanya berorientasi pada aspek kognitif belum menyentuh aspek afektifnya.

4. Guru kurang menanamkan sikap menjaga keutuhan NKRI pada siswa kelas 5.

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti akan mencoba untuk mengajukan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dapat mengembangkan sikap menjaga keutuhan NKRI pada siswa kelas 5 SD 3 Golantepus?

2. Apakah pelaksanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) dapat meningkatkan hasil belajar materi menjaga keutuhan NKRI pada siswa kelas 5 SD 3 Golantepus?

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(8)

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) untuk mengembangkan sikap menjaga keutuhan NKRI pada pelajaran PKn siswa kelas 5 SD 3 Golantepus.

1.4.2. Tujuan Khusus

1.4.2.1.Untuk mengembangkan sikap menjaga keutuhan NKRI pada siswa kelas 5 SD 3 Golantepus dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).

1.4.2.2.Untuk meningkatkan hasil belajar siswa materi menjaga keutuhan NKRI pada siswa kelas 5 SD 3 Golantepus dengan menggunakan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap dunia pendidikan, khususnya dalam pengembangan metode pembelajaran PKn terutama sumbangan pengetahuan bagi pengembangan sikap menjaga keutuhan NKRI melalui model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT).

1.5.2. Manfaat Praktis 1.5.2.1.Bagi Siswa

a. Siswa lebih termotivasi untuk belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

b. Siswa dapat mengetahui pentingnya sikap menjaga keutuhan NKRI dalam hidup bermasyarakat.

1.5.2.2.Bagi Guru

a. Guru lebih terampil dalam menerapkan model pembelajaran Value Clarification Technique (VCT) sehingga mampu mengembangkan sikap menjaga keutuhan NKRI pada siswa kelas 5 SD 3 Golantepus. b. Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang

(9)

1.5.2.3.Bagi Sekolah

a. Dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya melalui pengembangan model pembelajaran.

b. Dapat menjadi sumber inspirasi dalam menemukan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn di sekolah.

c. Dapat memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Menjadi rahmat bagi seluruh alam juga berarti menjunjung tinggi harkat seluruh makhluk. Pengrusakan terhadap alam dan tindak kekerasan terhadap manusia adalah paradoks

Organizational Psychology: bidang psikologi yg menggabungkan hasil penelitian dlm bidang Psi sosial dan perilaku organisasi untuk diterapkan pada sisi emosional dan

Finish struktur adalah penutup atau pelapisan pada bagian/struktur utama dari sebuah bangunan. Finish Plafon Finish plafon adalah penutup atau pelapisan pada plafon dari

adapun saran-sarannya bagi perusahaan sepatu Converse asli ( original) yaitu (1) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap terhadap pemalsuan merek mewah

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan mengetahui pengaruh Kompensasi Eksekutif dan Ukuran Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan pada perusahaan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa interaksi antara gaya aksial dan momen kolom beton bertulangan bambu hasil pengujian mendekati hasil analisis berdasarkan teori

Dimana dalam perancangan situs SMAN 1 Parung ini penulis menggunakan metode prototipe dan CMS (Content Management System) Joomla 1.0.12 yaitu suatu program atau software yang

Seperti halnya sistem karung, pada metode ini dipakai campuran top soil dan pupuk kandang untuk membantu tanaman tumbuh guna memulihkan tanah disekitarnya.